Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Segala puji kita ucapkan kepada Sang Maha Pencipta yang telah memberikan rahmat
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berkaitan dengan rute
pemberian obat pada pasien.Dalam makalah ini berisi hal yang berkaitan dengan rute dalam
pemberian obat dimana terdapat cara-cara seorang farmasis mampu memberikan obat pada
pasien dengan baik dan benar.
Namun dalam proses pembuatan makalah ini, kami sangat menyadari akan banyaknya
kekurangan dan masih sangat butuh masukan-masukan dari setiap pembaca .
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dalam pembuatan makalah
ini agar ke depan nanti jika kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi. Dan semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.






Medan , 17 September 2013








DAFTAR ISI

Kata pengantar ii
Daftar isi iii
BAB I Pendahuluan 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan masalah 1
1.3 Tujuan 1
1.4 Manfaat 1
BAB II Pembahasan
2.1 Rute Pemberian Obat
2.1.1 Rute Oral
2.1.2 Rute Parenteral
2.1.3 Rute Topikal
2.2 Cara Menyimpan Obat
2.2.1 Aturan Penyimpanan
2.2.2 Lama Pneyimpanan Obat
2.3 Proses Keperawatan Pemberian Obat
BAB III Kesimpulan dan Saran\
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB III Penutup















BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Obat merupakan terapi primer yang berhubungan dengan penyembuhan penyakit.Tidak
peduli dimanapun klien menerima pelayanan kesehatan,rumah sakit,klinik,atau di
rumah,farmasis memegang peranan penting dalam persiapan dan pemberian obat,mengajarkan
cara menggunakan obat dan mengevaluasi respons klien terhadap pengobatan.
Pada masa perawatan dan penyembuhan, farmasis memegang peranan penting dalam
memberikan obat secara tepat waktu kepada klien,serta memastikan klien atau keluarganya telah
mengerti dan siap memberikan obat jika klien dipulangkan ke rumah. Di setiap tatanan
pelayanan kesehatan, farmasis bertanggung jawab mengevaluasi efek obat terhadap kesehatan
klien,mangajari klien tentang obat dan efek sampingnya, memastikan kepatuhan terhadap
regimen obat,serta mengevaluasi kemampuan klien dalam menggunakan obat sendiri. Pada
beberapa kasus, farmasis secara langsung mengajarkan dan mengevaluasi anggota keluarga klien
yang mampu memberikan obat
1.2 Rumusan Masalah
Penulis akan membahas rute pemberian obat yang baik dan benar.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana rute dalam pemberian obat yang tepat pada pasien.
1.4 Manfaat
Agar pembaca terutama farmasis dan seluruh tenaga kesehatan mampu memahami
bagaimana memberikan obat dengan rute yang tepat sehingga tidak terjadi suatu kesalahan atau
kelalaian yang dapat merugikan pasien maupun farmasis itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Rute Pemberian Obat
Pada pemilihan rute pemberian obat, bergantung pada kandungan obat dan efek yang
diinginkan serta kondisi fisik dan mental pasien. Perawat sering terlibat dalam pemilihan rute
pemberian obat. Hal itu terjadi karena perawat terlibat dalam perawatan klien secara konsisten.
Ada beberapa rute pemberian obat yang dikenal :
2.1.1. Rute Oral
Pemberian obat melalui rute oral ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
1. Rute per oral adalah rute yang paling mudah dan paling umum digunakan. Obat diberikan
melalui mulut dan ditelan. Obat oral ini lebih murah daripada pemberian obat yang lain.
Kerja obat oral lebih lambat dan efeknya lebih lama. Namun kebanyakan dari klien lebih
menggunakan rute oral.
Obat oral ini diabsorpsi terlebih dahulu di lambung, dan duodenum merupakan jalan masuk
utama sirkulasi sistemik karena permukaan absorpsinya lebih besar. Metabolisme langkah
pertama oleh usus atau hati membatasi efikasi banyak obat ketika diminum per oral. Makanan
dalam lambung memperlambat waktu pengosongan lambung sehingga obat dihancurkan oleh
asam. Pada usus luas permukaan penyerapan memungkinkan penyerapan (absorpsi) dapat lebih
cepat dan sempurna, karena dicapai melalui lipatan mukosa, jonjot mukosa, dan kripta mukosa
serta mikrovili.


