Anda di halaman 1dari 17

1

PEDOMAN PENYUSUNAN SOAL


1. Pengantar
Setiap tahun para pendidik diminta untuk menyusun soal ujian yang bertujuan melihat hasil
keseluruhan proses belajar mengajar. Menyusun soal ujian sepintas bukanlah hal yang sulit,
karena hanya merangkai kata-kata tanya yang berisi materi pembelajaran, sesuai dengan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta Standar Komptensi Lulusan yang ada. Dalam
kenyataannya, tidak semua guru merasa mudah, cepat, dan tepat dalam menyusun soal ujian
yang baik. Sering dijumpai adanya soal-soal ujian yang kurang baik dan tidak memenuhi standar.
Kekurangan itu dapat berupa peggunaan tata bahasa yang kurang jelas, pilihan jaaban
panjangnya tidak sama, soal berikutnya bergantung pada jaaban soal sebelumnya, dan pilihan
jaaban yang berupa angka ditulis acak atau tidak berurutan. !ahkan ada soal yang dibuat
mendahului pembuatan kisi-kisi soal.
Kenyataan lainnya, guru yang sudah berpengalaman pun saat soal yang disusunnya ditelaah
pihak lain yang berkompeten masih ditemukan banyak kesalahan. Masih ditemukan soal-soal
yang harus dire"isi karena beragam alasan seperti gambar pendukung soal dipersepsikan berbeda
oleh pembaca soal, pilihan jaaban yang menunjuk ke kunci jaaban, serta pokok soal yang
kurang jelas. Kesulitan seperti ini diperkuat lagi oleh mental guru yang hanya mengandalkan
buku-buku bank soal yang beredar luas di pasaran. !ank soal dijadikan sandaran terakhir bagi
guru yang kesulitan merumuskan soal. Kalaupun merumuskan soal sendiri, itu lebih pada usaha
modi#ikasi soal yang sudah dibaca dari sumber tertentu. Modi#ikasi yang dilakukan di sini dalam
hal teks bacaan, gambar dan data atau gra#ik pendukung soal, sementara rumusan pokok soal
masih tetap sama.
Persoalan seperti ini akan teratasi jika para guru bisa melakukan langkah-langkah penyusunan
soal dan memenuhi kaidah-kaidah penyusunan soal yang baik. Langkah penyusunan soal yang
baik tersebut mengikuti alur yang pakem yaitu $ menentukan tujuan tes, menyusun kisi-kisi soal,
penulisan soal, penelaahan soal, melakukan uji coba soal termasuk analisisnya dan membuat
skor. Setiap langkah dalam penyusunan soal tersebut harus dilaksanakan dengan baik dan cermat
menurut pedoman yang ditetapkan.
%. Dasar dan Posisi Kegiatan Penyusunan Soal dalam Sistem Pendidikan
Ditetapkannya &ndang-&ndang 'omor %( tahun %(() tentang Sistem Pendidikan 'asional dan
Peraturan Pemerintah 'omor 1* tahun %((+ tentang Standar 'asional Pendidikan membaa
implikasi terhadap sistem dan penyelenggaraan pendidikan termasuk pengembangan dan
pelaksanaan kurikulum. Kebijakan pemerintah tersebut mengamanatkan kepada setiap satuan
pendidikan dasar dan menengah untuk mengembangkan Kurikulum ,ingkat Satuan Pendidikan
-K,SP. yang mengacu pada Standar 'asional Pendidikan. Dalam melaksanakan K,SP termasuk
sistem penilaiannya, banyak pendidik yang masih mengalami kesulitan untuk menyusun tes dan
mengembangkan butir soal yang "alid dan reliabel. /leh karena itu, Direktorat Pembinaan SM0
membuat berbagai panduan pelaksanaan K,SP yang salah satu di antaranya adalah panduan
penyusunan butir soal.
!uku Panduan Penyusunan butir soal yang diterbitkan Departemen Pendidikan 'asional tahun
%((1 memuat beberapa hal pokok terkait dengan masalah penyusunan soal, merumuskan tujuan,
dan ruang lingkup penyusunan soal. Panduan penyusunan soal bertujuan meningkatkan
kemampuan pro#esional guru dalam penulisan butir soal, penyusuanan kisi-kisi soal, dan
mengembangkan butir soal yang "alid dan reliabel. 2akupan dan ruang lingkup materi panduan
penyusunan soal itu meliputi penilaian berbasis kompetensi, teknik, alat penilaian dan prosedur
pengembangan tes, penyusunan kisi-kisi, dan penyusunan butir soal -Depdiknas, %((1$1..
!uku panduan itu memuat sepuluh bab penting. Materi yang berkiatan dengan masalah
penyusuan soal ditemukan dalam bab kedua -Penilian !erbasis Kompetensi. bab ketiga -,eknik
penilian dan prosesdur pengembangan tes dan bab keempat -Penyusunan Kisi-kisi dan butir
2
soal..
&ntuk dapat menyusun soal sesuai dengan pedoman diperlukan perencanaan. Perencanaan itu
merupakan langkah aal penyusunan tes. Dengan perencanaan yang matang, soal tes yang akan
dihasilkan akan berkualitas -3ahyuni, %(1%$44.. ,anpa perencanaan yang matang sukar bagi
e"aluator untuk memperoleh tes yang baik. ,es yang kurang baik akan memberikan in#ormasi
kurang akurat, tidak dapat dipercaya dan pada gilirannya menghasilkan keputusan yang keliru.
Penyelenggaraan pembelajaran, termasuk pembelajaran bahasa, sebagai bagian dari
penyelenggaraan pendidikan, merupakan usaha yang persiapan dan pelaksanaannya meliputi
berbagai hal dan tahapan. Penyelenggaraan pembelajaran yang utuh mencakup penyelenggaraan
e"aluasi, penilaian, dan pemberian tes. 5al tersebut dilakukan untuk memperoleh data dan
umpan balik tentang pencapaian pembelajaran yang telah diselenggarakan.
Sebuah tes merupkan proses sistematis untuk menentukan apakah keterampilan khusus dan
kompetensi berada pada tingkat yang diinginkan. Sebuah tes dimaksudkan memberikan
gambaran representati# tentang perilaku testi terkait domain yang jelas dari konten untuk
menurunkan keputusan yang akurat terkait kemampuan testi. Skor tes berkaitan erat dengan soal
tes yang diujikan dan hasil dari sebuah tes menjadi ringkasan dan bukti tentang tanggapan testi
atas pertanyaan. Pena#siran atas hasil tes sangat penting untuk memenuhi tujuan pengujian
-Donath, %(()$1.
