Anda di halaman 1dari 13

LMU, TEKNOLOGI DAN TEKNOLOGI PERTANIAN

Oleh : Dr. Ir. Tri Yanto, M.T.




I. PENGERTIAN ILMU

Ilmu atausains adalah pengetahuan tentang fakta-fakta, baik natura atau
sosial, yang berlaku umum dan sistematik. Karena ilmu berlaku umum, maka
darinya dapat disimpulkan pernyataan-pernyataan yang didasarkan pada
beberapa kaidah umum pula. Ilmu tidak lain dari suatu pengetahuan yang sudah
terorganisir serta tersusun secara sistematik menurut kaidah umum (Nazir, 1988).
Menurut The Liang Gie (1997) ilmu mengarah pada berbagai tujuan.
Tujuan-tujuan yang ingin dicapai atau dilaksanakan itu dapat secara teratur
diperinci dalam urutan berikut:
- pengetahuan (knowledge)
- kebenaran (truth)
- pemahaman (understanding, comprehension, insight)
- penjelasan (explanation)
- peramalan (prediction)
- pengendalian (control)
- penerapan (application, invention, production)
Ilmu diperkembangkan oleh para ilmuwan untuk mencapai kebenaran atau
memperoleh pengetahuan. Dari kedua hal itu, ilmu diharapkan dapat pula
mendatangkan pemahaman kepada manusia mengenai alam semestanya, dunia
sekelilingnya, atau bahkan juga mengenai masyarakat lingkungannya dan dirinya
sendiri. Berdasarkan pemahaman itu ilmu dapat memberikan penjelasan tentang gejala
alam, peristiwa masyarakat, atau perilaku manusia yang perlu dijelaskan. Penjelasan
dapat menjadi landasan untuk peramalan yang selanjutnya bisa merupakan pangkal
bagi pengendalian terhadap sesuatu hal (The Liang Gie, 1997).
Menurut Suriasumantri didalam Saefudin (1991), ilmu merupakan suatu
pengetahuan yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah tersebut
tidak lagi merupakan misteri. Penjelasan ini akan memungkinkan kita untuk
meramalkan sesuatu yang akan terjadi, dan dengan demikian memungkinkan kita untuk
mengontrol gejala tersebut. Untuk itu ilmu membatasi ruang jelajah kegiatanannya
pada daerah pengalaman manusia. Artinya, obyek penelaahan keilmuan meliputi
segenap gejala yang dapat ditangkap oleh pengalaman manusia lewat pancainderanya.
Untuk menjelaskan rahasia alam tersebut, ilmu menafsirkan realitas obyek
penelaahan sebagaimana adanya (das sein), yang terbebas dari segenap nilai yang
bersifat praduga. Secara ontologi keilmuan berlandaskan pada lingkup penelaahan
yang bersifat empiris, dengan penafsiran metafisik yang bersifat bebas nilai.
Secara epistemologi ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam
mempelajari alam, yaitu pikiran dan indera. Epistemologi keilmuan pada hakikatnya
merupakan gabungan antara berpikir secara rasional dan berpikir secara empiris.
Kedua cara berpikir tersebut digabungkan dalam mempelajari alam untuk menemukan
kebenaran.


II. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP TEKNOLOGI

Kelahiran teknologi seiring dengan kebudayaan manusia prasejarah, antara lain
berupa pembuatan alat untuk berburu (dari batu, kemudian berkembang dari logam).
Selanjutnya, pada peradaban bertani, antara lain dikenalkan dan dikembangkan alat
pengolah tanah, kincir pengangkut air. Di beberapa masyarakat, seperti Cina dan India,
sejak ribuan tahun yang lalu telah dikenal teknik pembuatan keramik dari tanah liat.
Piramida dan kuburan raja di Mesir, candi penyembahan matahari di Amerika Selatan,
candi di India dan Nusantara, adalah sejumlah contoh teknologi yang diterapkan untuk
konstruksi bangunan dari tanah dan/atau batu.
Senjata dan peralatan perang merupakan salah satu teknologi yang mewarnai
peradaban Eropa sebelum abad pertengahan. Pada perkembangan Islam di Jazirah
Andalusia, Spanyol, sepanjang Reconquista (pendudukan) abad ke 7-12 merupakan
era keemasan kemajuan ilmu dan teknologi. Sistem irigasi menggunakan parit
terbang, penyulingan bahan menguap, alat operasi untuk kedokteran, serta alkemi
banyak ditemukan pada era ini (Hassan, 1983). Peradaban ilmu dan teknologi Islam ini
diadopsi dan dikembangkan oleh bangsa Eropa yang mencapai puncaknya pada masa
Renaisance, abad ke-17, yang dianggap sebagai titik awal revolusi ilmu, dengan
diterapkannya kaidah atau metode ilmiah untuk mengkaji fenomena-fenomena alam.
Penemuan mesin uap oleh James Watt di Inggris pada abad ke-18 sebagai awal
revolusi industri menandai diawalinya penerapan mesin (mekanisasi) untuk kegiatan
produksi yang menggantikan daya manusia dan hewan. Temuan Watt merupakan
contoh penerapan ilmu fisika dan merupakan tonggal lahirnya profesi teknik/rekayasa
mesin (mechanical engineering).
Bermula dari revolusi industri, sejarah perkembangan manusia dipenuhi oleh
berbagai temuan ilmu dan teknologi, dari kimia (abad ke-19), biologi yang pada abad
ke-20 diwarnai bioteknologi. Informasi cyber, bioteknologi, nanoteknologi, dan
transgenic adalah sederetan contoh teknologi yang mewarnai kehidupan masyarakat
pada abad ke-21. Hampir semua aspek kehidupan kita sepanjang 24 jam sehari kini
tak luput dari penggunaan teknologi.

