DISUSUN OLEH : MUH. ALI HASTUTI HS ARDIANA WAHIDA G KURNIAH NURJANNAH HAKIM ANITA
TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN 2013 TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH HASIL PERIKANAN ES KRIM CANGKANG KERANG HIJ AU (Perna viridis) SABAGAI PENCEGAH OSTEOPOROSIS
MAKALAH Alhi_zatya TPHP XXIV POLITANI PANGKEP KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas makalah TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH HASIL PERIKANAN yang berjudul SOLUSI ES KRIM CANGKANG KERANG HIJAU (Perna viridis) SABAGAI PENCEGAH OSTEOPOROSIS tepat pada waktunya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Penyusun
Alhi_zatya TPHP XXIV POLITANI PANGKEP BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tulang merupakan alat gerak pasif pada manusia. Tulang akan tetap padat dan sehat jika terdapat keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas. Pada usia sekitar 35-40 tahun, terjadi proses penuaan yaitu resorpsi tulang oleh osteoklas yang lebih banyak dibanding pembentukan oleh osteoblas, sehingga terjadi penurunan kepadatan tulang atau yang dikenal dengan istilah osteoporosis (Kosnayani, 2007). Osteoporosis atau tulang keropos (porous bone) yaitu adanya pengurangan dalam massa jaringan tulang per unit volume tulang menjadi tipis, lebih rapuh, dan mengandung sedikit kalsium (Liliana, 2000). Jika seseorang terkena osteoporosis maka lapisan luar tulang yang keras akan menipis dan rongga- rongga di dalam tulang akan membesar (Gallagher, 2002). Osteoporosis juga merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh proses penuaan dimana tulang melemah dan kehilangan massanya, menjadi tipis, rapuh, dan mudah patah (Budisantoro dan Pradana, 1994). Data dari Depkes bekerja sama dengan Fonterra Brands Indonesia tahun 2006 menyatakan bahwa 2 dari 5 orang Indonesia memiliki risiko osteoporosis. Angka ini lebih tinggi dari prevalensi dunia, dimana 1 dari 3 orang berisiko osteoporosis. Pada tahun 2007, kejadian osteoporosis pada wanita di atas 50 tahun mencapai 32,3% sementara pada pria mencapai 28,8%. Prevalensi terjadinya osteoporosis tertinggi terjadi pada wanita, karena 1 dari 2 wanita dan 1 dari 8 laki -laki berisiko terkena osteoporosis. Hal ini disebabkan hilangnya estrogen saat menopause, sehingga wanita akan Alhi_zatya TPHP XXIV POLITANI PANGKEP cepat kehilangan mineral. Kehilangan mineral tersebut dapat mencapai 3% per tahun selama lima tahun pertama dan sekitar 1% pertahun pada tahun- tahun berikutnya sehingga meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis (Yuniarti, 2008). Pada usia 50-70 tahun terjadi penghilangan massa tulang yang dapat dipercepat dengan diet asam, tinggi kalium, kafein, alkohol, kebiasaan merokok, dan menurunnya kadar estrogen pada wanita pascamenopause (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 2002). Pencegahan osteoporosis umumnya adalah dengan menjaga keseimbangan kalsium dalam tulang (Yuniarti, 2008). Firmansyah (2005), melaporkan pemberian suplemen kalsium karbonat dosis tinggi (450 mg/hari) mempengaruhi proses perbaikan gambaran histopatologik tulang femur pada tikus putih yang diovariohisterektomi. Kalsium merupakan salah satu makromineral dan merupakan unsur mineral terbanyak dalam tubuh manusia yaitu kurang lebih 1000 gram (Groff and Gropper, 2000). Fungsi utama kalsium adalah untuk pembentukan tulang dan gigi (Martin, 1985). Kalsium banyak ditemukan dalam kerang terutama pada bagian cangkang kerang, namun potensi limbah berupa cangkang kerang saat ini belum banyak dimanfaatkan. Berdasarkan data ekspor hasil perikanan Indonesia pada