2. Pemberian Sublingual
Pemberian obat secara Sublingual dilakukan dengan cara diletakkan di bawah lidah, kemudian
larut dan mudah diabsorpsi. Obat yang diberikan secara Sublingual tidak boleh ditelan, jika obat
ditelan maka efek yang diinginkan tidak akan tercapai.
Contoh obat yang biasa diberikan secara sublingual : Gliserin
Prosedur pemberian obat sublingual :
Persiapan
Persiapan Klien
a. Cek perencanaan Keperawatan klien
b. Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan

Persiapan Alat
a. Obat yang sudah ditentukan
b. Tongspatel (bila perlu)
c. Kasa untuk membungkus tongspatel
Pelaksanaan
1. Biasakan cuci tangan sebelum melakukan aktivitas apapun
2. Memasang tongspatel ( jika klien tidak sadar ) kalau sadar anjurkan klien untuk
mengangkat lidahnya
3. Meletakan obat dibawah lidah
4. Memberitahu klien supaya tidak menelan obat
5. Cuci tangan kembali setelah melakukan rute tersebut pada pasien
6. Perhatikan dan catat reaksi klien setelah pemberian obat
Evaluasi
Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
Dokumentasi
catatlah tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil
tindakan,nama obat dan dosis, perrawat yang melakukan ) dalam catatan keperawatan.
3. Pemberian Bukal
Pemberian obat melalui bukal dilakukan dengan meletakkan obat padat pada membrane mukosa
pipi sampai obat larut. Klien dianjurkan untuk menempatkan dosis obat secara bergantian pada
mukosa pipi kanan dan pipi kiri agar mukosa tidak iritasi. Pasien dilarang menelan atau
mengunyah obat yang diberikan secara Bukal.
2.1.2 Rute parenteral
Rute Parental adalah pemberian obat melalui penginjeksian ke dalam jaringan tubuh.
Biasanya Pemberian obat dengan rute parenteral ini lebih mudah di proses di dalam tubuh.
Beberapa rute pemberian obat secara parenteal adalah sebagai berikut:
1. Subkutan (SC)
Injeksi ke dalam jaringan tepat di bawah lapisan dermis kulit. Cara pemberian ini terutama
dilakukan pada obat-obatan yang harus menyebar dan diserap oleh tubuh secara perlahan-lahan
seperti insulin. Tempat yang dianjurkan untuk penyuntikan subkutan adalah lengan bagian atas,
kaki bagian atas, dan daerah di sekitar pusar. Pada bagian tersebut, kita bisa dengan mudah
memegang lipatan kulit saat memasukkan jarum ke dalam jaringan kemak dan jaringan
pengikatnya yang ada di bawah kulit. Tergantung dengan panjang jatumnya, kita masukkan ke
dalam dengan sudut 90
o
(pada jarum yang panjangnya 1 cm) atau di bawah sudut 45
o
(pada
jarum yang lebih panjang). Setelah memasukkan jarum, rasakan jarum bebas posisinya.
Selanjutnya kita tarik penghisapnya sedikit untuk mengetahui apakan jarum tidak mengenai
pembuluh darah. Jika memang yang dimaksud maka kita melihat sejumlah darah di dalam
tabung cairan pada spuit tersebut. Jika ini terjadi maka keluarkan jarum suntik, kemudian
masukkan ke dalam kulit. Setelah cairan dikeluarkan secara perlahan-lahan dengan cepat kita
menarik jarum suntik keluar, dan memijat-mijat tempat itu agar tertutup kembali. Pada pasien
yang medapat sejumlah suntikan subkutan, maka kita harus terus menerus berganti tempat
penusukan.
Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh subkutan antara lain :
Harus benar-benar menggunakan tehnik steril karena barier kulit terganggu
Meningkatkan resiko infeksi
Lebih mahah daripada oral
Dapat siberikan hanya dalam jumlah sedikit
Dapat menimbulkan kecemasan dan rasa nyeri
2. Intrakutan
Injeksi ke dalam dermis tepat di bawah epidermis. Rute intrakutan ini biasanya dilakukan untuk
menguji reaksi alergi terhadap jenis obat yang akan digunakan. Secara umum, dilakukan pada
daerah lengan, tangan bagian ventral. Pada intrakutan reaksi absorsinya lambat.
Kerugian dari injeksi intrakutan antara lain :
Jumlah obat yang diberikan hanya sedikit
Merusak barier kulit
Menimbulkan kecemasan
Intramuskular
Intramuskular yaitu Injeksi ke dalam otot tubuh. Injeksi ini diabsorbsi lebih cepat daripada
injeksi subkutaneus karena suplai darah yang lebih besar ke otot tubuh. Otot juga dapat
menerima volume obat yang lebih besar tanpa menimbulakan ketidaknyamanan dibandingkan
jaringan subkutaneus, walaupun bergantung pada ukuran otot dan kondisi serta lokasi yang
digunakan. Orang dewasa dengan perkembangan otot yang baik biasanya dapat menoleransi
dengan aman hingga 4 ml obat pada otot gluteus medius dan otot gluteus maksimus. Volume
sebanyak 1-2 ml biasanya dianjurkan untuk klien dewasa yang ototnya kurang berkembang.
Pada otot deltoid, dianjurkan volume obat 0.5-7 ml.
Biasanya, spuit 2-5 ml dibutuhkan. Ukuran spuit yang digunakan bergantung pada jumlah obat
yang akan diberikan. Jaruma intramaskular kemasan standart memiliki panjang satu setengah
inci dan 21 atau 22. Beberapa factor menentukan ukuran dan panjang jarum yang akan
digunakan:
Otot
Tipe larutan obat
Jumlah jaringan adiposa yang menutup otot
Usia klien
Pertimbangan utama dalam memberikan injeksi intramaskular adalah memilih lokasi injeksi
yang aman yang jau dari pembuluh darah besar, saraf, dan tulang. Beberapa lokasi tubuh untuk
melakukan injeksi intramaskular:
Lokasi Ventrogluteal
Lokasi Vestus Lateralis
Lokasi Dorsogluteal
Lokasi Deltoid
Kontraindikasi penggunaan lokasi tertentu antara lain cedera jaringan dan adanya nodul,
bengkak, abses, nyeri tekan atau keadaan patologis lainnya.
Proses injeksi Intramaskuler:
PENGKAJIAN
1. Alergi klien terhadap obat
2. Kerja spesifik obat, efek samping, dan reaksi merugikan
3. Pengetahuan klien dan kebutuhan belajar tentang obat
4. Intergritas jaringan pada lokasi yang dipilih
5. Usia dan berat badan klien untuk menentukan lokasi serta ukuran jarum
6. Kemampuan atau keinginan klien untuk bekerja sama