Data in#ormasi yang diperoleh guru selama pembelajaran dijaring dan dikumpulkan melalui
prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan dinilai.
Dari proses ini, diperoleh potret6pro#il kemampuan sisa dalam pencpaian sejumlah standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang dirumuskan di dalam kurikulum. ,eknik penilaian harus
disesuaikan dengan karakteristik indikator, standar kompetensi dasar dan kompetensi. ,erbuka
kemungkinan sebuah indikator dapat diukur dengan beberapa teknik penilaian karena terkait
domain kogniti#, psikomotor, dan a#ekti#.
,es merupakan salah satu alat yang digunakan dalam penilaian. ,es dirancang dan dilaksanakan
para sisa pada aktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat
tertentu yang jelas -Depdiknas, %((7.. ,es diartikan sebagai alat, prosedur, rangkaian kegiatan
yang digunakan untuk memperoleh contoh tingkah laku sisa sebagai gambaran tentang
komptensi dan kemampuannya. Dalam pembelajaran bahasa, penyusunan tes bahasa mencakup
dua "ariabel yang dapat diujikan, yaitu -1. unsur-unsur kebahasaan8 dan -%. keterampilan
berbahasa -Lado, 1*9+$ %+.. &nsur-unsur kebahasaan yang dapat diujikan seperti pela#alan
-pronounciation., struktur tata bahasa -grammatical structure., dan kosa kata -le:icon..
Selanjutnya, keterampilan berbahasa meliputi kemampuan berbicara -skill o# speaking.,
menyimak -listening., membaca -reading., dan menulis -riting... /leh karena itu, seorang guru
bahasa harus dapat menerapkan berbagai macam tes agar tujuan tes "alid. Penyusunan tes yang
baik dalam rangka e"aluasi harus disesuaikan dengan tujuan pemberian tes, tahapan, dan kaidah-
kaidah dalam penyusunan tes.
;"aluasi merupakan salah satu tahap penting dalam proses pembelajaran di sekolah. Sasarannya
antara lain untuk mengetahui berhasil atau tidaknya kegiatan yang dilakukan Sebagai salah satu
tahap penting, e"aluasi dilaksanakan guru. 0gar seorang guru dapat mengetahui apakah kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan telah berhasil atau tidak. &ntuk mengukur keberhasilan itu
salah satu perangkat e"aluasi yang digunakan tes dengan menggunakan soal-soal yang disusun
guru dengan pedoman, standar, dan prinsip tertentu.
;"aluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik bila pelaksanaannya merujuk pada
tiga prinsip dasar$ -1. Prinsip keseluruhan, -%. Prinsip kesinambungan, dan -). prinsip
objekti"itas -Sidijono, 1**+$+*.. Prinsip keseluruhan berarti e"aluasi hasil belajar harus dapat
mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan
tingkahlaku yang terjadi pada diri peserta didik. Dalam hubungan ini e"aluasi hasil belajar di
samping dapat mengungkap aspek proses berpikir -kogniti# domain. juga dapat mengungkap
aspek kejiaan terkait aspek nilai atau sikap -a#ekti# domain. dan aspek keterampilan
-pisikomotor domain. yang melekat pada diri peserta didik. /leh sebab itu, sebelum
melaksanakan kegiatan e"aluasi seorang pendidik perlu merumuskan langkah-langkah
penyusunan e"aluasi dan cara pelaksanaannya
3
). Penyusunan Soal dan Konsep Penilian !erbasis Komptensi -P!K.
Penyusunan soal selalu dikaitkan komptensi yang hendak diukur melalui soal-soal tersebut.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di dalam Standar <si menjadi #okus perhatian utama
dalam penilaian. P!K merupakan teknik e"aluasi yang dilakukan dalam pembelajaran di
sekolah. ,eknik dan pelaksanaannya diatur di dalam -1. &ndang-=&ndang >epublik <ndonesia
'o. %( ,ahun %(() tentang Sistem Pendidikan 'asional, -%. Peraturan Pemerintah 'o. 1* ,ahun
%((+ tentang Standar 'asional Pendidikan, -). Peraturan Menteri Pendidikan 'asional 'o. %%
,ahun %((7 tentang Standar <si, -4. Peraturan Menteri Pendidikan 'asional 'o. %) tahun %((7
tentang Standar Kompetensi Lulusan, -+. Peraturan Menteri Pendidikan 'asional 'o. %( tahun
%((9 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
&ntuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi, guru dapat mela kukan dan memilih bentuk
penilaian melalui tes dan nontes. ,es meliputi tes lisan, tertulis -bentuk uraian, pilihan ganda,
jaaban singkat, isian, menjodohkan, benar-salah., dan tes perbuatan yang meliputi$ kinerja
-per#ormance., penugasan -proyek. dan hasil karya -produk.. Penilaian nontes -penilaian sikap,
minat, moti"asi, penilaian diri, port#olio, li#e skill.. ,es perbuatan dan penilaian nontes dilakukan
melalui pengamatan -obser"asi..
Prosedur pengembangan tes dalam rangka penyusunan soal dengan -1. menentukan tujuan
penilaian, -%. menentukan kompetensi yang diujikan -). menentukan materi pokok terkiat
kompetensi -urgensi, kontinuitas, rele"ansi, keterpakaian., -4. menentukan jenis tes yang tepat
-tertulis, lisan, perbuatan., -+. menyusun kisi-kisi, butir soal, dan pedoman penskoran, -7.
melakukan telaah butir soal. Penilaian nontes dilakukan melalui pengamatan dengan langkah-
langkah -1. menentukan tujuan penilaian, -%. menentukan kompetensi yang diujikan, -).
menentukan aspek yang diukur, -4. menyusun tabel pengamatan dan pedoman penskorannya, -+.
melakukan penelaahan.
Langkah aal dalam mengembangkan instrumen tes adalah menetapkan tujuannya. Ditinjau dari
tujuannya, ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan, yaitu $ -a. tes
penempatan, -b. tes diagnostik, -c. tes #ormati#, dan -d. tes sumati# -,horndike ? 5agen, 1*998
'urkancana dan Sunartana, %((7$11-)1.. Dalam pembelajaran bahasa penentuan tujuan juga
mencakup penentuan aspek keteraampilan bahasa yang akan dinilai serta penentuan penguasaan
unsur-unsur kebahasaan yang teritegrasi di dalamnya. ,ujuan tes dalam pembelajaran bahasa
bukan sekadar mengukur penguasaan materi tetapi lebih pada penguasaan kompetensi berbahasa.