tahun 2003 dan 2004, untuk komoditas kerang dihasilkan sekitar 2.752 ton. Kerang hijau adalah salah satu hewan laut yang sudah lama dikenal sebagai sumber protein hewani yang murah, kaya akan asam amino esensial (arginin, leusin, lisin). Kegiatan pada unit pengolahan kerang hijau menghasilkan limbah padat yang cukup tinggi sehingga diperlukan upaya pemanfaatan cangkang kerang hijau dan mengurangi dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan (Rohadi, dkk., 2010). Selama ini limbah padat kerang berupa cangkang hanya dimanfaatkan sebagai salah satu materi hiasan dinding, hasil kerajinan, atau bahkan sebagai campuran pakan ternak namun belum dimanfaatkan secara maksimal di bidang Alhi_zatya TPHP XXIV POLITANI PANGKEP kesehatan padahal potensinya sebagai sumber kalsium tinggi dapat dijadikan sebagai terobosan baru dalam menangani masalah terkait tulang termasuk osteoporosis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa cangkang kerang hijau mengandung senyawa kalsium yang berpotensi sebagai suplemen tulang alamiah pencegah osteoporosis (Firmansyah, 2005). Senyawa kalsium dalam cangkang kerang hijau dapat diekstraksi dan dibuat formulasi yang lebih nyaman untuk dikonsumsi seperti es krim. Es krim merupakan salah satu sediaan makanan kesehatan alternatif yang banyak digemari oleh masyarakat terutama generasi muda. Pencegahan sejak dini pada generasi muda merupakan solusi tepat untuk pencegahan osteoporosis sehingga potensi cangkang kerang hijau sebagai anti -osteoporosis alamiah dalam formulasi es krim merupakan terobosan baru di bidang kesehatan untuk mencegah osteoporosis.
B. Tujuan Makalah Untuk mengetahui pemanfaatan potensi cangkang kerang hijau sebagai anti- osteoporosis alamiah dalam formulasi es krim
Alhi_zatya TPHP XXIV POLITANI PANGKEP BAB II PEMBAHASAN
1. Osteoporosis Pengertian osteoporosis yang telah disepakati oleh Consensus Development Conference Diagnosis Prophylaxis and Treatment of Osteoporosis tahun 1991 adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang dan menurunnya mikroarsitektur jaringan tulang, yang menyebabkan peningkatan fragilitas tulang dan peningkatan risiko fracture (Hilmy, 1995). Menurut Sankaran (2000), osteoporosis diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : 1. Osteoporosis tipe I ditandai dengan demineralisasi pada tulang belakang terutama pada bagian lumbal dan tulang lengan. Osteoporosis tipe I lebih banyak terjadi pada wanita pasca menopause yang berumur antara 5165 tahun atau 1015 tahun sesudah menopause. Karena itu osteoporosis tipe I sering disebut osteoporosis pasca menopause, yang berhubungan dengan menopause dan penurunan produksi estrogen.
2. Osteoporosis tipe II ditandai dengan demineralisasi pada tulang belakang, pelvis, humerus, dan tibia. Terjadi pada laki -laki dan wanita yang berumur di atas 70-75 tahun. Pada osteoporosis tipe II, tulang trubekular dan kortikal dipengaruhi oleh peningkatan umur yang mengakibatkan menurunnya aktivitas sel tulang terutama aktivitas oeteoblas. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya oesteoporosis tipe II adalah penurunan sintesis kalsitriol yang Alhi_zatya TPHP XXIV POLITANI PANGKEP disebabkan oleh menurunnya aktivitas enzim 1-hydroxylase dalam ginjal dan penurunan absorpsi kalsium intestinal karena penuaan. Jika hal ini terjadi, keadaan akan berlipat apabila ditambah dengan rendahnya asupan kalsium dan atau tingginya asupan fosfor yang memacu peningkatan konsentrasi hormon paratiroid. Karena tingginya konsentrasi hormon paratiroid darah akan merangsang resorpsi tulang dan meningkatkan demineralisasitulang.
