Anda di halaman 1dari 4

Ph 21 bagi Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas

Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan
apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil
pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.


Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas ini menerima imbalan atau upah berupa upah
harian, upah harian, upah mingguan, upah satuan, atau upah borongan.

Penghasilan pegawai tidak tetap ini terdapat 2 jenis cara pembayaran; 1) dibayar secara bulanan, 2)
dibayar tidak secara bulanan.

1. Upah Pegawai tidak tetap dibayar secara bulanan
Dasar pengenaan pajak untuk pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan adalah
jumlah kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 bulan kalender telah melebihi PTKP perbulan.


Contoh 1 (upah satuan):
Solmet belum menikah bekerja sebagai operator pabrik Tas pada PT. XYZ, Pada bulan Januari 2013
Solmet bekerja selama 24 hari, menyelesaikan 96 buah tas dan mendapatkan upah satuan Rp 35.500,-..
perhitungan PPh 21;
Upah Januari 2013 : 96 x Rp 35.500 = Rp 3.408.000,-
PTKP ..............................................= Rp 2.025.000,- (-)
Penghasilan kena pajak.....................= Rp 1.383.000,-
PPh terutang 5% x 1.383.000...........= Rp 69.150,-
*jika Solmet belum memiliki NPWP maka tarif pajaknya 20% lebih besar.


Contoh 2 (upah harian):
Jika Solmet pada contoh 1 menerima upah harian dengan upah Rp 130.000 per hari, berikut adalah
ilustrasi perhitungan PPh 21 nya;
Upah Januari 2013 : 24 hari x Rp 130.000 = Rp 3.120.000
PTKP ......................................................= Rp 2.025.000
Penghasilan Kena Pajak............................= Rp 1.095.000
PPh terutang ..................5% x 1.095.000 = Rp 54.750
*jika Solmet belum memiliki NPWP maka tarif pajaknya 20% lebih besar.


2. Upah Pegawai tidak tetap dibayar tidak secara bulanan
Atas penghasilan bagi Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas yang tidak dibayar secara bulanan
atau jumlah kumulatifnya dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi Rp 2.025.000, berlaku
ketentuan sebagai berikut sesuai pasal 12 PER-31/PJ./2012:


tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata
penghasilan sehari belum melebihi Rp200.000,
dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata penghasilan
sehari melebihi Rp200.000, dan jumlah sebesar Rp200.000 tersebut merupakan jumlah yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto. Rata-rata penghasilan sehari adalah rata-rata upah mingguan, upah
satuan, atau upah borongan untuk setiap hari kerja yang digunakan.

*
Dalam hal Pegawai Tidak Tetap telah memperoleh penghasilan kumulatif dalam 1 (satu) bulan kalender
melebihi Rp2.025.000, maka jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar
PTKP yang sebenarnya. PTKP yang sebenarnya adalah sebesar PTKP untuk jumlah hari kerja yang
sebenarnya yaitu PTKP setahun dibagi 360 hari

.
Sedangkan jika jumlah penghasilan kumulatif dalam satu bulan kalender sudah melebihi Rp 7.000.000
PPh pasal 21 dihitung berdasarkan tarif pasal 17 ayat 1 UU KUP atas jumlah penghasilan kena pajak
yang disetahunkan (dikali 12).


Contoh 3 (upah satuan):

Jika pada contoh 1 diatas upah Solmet dibayar tidak secara bulanan dan dalam bulan Januari 2013
tersebut menyelesaikan dalam waktu 24 hari dan perhari menyelesaikan rata-rata 4 buah sepatu maka
perhitungan nya adalah sebagai berikut:
penghasilan perhari adalah 4 x Rp 35.500 = Rp 142.000

1. Pada hari pertama tidak dilakukan pemotongan karena tidak melebihi Rp 200.000
2. Begitu pula pada hari ke-14 tidak dilakukan pemotongan karena jumlah kumulatif dalam 1 bulan
tidak melebihi Rp 2.025.000 ( 4 buah x 14 hari x 35.500 = Rp 1.988.000 )
3. Sedangkan pada hari ke-15 karna telah melebihi jumlah kumulatif dalam 1 bulan melebihi Rp
2.025.000 harus dilakukan pemotongan dengan perhitungan sebagai berikut:
Upah hari ke-15: 4 buah x 15 hari x Rp 35.500 = Rp 2.130.000
PTKP sebenarnya 24.300.000 / 360 x 15 = Rp 1.012.500 (-)
Penghasilan kena pajak Rp 1.117.000 (dibulatkan)
PPh terutang sampai hari ke-15 5% x 1.117.000 = Rp 55.850

Jadi penghasilan seluruhnya yang harus dipotong selama 1 bulan adalah:
Upah selama satu bulan 4 buah x 24 hari x Rp 35.500 = Rp 3.408.000
PTKP sebenarnya 24.300.000 / 360 x 24 = Rp 1.620.000 (-)
Penghasilan kena pajak Rp 1.788.000
PPh terutang 5% x Rp 1.788.000 = Rp 89.400
*jika Solmet belum memiliki NPWP maka tarif pajaknya 20% lebih besar.