PERLENGKAPAN
1. Catatan obat atau lembaran cetakan computer
2. Obar steril (biasanya disediakan dalam ampul atau vial)
3. Spuid dan jarum yang ukurannya sesuai dengan jumlah larutan yang akan diberikan
4. Kapas antiseptic
5. Sarung tangan disposable
PERSIAPAN
1. Periksa catatan obat
2. Atur perlengkapan
PELAKSANAAN
1. Cuci tangan dan observasi prosedur
2. Siapkan obata dari ampul atau vial untuk proses penarikan obat ke dalam spuit
3. Berikan privasi klien
4. Persiapkan klien
5. Jelaskan tujuan pemberian obat dan hal tersebut akan membantu, gunakan bahasa yang
dapat dipahami oleh klien
6. Pilih, tentukan lokasi, dan bersihkan lokasi
7. Siapkan spuit untuk injeksi
8. Injkesi obat menggunakan tekhnik Z-Track
9. Tarik jarum
10. Buang jarum tanpa tutup yang tersambung
11. Dokumentasikan semua informasi secara relevan
12. Kaji efektivitas obat pada saat obat diperkirakan mulai bekerja
3. Intervena
Suntikan memasuki aliran darah secara langsung memalui vena. Cara ini sesuai bila memerlukan
efek yang cepat. Rute ini juga tepat untuk obat yang terlalu mengiritasi jaringan yang diberikan
di rute lain. Jika jalur intervena sudah terpasang, jalur ini dipilih untuk menghindari
ketidaknyamanan oleh penggunaan jalur parental lainnya. Obat diberikan secara intervena
dengan menggunakan metode berikut:
Infuse cairan IV bervolume besar
Infuse intervena intermiten
Infuse volume terkontrol
Dorongan intervena
Saluran injeksi intermiten
Pada seluru tindakan pemberian obat IV, penting sekali bagi perawat untuk mengobservasi
tanda-tanda adanya reaksi yang merugikan pada klien secara ketat. Karena obat tersebut masuk
ke dalam aliran darah secara langsung dan bekerja dengan segera, obat tidak dapat ditarik
kembali atau dihentikan kerjanya. Oleh karena itu perawat harus salalu melakukan tindakan
khusus dan menghitung dosis. Ketika memberikan obat yang kuat, antidot untuk obat itu harus
tersedia. Selain itu tanda-tanda vital dikaji sebelum, dan setelah memasukkan obat tersebut.
Proses keperawatan obat intravena:
PENGKAJIAN
1. Inspeksi dan palpalasi lokasi fungsi vena untuk memeriksa adanya tanda-tanda infeksi,
infiltaris, atau dislokasi kateter
2. Inspeksi kulit dan sekelilingnya untuk memeriksa andanya kemerahan, pucat, dan
bengkak
3. Palpalasi jaringan sekitar untuk memerikas adanya rasa dingin dan edema, yang dapat
mengindikasi adnya kebocoran cairan IV pada jaringan
4. Ukur tanda-tanda vital sebagai data dasar jika obat yang diberikan kuat
5. Tentukan apakah klien memiliki alergi terhadap obat
6. Pemeriksaan kompatibilitas antara obat dan cairan IV