Penyakit osteoporosis sifatnya tenang, dan tidak terdeteksi, penyakit ini hampir tidak tahu kapan datangnya dan dapat menyerang siapa saja. Keropos tulang (osteoporosis) dapat diketahui jika terjadi patah tulang karena jatuh, tarikan yang kuat, serta timbulnya rasa sakit yang hebat karena retak atau patah tulang. Tulang-tulang yang sering mengalami fraktur atau patah, yaitu tulang ruas, tulang belakang, tulang pinggul, tungkai, dan pergelangan lengan bawah. Jika patah tulang terjadi pada tulang belakang, ruas tulang belakang menjadi lebih pendek. Pada osteoporosis yang berat, beberapa ruas tulang belakang dapat mengalami patah tulang. Kejadian inilah yang paling banyak menyebabkan turunnya tinggi badan dan bungkuk pada orang tua. Akibat kepatahan ini, posisi sendi tulang belakang berubah. Perubahan ini dapat menimbulkan radang sendi dan rasa nyeri. Risiko kematian akibat patah tulang pinggul sama dengan kanker payudara (Anonim, 2005). Tulang manusia senantiasa terus berkembang dan mengalami perbaikan. Setiap saat terjadi pembentukan sel tulang baru, sedangkan sel tulang yang sudah tua dibuang dari tubuh. Pada masa anak-anak, kecepatan pembentukan jauh lebih besar daripada hilangnya sel-sel tulang yang sudah tua. Akibatnya tulang pada anak-anak akan bertambah panjang dan besar. Pada usia muda antara 12 sampai 30 tahun kecepatan pembentukan dan hilangnya sel tulang hampir seimbang. Namun mulai usia 30 sampai 40 Alhi_zatya TPHP XXIV POLITANI PANGKEP tahun, kecepatan pembentukan tulang semakin menurun, akibatnya jumlah sel tulang semakin sedikit, sehingga rawan terjadi osteoporosis (Prasetya, dkk., 2010). Sekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Namun, risiko terkena osteoporosis lebih besar setelah wanita mengalami menopause. Setelah menopause, kadar estrogen yang diproduksi ovarium turun derastis. Estrogen berperan penting dalam menjaga kekuatan tulang dengan cara membantu kerja sel pembentuk tulang. Semakin cepat menopause terjadi, semakin besar risiko timbulnya osteoporosis. Umumnya wanita mulai mengalami menopause pada umur 45 sampai 55 tahun. Pengangkatan kandungan yang diikuti dengan pengangkatan kedua ovarium juga dapat memperbesar risiko terkena osteporosis. Selain itu, wanita yang kurus atau mempunyai postur kecil, wanita dengan kelainan diet seperti anoreksia atau bulimia, dan diet rendah kalsium, memiliki risiko terkena osteoporosis lebih besar dibandingkan wanita gemuk. Hal ini dikarenakan tingkat produksi esterogennya cenderung lebih banyak (Prasetya, dkk., 2010). Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Hal ini dibuktikan dengan prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050 (Prasetya, dkk., 2010).
Alhi_zatya TPHP XXIV POLITANI PANGKEP 2. Kerang Hijau (Perna viridis) Kerang hijau (Perna viridis) merupakan salah satu jenis kerang yang digemari masyarakat, memiliki nilai ekonomis dan kandungan zat gizi yang sangat baik untuk dikonsumsi. Kerang hijau termasuk binatang lunak (Mollusca) yang hidup di laut, bercangkang dua (bivalve) dan berwarna hijau (Gambar 1.)(Anonim, 2011).