Menurut 3ahyuni, -%(1%$47. dasar merumuskan tujuan tes bahasa dan sastra <ndonesia adalah
tujuan yang hendak dicapai dalam program atau pembelajaran bahasa dan sastra <ndonesia pada
jenjang atau tingkat tertentu.
0da dua kriteria dasar dalam menentukan materi atau bahan saat penyusuanan soal -1. adanya
kesesuaian materi yang diujikan dan target kompetensi. 5al ini dapat memberikan in#ormasi
tentang peserta didik yang telah mencapai tingkatan pengetahuan tertentu yang disyaratkan
sesuai dengan target kompetensi dalam silabus6kurikulum. Selain itu dapat memberikan
in#ormasi mengenai apa dan seberapa banyak materi yang telah dipelajari peserta didik -%. bahan
ulangan6ujian hendaknya menghasilkan in#ormasi atau data yang dapat dijadikan landasan bagi
pengembangan standar sekolah, standar ilayah, atau standar nasional melalui penilaian hasil
proses belajar-mengajar.
Kriteria itu pada gilirannya menuntut tersusunnya soal-soal yang bermutu. Soal yang bermutu
membantu pendidik meningkatkan pembelajaran dan memberikan in#ormasi dengan tepat
tentang tingkat komptensi peserta didik. Salah satu ciri soal yang bermutu adalah soal itu dapat
membedakan setiap kemampuan peserta didik. Semakin tinggi kemampuan peserta didik dalam
memahami materi pembelajaran, semakin tinggi pula peluang menjaab benar soal atau
mencapai kompetensi yang ditetapkan. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan peserta didik
dalam memahami materi pembelajaran, makin kecil pula peluang menjaab benar soal untuk
mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
4
Selain itu, syarat soal yang bermutu harus sahih -"alid., dan andal. Sahih berarti setiap alat ukur
hanya mengukur satu dimensi6aspek saja. 0ndal artinya setiap alat ukur harus dapat memberikan
hasil pengukuran yang tepat, cermat, dan ajeg. &ntuk dapat menghasilkan soal yang sahih dan
andal, penyusun soal harus merumuskan kisi-kisi dan menulis soal berdasarkan kaidah penulisan
soal yang baik -kaidah penulisan soal bentuk objekti#6pilihan ganda, uraian, atau praktik..
Konsep "alid dan andal ini juga digambarkan Linn dan @ronlund -1**+$ 49. yang menegaskan
baha tes yang baik harus memenuhi tiga syarat yaitu, "aliditas, reliabilitas, dan usabilitas.
Aaliditas terkait ketepatan interpretasi hasil prosedur pengukuran, reliabilitas merujuk pada
konsistensi hasil pengukuran, dan usabilitas berpautan dengan kepraktisan prosedur. Di samping
itu, 2ohen dkk. -1**%$ %18 'itko, 1**7$)7. juga menyatakan baha tes yang baik adalah tes
yang "alid artinya mengukur apa yang hendak diukur. Aaliditas tes merupakan integrasi
pertimbangan e"aluati# derajat keterangan empiris yang mendasarkan pemikiran teoritis yang
mendukung ketepatan dan kesimpulan berdasarkan pada skor tes. Messick -1**)$1)-178 .
menguraikan "aliditas secara tradisional mencakup -1. "aliditas isi, yaitu ketepatan materi yang
diukur dalam tes8 -%. "aliditas criterion-related, yaitu membandingkan tes dengan satu atau lebih
"ariabel atau kriteria, -). "aliditas predikti#, yaitu ketepatan hasil pengukuran dengan alat lain
yang dilakukan kemudian8 -4. "aliditas serentak -concurrent., yaitu ketepatan hasil pengukuran
dengan dua alat ukur lainnya yang dilakukan secara serentak8 -+. "aliditas konstruk, yaitu
ketepatan konstruksi teoretis yang mendasari disusunnya tes. Linn dan @ronlund -1**+ $ +(.
membaginya menjadi "alilitas -1. konten. -%. test-criterion relationship, -). konstruk, dan -4.
conseBuences, yaitu ketepatan penggunaan hasil pengukuran. Popham -1**+ $ 4). baha tipe
"aliditas merujuk pada -1. content, -%. criterion, dan -).construction.
5al lain yang tidak kalah pentingnya adalah masalah reliabilitas tes. >eliabilitas berhubungan
dengan konsistensi hasil pengukuran. -'itko, 1***$7%8 Popham, 1**+$ %18 2ohen, 1**%$1)%. .
,es dengan tingkat konsistensi6reliabilitas tinggi tergolong tes yang memiliki akurasi yang baik,
reproducible8 dan gereraliCable terhadap kesempatan testing dan instrumen tes yang sama -;bel
dan Drisbie -1**1 $ 97.. >eliabilitas tes dipengaruhi -1. banyak butir, -%. homogenitas materi tes,
-). homogenitas karakteristik butir, dan -4. "ariabilitas skor. >eliabilitas berhubungan dengan
peserta didik dipengaruhi -1. heterogenitas kelompok, -%. pengalaman testi, dan -). moti"asi
peserta didik -;bel dan Drisbie, 1**1$ 11-*)..
&ntuk meningkatkan "aliditas dan reliabilitas tes perlu dilakukan analisis butir soal. 0nalisis itu
berman#aat $ -1. membantu para pengguna tes dalam e"aluasi atas tes yang diterbitkan, -%.
sangat rele"an bagi penyusunan tes in#ormal dan lokal seperti kuis, ulangan yang disiapkan guru
untuk peserta didik di kelas, -). mendukung penulisan butir soal yang e#ekti#, -4. secara materi
dapat memperbaiki tes di kelas, -+. meningkatkan "aliditas soal dan reliabilitas -0nastasi dan
&rbina, 1**9$ 19%..
4. 5al-5al Pokok dan Langkah Penyusunan Soal
!uku Panduan Penulisan !utir Soal -Depdiknas, %((1$ 11-1*. pada bab ke-4 dengan judul
Penyusunan Kisi-Kisi dan !utir Soal termuat * hal pokok yang harus dibahas dalam kaitannya
dengan penyusunan soal. 5al pokok itu adalah$ -1. Eenis Perilaku yang Dapat Diukur -%.
Penentuan Perilaku yang 0kan Diukur -). Penentuan dan Penyebaran Soal -4. Penyusunan Kisi-
kisi -+. Perumusan <ndikator Soal -7. Langkah-langkah Penyusunan !utir Soal -9. Penyusunan
!utir Soal ,es ,ertulis -1. Penulisan Soal !entuk &raian -*. Penulisan Soal !entuk Pilihan
@anda. 5al-hal ini akan jelas terlihat dalam bagian tentang langkah-langkah Penyusunan !utir
soal -point 4.7.