2.1.3 Rute Topikal
a. Rute inhalasi
Saluran napas bagian dalam memungkinkan area permukaan yang luas untuk absorpsi obat. Obat
dapat diberikan melalui pasase nasal, pasase oral, atau selang yang dipasang ke dalam
trakea.obat inhalasi dapat menimbulkan efek lokal. Obat seperti oksigen dan anestesi umum
menghasilkan efek sistemik.
1. Inhalasi Nasal
Obat diinhalasi melaluihidung menggunakan sebuah alat yang menghantar obat. Alat tipe
semprotan, misalnya fenilefrin (Neo-Synephrine), yang menghasilkan efek lokal, yakni
vasokontriksi jalan napas. Obat lain yang diberikan dengan cara ini antara lain anestesi lokal,
steroid dan oksigen.
2. Inhalasi Oral
Inhalasi oral paling sering digunakan untuk menghantar obat ke sel target atau organisme di
parenkim paru. Obat selalu dihantar oleh alat yang dipegang di tangan klien. Obat yang diberikan
menggunakan inhaler yang dipegang di tangan disebar melalui sebauh semprot aerosol, uap atau
bubukyang masuk ke saluran udara di paru. Metere Dose Inhalers (MDI) memfasilitasi
pengantaran obat ke parenkim paru. Obat untuk mengatasi infeksi paru, misalnya pneumocytis
caranii, dapat diberikan dalam bentuk obat yang nebulasi.
Teknik yang digunakan klien pada pemberian obat inhalan oral perlu dipantau, khususnya pada
bayi atau lansia. Dalam menggunakan alat ini, beberapa langkah kompleks perlu dilakukan, dan
untuk memastikan obat diberikan dengan akurat, perlu dilakukan beberapa modifikasi, jika klien
tidak dapat melakukan aktivitas tersebut dengan benar.


b.Pemberian Melalui Endotrakea atau Trakea
Dalam situasi kedaruratan, jika klien tidak terpasang selang intravene, beberapa obat darurat
dapat diberikan melalui selang yang telah ditempatkan ke dalam trakea klien. Perawat yang turut
dalam melakukan resusitasi secara khusus dilatih untuk memberikan obat dengan cara ini.
1. Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
(unguenta menurut FI edisi III)
Fungsi salep :
Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.
Sebagai bahan pelumas pada kulit.
Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan
berair dan rangsang kulit.
. Kualitas dasar salep :
Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.
Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia
dengan obat yang dikandungnya.
Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau
cair pada pengobatan.