A. Pengertian Terknologi
Teknologi diartikan sebagai barang yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.
Pengertian ini adalah definisi paling sempit dari teknologi, yang sesuai dengan akar
katanya berasal dari Bahasa Yunani; teche, seni kerajinan dan logia, perkataan (Calder,
1982). Barang buatan itu tidak hanya untuk keperluan mempertahankan hidup sehari-
hari, melainkan juga berfungsi sebagai sarana keagamaan dan pengungkapan rasa
seni.
Teknologi dapat dilihat atau diartikan dari proses kegiatan manusia yang
menjelaskan kegiatan pembuatan suatu barang buatan tersebut. Kegiatan manusia
menghasilkan barang itu dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu membuat dan
menggunakan. Membuat merupakan kegiatan merancang dan menciptakan suatu
barang buatan, sedangkan menggunakan adalah melakukan kegiatan sesuai dengan
fungsi suatu barang yang telah dibuat (Gie,1996). Sementara Poppy dan Wilson (1973)
mengartikan teknologi sebagai kegiatan manusia dalam merencanakan dan
menciptakan benda-benda yang bernilai praktis.
Konsep ketiga mengenai teknologi adalah sebagai kumpulan pengetahuan.
Banyak sekali definisi yang dibangun dan dikembangkan untuk memberi arti teknologi
sebagai suatu pengetahuan dan beberapa di antaranya penting disajikan pada paparan
berikut.
Teknologi sebagai bidang yang memanfaatkan penemuan-penemuan ilmiah
untuk memecahkan masalah-masalah praktis (Lachman, 1980). Teknologi merupakan
pengetahuan teratur tentang proses-proses industri dan penerapannya (Laedes, 1974).
Teknologi sebagai sebuah pengetahuan teknik.
Secara lebih lengkap , Tiedel (1981) memberi batasan teknologi sebagai
kumpulan berbagai kemungkinan produksi, teknik, metode, dan proses yang
dengannya sumber-sumber daya secara nyata diubah oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhan manusia.
Pengertian teknologi yang lebih komprehensif diberikan oleh APPCT-
Economic and Social Council for Asia and The Pacific/ESCAP (Anonim, 1989),
yaitu merupakan seluruh kemampuan, peralatan, dan tata kerja seta kelembagaan
yang diciptakan untuk bekerja secara lebih efektif dan lebih efisien.
Dalam pengertian ini teknologi terdiri atas unsur yang terkandung dalam
diri manusia dalam bentuk ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku,
serta etos semangat kerja (humanware), teknologi yang terkandung dalam mesin
dan peralatan produk serta barang buatan manusia (technoware), teknologi yang
terkandung dalam kelembagaan yang diciptakan manusia, seperti organisasi,
manajemen, tata cara, aturan dan undang-undang (organoware), serta teknologi
yang terkandung dalam dokumen yang memuat informasi gambar, rumus, paten,
majalah, disket, tape, dan lain-lain (infoware).
Arti harfiah teknologi adalah segala daya upaya yang dapat dilaksanakan oleh
manusia untuk mendapatkan taraf hidup yang lebih baik. Dari definisi tersebut
diketahui bahwa tujuan akhir dari penggunaan teknologi adalah kesejahteraan hidup,
tetapi teknologi juga seringkali berdampak negatif bagi suatu usaha, sistem, atau
lingkungan. Sebagai contoh, eksploitasi hutan dengan menggunakan teknologi
mekanis sehingga dapat dilakukan dengan cepat dan dalam ukuran yang sangat luas
dapat merugikan ekosistem hutan itu sendiri, bahkan dapat merugikan wilayah lain
yang bertetangga dengan daerah hutan tersebut. Padahal, harapan dampak positif dari
eksploitasi hutan maupun pembukaan lahan hutan menjadi wilayah perkebunan adalah
meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitarnya.
Dalam hal ini, penggunaan suatu teknologi dalam agribisnis selalu memiliki trade
off yang harus dipertimbangkan. Pemilihan suatu teknologi hendaknya berdasarkan
trade off yang paling minimal.
Terlepas dari sifat positif dan negatif tersebut diatas, teknologi diperoleh melalui
suatu proses yang dikembangkan oleh manusia (yang memiliki ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang cukup). Berkaitan dengan hal tersebut, Tjakraatmadja (1997)
mengemukakan lima sifat pokok teknologi yang perlu dipahami, seperti diuraikan
dibawah ini.
1. Ilmu pengetahuan dan praktik/percobaan merupakan prasyarat untuk tumbuh
dan berkembangnya teknologi. Teknologi yang dikuasai akan makin
berkembang jika sudah terbagi dan termanfaatkan. Jika ilmu pengetahuan,
seperti biokimia, mikrobiologi, genetika, dan biomolekuler dikuasai dengan baik,
maka hal tersebut merupakan pintu gerbang menuju penguasaan bioteknologi.
2. Teknologi dapat berupa kompetensi yang melekat pada diri manusia (human
embedded technology), dapat berwujud fisik yang melekat pada mesin dan
peralatan (object embedded technology), serta informasi yang diwadahi oleh
sistem dan organisasi (document embedded technology). Teknologi dibutuhkan
oleh manusia, baik berupa benda fisik, keahlian dan keterampilan maupun
berupa dokumen informasi (seperti buku, jurnal, dan majalah).
3. Teknologi tidak memberikan nilai guna jika tidak diterapkan (tidak terbagi dan
terpakai secara tepat guna). Sebagai contoh, pada decade 1980-an Indonesia
pernah mengimpor traktor yang digunakan untuk mengolah lahan sawah yang
luas. Setelah tiba di Indonesia, alat tersebut ternyata tidak dapat digunakan
karena ukuran lahan sawah di pulau Jawa kecil-kecil, sedangkan lahan sawah di
luar pulau Jawa walaupun luas tetapi sangat sedikit jumlahnya. Dengan
demikian, traktor dalam kapasitas besar tersebut tidak berdaya guna dan tidak
tepat sasaran.
4. Sebagai salah satu asset perusahaan, teknologi dapat ditemukan,
dikembangkan, dibeli, dijual, dicuri, atau tidak bernilai guna jika teknologi yang
dimiliki sudah kadaluwarsa. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi bersifat
dinamis dan mempunyai siklus hidup yang sama dengan siklus hidup produk.
Oleh karena itu, perlindungan yang diberikan terhadap suatu teknologi harus
memadai, terutama dalam hal perlindungan paten atau hak cipta.
5. Umumnya teknologi dugunakan untuk kesejahteraan masyarakat atau
meningkatkan kualitas hidup manusia. Dengan demikian teknologi merupakan
faktor penting dalam mengembangkan ekonomi suatu wilayah.