4.1 Eenis Perilaku yang Dapat Diukur secara &mum
Dalam menentukan perilaku yang akan diukur, penyusun soal biasanya merujuk pada prilaku
yang dipertalikan dengan taksonomi pembelajaran. Perilaku yang diambil dan diperhatikan
merujuk pada apa yang telah dikembangkan para ahli pendidikan seperti !enjamin S. !loom,
5
FuellmalC, >.E. MaCano dkk, >obert M. @agne, Da"id Krathohl, 'orman ;. @ronlund dan
>.3. de Maclay, Linn dan @ronlund. Perilaku itu secara dinyatakan dalam rumusan soal -kata-
kata operasinal yang digunakan. dan tekait tingkat kesukaran soal.
>anah Kogniti# -2ogniti"e. "ersi !.S. !loom menghasilan rumusan dan tingkat kesulitan soal
yang ditandai 21-27 berkaitan dengan -1. <ngatan -menyebutkan, menentukan, menunjukkan,
mengingat kembali, mende#inisikan.8 -%. Pemahaman -membedakan, mengubah, memberi
contoh, memperkirakan, mengambil kesimpulan.8 -).Penerapan -menggunakan, menerapkan.8
-4. 0nalisis -membandingkan, mengklasi#ikasikan, mengkategorikan, menganalisis.8 -+. Sintesis
-menghubungkan, mengembangkan, mengorganisasikan, menyusun.8 -7. ;"aluasi -mena#sirkan,
menilai, memutuskan.. Eenis perilaku yang dikembangkan FuellmalC adalah$ -1. ingatan, -%.
analisis, -). perbandingan, -4. penyimpulan, -+. e"aluasi.
Eenis perilaku "ersi >. E. MaCano, tampaknya lebih kaya karena mencakup 1 keterampilan -1.
keterampilan memusat atau #ocusing skills -mende#inisikan, merumuskan tujuan.8 -%.
mengumpulkan in#ormasi -mengamati, merumuskan pertanyaan.8 -). mengingat -merekam.8 -4.
mengorganisasi -membandingkan, mengelompokkan, menata, mengurutkan, menyajikan.8 -+.
menganalisis -mengenali si#at komponen, hubungan, pola, ide pokok, kesalahan.8 -7.
menghasilkan keterampilan baru -menyimpulkan, memprediksi, mengupas, mengurai.8 -9.
memadu atau integreting skills -meringkas, menyusun kembali.8 -1. menilai -menetapkan
kriteria, membenarkan pembuktian..
>obert M. @agne mengembangkan jenis perilaku terkait -1. kemampuan intelektual
-diskriminasi, identi#ikasi6konsep yang nyata, klasi#ikasi, demonstrasi, generalisasi6menghasilkan
sesuatu.8 -%. strategi kogniti# -menghasilkan suatu pemecahan.8 -). in#ormasi "erbal
-menyatakan sesuatu secara lisan, oral.8 -4. keterampilan motorist -melaksanakan, menjalankan
sesuatu.8 -+. sikap -kemampuan memilih.. Domain a#ekti# yang dikembangkan Da"id Krathohl
adalah$ -1. menerima, -%. menjaab, -). menilai. Domain psikomotor yang dikembangkan
'orman ;. @ronlund dan >.3. de Maclay -1. persepsi, -%. kesiapan, -). respon terpimpin, -4.
mekanisme8 -+. respon yang kompleks, -7. organisasi, -9. karakterisasi dari nilai. Sementara itu,
Keterampilan berpikir yang dikembangkan Linn dan @ronlund tampak dalam akti"itas
Membandingkan, 5ubungan sebab-akibat, Memberi alasan -justi#ying., Meringkas,
Menyimpulkan, !erpendapat -in#erring., Mengelompokkan, Menciptakan, Menerapkan,
0nalisis, Sintesis, ;"aluasi
4.% Menentukan Perilaku yang Diukur dalam Konteks Kurikulum
Setelah kegiatan penentuan materi yang akan ditanyakan, kegiatan berikutnya adalah
menentukan secara tepat perilaku yang akan diukur. Perilaku yang akan diukur, pada Kurikulum
!erbasis Kompetensi tergantung pada tuntutan kompetensi, baik standar kompetensi maupun
kompetensi dasarnya. Setiap kompetensi di dalam kurikulum memiliki tingkat keluasan dan
kedalaman kemampuan yang berbeda. Semakin tinggi kemampuan6perilaku yang diukur sesuai
dengan target kompetensi, maka semakin sulit soal dan semakin sulit pula menyusunnya.
Dalam Standar <si, perilaku yang akan diukur dapat dilihat pada Gperilaku yang terdapat pada
rumusan kompetensi dasar atau pada standar kompetensiG. !ila ingin mengukur perilaku yang
lebih tinggi, guru dapat menda#tar terlebih dahulu semua perilaku yang dapat diukur, mulai dari
perilaku yang sangat sederhana6mudah sampai dengan perilaku yang paling sulit6tinggi,
berdasarkan rumusan kompetensinya -baik standar kompetensi maupun kompetensi dasar.. Dari
susunan perilaku itu, dipilih satu perilaku yang tepat diujikan kepada peserta didik, yaitu perilaku
yang sesuai dengan kemampuan peserta didik di kelas.
4.) Menentukan 2akupan Materi, Komptensi Dasar, dan Penyebaran Soal
Sebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal, penyusun soal perlu menentukan jumlah soal setiap
kompetensi dasar dan penyebaran soalnya dengan mempertimbangkan pemerataan dan cakupan
materi yang proporsional. &ntuk lebih jelasnya, penyusun soal perlu membuat matriks
penyebaran soal berkaitan dengan luas cakupan materi yang diuji melalui soal yang akan
6
disusun. Sebagai contoh, jika penyusun soal -guru. hendak menysusun soal untuk penilaian akhir
semester maka ia perlu merancang dan mengisi bagian pada matriks penyebaran materi dan butir
soal seperti terlihat pada gambar berikut.2ontoh matriks penyebaran materi butir soal sebagai
berikut$
'o
Kompetensi
Dasar
Materi Eumlah soal
tes tulis Eumlah soal
Praktik
P@ &raian
1 1.1 ............ ........... 7 -- --
% 1.% ............ ........... ) 1 --
) 1.) ............ ........... 4 -- 1
4 %.1 ............ ........... + 1 --
+ %.% ............ ........... 1 1 --
7 ).1 ............ ........... 7 -- 1
9 ).% ........... ........... -- % --
1 ).) .......... ........... 1 -- --
Eumlah soal 4( + %
4.4 Menyiapkan dan Menyusunan Kisi-kisi Soal
Kisi-kisi -test blue-print atau table o# speci#ication. merupakan deskripsi kompetensi dan materi
yang akan diujikan. Penyusunan kisi-kisi bertujuan menentukan ruang lingkup dan sebagai
petunjuk dalam menulis soal. Karena itu, Kisi-kisi akan ber#ungsi sebagai pedoman penyusunan
soal dan pedoman perakitan soal. Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan -1. Kisi-kisi
harus dapat meakili isi silabus6kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat dan
proporsional, -%. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami, -).
Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya. Kisi-Kisi soal yang dirancang harus
memuat komponen-kompen penting. Kisi-kisi Soal dapat berbentuk #ormat atau matriks seperti
contoh berikut ini.
7
2/',/5 D/>M0, K<S<-K<S< P;'&L<S0' S/0L
Eenis sekolah $ SM06M0 Eumlah soal$ +( butir
Mata pelajaran $ !ahasa <ndonesia !entuk soal6tes$ P@.
Kurikulum $ K,SP Penyusun$1. !one >ampung
0lokasi aktu $ 1%( Menit %. Moh. 0shan
'o
-1.. Standar Kompetensi
-%. Kompetensi Dasar
-). Kls6
Smt
-4. Materi
Pokok
-+. <ndikator soal
-7. 'o.
Soal
-9.
1 Memahami ragam aca-na tulis de-ngan mem-baca cepat dan membaca intensi# Menentukan
opini dalam tajauk rencana H<61 ,ajuk >encana Disajikan penggalan tajuk rencana, sisa dapat
menentukan$
- opini penulis dalam tajuk rencana8
- menyimpulkan pendapat penulis dalam tajuk rencana
*
% Mengungkapkan in#ormasi dalam berba-gai bentuk paragra# -narati#, deskripti#, ekspositi#.
Menentukan kata penghubung yang tepat untuk melengkapi paragra# H, H<, H<< Paragra#
Disajikan sebuah paragra# yang rumpang, sisa dapat menentukan kata penghubung yang tepat
1+
2atatan$
<si pada kolom %, ). 4, + dan 7 harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam
silabus6kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri.
8
4.+ Merumuskan <ndikator Soal
<ndikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang dikehendaki. &saha
merumuskan indikator soal merupakan bagian dari kegiatan penyusunan kisi-kisi. &ntuk
merumuskan indikator dengan tepat, penyusun soal -guru. harus memperhatikan materi yang
akan diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi dasar, dan standar kompetensi. <ndikator yang
baik dirumuskan secara singkat dan jelas. Syarat indikator yang baik -1. menggunakan kata kerja
operasional -perilaku khusus. yang tepat, -%. menggunakan satu kata kerja operasional untuk
soal objekti#, dan satu atau lebih kata kerja operasional untuk soal uraian6tes perbuatan, -). dapat
dibuatkan soal atau pengecohnya -untuk soal pilihan ganda..
Penulisan indikator yang lengkap memuat unsur 0Iaudience -peserta didik., !I beha"iour
-perilaku yang harus ditampilkan., 2Icondition -kondisi yang diberikan., dan DIdegree
-tingkatan yang diharapkan.. 0da dua model penulisan indikator. Model pertama adalah
menempatkan kondisinya di aal kalimat. Model pertama ini digunakan untuk soal yang disertai
dengan dasar pernyataan -stimulus., misalnya berupa sebuah kalimat, paragra#, gambar, denah,
gra#ik, kasus, atau lainnya, sedangkan model yang kedua adalah menempatkan peserta didik dan
perilaku yang harus ditampilkan di aal kalimat. Model yang kedua ini digunakan untuk soal
yang tidak disertai dengan dasar pertanyaan -stimulus.. Perhatikan contoh berikut iniJ
<ndikator Soal -1. menempatkan kondisi pada aal kalimat
Disajikan ,abel6gra#ik dan sisa dapat menentukan pernyataan yang sesuai dengan isi
tabel6gra#ik. !erdasarkan indikator soal seperti ini maka pernyataan soal yang sesuai dengan
indikator di atas berbunyi$ KPernyataan yang benar6sesuai berdasarkan tabel6gra#ik di atas
adalahL.
<ndikator Soal -%. menempatkan perilaku sisa pada aal kalimat
Sisa dapat menentukan pernyataan yang sesuai dengan isi tabel6gra#ik yang disajikan.
!erdasarkan indikator soal seperti ini maka pernyataan soal yang sesuai dengan indikator di atas
berbunyi$ KPernyataan yang benar6sesuai dengan apa yang digambarkan pada tabel6gra#ik
adalahL.
4.7 Langkah-langkah Penyusunan !utir Soal
0gar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulangan6ujian yang sahih dan
handal, maka harus dilakukan langkah-langkah berikut, yaitu$ -1. menentukan tujuan tes, -%.
menentukan kompetensi yang akan diujikan, -). menentukan materi yang diujikan, -4.
menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi, materi, dan bentuk penilaiannya -tes
tertulis$ bentuk pilihan ganda, uraian8 dan tes praktik., -+. menyusun kisi-kisinya, -7. menulis
butir soal, -9. mem"alidasi butir soal atau menelaah secara kualitati#, -1. merakit soal menjadi
perangkat tes, -*. menyusun pedoman penskorannya -1(. uji coba butir soal, -11. analisis butir
soal secara kuantitati# dari data empirik hasil uji coba, dan -1%. perbaikan soal berdasarkan hasil
analisis.
2atatan$ !utir -9. sampai butir -1%. tidak dibicarakan di sini karena itu akan dibahas dalam
kaitannya dengan materi Aalidasi Soal.
4.9 Penyusunan !utir Soal ,es ,ertulis
Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam penyiapan
bahan ulangan6ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan indikator soal
yang sudah disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk objekti# dan
kaidah penulisan soal uraian. Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat
tergantung pada perilaku6kompetensi yang akan diukur. 0da kompetensi yang lebih tepat
diukur6ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian, ada pula
9
kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal
objekti#. !entuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan kelemahan satu
sama lain.
Keunggulan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah dapat mengukur kemampuan6perilaku
secara objekti#, sedangkan untuk soal uraian di antaranya adalah dapat mengukur kemampuan
mengorganisasikan gagasan dan menyatakan jaabannya menurut kata-kata atau kalimat sendiri.