Penggolongan dasar salep
Dasar salep berminyak
Contohnya : Vaselin, parafin, minyak tumbuh-tumbuhan dan silikon.
Dasar salep absorpsi
meliputi minyak hidrofil yaitu adeps lanae, Hydrophylic petrolatum dan dasar salep yang baru
seperti polysorb.

Dasar salep absorpsi ada dua tipe :
1. Dasar salep anhidrous yang mampu menyerap air dan membentuk tipe emulsi A/M
seperti adeps lanae dan Hydrophilic petrolatum.
2. Dasar salep hidrus dan merupakan tipe emulsi A/M tetapi masih mampu menyerap air
yang ditambahkan seperti cold cream dan lanolin.Sifat lain dasar salep absorpsi adalah
tidak mudah dicuci, karena fase kontinyu adalah minyak.
Dasar salep tercuci
Dasar salep tercuci adalah anhidrous, larut dalam air dan mudah dicuci dengan air. Hanya bagian
kecil dari cairan dapat didukung oleh dasar salep tanpa perubahan viskositas.
Contohnya : Polietilenglikol.
Dasar salep emulsi
Ada dua macam yaitu :
Dasar salep emulsi tipe A/M seperti lanolin dan cold cream.
Dasar salep emulsi tipe M/A seperti hydrophilic oinment dan Vanishing cream

2. Obat Tetes Hidung
Obat tetes hidung adalah suatu obat yang digunakan untuk pilek, mengandung dekongestan
topikal. Selain dalam bentuk tetes hidung, dekongestan topikal juga dapat berbentuk obat
semprot hidung.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
- Teteskan obat ini ke cuping hidung secara hati-hati, sehingga tidak mengalir keluar atau
tertelan.
- Usahakan agar ujung penetes tidak menyentuh cuping hidung, untuk menghindarkan penularan.
- Jangan melebihi dosis yang dianjurkan.
Efek yang tidak diinginkan :
vasokonstriksi lokal secara cepat yaitu, jika pemberian obat tetes hidung ini dihentikan, dapat
terjadi sumbatan hidung yang lebih berat. Sumbatan sekunder dapat menyebabkan kerusakan
jaringan setempat dan mengganggu bulu hidung.
Aturan pemakaian :
- Dewasa dan anak > 6 tahun : 2 - 3 tetes / semprot oksimetazolin 0,05% pada setiap lubang
hidung.
- Anak 2 - 5 tahun : 2 - 3 tetes oksimetazolin 0,025% pada setiap lubang hidung.
- Anak < 2 tahun : ikuti petunjuk dokter
Penggunaan obat pada pagi dan menjelang tidur malam, dan tidak boleh digunakan lebih dari 2
kali dalam 24 jam.


