Pendahuluan Hipokhondriasis sudah dikenal orang sejak lama, yaitu awal abad ke sembilan belas. Baru pada akhir tahun 1920an R.D. Gillespie menyampaikan gangguan ini dalam bentuk yang ilmiah. Hipokhondriasis merupakan bagian gangguan jiwa yang karakteristik dengan terpakunya pemikiran tentang penyakit serius yang diidapnya akibat interpretasinya yang salah terhadap suatu gejala yang terjadi pada tubuhnya. Keterpakuan ini disebabkan oleh adanya stres tertentu dan kelemahan tertentu dalam kehidupannya dimana keadaan ini tidak dapat digolongkan ke dalam suatu gangguan jiwa ataupun gangguan fisik tertentu lainnya. Umumnya penderita hipokhondriasis tidak menyadari akan sakitnya. Hipokhondriasis sendiri berasal dari kata hipokhondrium, yaitu bagian perut di bawah tulang rusuk, dimana dulu biasanya keluhan penderita hipokhondriasis ini bermula dari bagian ini sekarang ternyata bisa saja dari bagian tubuh manapun juga. Epidemiologi Hipokhondriasis ditemukan sekitar 4 6% dari populasi klinik, tapi mungkin juga bisa lebih banyak lagi mencapai 15%. Frekuensinya pada pria dan wanita sama. Meskipun dapat terjadi pertama kalinya pada segala umur, akan tetapi paling sering dijumpai pada usia 20 30 tahun, tidak tergantung pada status sosial ekonominya. Dilaporkan keluhan hipokhondriasis ini terjadi pada 3 % dari mahasiswa kedokteran yang biasanya pada 2 tahun pertama dan bersifat sementara. Etiologi Ada 4 teori utama yang menguraikan tentang penyebab hipokhondriasis ini yaitu: (1) membesar-besarkan gejala; (2) psikodinamik; (3) konsep belajar, dan (4) merupakan gejala klinis dari gangguan jiwa lainnya. Banyak data yang menunjukkan bahwa penderita hipokhondriasis membesar- besarkan masalah gejala yang dirasakannya, mereka ambang rangsangnya rendah, dan toleransinya terhadap kekurangnyamanan fisik juga rendah. Jadi misalnya orang normal pada umumnya merasakan suatu tekanan pada perutnya sebagai sesuatu yang menekan, maka penderita akan merasakannya sebagai rasa sakit. Penderita mungkin terfokus pada sensasi tubuhnya, disalah interpretasikan, yang kemudian dirasakannya sebagai suatu bahaya. Dr. Rh Budhi Muljanto, SpKJ RSJD Surakarta 2008 2 Ada juga teori yang mengatakan bahwa hipokhondriasis merupakan hasil dari belajar pad lingkungannya. Gejala-gejala hipokhondriasis dipandangnya sebagai suatu jalan untuk menjadi sakit yang dapat digunakannya untuk menghadapi masalah-masalah yang berlebihan dan tidak dapat diselesaikannya. Peran sakit menawarkan jalan keluar untuk menghindar dari ancaman bahaya, menunda menghadapi tantangan yang tidak dinginkannya, dan memberi kelonggaran untuk mangkir. Teori lainnya menyatakan bahwa hipokhondriasis merupakan gejala dari gangguan jiwa lainnya atau merupakan bentuk lain dari gangguan cemas atau depresi. Diperkirakan 80% penderita hipokhondriasis juga mengidap gangguan cemas atau depresi. Secara psikodinamik hipokhondriasis dipandang sebagai suatu dorongan agresivitas dan permusuhan terhadap orang lain yang kemudian secara (represi dan penempatan yang salah) tidak disadarinya dialihkannya ke berbagai keluhan tubuhnya sendiri. Hipokhondriasis juga dipandang sebagai suatu pertahanan untuk melawan rasa bersalah, perangai buruk, expresi dari rasa rendah diri, dan tanda dari penghayatan terhadap diri sendiri yang berlebihan. Kemarahannya berasal dari kekecewaannya pada masa lalunya, penolakan, dan kehilangan. Tanda-tanda penting hipokhondriasis A. Keterpakuan pada rasa takut atau pemikiran bahwa dirinya menderita suatu penyakit yang serius, berdasarkan gejala-gejala tubuh yang dirasakannya dan disalah interpretasikan. B. Keterpakuannya ini menetap walaupun berbagai macam pemeriksaan fisik sudah menunjukkan bahwa dirinya tidak sakit. C. Keterpakuan ini bukan pada bentuk fisiknya, melainkan sepenuhnya merasa bahwa dirinya menderita suatu penyakit yang serius. D. Keterpakuannya tersebut secara klinis menyebabkan penderita menjadi stres atau terganggu fungsi sosialnya. E. Lama gangguannya sekurang-kurangnya telah berjalan selama 6 bulan. F. Keterpakuan ini tidak dapat digolongkan sebagai gangguan jiwa lainnya.