Kelemahan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah sulit menyusun pengecohnya,
sedangkan untuk soal uraian di antaranya adalah sulit menyusun pedoman penskorannya.
4.1 Penulisan Soal !entuk &raian
Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam merumuskannya.
Ketepatan yang dimaksud adalah baha materi yang ditanyakan tepat diujikan dengan bentuk
uraian, yaitu menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-
katanya sendiri. 0dapun kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan perilaku yang diukur
yang digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai dalam pedoman penskorannya. 5al yang
paling sulit dalam penulisan soal bentuk uraian adalah menyusun pedoman penskorannya.
Penulis soal harus dapat merumuskan setepat-tepatnya pedoman penskorannya karena
kelemahan bentuk soal uraian terletak pada tingkat subyekti"itas penskorannya.
!erdasarkan metode penskorannya, bentuk uraian diklasi#ikasikan menjadi %, yaitu uraian
objekti# dan uraian non-objekti#. !entuk uraian objekti# adalah suatu soal atau pertanyaan yang
menuntut sehimpunan jaaban dengan pengertian6konsep tertentu, sehingga penskorannya dapat
dilakukan secara objekti#. 0rtinya perilaku yang diukur dapat diskor secara dikotomus -benar -
salah atau 1 - (.. !entuk uraian non-objekti# adalah suatu soal yang menuntut sehimpunan
jaaban dengan pengertian6konsep menurut pendapat masing-masing peserta didik, sehingga
penskorannya sukar untuk dilakukan secara objekti#. &ntuk mengurangi tingkat subjekti"itas
dalam pemberian skor ini, maka dalam menentukan perilaku yang diukur dibuatkan skala.
2ontoh misalnya perilaku yang diukur adalah Gkesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaanG, maka
skala yang disusun disesuaikan dengan tingkatan kemampuan peserta didik yang akan diuji.
&ntuk menjamin kualitas atau mutu soal yang disusun, penulis soal harus memperhatikan kaidah
penulisannya. &ntuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan pengembangan soal, maka soal
ditulis di dalam #ormat kartu soal. Setiap satu soal dan pedoman penskorannya ditulis di dalam
satu #ormat. 2ontoh #ormat penskorannya dan #ormat kartu soal bentuk uraian seperti berikut ini.
D/>M0, P;D/M0' P;'SK/>0'
'/
S/0L K&'2<6K><,;><0 E030!0' SK/>
1
%
K0>,& S/0L
10
Eenis Sekolah $ LLLL Penyusun $1. ...............
Mata Pelajaran $ LLLL.. %. LLLL
!ahan Kls6Smt $ .................. ). LLLL
!entuk Soal $ LLLL . ,ahun 0jaran $ LLLL
0spek yang diukur $ LLL...
K/MP;,;'S< D0S0>
!&K& S&M!;>$
>&M&S0' !&,<> S/0L
M0,;><
'/ S/0L$
Kunci
<'D<K0,/> S/0L
K;,;>0'@0' S/0L
'/ D<@&'0K0' &',&K ,0'@@0L E&ML05 S<S30 ,K DP P>/P/>S< P;M<L<5
0SP;K K;,.
0 ! 2 D ; /M,
!entuk soalnya terdiri dari$ -1. dasar pertanyaan6stimulus bila ada6diperlukan, -%. pertanyaan,
dan -). pedoman penskoran.
Kaidah penulisan soal untuk semua bentuk soal harus mempertimbangkan tiga hal pokok yaitu
-1. Materi -%. Konstruksi, dan -). !ahasa. !erkaitan dengan materi ada ketentuan -a. Soal harus
sesuai dengan indikator -b. Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jaaban yang diharapkan.
-c. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan peugukuran -d. Materi yang ditanyakan
harus sesuai dengan jenjang, jenis sekolah atau tingkat kelas.
!erkaitan dengan Konstruksi ada ketentuan -a. Menggunakan kata tanya6perintah yang menuntut
jaaban terurai -b. 0da petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal -c. Setiap soal harus
ada pedoman penskoran ya -d.,abel, gambar, gra#ik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan
jelas, terbaca, dan ber#ungsi. Sementara terkait dengan bahasa ada patokan -a. >umusan kalimat
soal harus komunikati# -b. Menggunakan bahasa <ndonesia yang baik dan benar -c. ,idak
menimbulkan pena#siran ganda -d. ,idak menggunakan bahasa yang berlaku setempat6tabu -e.
,idak mengandung kata6ungkapan yang menyinggung perasaan peserta didik.
11
4.* Penulisan Soal !entuk Pilihan @anda
Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jaabannya. Peserta
didik yang mengerjakan soal hanya memilih satu jaaban yang benar dari pilihan jaaban yang
disediakan. Soalnya mencakup$ -1. dasar pertanyaan6stimulus -bila ada., -%. pokok soal -stem.,
-). pilihan jaaban yang terdiri atas$ kunci jaaban dan pengecoh.
Menulis soal bentuk pilihan ganda menuntut keterampilan dan ketelitian. 5al yang paling sulit
berkaitan dengan merumuskan dan menentukan unsur pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah
pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta panjang-pendeknya relati#
sama dengan kunci jaaban. /leh karena itu, untuk memudahkan penulisan soal penulis harus
memahami dan mengikuti langkah-langkah -1. menuliskan pokok soalnya, -%. menuliskan kunci
jaabannya, -). menuliskan pengecohnya. Perhatikan contoh berikut iniJ
&ntuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan perkembangan soal, maka soal ditulis pada
kartu soal. Setiap kartu soal hanya memuat satu soal dengan #ormatnya seperti berikut ini.
K0>,& S/0L
Eenis Sekolah $ SM06M0 Penyusun$ 1. !one >ampung
Mata Pelajaran $ !bahasa <ndonesia %. Moh.0shan
!ahan Kls6Smt $ H<6%
!entuk Soal $ Pilihan @anda
,ahun 0jaran $ %(1(6%(11
0spek yang diukur $ Membaca
K/MP;,;'S< D0S0>
Menentukan #akta dan opini dalam tajauk rencana !&K& S&M!;> $ 5arian &mum Kompas
>&M&S0' !&,<> S/0L
!acalah kutipan ,ajuk >encana berikut iniJ
KSiapa bilang mengajar si kecil membaca adalah perkara sukarM -1. Lesley Mandell Morro,
pro#esor dan pakar pendidikan belajar membaca untuk usia dini di >utgers &ni"ersity
mengatakan, orang tua hendaknya membiarkan anak-anak belajar membaca dengan cara alami.