Contoh 4 (upah harian):
Jika pada contoh 2 diatas upah Solmet dibayar tidak secara bulanan, berikut perhitungan pph 21 nya.
Upah sehari .................... = Rp 130.000
batas upah harian ............ = Rp 200.000 (-)
Phkp ...............................= Rp 0
(pada hari pertama tidak dikenakan PPh karena tidak melebihi batas upah harian)

Solmet baru dilakukan pemotongan pph 21 pada hari ke-16 karena jumlah upah kumulatif nya pada hari
itu sudah lebih dari Rp 2.025.000.
Upah s/d hari ke-16 ........16 hari x Rp 130.000 = Rp 2.080.000
PTKP sebenarnya ........ 24.300.000 / 360 x 16 = Rp 1.080.000 (-)
Penghasilan Kena Pajak ................................... = Rp 1.000.000
PPh terutang samapai hari ke-16 5% x 1.000.000= Rp 50.000

Jadi penghasilan seluruhnya yang harus dipotong selama 1 bulan adalah:
Upah selama satu bulan 24 hari x Rp 130.000 = Rp 3.120.000
PTKP sebenarnya 24.300.000 / 360 x 24 = Rp 1.620.000 (-)
Penghasilan kena pajak Rp 1.500.000
PPh terutang 5% x Rp 1.500.000 = Rp 75.000
*jika Solmet belum memiliki NPWP maka tarif pajaknya 20% lebih besar.

Contoh 5 (upah mingguan)
Memet bekerja pada sebuah pabrik dengan menerima upah satu bulan sebesar Rp 7.000.000. selama
sebulan ini dia diberikan libur setiap hari minggu hingga hari tersebut di manfaatkan untuk pergi ke
rumah pacarnya yang letaknya lima langkah dari kontrakannya. Pada bulan September ini tidak
memperoleh lembur, sedangkan pembayaran upah dilakukan setiap akhir pekan ke-2 dan ke-4.
Berikut perhitungan pajak yang dipotong oleh pabrik dimana Memet bekerja.
a) Penghasilan yang terutang sebulan adalah;
Upah sebulan ................................................................... Rp 7.000.000
Upah yang disetahunkan (12 x Rp 7.000.000) Rp 84.000.000
PTKP ............................................................................ Rp 24.300.000 (-)
Penghasilan kena pajak disetahunkan ............... Rp 59.700.000
Tarif pasal 17 ayat 1 KUP ......................................... Rp 3.955.000
(5% x 50.000.000) + (15% x (59.700.000 - 50.000.000))
Penghasilan sebulan adalah (3.955.000 / 12) .... Rp 329.583


b) Pemotongan akhir pekan ke-2:
Upah minggu pertama dan kedua ...................... Rp 3.500.000
PTKP ..........................12 x ( 24.300.000 / 360) = Rp 810.000 (-)
Penghasilan Kena Pajak ........................................ Rp 2.690.000
PPh yang dipotong .................................................... Rp 134.500

c) Pemotongan akhir pekan ke-4:
Penghasilan yang terutang sebulan (a) .............. Rp 329.583
Pemotongan ahkir pekan ke-2 (b) ........................ Rp 134.500 (-)
PPh yang dipotong ................................................... Rp 195.038

Bukti potong yang diterima oleh Memet pada bulan ini sebanyak satu buah bukti potong pph 21 tidak
final dengan jumlah penghasilan bruto sebesar Rp 7.000.000 dan PPh yang terutang Rp 329.583. PPh
terutang tersebut wajib disetor oleh pemberi kerja ke bank persepsi paling lambat tanggal 20 bulan
berikutnya (bukan hari libur).






Baca juga:
PPh Pasal 21 atas Penghasilan tidak Teratur berupa THR
PPh 21 bagi Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas
PPh 21 atas penghasilan diterima oleh mantan pegawai
PPh atas imbalan kepada bukan pegawai
Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh pasal 21 / 22 / 23
Diposkan oleh mulyana
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
88 komentar:
1.
Anonim3 Maret 2013 08.

Anda mungkin juga menyukai