Anda di halaman 1dari 42

ERGONOMI

REFERENSI TAMBAHAN


BY ASEP ERI K NUGRAHA
NUGRAHA_ AE@YAHOO. CO. I D
System kerja yang tidak ergonomi dalam suatu
perusahaan seringkali kurang mendapat
perhatian atau dianggap sepele oleh para
pihak manajemen atau pengelola sumber daya
manusia di perusahaan tersebut.
Sebagai contoh antara lain adalah pada cara,
sikap dan posisi kerja yang tidak benar,
fasilitas kerja yang tidak sesuai, dan faktor
lingkungan kerja yang kurang mendukung.
Hal ini secara sadar ataupun tidak akan
berpengaruh terhadap produktivitas, efisiensi
dan efektivitas pekerja dalam menyelesaikan
pekerjaannya.
PENGERTIAN & RUANG LINGKUP
Kata ergonomi berasal dari bahasa yunani, yaitu :
Ergon yang artinya Kerja
Nomos yang berarti Peraturan / hukum.
Jadi secara harafiah ERGONOMI diartikan sebagai
Ilmu aturan tentang Kerja pada mulanya di
beberapa negara digunakan istilah yang berbeda,
seperti :
Arbeitswissenschaft (ilmu pengetahuan tentang
kerja) di Jerman
Biotechnology dari Negara-negara skandinavia
Human (Factor) Engineering atau Personal
Research dari Amerika Utara
PENGERTIAN & RUANG LINGKUP
Di Amerika Utara Hasil Lokakarya tentang
Penyusunan norma-norma Ergonomi di tempat
kerja (1978) merumuskan pengertian ergonomi
sebagai berikut :

Ilmu serta penerapannya yang berusaha
menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap
orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya
produktivitas dan efisiensi yang setinggi-
tingginya melalui pemanfaatan manusia
seoptimal mungkin.
PENGERTIAN & RUANG LINGKUP
Di dalam ergonomi terkandung makna penyerasian
jenis pekerjaan dan lingkungan kerja terhadap
tenaga kerja atau sebaliknya.
Hal yang terkait dengan penggunaan teknologi yang
tepat, sesuai dan serasi dengan jenis pekerjaan
serta didukung oleh lingkungan kerja yang aman,
nyaman dan sehat.
Dalam kondisi ini diperlukan pemahaman tentang
bagaimana caranya memanfaatkan manusia
sebagai tenaga kerja seoptimal mungkin sehingga
diharapkan tercapai efisiensi, efektivitas dan
produktivitas yang optimal.
PENGERTIAN & RUANG LINGKUP
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ergonomi
merupakan suatu ilmu terapan yang mempelajari
dan mencari pemecahan persoalan yang menyangkut
faktor manusia dalam proses produksi.
Secara praktis ergonomi adalah sebagai teknologi
untuk mendesain /mengatur kerja, sedang ruang
lingkup ilmu ergonomi meliputi sejumlah aplikasi
beberapa ilmu lain yang saling mendukung, seperti
ilmu anatomi.
Ilmu faal, ilmu psikologi, ilmu teknik dan sejumlah
ilmu lainnya yang secara bersama-sama
menempatkan faktor manusia sebagai fokus utama
dalam rangkaian kerja yang terdapat dalam system
kerja.
PENGERTIAN & RUANG LINGKUP
Fisiologi
Anatomi Psikologi



Engineering
Manajemen
Perancangan


Gambar 1. Kaitan ergonomi dengan ilmu pendukung
ERGONOMI
PENGERTIAN & RUANG LINGKUP
Ergonomi dapat pula didefinisikan sebagai penataan
system kerja yang sesuai dengan norma kerja
masing-masing.
Apabila terdapat hubungan yang serasi antara faktor-
faktor pembentuk dalam system kerja dan system
kerja tersebut mengacu pada norma-norma yang
berlaku didalamnya, maka kondisi inilah yang
disebut Ergonomi.
Tujuan dari ergonomi itu sendiri adalah bagaimana
mengatur kerja agar tenaga kerja dapat melakukan
pekerjaannya dengan rasa aman, selamat, efisien,
efektif dan produktif, disamping juga rasa
nyaman serta terhindar dari bahaya yang mungkin
timbul ditempat kerja.
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Ergonomi sebagai ilmu yang terus berkembang
sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, menjadi sangat penting dan
dibutuhkan dalam meningkatkan produktivitas
kerja di Perusahaan.