Menurut Sharif (1993), teknologi terdiri atas perangkat keras (hardware), perangkat
manusia (humanware), perangkat informasi (inforware), dan perangkat organisasi
(orgaware). Komponen teknologi di atas diperlukan pada proses transformasi input
menjadi output dalam suatu kegiatan.
Dengan bantuan teknologi, manusia cenderung mempunyai banyak pilihan dalam
mengembangkan bidang-bidang yang diminatinya. Salah satunya, pilihan yang dapat
ditawarkan untuk pengembangan agroindustri (Hubeis, 1993), yakni;
a. jenis teknologi, prospek, cara penerapan, dan pasar
b. jumlah modal yang harus ditanamkan (biasanya disesuaikan dengan besar
kecilnya skala usaha yang akan dilaksanakan).
c. Cara penanaman modal, baik melalui penanaman modal asing (PMA),
penanaman modal dalam negeri (PMDN), atau non PMA-PMDN
d. Produk dan nilai tambahnya.
Selain itu, Hubeis (1993) juga melakukan pembagian tipologi teknologi kedalam
empat kelompok teknologi, yaitu:
1. teknologi standar dengan sistem produksi standar, peralatan standar, dan
pekerja kualifikasi sedang (contoh; susu pasteurisasi, sirup, dan selai buah-
buahan skala menengah)
2. teknologi mutakhir dengan sistem produksi kompleks, peralatan kompleks, dan
pekerja berkualifikasi tinggi (contoh; industri makanan dan minuman kaleng,
kultur jaringan, dan industri kertas)
3. teknologi tradisional dengan sistem produksi standar, peralatan tidak banyak,
dan pekerja kurang berkualifikasi (contoh; home industry gula merah batok,
kerupuk sagu, dan ikan asin)
4. teknologi transisi dengan sistem produksi standar, peralatan sederhana sampai
modern, dan pekerja kurang berkualifisasi (contoh; industri temped an tahu skala
menengah, industri pakan ternak, dan nata de coco skala menengah).
Pembagian tipologi teknologi tersebut akan semakin jelas bila digambarkan
dalam bentuk hubungan antara teknologi produk dan teknologi proses. Teknologi
standar biasanya disesuaikan dengan permintaan pasar khusus, sehingga berbagai
inovasi yang dilakukan harus cepat bereaksi terhadap permintaan pasar, baik dari segi
inovasi bahan baku, cita rasa, daya tahan produk, dan sebagainya. Adapun teknologi
sederhana dan teknologi mutakhir merupakan dua kutub teknologi yang saling bertolak
belakang. Teknologi tradisional sangat sedikit terkena sentuhan teknologi, sedangkan
teknologi mutakhir sangat mengikuti perkembangan teknologi yang ada.