3. Obat Tetes Telinga
Tetes telinga adalah bentuk larutan, suspensi atau salep yang digunakan pada telinga dengan cara
diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil ke dalam saluran telinga untuk melepaskan
kotoran telinga (lilin telinga) atau untuk mengobati infeksi, peradangan atau rasa sakit. Tetes
telinga juga merupakan bahan obat yang dimasukkan ke dalam saluran telinga, yang
dimaksudkan untuk efek lokal, dimana bahan bahan obat tersebut dapat berupa anestetik lokal,
peroksida, bahan bahan antibakteri dan fungisida, yang berbentuk larutan, digunakan untuk
membersihkan, menghangatkan, atau mengeringkan telinga bagian luar.
Tetes telinga adalah bentuk dari obat yang digunakan untuk mengobati dan mencegah infeksi
telinga, khususnya infeksi pada telinga bagian luar dan saluran telinga (otitis eksterna).
Pada tetesan dan pemberian salep telinga, dilakukan tundakan sebagai berikut :
1. Meminta pasien untuk mengambil sikap sedemikian rupa agar telinga yang dirawat
dapat terlihat jelas dan dapat dijangkau dengan mudah
2. Telinga kita tarik sedikit ke belakang dan ke atas agar lubang telinga dapat kita lihat
dengan jelas
3. Mengambil jumlah tetesan yang dianjurkan, mengalir melalui dinding lubang telinga
4. Apabila menggunakan salep, salep juga diletakan padadinding lubang telinga
5. Minta agar pasien tetap dalam posisi demikian baik secara duduk atau berbaring
6. Setelah itu kita bersihkan tetesan yang jatuh di luar tempat yang kita rencanakan.
4. Obat tetes mata
Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara
meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata.Tetes mata
adalah seringkali dimasukkan ke dalam mata yang terluka atau kecelakaan atau pembedahan dan
mereka kemudian secara potensial lebih berbahaya daripada injeksi intavena.
Larutan mata merupakan cairan steril atau larutan berminyak dari alkaloid garam-garam alkaloid,
antibotik atau bahan-bahan lain yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam mata. Ketika cairan,
larutan harus isotonik, larutan mata digunakan untuk antibakterial, anstetik, midriatikum, miotik
atau maksud diagnosa. Larutan ini disebut juga tetes mata dan collyria (singular collyrium).
Obat yang dimasukkan ke dalam mata harus diformulasi dan disiapkan dengan pertimbangan
yang diberikan untuk tonisitas, pH, stabilitas, viskositas dan sterilisasi. Sterilisasi ini diinginkan
karena kornea dan jaringan bening ruang anterior adalah media yang bagus untuk
mikroorganisme dan masuknya larutan mata yang terkontaminasi ke dalam mata yang trauma
karena kecelakaan atau pembedahan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.
Faktor-faktor dibawah ini sangat penting dalam sediaan larutan mata :
1. Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan;
2. Sterilitas akhir dari collyrium dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif untuk
menghambat pertumbuhan dari banyak mikroorganisme selama penggunaan dari sediaan;
3. Isotonisitas dari larutan;
4. pH yang pantas dalam pembawa untuk menghasilkan stabilitas yang optimum
Keuntungan Tetes Mata
Secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep, meskipun salep dengan obat yang
larut dalam lemak diabsorpsi lebih baik dari larutan/salep yantg obat-obatnya larut dalam
air.
Tidak menganggu penglihatan ketika digunakan
Salep mata umumnya menghasilkan bioavailabilitas yang lebih besar daripada larutan
berair.
Kerugian Tetes Mata
Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif singkat antara
obat dan permukaan yang terabsorsi.
Bioavailabilitas obat mata diakui buruk jika larutannya digunakan secara topical untuk
kebanyakan obat kurang dari 1-3% dari dosis yang dimasukkan melewati kornea. Sampai ke
ruang anterior. Sejak boavailabilitas obat sangat lambat, pasien mematuhi aturan dan teknik
pemakaian yang tepat.
Penggunaan Tetes Mata
1. Cuci tangan
2. Dengan satu tangan, tarik perlahan-lahan kelopak mata bagian bawah
3. Jika penetesnya terpisah, tekan bola karetnya sekali ketika penetes dimasukkan ke dalam
botol untuk membawa larutan ke dalam penetes
4. Tempatkan penetes di atas mata, teteskan obat ke dalam kelopak mata bagian bawah
sambil melihat ke atas jangan menyentuhkan penetes pada mata atau jari.
5. Lepaskan kelopak mata, coba untuk menjaga mata tetap terbuka dan jangan berkedip
paling kurang 30 detik
6. Jika penetesnya terpisah, tempatkan kembali pada botol dan tutup rapat
7. Jika penetesnya terpisah, selalu tempatkan penetes dengan ujung menghadap ke bawah
8. Jangan pernah menyentuhkan penetes denga permukaan apapun
9. Jangan mencuci penetes
10. Ketika penetes diletakkan diatas botol, hindari kontaminasi pada tutup ketika
dipindahkan
11. Ketika penetes adalah permanen dalam botol, ketika dihasilkan oleh industri farmasi
untuk farmasis, peraturan yang sama digunkahn menghindari kontaminasi
12. Jangan pernah menggunakan tetes mata yang telah mengalami perubahan warna
13. Jika anda mempunyai lebih dari satu botol dari tetes yang sama, buka hanya satu botol
saja
14. Jika kamu menggunakan lebih dari satu jenis tetes pada waktu yang sama, tunggu
beberapa menit sebelum menggunakan tetes mata yang lain
15. Sangat membantu penggunaan obat dengan latihan memakai obat di depan cermin
16. Setelah penggunaan tetes mata jangan menutup mata terlalu rapat dan tidak berkedip
lebih sering dari biasanya karena dapat menghilangkan obat tempat kerjanya.