Ada beberapa aspek dalam penerapan ergonomi
yang perlu diperhatikan, antara lain :
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Pada bidang rancang bangun dikenal istilah Human
Centered Design (HCD) atau Perancangan berpusat
pada manusia.
Menurut Sutalaksana (1999), perancangan demikian
merupakan perancangan produk ergonomi yang
sesungguhnya, yaitu merancang (mengupayakan)
agar produk menjadi ergonomis atau memiliki
beberapa sifat keergonomisan ketika produk itu
telah selesai dirancang segala-galanya.
Faktor Manusia
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Perancangan dengan prinsip HCD, berdasarkan pada
karakter - karakter manusia yang akan
berinteraksi dengan produknya.
Sebagai titik sentral maka unsur keterbatasan
manusia haruslah menjadi patokan dalam
penataan suatu produk yang ergonomis.
Ada beberapa faktor yang berlaku sebagai faktor
pembatas yang tidak boleh dilampaui agar dapat
bekerja dengan aman, nyaman dan sehat, yaitu :
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
1. Faktor dari dalam (internal factors)
Tergolong dalam faktor ini adalah yang berasal
dari dalam diri manusia, seperti : umur, jenis
kelamin, kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh
lainnya.

2. Faktor dari luar (external factors)
Banyak faktor dari luar yang dapat
mempengaruhi kerja atau berasal dari luar
manusia, seperti : penyakit, gizi, lingkungan kerja,
sosial ekonomi, adat istiadat, dan lain sebagainya.

ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Anthropometri merupakan suatu pengukuran yang
sistematis terhadap tubuh manusia, terutama seluk
beluk dimensional ukuran dan bentuk tubuh
manusia.
Anthropometri yang merupakan ukuran tubuh
digunakan untuk merancang atau menciptakan
suatu sarana kerja yang sesuai dengan ukuran
tubuh pengguna sarana kerja tersebut.
Anthropometri
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Oleh para ahli rancang bangun, anthropometri
digunakan untuk mendapatkan suatu bentuk
rancang bangun yang disebut sebagai suatu
rancang bangun yang ergonomik, karena
menggunakan ukuran tubuh pengguna rancang
bangun sebagai dasar perancangan sarana kerja.
ukuran alat kerja menentukan sikap, gerak dan
posisi kerja tenaga kerja, dengan demikian
penerapan anthropometri mutlak diperlukan
untuk menjamin adanya system kerja yang baik.

ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Dalam pelaksanaan pengukuran anthropometri,
dikenal 2 macam pengukuran :
1. Anthropometri statis
2. Antrhopometri dinamis
Alat yang digunakan untuk pengukuran
antrhopometri adalah anthropometer.
Jika alat-alat kerja tersebut tidak sesuai ukurannya
dengan ukuran tubuh tenaga kerja sebagai
pelaku produksi, maka tenaga kerja tersebut
akan merasa tidak nyaman dan akan lebih
lamban dalam bekerja, yang pada akhirnya akan
timbul suatu kelelahan kerja atau gejala penyakit
otot yang lain akibat melakukan pekerjaan
dengan cara yang tidak alamiah.
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan
interaksinya terhadap sarana kerja akan
menentukan efisiensi, efektivitas dan
produktivitas kerja, selain SOP (Standard
Operating Procedures) yang terdapat pada setiap
jenis pekerjaan.
Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku
oleh orang yang mempunyai ukuran tubuh yang
lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi
sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil
kerjanya.
Sikap Tubuh Dalam Bekerja
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Tanpa disadari tenaga kerja tersebut akan sedikit
membungkuk saat melakukan pekerjaannya.
Hal ini akan menyebabkan terjadinya kelelahan
lokal didaerah pinggang dan bahu.
Namun karena penderitanya tidak mencolok maka
biasanya keluhan tersebut dianggap bukan
masalah, tetapi kerugian yang ditimbulkannya
bisa berwujud hilangnya jam kerja, terhambatnya
produksi dan lainnya.
Pada waktu bekerja diusahakan agar bersikap secara
alamiah dan bergerak optimal.

ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Dalam system kerja angkat dan angkut, sering
dijumpai nyeri pinggang sebagai akibat kesalahan
dalam mengangkat maupun mengangkut, baik itu
mengenai teknik maupun berat/ukuran beban.
Nyeri pinggang dapat pula terjadi sebagai sikap paksa
yang disebabkan karena penggunaan sarana kerja
yang tidak sesuai dengan ukuran tubuhnya.
Kondisi demikian menggambarkan tidak adanya
keserasian antara ukuran tubuh pekerja dengan
bentuk dan ukuran sarana kerja, sehingga terjadi
pembebanan setempat yang berlebihan didaerah
pinggang dan inilah yang menyebabkan nyeri
pinggang akibat kerja.
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Untuk jenis pekerjaan angkat dan angkut, maka
beban maksimum yang diperkenankan, agar tidak
menimbulkan kecelakaan kerja, sesuai dengan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Koperasi No.Per.01/MEN/1978 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
Penebangan dan Pengangkutan Kayu.
JENIS
DEWASA TENAGA KERJA MUDA
PRIA (Kg) WANITA (Kg) PRIA (Kg) WANITA (Kg)
Sekali-sekali 40 15 15 10 112
Terus Menerus 15 - 18 10 10 - 15 6 - 9
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Sikap tubuh dalam bekerja yang dikatakan secara
ergonomik adalah yang memberikan rasa
nyaman, aman, sehat dan selamat dalam bekerja,
yang dapat dilakukan antara lain dengan cara :
a. Menghindarkan sikap yang tidak alamiah dalam
bekerja.
b. Diusahakan beban statis menjadi sekecil-kecilnya.
c. Perlu dibuat dan ditentukan kriteria dan ukuran
baku tentang peralatan kerja yang sesuai dengan
ukuran anthropometri tenaga kerja penggunanya.
d. Agar diupayakan bekerja dengan sikap duduk dan
berdiri secara bergantian.
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Penggunaan teknologi dalam pelaksanaan produksi
akan menimbulkan suatu hubungan timbal balik
antara manusia sebagai pelaku dan mesin sebagai
sarana kerjanya.
Dalam proses produksi, hubungan ini menjadi
sangat erat sehingga merupakan satu kesatuan.
Secara ergonomis, hubungan antara manusia
dengan mesin haruslah merupakan suatu
hubungan yang selaras, serasi dan sesuai.
Fungsi manusia dalam hubungan manusia mesin
dalam rangkaian produksi ini adalah sebagai
pengarah atau pengendali jalannya mesin tersebut.
Mesin - Manusia
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Manusia menerima informasi dari mesin melalui
indera mata untuk membuat keputusan untuk
menyesuaikan atau merubah kerja mesin melalui
alat kendali yang ada pada mesin itu.
Pada umumnya setiap mesin sudah mempunyai
prosedur standar pengoperasiannya.
Kemudian mesin menerima perintah tersebut untuk
kemudian untuk menjalankan tugasnya.
Jelas disini bahwa bekerjanya mesin sangat
tergantung pada manusia sebagai
pengendaliannya.
Disain alat kendali yang baik pada mesin
merupakan salah satu faktor yang penting yang
akan mempengaruhi manusia sebagai operatornya.
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Pengorganisasian kerja terutama menyangkut waktu
kerja, waktu istirahat, kerja lembur dan lainnya
yang dapat menentukan tingkat kesehatan dan
efisiensi tenaga kerja.
Diperlukan pola pengaturan waktu kerja dan waktu
istirahat yang baik, terutama untuk kerja fisik
yang berat.
Jam kerja selama 8 jam/hari diusahakan sedapat
mungkin tidak terlampaui, apabila tidak dapat
dihindarkan, perlu diusahakan group kerja baru
atau perbanyakan kerja shift.
Pengorganisasian Kerja
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Untuk pekerjaan lembur sebaiknya ditiadakan,
karena dapat menurunkan efisiensi dan
produktivitas kerja serta meningkatnya angka
kecelakaan kerja dan sakit.
Disamping itu kerja lembur yang melebihi 25 % dari
jam kerja tidak akan melindungi tenaga kerja dari
pengaruh buruk bahaya dari lingkungan kerja dan
beban tambahan lainnya.
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Lingkungan kerja yang lestari dan manusiawi
merupakan faktor pendorong bagi kegairahan dan
efisiensi kerja.
Sedangkan lingkungan kerja yang buruk
(melampaui Nilai Ambang Batas yang telah
ditetapkan), yang melebihi toleransi manusia
untuk menghadapinya, tidak hanya akan
menurunkan produktivitas kerja tetapi juga akan
menyebabkan penyakit akibat kerja, kecelakaan
kerja, pencemaran lingkungan sehingga tenaga
kerja dalam melaksanakan pekerjaannya tidak
mendapat rasa aman, nyaman, sehat dan selamat.
Pengendalian Lingkungan Kerja
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Terdapat berbagai faktor lingkungan kerja yang
berpengaruh terhadap kesehatan, keselamatan dan
efisiensi serta produktivitas kerja, yaitu faktor
fisik seperti : pengaruh kebisigan, penerangan,
iklim kerja, getaran ; faktor kimia seperti :
pengaruh bahan kimia, gas, uap, debu ; faktor
fisiologis seperti : sikap dan cara kerja, penentuan
jam kerja dan istirahat, kerja gilir, kerja lembur ;
faktor psikologis seperti : suasana tempat kerja,
hubungan antar pekerja dan faktor biologis seperti
: infeksi karena bakteri, jamur virus, cacing.
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Untuk pengendalian lingkungan kerja dapat
dilakukan melalui beberapa tahapan/cara, yaitu
pengendalian secara teknik, pengendalian secara
administratif dan pengendalian dengan pemberian
Alat Pelindung Diri (APD).
Banyak dijumpai adanya tenaga kerja yang enggan
menggunakan alat pelindunga diri, meskipun
ditempat kerjanya terjadi pencemaran bahan
kimia di udara tempat kerja.


ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
49 C Suhu yang dapat ditolerir selama 1 jam.
Kemampuan Fisik dan Mental jauh
menurun.
29,5 C Aktifitas mental dan daya tangkap
menurun
dan tenaga kerja dapat melakukan kesala
lahan dalam melakukan kesalahan. Timbul
Kelelahan Fisik.
24 C Kondisi Optimum
10 C Kekakuan mulai terjadi
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Penyebab kelelahan akibat tidak ergonomisnya
kondisi sarana, prasarana dan lingkungan kerja
merupakan faktor dominan bagi menurunnya atau
rendahnya produktivitas kerja seorang tenaga
kerja.
Suasana kerja yang tidak ditunjang oleh kondisi
lingkungan kerja yang sehat antara lain adalah
sebagai penyebab timbulnya kelelahan kerja.
Banyak dijumpai kasus kelelahan kerja sebagai
akibat pembebanan kerja yang berlebihan, antara
lain irama kerja yang tidak serasi, pekerjaan yang
monoton dan kondisi tempat kerja yang tidak
menggairahkan.
Kelelahan Kerja
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Kelelahan (fatigue) merupakan suatu kondisi yang
telah dikenali dalam kehidupan sehari-hari.
Istilah kelelahan pada umumnya mengarah pada
kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan
suatu kegiatan, walaupun ini bukan merupakan
satu-satunya gejala.
Kelelahan dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu
:
a. Kelelahan otot (muscular fatigue)
b. Kelelahan umum (general fatigue)
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Kedua bentuk kelelahan ini muncul dari proses
fisiologik yang berbeda sama sekali.
Kelelahan otot ditunjukkan melalui gejala sakit
nyeri, seperti ketegangan otot dan sakit disekitar
sendi, sedangkan kelelahan umum dapat terlihat
pada munculnya sejumlah keluhan yang berupa
perasaan lamban dan keengganan beraktivitas.
Menurut para ahli, terdapat keterkaitan antara
kelelahan dengan tingkat stress.
Hal ini dapat ditunjukkan melalui reaksi tubuh
terhadap jenis stress yang berbeda-beda.
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Untuk itu perlu dilakukan pengukuran untuk
mendapatkan solusi bagi kecenderungan
implikasi kelelahan yang diderita oleh tenaga
kerja terhadap kinerja perusahaan.
Kesulitan terbesar dalam pengukuran kelelahan
adalah karena tidak adanya cara yang langsung
dapat mengukur sumber penyebab kelelahan itu
sendiri.
Belum ada satupun ukuran yang mutlak dalam
pengukuran kelelahan.
Pengukuran kelelahan hanya mampu mengukur
indikator kelelahan saja.
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
CTD dapat diterjemahkan sebagai Kerusakan
Trauma Kumulative.
Penyakit ini timbul Karena terkumpulnya
kerusakan-kerusakan kecil akibat trauma berulang
yang membentuk kerusakan yang cukup besar dan
menimbulkan rasa sakit.
Hal ini sebagai akibat penumpukan cedera kecil
yang setiap kali tidak sembuh total dalam jangka
waktu tertentu yang bisa pendek dan bisa lama,
tergantung dari berat ringannya trauma setiap
hari, yang diekspresikan sebagai rasa nyeri,
kesemutan, pembengkakan dan gejala lainnya.
CTD (CULMULATIVE TRAUMA DISORDER)
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Gejala CTD biasanya muncul pada jenis pekerjaan
yang monoton, sikap kerja yang tidak alamiah,
penggunaan atau pengerahan otot yang melebihi
kemampuannya.
Biasanya gejala yang muncul dianggap sepele atau
dianggap Over Exertion.
1. Over Stretching
2. Over Compressor
CTD dapat digolongkan sebagai penyakit akibat
kerja, apabila dapat dibuktikan terdapat
pemaparan dari dua atau lebih faktor resiko
ergonomi di tempat kerja.
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya CTD,
yaitu :
a. Terdapat Posture atau sikap tubuh yang janggal.
b. Gayanya yang melebihi kemampuan jaringan.
c. Lamanya waktu pada saat melakukan posisi
janggal.
d. Frekuensi siklus gerakan dengan posture janggal
per-menit.
Beberapa contoh CTD :

ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
TENDINITIS
Tendon yang meradang, gejala :
o sakit, bengkak
o nyeri tekan
o lemah ditempat yang terpapar (siku, bahu)

ROTATOR CUFF TENDINITIS
Satu atau lebih dari empat rotator cuff tendon pada
bahu meradang, gejala :
o Sakit
o Gerakan terbatas pada bahu
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
TENOSYNOVITIS
Pembengkakan pada tendon & sarung yang
menutupi tendon, gejala :
o pembengkakan
o nyeri tekan
o sakit pada tempat yang terpapar (siku, tangan, lengan,
dll)
CARPAL TUNNEL SYNDROME
Penyebab :
o Tekanan yang terlalu berat pada syaraf medianus yang
melalui pergelangan tangan.
Gejala :
o mati rasa
o kesemutan, pegal
o sakit pada pergelangan tangan
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
EPICONDYLITIS (TENNIS ELBOW)
Peradangan pada tendon di siku, gejala :
o sakit
o sedikit bengkak
o lemah

WHITE FINGER
Pembuluh darah di jari-jari rusak, gejala :
o pucat di jari-jari
o mati rasa
o perasaan seakan jari terbakar
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Untuk dapat melaksanakan pekerjaannya, seorang
tenaga kerja tidak hanya memerlukan makanan
yang sehat dan bergizi dengan nilai kalori cukup
sesuai dengan jenis pekerjaannya, tetapi juga
membutuhkan kesegaran jasmani yang baik pula.
Meskipun secara fisik tenaga kerja dalam keadaan
sehat, dengan asupan gizi yang cukup, tetapi
apabila tidak segar dan bugar maka tenaga kerja
tersebut dalam melakukan pekerjaannya akan
cepat menjadi lelah.
Pekerja yang sehat, segar dan bugar dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas
perusahaan.
Kesegaran Jasmani dan Musik
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Mengingat kondisi masing-masing tidak sama, maka
sebaiknya kegiatan kesegaran jasmani perlu
disesuaikan dengan situasi, kondisi dan
kebutuhan masing-masing perusahaan.
Pengadaan musik ditempat kerja sebaiknya
dilakukan untuk jenis pekerjaan yang monoton
dan pekerjaan tangan (manual work) yang
berulang serta pekerjaan lain yang memerlukan
aktivitas mental.
Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi atau
menghindari kebosanan dan kejenuhan dalam
bekerja.
ASPEK-ASPEK DALAM ERGONOMI
Untuk tempat kerja dengan intensitas kebisingan
yang tinggi tidak dianjurkan untuk pengadaan
musik.
Penatalaksanaan suatu system kerja di Industri
dengan mengacu pada norma ergonomi
diharapkan dapat menciptakan system kerja
yang aman, nyaman dengan tingkat
produktivitas, kesehatan dan keselamatan kerja
yang prima.

Anda mungkin juga menyukai