B. Ilmu, Ilmu Rekayasa dan Teknologi
Pada masyarakat kuno dan tradisional teknologi dihasilkan semata-mata atas
kreasi manusia tau masyarakat untuk memecahkan masalah yang dihadapi, tanpa
melalui tahapan ilmiah. Sebaliknya, dalam masyarakat modern atau untuk pemecahan
masalah yang kompleks, pengenalan atau penemuan teknologi tidak dapat lagi semata
bergantung atas naluri atau intuisi manusia. Tahapan atau kegiatan keilmuan atau
ilmiah secara sistematis mutlak diperlukan untuk lahirnya teknologi. Ilmu-ilmu dasar
(sains) diperlukan atau diterapkan untuk pemecahan masalah ala mini.
Beberapa ilmu dasar inilah yang kita kenal dengan ilmu teknik atau rekayasa
(engineering). Rekayasa yang diterapkan untuk masalah praktis itu selanjutnya
sebagaimana diungkapkan pada paparan sebelumnya, kita kenal dengan teknologi.
Sebagai contoh, teknologi pembuatan suatu makanan adalah didasarkan atas teknik
(rekayasa) kimia. Teknik kimia sendiri merupakan ilmu terapan mengenai suatu
perubahan (transformasi) suatu bahan menjadi bahan lain melalui reaksi kimia.
Perkembangan ilmu-ilmu alam (sains) saat ini dapat dirunut dari era peradaban
Yunani kuno, sekitar 6000 SM, peradaban Mesir dan Babilonia, serta India. Berlainan
dengan peradaban Timur, pada peradaban Yunani mengenal dan menyebut tokoh-
tokoh yang terlibat beserta penjelasan yang disampaikan. Ilmu, sebagaimana kita
kenal seperti sekarang ini bermula dari kegiatan rasional yang telah dikenal oleh
masyarakat Yunani, yaitu penyelidikan tentang fenomena alam, peri physeos historia
(pada perkembangan berikutnya, kita kenal sebagai fisika, ilmu kealaman, DM),
phylosophia, filsafat, theoria, perekaan dan episteme, serta pengetahuan (Gie, 1998).
Thales (625-545 SM) sebagai ilmuwan pertama Yunani, memperkenalkan ilmu
perbintangan (astronomi) dan filsafat kosmologi serta fisika. Nama besar Plato (427-
347 SM) dan Aristoteles (382-322 SM) tak dapat dipisahkan dengan pengembangan
filsafat, metafisika, dan logika. Matematika, sebagai bidang ketiga tergolong rumpun
teoritis yang digunakan untuk pemecahan masalah sehari-hari. Phytagoras (578-510
SM) adalah pelopor ilmu ukur.
Sampai abad ketujuh, paham ilmu mengenai alam semesta didasarkan atas
kepercayaan bahwa bumi menjadi pusat alam semesta (geosentris) sebagaimana
dikenalkan oleh Aristoteles. Galileo Gelilei (1564-1642) mengubah kepercayaan itu
dengan melontarkan pendapat dan pembuktian bahwa pusat alam semesta bukanlah
bumi, melainkan matahari (heleosentris). Galileo mengembangkan teleskop dan
melakukan percobaan pada dinamika, menemukan satelit Jupiter, dan menyimpulkan
bahwa bumi berputar mengelilingi matahari. Pendapat itu tentu saja tidak dapat
diterima oleh gereja yang meyakini faham geosentris.
Perkembangan ilmu (alam) abad ke-17 tidak lengkap tanpa menorehkan nama
Issac Newton (1642-1727) dengan karya Phisosophie Naturalis Principie Mathematica
(Mathematical Principles of Natural Phylosophy), dengan mengembangkan hukum-
hukum alam; gaya tarik, gaya gerak (dinamika). Francis Bacon (1561-1626), tokoh lain
yang memperkenalkan arti penting percobaan untuk pembuktian kebenaran (induksi).
Cita-cita Bacon mengenai perlu adanya sekolah (college) untuk para penemu, yang
dilengkapi dengan laboratorium, workshop, dan perpustakaan pada perkembangan
kemudian di kerajaan Inggris, mendorong berdirinya The Royal Society, sebuah
lembaga kerajaan tertinggi yang berwenang dalam pengembangan ilmu.
Ilmuwan Perancis, Rene Descartes (1596-1650) merupakan peletak dasar
pembuktian kebenaran ilmiah dengan cara deduktif. Karyanya dibidang geometrika
koordinat telah menyatukan aljabar dan geometri yang semula terpisah menjadi satu
kesatuan.