12
-%. Dari kegiatan sehari-hari, anak-anak telah dibiasakan belajar membaca. -). Kegiatan
memasak, jalan-jalan, makan bersama, berbelanja, bisa menjadi kesempatan berharga untuk
memacu anak-anak belajar membaca secara bebas. -4. 0nak-anak yang harus membaca buku
akan merasa terpaksa untuk belajar. -+.
Pernyataan yang termasuk #akta dalam paragra# tersebut terdapat dalam kalimat nomor . . . .
0. 1 D. 4
!. % ;. +2. )
M0,;><
,ajuk rencana
<'D<K0,/> S/0L
Disajikan penggalan tajuk rencana, sisa dapat menentukan$
- #akta dalam tajuk rencana
- menyimpulkan pendapat penulis dalam tajuk rencana
- menentukan masalah dalam tajuk rencna
'/ S/0L$ 1
K&'2< $ !
K;,;>0'@0' S/0L
'/ D<@&'0K0' &',&K ,0'@@0L E&ML05 S<S30 ,K DP P>/P/>S< P;M<L<5
K;,.
0 ! 2 D ; /M,
Kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah seperti berikut ini.
1. Penyusunan soal dalam kaitannya dengan Materi berlaku ketentuan
-a. Soal harus sesuai dengan indikator, artinya harus menanyakan perilaku dan materi yang
hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.
-b. Pengecoh harus ber#ungsi
-c. Pilihan jaaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
-d. Setiap soal harus mempunyai satu jaaban yang benar, artinya, satu soal hanya mempunyai
13
satu kunci jaaban.
-e. Materi yang ditanyakan sesuai dengan jenis tes6bentuk soal yang dipergunakan
%. Penyusunan soal dalam kaitannya Konstruksi berlaku ketentuan
-a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. 0rtinya, kemampuan6 materi yang
hendak diukur6ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau pena#siran. Setiap
butir soal hanya mengandung satu persoalan6gagasan
-b. >umusan pokok soal dan pilihan jaaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja,
menghindari penggunaan kata yang mubaCir.
-c. Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jaaban yang benar -kunci jaaban.. Pokok soal
tidak memuat kata, kelompok kata, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah
jaaban yang benar.
-d. Pokok soal tidak memuat pernyataan yang bersi#at negati# ganda. Pokok soal tidak memuat
dua kata atau lebih yang bermakna negati# untuk mencegah terjadinya kesalahan pena#siran
peserta didik terhadap arti pernyataan yang dimaksud. &ntuk keterampilan bahasa, penggunaan
negati# ganda diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru pengertian tentang negati# ganda
itu sendiri.
-e. 0lternati# jaaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. 0rtinya, semua pilihan
jaaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan oleh pokok soal,
penulisannya harus setara, dan semua pilihan jaaban harus ber#ungsi.
-#. Panjang rumusan pilihan jaaban harus relati# sama untuk menghindari kecenderungan
testimemilih jaaban yang paling panjang karena dianggap lebih lengkap.
-g. Pilihan jaaban tidak memuat pernyataan KSemua pilihan jaaban di atas salahG atau
GSemua pilihan jaaban di atas benarG. 0rtinya dengan adanya pilihan jaaban seperti ini,
secara materi pilihan jaaban berkurang satu karena pernyataan itu bukan merupakan materi
yang ditanyakan dan pernyataan itu menjadi tidak homogen.
-h. Pilihan jaaban berbentuk angka dan aktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya
nilai angka atau kronologis. 0rtinya pilihan jaaban yang berbentuk angka harus disusun dari
nilai angka paling kecil berurutan sampai nilai angka yang paling besar, dan sebaliknya.
Demikian juga pilihan jaaban yang menunjukkan aktu harus disusun secara kronologis. .
-i. @ambar, gra#ik, tabel, diagram, acana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas
dan ber#ungsi. 0pa saja yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat
dimengerti oleh peserta didik. 0pabila soal bisa dijaab tanpa melihat gambar, gra#ik, tabel atau
sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar, gra#ik, atau tabel itu tidak ber#ungsi.
-j. Pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti seperti$
sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.
-k. !utir soal tidak bergantung pada jaaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal
sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjaab benar soal pertama tidak
akan dapat menjaab benar soal berikutnya.
). Penyusunan soal dalam kaitannya dengan !ahasa berlaku ketentuan
-a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa <ndonesia berkaitan
dengan -a. pemakaian kalimat -b. pemakaian kata -c. pemakaian ejaan.
-b. !ahasa yang digunakan harus komunikati#, sehingga pernyataannya mudah dimengerti testi.
-c. Pilihan jaaban jangan yang mengulang kata6#rase yang bukan merupakan satu kesatuan
14
pengertian. Letakkan kata6#rase pada pokok soal.
-d. ,idak menggunakan bahasa setempat, jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau
nasional.
-e. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikati# dan sesuai jenjang pendidikan testi.
-#. Kalimat pertanyaan harus jelas.
-g. Pertanyaan harus "alid
-h. Pilihan jaaban tidak mengulang kata6kelompok kata yang sama, kecuali merupakan satu
kesatuan pengertian.
+. Penutup
Demikian pembahasan tentang seluk-beluk penyusunan soal sebagai alat asesemen dalam
pembelajaran. Aaliditas soal yang disusun dengan pedoman penyusuan soal ini harus diuji
"aliditasnya dengan pedoman "alidasi. Keterpakaian soal yang disusun dengan pedoman ini akan
ditentukan dalam proses "alidasi dengan alat "alidasi yang standar. Materi "alidasi akan
dijelaskan dalam pertemuan dan diskusi berikutnya.
15
PEDOMAN PENULISAN TES OBJEKTIF
1) Pedoman Umum
0. 'yatakanlah soal sejelas mungkin
5anya sedikit kataNkata diluar soalNsoal tes yang dibaca orang dengan sangat kritis untuk
mendapatkan kejelasan nmaknanya. Masalah kejelasan dan kekaburan merupakan masalah yang
akut dalam soal tes objekti#, karena setiap soal biasanya merupakan unit yang terisolasi. Setiap
soal tes objekti# harus jelas dalam bahan dan pada dirinya sendiri. Kemampuan suatu soal untuk
membedakan orang mampu -pandai. dari yang kurang mampu -kurang pandai. yang mungkin
sangat terhambat oleh kurangnya kejelasan. Soal itu harus menunjukkan -memberikan. jaaban
dan bukan apakah si pengambil tes dapat mengerti pertanyaannya.