Gambar Perna viridis Kandungan gizi pada kerang hijau terdiri dari 40,8 % air, 21,9 % protein, 14,5 % lemak, 18,5 % karbohidrat dan 4,3 % abu (Fauzi, 2009). Sedangkan cangkang kerang hijau mengandung kalsium karbonat (CaCO3) dalam kadar yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan batu gamping, cangkang telur, keramik, atau bahan lainnya. Hal ini terlihat dari tingkat kekerasan cangkang kerang. Semakin keras cangkang, maka semakin tinggi kandungan kalsium karbonatnya (Anonim, 2011). 3. Potensi Cangkang Kerang Hijau (Perna viridis) Cangkang binatang lunak (Mollusca) termasuk kerang hijau sebagian besar tersusun atas kalsium karbonat, kalsium fosfat, Ca(HCO 3 ) 2 , Ca 3 S, dan kalsium aktif yang terbuat dari sumber kulit kerang dan jenis-jenis kalsium Alhi_zatya TPHP XXIV POLITANI PANGKEP yang termasuk kalsium non-organik yang tersusun dari lapisan calcite dan aragonite (Gregoire, 1972). Sifat basa kalsium karbonat dapat mengurangi kinerja asam lambung sehingga sulit diurai dan diserap oleh tubuh, namun hal tersebut dapat diatasi dengan penambahan susu dalam komposisi pembuatan es krim. Kebanyakan kalsium hanya dapat larut dalam cairan asam yang memiliki pH mendekati 7. Usus kecil dalam tubuh kita mempunyai pH 7,2-7,8. Oleh karena itu, kalsium tidak dapat larut dan melekat di dinding usus. Hal tersebut akan mengakibatkan kalsium tidak diserap oleh tubuh dan akan mengganggu penyerapan usus untuk nutrisi yang lain. Hal tersebut dapat diatasi dengan pencampuran susu pada adonan es krim.
Gambar. Cangkang kerang hijau (Perna viridis)
Pemanfaatan cangkang kerang hijau yang masih terlalu minim menjadi poin tersendiri untuk dimanfaatkan ke dalam suatu produk olahan penambah kalsium yang dapat mempertahankan kepadatan tulang sehingga Alhi_zatya TPHP XXIV POLITANI PANGKEP osteoporosis dapat terhindar. Tercatat hanya 20% dari limbah cangkang kerang yang diproduksi sebagai pakan, kerajinan, dan produk lain (Winarno, 1992). Hal tersebut yang menyebabkan nilai jual cangkang kerang sangat murah. 4. Pembuatan Es Krim Pencegah Osteoporosis Berdasarkan data-data di atas, oleh karena itu perlu suatu inovasi atau upaya menciptakan suatu produk alternatif yang bermanfaat sebagai pencegahan osteoporosis. Dan disini mencoba memberikan solusi dan teknik cara pembuatan es krim pencegah osteoporosis dari cangkang kerang hijau. Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan es krim pencegah osteoporosis adalah (Anonim, 2011) : 475 mL cream 125 mL susu cair 4 butir telur 100 mL gula halus 1 sendok teh vanili Tepung cangkang kerang hijau 100 gram Penambah rasa (strawberry, durian, coklat, dll) Alat-alat yang dibutuhkan adalah : Blender Freezer Panci kecil Alhi_zatya TPHP XXIV POLITANI PANGKEP Wadah es krim Kompor Alat tumbuk/alat penggiling Ayakan Oven Proses pembuatan es krim dengan menambahkan tepung cangkang kerang hijau terdiri dari serangkaian kegiatan mulai dari pembersihan cangkang kerang hijau sampai terbentuk tepung untuk selanjutnya ditambahkan ke dalam adonan untuk membuat es krim. Untuk menghasilkan es krim yang baik, dapat dilakukan langkah-langkah berikut : 1. Pembuatan Tepung Cangkang Kerang Hijau Cara pembuatan tepung kerang pertama-tama kerang dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran yang melekat, kemudian kerang dipisahkan antara isi dengan cangkangnya agar memudahkan proses selanjutnya. Setelah dipisahkan cangkang kerang tersebut dikeringkan, pengeringannya ada dua cara yaitu dikeringkan dengan sinar matahari atau dengan cara dioven. Setelah kering kemudian dihaluskan dengan mengunakan penggiling dengan syarat sebelum digiling cangkang kerang minimal harus hancur atau tidak utuh untuk memudahkan proses selanjutnya atau dengan cara lain ditumbuk atau di mortar sampai halus sehingga menjadi tepung cangkang kerang, kemudian diayak untuk menghasilkan tepung cangkang kerang dengan ukuran halus dan homogen (Bachtiar, 2006). 