Sampai abad ke-20 hampir perkembangan ilmu didominasi oleh fisika sehingga
dapat dikatakan masa itu sebagai era Fisikan, sebagai raja ilmu fisika-seakan tak
terkalahkan oleh ilmu lain. Albert Einstein (1879-1955) dengan teori Relativismenya
mewarnai perkembangan fisika baru, kemudian berlanjut dengan temuan fenomena
kuantrum oleh Max Planck (1858-1947).
Ilmu-ilmu alam lain, berkembang dengan latar perkembangan ilmu fisika,
meliputi kimia, yang mengkaji perubahan bahan yang bersifat tetap, dipelopori oleh
Antoine Laurent de Lavoisier (1743-1794) di Perancis, meskipun cikalbakal kimia
sendiri Alkemi telah dikenal pada abad ke-3 di Persia (sekarang dikenal sebagai
kawasan yang meliputi Negara Irak dan Iran, DM). Kegiatan ilmu obat-obatan yang
dikenalkan oleh peradaban Islam di Andalusia pada rentang abad ke-7-12, meskipun
tak sepesat fisika dan kimia, memberikan sumbangan akan lahirnya ilmu-ilmu mengenai
jasad hidup (biologi) yang selanjutnya mengerucut pada kajian yang lebih khusus;
tanaman (botani), hewan (zoology), uraian tubuh (anatomi), peredaran makanan
(fisiologi) serta berkaitan dengan kelahiran (embriologi). Pada abad ke-18, nama Louis
Paster menjadi tonggak perkembangan biologi dengan temuan mengenai fenomena
fermentasi yang disebabkan oleh jasad renik (mikroorganisme), sebagai cikal bakal
mikrobiologi, ilmu mengenai kehidupan jasad renik. Teknik yang dikembangkan untuk
menghambat atau membunuh mikroorganisme dengan cara pemanasan diterapkan
sampai sekarang dan dikenal sebagai pasturisasi.
Pada perkembangan hingga abad ke-20, si anak tiri sains kimia, justru
menemukan momen dalam cabang kimia mengenai kehidupan, yaitu biokimia dengan
penemuan molekul kehidupan, DNA (asam deoksiribonukleat) oleh James D Watson
dan Compton Crick di Inggris pada tahun 1954. Temuan DNA ini menjadi pemicu
perkembangan ilmu biologi dan biokimia yang kini memakai baju baru; bioteknologi.
Abad ke-20-21 merupakan abad bioteknologi. Hampir semua bidang kehidupan kini
dirambah dan menerapkan jasa bioteknologi.
Menurut ABET (Accreditation Board of Engineering and Technology), badan
akreditasi pendidikan tinggi teknik AS, ilmu rekayasa teknik didefinisikan sebagai
penerapan ilmu-ilmu alam (sains) dan matematika dengan cara melakukan kajian,
percobaan untuk mendayagunakan secara ekonomis material, dan sumberdaya alam
untuk kesejahteraan manusia.
Perkembangan ilmu rekayasa dipacu, satu pihak oleh perkembangan ilmu dasar
sebagai basis kegiatannya, dan di lain pihak dituntut oleh kebutuhan atau masalah
masyarakat. Tentu saja, peran lembaga pendidikan tinggi (universitas) terutama di
bidang sains dan teknik, tak dapat diabaikan dalam saling kaitan perkembangan ilmu
dasar, ilmu teknik, dan penerapannya, teknologi.
Engineering, teknik atau rekayasa, diturunkan dari bahasa Latin, ingeniator,
yang berarti orang yang banyak akal, berbakat, yang di bahasa Perancis menjadi
ingenieur, Bahasa lain mengadopsinya menjadi ingeniur (Jerman), ingenuer (Belanda),
serta engineer (Inggris) untuk orang yang berprofesi dalam bidang kerekayasaan yang
kemudian di kosa kata Indonesia dikenal insinyur. Di Negara Eropa daratan, lulusan
pendidikan tinggi teknik dan pertanian disebut insinyur (Dipl INg, untuk Perancis dan
Jerman, Ir untuk Bilanda), sedangkan pada sistem Anglo Saxon, dikenal Bachelor of
Engineering (B-Eng). Sampai dengan pertengahan tahun 1970-an, pendidikan tinggi
teknik dan pertanian di Indonesia, yang pada awal berdirinya memang banyak meniru
sistem umiversitas Belanda lulusannya diberi gelar insinyur (Ir).
Meskipun universitas pertama dikenal pada awal abad ke-12, di Salerno,
Bologna, Italia dan Paris, serta kemudian di Oxford dan Cambridge, Inggris, sebagai
pusat pembelajaran untuk bidang-bidang teologi, hokum, dan kedokteran. Pendidikan
tinggi yang mempunyai kajian bidang rekayasa/teknik baru didirikan tahun 1676 di
Perancis, sebagai sebuah Sekolah Politeknik (engineering school), ecole National des
Ponts et Chauseees, di Paris yang khusus mencetak tenaga insinyur untuk
pembangunan jalan raya dan jembatan. Tahun 1794, didirikan Ecole Polytechnique.
Periode ini dianggap sebagai cikal bakal lahirnya ilmu teknik sipil (civil engineering).
Istilah sipil digunakan untuk membedakan pekerjaan-pekerjaan dilakukan seperti
pembangunan jalan dengan penebangan pohon, jembatan untuk keperluan
peperangan, militer. Cakupan ilmu ini dikenal sebagai ilmu teknik militer atau Zeni
(genie, bahasa Perancis).
Seperti telah diungkapkan sebelumnya, penemuan mesin uap oleh James Watt
menjadi peletak dasar perkembangan teknik mesin (mechanical engineering).
Selanjutnya, temuan listrik oleh Faraday serta komunikasi melalui telegram oleh Bell
menjadi tonggak perkembangan teknik kelistrikan (electricity and electrical engineering).
Perang dunia pertama (1911-1918), yang meluluh-lantakkan daratan Eropa dan
menyengsarakan umat manusia, sebaliknya menjadi pemicu perkembangan teknik
kimia (chemical engineering) di Jerman, yang antara lain dikembangkan uantuk
memproduksi bahan-bahan kimia untuk sarana perang, juga untuk bangunan dan jalan
(Johnston, et al, 2000).