!. Pilihlah kataNkata yang mempunyai arti tepat
Kekurang jelasan dalam suatu soal biasanya bersumber pada kekurangcermatan dalam memilih
kataNkata. KataNkata yang umum seperti pemerintah, e#ekti#, kerja keras, dan yang sejenisnya
seringkali tidak mempunyai arti yang tepat.
2. 5indarkan pengaturan kataNkata yang kompleks atau janggal
Struktur kalimat hendaklah sesederhana mungkin. Sering kali kalimat yang kompleks dapat
disederhanakan dengan jalan memecahnya menjadi dua kalimat. !anyak berguna kalau penulis
soal bertanya kepada diri sendiri mengenai apakah sebenarnya inti soal yang akan ditulisnya.
D. Masukkan semua keterangan yang diperlukan sebagai dasar untk melakukan permintaan jaaban
Seringkali keterangan itu ada dibenak penulis soal tetapi tidak ditejermahkannya secara eksplisit
ke dalam soal. Penulis soal itu lupa baha indi"idu yang berbeda darinya memerlukan
keterangan itu dinyatakan secara eksplisit.
;. 5indarkan memasukkan kataNkata yang tidak ber#ungsi
Suatu kata atau #rase tidak ber#ungsi kalau kata atau #rase itu tidak memberikan kontribusi
kepada pemilihan jaaban. Seringkali kataNkata atau #rase yang tidak rele"an itu mudah
dimasukkan dalam pembahasan gasasan soal, tetapi setelah dikaji ternyata tidak rele"an bagi
keputusan pemilihan jaaban. KadangNkadang penilis soal mungkin memasukkan pernyataan
pengantar sebagai usaha untuk membuat soal lebih layak atau lebih penting.
D. >umuskanlah soal sejelas dan setepat mungkin
Ketidaktepatan seringkali terjadi karena tidak disengaja. &nsur ini, alaupun mungkin tidak
mempengaruhi pemilihan jaaban yang benara atau eliminasi jaaban yang salah, perlu
dihindari. &nsur ini akan menimbulkan baha sipenulis soal sendiri kurang menguasai hal yang
ditanyakan dan menimbulkan perasaan kurang beruntung dan diperlukan kurang adil pada pihak
pengembil tes.
@. Sesuaikan tara# kesukaran soal dengan kelompok dan tujuan yang dimaksudkan
Kegunaan suatu soal dealam tes sebagian besar tergantung kepada tara# kesukaran soal itu
tampak bagi kelompok yang dimaksudkan untuk dites. 3alaupun pendapat sunjekti# mengenai
tara# kesukaran soal itu pada umumnya tidak akurat, namun indi"idu yang mengenal tara#
kemmpuan umum kelompok yang akan dites dan hasil tesnya pada tes sejenis akan dapat
memperkirakan kesukaran soal itu dengan baik.
16
5. 5indarkan isyarat kearah jaaban benar yang tidak perlu
<syarat tidak rele"an mungkin membuat soal menjadi lebih mudah atau bahkan mengubah sama
sekali dasar diskriminasinya. 0pabila semua pengambil tes mengenal isyarat itu dan mereka
semua menjaab dengan benar, maka soal itu lalu tidak mempunyai daya diskriminasi. 0pabila
hanya mereka yang pandai yang menangkap isyarat itu dan yang kurang pandai tidak
mengenalnya maka soal itu tidak amat terganggu. 'amun pada umumnya sejumlah pengambil
tes yang sebenarnya tidak tahu mana jaaba yang benar mengenal isyarat itu, dan karenya dapat
memilih jaaban yang benar. Dalam hal ini maka soal itu lalu menjadi lemah.
Pedoman penulisan soal bentuk benar Nsalah
1. Soal benarN alah hendaknya didasarkan pada pernyataan yang ObenarNbenar benarO atau ObenarN
benar salahO
%. 5indarkan pengguanaan kalimat yang panjang dan melibatkan berbagai keterangan
). 5indarkan pengguanaan kalimat yang diambil langsung dari buku teks
4. 5endaklah jumlah soal cukup banyak
+. Eumlah soal yang harus dijaab dengan benar dan yang haru sdijaab dengan salah hendaklah
seimbang
7. &rutan soalNsoal yang harus dijaab denganbenar dan harus dijaab dengan salah hendaklah
janga selalu sama
Pedoman penulisan soal bentuk pilihan ganda
1. @unakan pertanyaan langsung atau peryataan tak lengakp sebagai batang tubuh soal
%. Pada umumnya, masukkan kedalam batang tubuh soal kataNkata yang akan !erulang dalam
kemungkinan jaaban
). 5indarilah penggunaan pernyataan negati"e
4. Sediakan jaaban yang para ahli6orang yang kompeten akan sependapat
+. !uatlah semua kemungkinan jaaban sesuai dengan batang tubuh soal
7. !uatlah semua pengecioh masuk akal dan menarik bagi pengikut tes yang kurang tahu atau
kurang mampu dalam hal yang di ukur oleh soal yang bersangkutan
9. 5indarkan penggunaan pengecoh yang terlalu teknis
1. 5indarkan penggunaan jaaban yang tumpang tindih satu sama lain
*. @unakan ObukanNsalah satu yang tersebut diatas Ohanya untuk soalNsoal yang menghendaki
jaaban terbaik
1(. Eika soal itu mengenai de#inisi suatu istilah, pada umumnya lenih baik untuk menempatkan
istilah itu pada batang tubuh dan de#inisiNde#inisi pada kemungkinan jaaban
Pedoman penulisan soal bentuk menjodohkan
1. Kelompokkan hanya premisNpremis yang homogen dan jaabanNjaaban yang homogeny
%. @unakan da#tar jaaban yang relati# singkat
). 0turlah premisNpremis dan jaabanNjaaban itu demikian rupa sehingga benaNbenar jelas bagi
pengambil tes
17
4. Dalam petunjuk jelaskan dasar yang digunakan untuk menjodohKan
+. Eangan membuat penjodohkan sempurna atau laan satu
-S,K<P, %(11.
DAFTAR PUSTAKA
;kaati Sumastina dan Sumaryanta.%(11. !adan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan ,enaga Kependidikan Matematika. Pengembangan <nstrumen
Penilaian Pembelajaran Matematika SD6Smp
stkip.files.wordpress.com. Diakses Tanggal 4 November 2011 Pukul 23.30 !".
Suryabrata, Sumadi . - 1*19 . . Pengembangan ,es 5asil !elajar . Eakarta $ >ajaaliu Pers

Anda mungkin juga menyukai