Dr. Rh Budhi Muljanto, SpKJ RSJD Surakarta 2008 3 Gambaran klinik Penderita hipokhondriasis yakin bahwa dirinya menderita suatu penyakit yang serius yang telah dibuktikan tidak terdeteksi dan tidak dapat diubah. Dengan berjalannya waktu penyakitnya bisa beralih pada penyakit lainnya sesuai dengan pemahaman dan pengetahuannya tentang penyakit pertamanya. Penderita tetap mempertahankan penyakitnya walau berbagai macam pemeriksaan laboratorium telah menunjukkan hasil yang negatif dan dokter juga menyatakan hal yang sama berdasarkan pemeriksaannya. Keadaan hipokhondriasis yang bersifat sementara dapat dijumpai pada keadaan stres yang berat, biasanya adanya stresor berupa kematian orang yang sangat dekat dengan dirinya, atau sesudah sembuh dari suatu penyakit yang berat yang mengancam jiwanya. Biasanya hipokhondriasis sementara ini hilang bila stresornya hilang, akan tetapi bisa menjadi khronis bila diperkuat oleh lingkungan atau tenaga profesional kesehatan yang salah dalam memberikan penjelasan. Perjalanan penyakit Perjalanan penyakit hipokhondriasis biasanya bersifat episodik, dimana episodenya berakhir dari beberapa bulan sampai beberapa tahun yang diselingi masa tenag untuk jangka waktu yang kurang lebih sama dengan episode sakitnya. Tidak jarang kambuhnya terjadi setelah suatu stresor tertentu. Sepertiga sampai setengah dari penderita hipokhondriasis dapat disembuhkan dengan baik. Kemungkina untuk baiknya dipengaruhi pula oleh status sosial ekonomi yang tinggi, memberikan respon yang baik terhadap terapi untuk gangguan cemas atau depresi, gejala-gejala yang timbulnya mendadak, tidak ada gangguan kepribadian, tidak adanya penyakit fisik yang menyertainya. Hipokhondriasis pada kanak-kanak kebanyakan sembuh pada akhir masa remaja atau pada masa dewasa muda. Pengobatan Biasanya pasien resisten terhadap terapi psikiatrik. Dilakukan psikoterapi kelompok, psikoterapi perilaku kognitif, terapi perilaku, dan hipnosis. Farmakoterapi dapat memperbaiki hipokhondriakal hanya bila pasien memiliki kondisi yang dapat dipengaruhi oleh obat, seperti gangguan cemas atau depresi. Bila hipokhondriasis bersifat reakrif dan sementara, maka yang lebih penting adalah menolong pasien untuk mengatasi stresnya. Jadi dokter bukan memperkuat keluhan sakitnya dengan Dr. Rh Budhi Muljanto, SpKJ RSJD Surakarta 2008 4 memperhatikan keluhan pasien, dimana pasien menggunakan keluhan tersebut untuk menyelesaikan masalah dan mengatasi stresnya. Secara ringkas, maka hipokhondriasis dapat dilihat sebagai berikut:
Diagnosis Hipokhopndriasis Gambaran Klinik Terpaku atau sangat memperhatikan keluhan fisiknya Gambaran demografik dan epidemiologik Penyakit fisik sebelumnya Usia dewasa muda atau pertengahan. Pria dan wanita sama Gambaran diagnostik Obsesif, memaksakan adanya penyakit fisik dan membesar-besarkan gejala Strategi penatalaksanaan Mencatat gejala-gejala, melakukan telaahan psikososial, psikoterapi Prognosis Dubia ad bonam, sangat bervariasi Penyakit lain yang berkaitan Gangguan cemas dan depresi, gangguan kepribadian obsesif kompulsif
Rujukan:
1. Depkes RI Ditjen Yanmed: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta 1993. 2. Depkes RI Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat: Buku Pedoman Kesehatan Jiwa. Jakarta 2003. 3. Kaplan & Sadocks Comprehensive Textbook of Psychiatry, 7th ed. On CD-ROM 4. Kaplan, H.I. & Sadock, B.J.: Synopsis of Psychiatry. 6th. Ed. Williams & Wilkins, Baltimore USA 1991. 5. Okocha, C.I.: Current Management of Anxiety Disorders. Medical Progress, Vol.25 No.6, June 1998. 6. Sadock.B.J. & Sadock, V.A.: Synopsis of Psychiatry, Behavioral Sciences / Clinical Psychiatry, 10th ed. Lippincott Williams & Wikins, Philadelphia, 2007.