Kebutuhan industri akan bahan bakar (batubara), kemudian minyak serta
diketahuinya sumber-sumber bahan bakar fosil (geologi dan kelautan), menjadi pemicu
kelahiran teknik untuk pengambilan dan pemanfaatan sumberdaya bumi, muncullah
teknik pertambangan (mining engineering).
Semasa perang dunia kedua, kebutuhan perancangan dan pengaturan logistik
menjadi tumpuan para pengendali pasukan. Para pakar matematika dan statistika
berhasil mengembangkan suatu model untuk menentukan berbagai rencana militer,
bidang ini dikenal sebagai operational research (penelitian operasional, PO) yang pada
perkembangan selanjutnya banyak diterapkan untuk kegiatan industri dalam rangka
melakukan optimasi proses atau perencanaan produk. PO dan teknik optimasi menjadi
pemicu lahirnya pendekatan kuantitatif dalam manajemen industri, yang kita kenal
sebagai teknik industri. Penerapan teknik-teknik komputasi, penelitian operasional,
selanjutnya mengembangkan teknik industri ini dengan pendekatan kesisteman dan
menjadi teknik sistem industri (industrial and systems engineering) pada paruh 1980-an
(Turner,1987).
Perkembangan ilmu sistem banyak dipengaruhi oleh berbagai disiplin antara lain
kibernetika (cybernetics) dari disiplin biologi, dipelopori oleh Bertalannfly (1975) yang
menghasilkan teori sistem umum (general system theory). Perkembangan teori sistem
modern merupakan peningkatan besar dibidang teknik maupun intelektual pada abad
ke-20. Pendekatan bersistem membantu kita untuk berpikir melalui cara terorganisasi
dan terstruktur, untuk semua aspek dari masalah atau penerapannya. Pada beberapa
bidang teknik dan ilmu, konsep sistem digunakan sebagai titik awal untuk analisis setiap
masalah.
Memasuki abad ke-20 dan millenium ketiga, beberapa teknologi melesat sebagai
bukti perkembangan ilmu seperti angkasa luar, bioteknologi, dan biomedis dengan
landasan teknik aeronautika (aeronautical engineering) sekarang menjadi angkasa luar
(aerospace), teknik biokimia (biochemical engineering), dan teknik computer (computer
engineering), teknik telekomunikasi, dan teknik sistem. Bidang baru yang berkembang
antara lain teknik lingkungan (environmental engineering) yang berlandaskan teknik
sipil dengan fokus yang kuat pada aspek lingkungan dan sistem, serta teknik biomedis
(bioengineering).
Teknik pertanian (agricultural engineering), sebagai penerapan ilmu-ilmu teknik
pada kegiatan pertanian, dapat dianggap sebagai hibrida antara ilmu terapan teknik
(sipil, mesin, listrik, kimia, dll) dan ilmu terapan pertanian (dari botani, zoology, fisiologi,
dll) muncul sebagai jawaban atas permasalahan yang dihadapi oleh manusia berkaitan
dengan kebutuhan pangan, sandang dan papan. Usaha tani skala besar pada areal
yang luas tidak lagi mungkin dilakukan oleh tenaga manusia dan hewan. Mekanisasi
pertanian (agricultural mechanization) berkembang di AS dan Eropa pada abad ke-18
untuk memecahkan masalah tersebut, dari pengerjaan lahan, pengairan, penanaman,
sampai pemanenan. Kegiatan pascapanen dan penyimpanan, banyak menerapkan
teknik sipil, mesin, dan listrik dalam kegiatan pertanian.
Dengan perkembangan ilmu yang pesat dan beragam, perkembangan ilmu
teknik tidak bersifat monodisiplin atau mengikuti tata istilah biologi, bersifat sebagai
spesies. Banyak ragam bidang ilmu teknik kini merupakan sub-spesies atau hibrida
dari antarbidang ilmu murni maupun terapan. Sebagai contoh, bioteknologi adalah
bidang multidisiplin, dari hibrida beragam ilmu terapan seperti teknik kimia/biokimia,
elektro, fisika, mikrobiologi, dan kesehatan.


