Anda di halaman 1dari 4

Dr.

Rh Budhi Muljanto, SpKJ RSJD Surakarta 2008 1


HIPOKHONDRIASIS
Dr. Rh Budhi Muljanto, SpKJ

Pendahuluan
Hipokhondriasis sudah dikenal orang sejak lama, yaitu awal abad ke sembilan belas.
Baru pada akhir tahun 1920an R.D. Gillespie menyampaikan gangguan ini dalam
bentuk yang ilmiah. Hipokhondriasis merupakan bagian gangguan jiwa yang
karakteristik dengan terpakunya pemikiran tentang penyakit serius yang diidapnya
akibat interpretasinya yang salah terhadap suatu gejala yang terjadi pada tubuhnya.
Keterpakuan ini disebabkan oleh adanya stres tertentu dan kelemahan tertentu
dalam kehidupannya dimana keadaan ini tidak dapat digolongkan ke dalam suatu
gangguan jiwa ataupun gangguan fisik tertentu lainnya. Umumnya penderita
hipokhondriasis tidak menyadari akan sakitnya. Hipokhondriasis sendiri berasal dari
kata hipokhondrium, yaitu bagian perut di bawah tulang rusuk, dimana dulu
biasanya keluhan penderita hipokhondriasis ini bermula dari bagian ini sekarang
ternyata bisa saja dari bagian tubuh manapun juga.
Epidemiologi
Hipokhondriasis ditemukan sekitar 4 6% dari populasi klinik, tapi mungkin juga
bisa lebih banyak lagi mencapai 15%. Frekuensinya pada pria dan wanita sama.
Meskipun dapat terjadi pertama kalinya pada segala umur, akan tetapi paling sering
dijumpai pada usia 20 30 tahun, tidak tergantung pada status sosial ekonominya.
Dilaporkan keluhan hipokhondriasis ini terjadi pada 3 % dari mahasiswa kedokteran
yang biasanya pada 2 tahun pertama dan bersifat sementara.
Etiologi
Ada 4 teori utama yang menguraikan tentang penyebab hipokhondriasis ini yaitu: (1)
membesar-besarkan gejala; (2) psikodinamik; (3) konsep belajar, dan (4)
merupakan gejala klinis dari gangguan jiwa lainnya.
Banyak data yang menunjukkan bahwa penderita hipokhondriasis membesar-
besarkan masalah gejala yang dirasakannya, mereka ambang rangsangnya rendah,
dan toleransinya terhadap kekurangnyamanan fisik juga rendah. Jadi misalnya
orang normal pada umumnya merasakan suatu tekanan pada perutnya sebagai
sesuatu yang menekan, maka penderita akan merasakannya sebagai rasa sakit.
Penderita mungkin terfokus pada sensasi tubuhnya, disalah interpretasikan, yang
kemudian dirasakannya sebagai suatu bahaya.
Dr. Rh Budhi Muljanto, SpKJ RSJD Surakarta 2008 2
Ada juga teori yang mengatakan bahwa hipokhondriasis merupakan hasil dari
belajar pad lingkungannya. Gejala-gejala hipokhondriasis dipandangnya sebagai
suatu jalan untuk menjadi sakit yang dapat digunakannya untuk menghadapi
masalah-masalah yang berlebihan dan tidak dapat diselesaikannya. Peran sakit
menawarkan jalan keluar untuk menghindar dari ancaman bahaya, menunda
menghadapi tantangan yang tidak dinginkannya, dan memberi kelonggaran untuk
mangkir.
Teori lainnya menyatakan bahwa hipokhondriasis merupakan gejala dari gangguan
jiwa lainnya atau merupakan bentuk lain dari gangguan cemas atau depresi.
Diperkirakan 80% penderita hipokhondriasis juga mengidap gangguan cemas atau
depresi.
Secara psikodinamik hipokhondriasis dipandang sebagai suatu dorongan
agresivitas dan permusuhan terhadap orang lain yang kemudian secara (represi
dan penempatan yang salah) tidak disadarinya dialihkannya ke berbagai keluhan
tubuhnya sendiri. Hipokhondriasis juga dipandang sebagai suatu pertahanan untuk
melawan rasa bersalah, perangai buruk, expresi dari rasa rendah diri, dan tanda
dari penghayatan terhadap diri sendiri yang berlebihan. Kemarahannya berasal dari
kekecewaannya pada masa lalunya, penolakan, dan kehilangan.
Tanda-tanda penting hipokhondriasis
A. Keterpakuan pada rasa takut atau pemikiran bahwa dirinya menderita suatu
penyakit yang serius, berdasarkan gejala-gejala tubuh yang dirasakannya
dan disalah interpretasikan.
B. Keterpakuannya ini menetap walaupun berbagai macam pemeriksaan fisik
sudah menunjukkan bahwa dirinya tidak sakit.
C. Keterpakuan ini bukan pada bentuk fisiknya, melainkan sepenuhnya merasa
bahwa dirinya menderita suatu penyakit yang serius.
D. Keterpakuannya tersebut secara klinis menyebabkan penderita menjadi stres
atau terganggu fungsi sosialnya.
E. Lama gangguannya sekurang-kurangnya telah berjalan selama 6 bulan.
F. Keterpakuan ini tidak dapat digolongkan sebagai gangguan jiwa lainnya.