2. Proses Pembuatan Es Krim Pencegah Osteoporosis Alhi_zatya TPHP XXIV POLITANI PANGKEP a. Pencampuran Pencampuran dilakukan dengan memanaskan terlebih dahulu bahan cair dalam bejana pencampur sampai kira-kira 40-50C, kemudian bahan- bahan kering seperti gula, tepung cangkang kerang hijau, bahan pengemulsi dan bahan penstabil ditambahkan dan dicampur supaya larut dengan baik. b. Pasteurisasi dan Homogenisasi Pasteurisasi dilakukan dengan tujuan untuk membebaskan adonan dari bakteri patogen, membantu melarutkan bahan, memperbaiki flavor, dan mutu penyimpanan. Pasteurisasi adonan dilakukan pada suhu 68,3C selama 30 menit atau pada suhu 71C selama 30 detik. Proses homogenisasi biasanya dilakukan pada suhu 62,8-76,7C. Proses ini bertujuan untuk mencegah globula lemak bersatu, untuk mengurangi waktu yang diperlukan bagi proses aging campuran itu dan untuk mempengaruhi kekentalan sehingga tekstur dan body es krim menjadi lebih baik. c. Pendinginan Adonan harus cepat didinginkan sampai 0-4C agar tekstur es krim menjadi halus, kekentalan berkurang dan pertumbuhan mikroba menjadi lambat. d. Aging/Penuaan Proses aging diperlukan untuk memberi kesempatan bahan penstabil bekerja. Selama proses ini berlangsung, terjadi perubahan-perubahan antara lain penggabungan bahan penstabil dengan air, pengerasan lemak dan peningkatan viskositas. e. Pembekuan dan Pengerasan Alhi_zatya TPHP XXIV POLITANI PANGKEP Proses pembekuan harus dilakukan dengan cepat untuk mencegah pembentukan kristal es yang kasar. Pengerasan es krim umumnya dilakukan dalam suhu -45C sampai -23C selama 24 jam. f. Penyimpanan
Gambar. Es krim dari cangkang kerang hijau
Es krim yang sudah jadi kemudian disimpan dalam lemari pendingin untuk menjaga konsistensi dari es krim (Ihsanur, 2011).
Alhi_zatya TPHP XXIV POLITANI PANGKEP BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang dan menurunnya mikroarsitektur jaringan tulang, yang menyebabkan peningkatan fragilitas tulang dan peningkatan risiko fracture. Kalsium banyak ditemukan dalam kerang terutama pada bagian cangkang kerang, namun potensi limbah berupa cangkang kerang saat ini belum banyak dimanfaatkan. Senyawa kalsium dalam cangkang kerang hijau dapat diekstraksi dan dibuat formulasi yang lebih nyaman untuk dikonsumsi seperti es krim. Es krim merupakan salah satu sediaan makanan kesehatan alternative. Pencegahan sejak dini pada generasi muda merupakan solusi tepat untuk pencegahan osteoporosis sehingga potensi cangkang kerang hijau sebagai anti - osteoporosis alamiah dalam formulasi es krim merupakan terobosan baru di bidang kesehatan untuk mencegah osteoporosis. Proses Pembuatan Es Krim Pencegah Osteoporosis dimulai dari Pencampuran, Pasteurisasi dan Homogenisasi, Pendinginan, Aging atau Penuaan, Pembekuan dan Pengerasan, serta Penyimpanan.
B. Saran Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.
Alhi_zatya TPHP XXIV POLITANI PANGKEP DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Ingin Tulang Kulat, Makan Ceker Ayam Yuk!http://www.kapanlagi.com/a/ingin-tulang-kuat-makan-ceker-ayam- yuk.html. Diakses tanggal 26 Februari 2011. Anonim. 2011. Resep Mudah Membuat Es Krim. http://resep0.tripod.com. Diakses tanggal 26 Februari 2011. Bachtiar. 2006. Tepung Kerang. http://fpk.unair.ac.id. Diakses tanggal 26 Februari 2011.