C. Komponen Teknologi

Pemahaman teknologi sering dikonotasikan sebagai peralatan fisik yang
digunakan oleh industri atau perusahaan untuk melakukan kegiatan operasionalnya.
Padahal, fasilitas fisik tersebut tidak bernilai apa-apa tanpa campur tangan kemampuan
manusia (seperti penggunaan tenaga otot, otak, dan penglihatan) dan kondisi
lingkungan kerja (seperti kenyamanan kerja dan kesehatan). Oleh karena itu
pemahaman terhadap teknologi hendaknya diperbaiki bahwa teknologi bukan hanya
berupa sesuatu benda, tetapi juga berupa elemen-elemen pengetahuan, informasi, dan
teknis manajemen.

Sharif (1993) menyatakan bahwa teknologi harus dilihat secara utuh dengan cara
menguraikannya ke dalam empat komponen sebagai berikut;
1. Perangkat keras (fasilitas berwujud fisik); misalnya traktor, computer, peralatan
tangkap ikan, mesin pengolah makanan dan minuman, mesin pendingin.
Komponen tersebut disebut juga technoware yang memberdayakan fisik manusia
dan mengontrol kegiatan operasional transformasi.
2. Perangkat manusia (berwujud kemampuan manusia); misalnya keterampilan,
pengetahuan, keahlian, dan kreativitas dalam mengelola ketiga komponen
teknologi lainnya di bidang agroindustri/agribisnis. Komponen tersebut disebut
juga humanware yang memberikan ide pemanfaatan sumber daya alam dan
teknologi untuk keperluan produksi.
3. Peringkat informasi (berwujud dokumen fakta); misalnya website di internet,
informasi yang diperoleh melalui telpon dan mesin facsimile, database konsumen
produk agribisnis, informasi mengenai riset pasar produk agribisnis, spesifikasi
mesin pengolah makanan, buku mengenai pemeliharaan mesin-mesin pertanian,
jurnal-jurnal aplikasi teknologi mutakhir.

Anda mungkin juga menyukai