Dr. Rh Budhi Muljanto, SpKJ RSJD Surakarta 2008 3
Gambaran klinik
Penderita hipokhondriasis yakin bahwa dirinya menderita suatu penyakit yang
serius yang telah dibuktikan tidak terdeteksi dan tidak dapat diubah. Dengan
berjalannya waktu penyakitnya bisa beralih pada penyakit lainnya sesuai dengan
pemahaman dan pengetahuannya tentang penyakit pertamanya. Penderita tetap
mempertahankan penyakitnya walau berbagai macam pemeriksaan laboratorium
telah menunjukkan hasil yang negatif dan dokter juga menyatakan hal yang sama
berdasarkan pemeriksaannya.
Keadaan hipokhondriasis yang bersifat sementara dapat dijumpai pada keadaan
stres yang berat, biasanya adanya stresor berupa kematian orang yang sangat
dekat dengan dirinya, atau sesudah sembuh dari suatu penyakit yang berat yang
mengancam jiwanya. Biasanya hipokhondriasis sementara ini hilang bila stresornya
hilang, akan tetapi bisa menjadi khronis bila diperkuat oleh lingkungan atau tenaga
profesional kesehatan yang salah dalam memberikan penjelasan.
Perjalanan penyakit
Perjalanan penyakit hipokhondriasis biasanya bersifat episodik, dimana episodenya
berakhir dari beberapa bulan sampai beberapa tahun yang diselingi masa tenag
untuk jangka waktu yang kurang lebih sama dengan episode sakitnya. Tidak jarang
kambuhnya terjadi setelah suatu stresor tertentu. Sepertiga sampai setengah dari
penderita hipokhondriasis dapat disembuhkan dengan baik. Kemungkina untuk
baiknya dipengaruhi pula oleh status sosial ekonomi yang tinggi, memberikan
respon yang baik terhadap terapi untuk gangguan cemas atau depresi, gejala-gejala
yang timbulnya mendadak, tidak ada gangguan kepribadian, tidak adanya penyakit
fisik yang menyertainya. Hipokhondriasis pada kanak-kanak kebanyakan sembuh
pada akhir masa remaja atau pada masa dewasa muda.
Pengobatan
Biasanya pasien resisten terhadap terapi psikiatrik. Dilakukan psikoterapi kelompok,
psikoterapi perilaku kognitif, terapi perilaku, dan hipnosis. Farmakoterapi dapat
memperbaiki hipokhondriakal hanya bila pasien memiliki kondisi yang dapat
dipengaruhi oleh obat, seperti gangguan cemas atau depresi. Bila hipokhondriasis
bersifat reakrif dan sementara, maka yang lebih penting adalah menolong pasien
untuk mengatasi stresnya. Jadi dokter bukan memperkuat keluhan sakitnya dengan
Dr. Rh Budhi Muljanto, SpKJ RSJD Surakarta 2008 4
memperhatikan keluhan pasien, dimana pasien menggunakan keluhan tersebut
untuk menyelesaikan masalah dan mengatasi stresnya.
Secara ringkas, maka hipokhondriasis dapat dilihat sebagai berikut:

Diagnosis Hipokhopndriasis
Gambaran Klinik Terpaku atau sangat memperhatikan keluhan
fisiknya
Gambaran demografik dan
epidemiologik
Penyakit fisik sebelumnya
Usia dewasa muda atau pertengahan.
Pria dan wanita sama
Gambaran diagnostik Obsesif, memaksakan adanya penyakit fisik dan
membesar-besarkan gejala
Strategi penatalaksanaan Mencatat gejala-gejala, melakukan telaahan
psikososial, psikoterapi
Prognosis Dubia ad bonam, sangat bervariasi
Penyakit lain yang berkaitan Gangguan cemas dan depresi, gangguan
kepribadian obsesif kompulsif


Rujukan:

1. Depkes RI Ditjen Yanmed: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III. Jakarta 1993.
2. Depkes RI Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat: Buku Pedoman Kesehatan Jiwa.
Jakarta 2003.
3. Kaplan & Sadocks Comprehensive Textbook of Psychiatry, 7th ed. On CD-ROM
4. Kaplan, H.I. & Sadock, B.J.: Synopsis of Psychiatry. 6th. Ed. Williams & Wilkins,
Baltimore USA 1991.
5. Okocha, C.I.: Current Management of Anxiety Disorders. Medical Progress, Vol.25
No.6, June 1998.
6. Sadock.B.J. & Sadock, V.A.: Synopsis of Psychiatry, Behavioral Sciences / Clinical
Psychiatry, 10th ed. Lippincott Williams & Wikins, Philadelphia, 2007.

Anda mungkin juga menyukai