Pada saat memberi salep atau obat-obat tetes mata, kita harusbekerja menurut cara sebagai
berikut:
1. Kita menjelaskan kepada pasien terlebih dahulu, apa yang akan dilakukan dan
memintanya mengambil sikap yang mudah dan tenang, disini diusahakan agar kepala
sedapat mungkin harus horisonta
2. Salep mata kita letakan pada tepi kelopak mata bagian bawah. Ujung dari tube harus
diarahkan pada arah hidung dan tidak mengarah pada bola mata. Ini dilakukan agar
pada gerak mata yang tiba-tiba, bola mata tidak tersentuh dan tidak terluka. Salep
yang berlebihan kita usap dengan kain kas, ke arah hidung
Tetes mata, kita meneteskan obat dari sudut dekat hidung, hindari pipet tidak menyentuh hidung.
Setelah memberi tetes mata kelopak ditutup dan tetesan yang berlebihan dibersihkan dengan
kasa.
5. Rectal
Obat yang dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair
pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi
(dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian
obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral,
namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria. Lima puluh persen
aliran darah dari rektum memintas sirkulasi portal (melalui hati biasanya pada rute oral),
sehingga biotransfortasi obat oleh hati dikurangi. Bagian obat yang diabsorpsi dalam 2/3 bagian
bawah rektum langsung mencapai vena cava inferior dan tidak melalui vena porta. Keuntungan
pemberian melalui rektal (juga sublingual) dapat mencegah penghancuran obat oleh enzim usus
atau pH dalam lambung. Rute rektal juga berguna untuk obat yang menginduksi muntah jika
diberikan secara oral atau jika penderita mengalami muntah-muntah.
Cara : dimasukkan kedalam lubang dubur, dapat memberi efek lokal atau sistemik

Rute pemberian obat vaginal
Vagina adalah saluran yang dindingnya dilapisi oleh membran mukosa dan membentang dari
serviks uteri hingga valua dinding vagina normalnya berwarna merah mudah dan bebas dari
rabas dan lesi. Vagina harus terasa hangat dan lembab dengan dinding yang lembut. Terkadang
vagina yang terasa tegang dapat berkaitan dengan rasa takut atau jaringan parut. Wanita yang
menderita infeksi jamur, memiliki rabas yang kental, putih, berbau aneh dan seperti dadik.
Keuntungan pemberian obat melalui vagina adalah Obat cepat bereaksi dan efek yang
ditimbulkan bersifat lokal.Obat ini tersedia dalam bentuk krim, tablet yang dapat larut dengan
perlahan ataupun dapat juga dalam bentuk salep dan supositoria.
2.2 Cara Menyimpan Obat
Masa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena lambat laun obat
akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu. Akhirnya khasiat obat akan
berkurang. Tanda-tanda kerusakan obat kadang kala tampak dengan jelas, misalnya bila larutan
bening menjadi keruh dan bila warna suatu krim berubah tidak seperti awalnya ataupun
berjamur. Akan tetapi dalam proses rusaknya obat tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Bentuk dan baunya obat tidak berubah, namun kadar zat aktifnya sudah banyak berkurang, atau
terurai dengan membentuk zat-zat beracun. berkurangnya zat aktif hanya dapat ditetapkan
dengan analisa di laboratorium. Menurut aturan internasional, kadar obat aktif dalam suatu
sediaan diperbolehkan menurun sampai maksimal 10%, lebih dari 10% dianggap terlalu banyak
dan obat harus dibuang.
2.2.1 Aturan penyimpanan
Guna memperlambat penguraian, maka semua obat sebaiknya disimpan di tempat yang
sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari lembab dan cahaya. Dan hendaknya di suatu tempat
yang tidak bisa dicapai oleh anak-anak, agar jangan dikira sebagai permen berhubung bentuk dan
warnanya kerapkali sangat menarik. Obat-obat tertentu harus disimpan di lemari es dan
persyaratan ini selalu dicantumkan pada bungkusnya, misal insulin.

2.2.2 Lama penyimpanan obat
Masa penyimpanan obat tergantung dari kandungan dan cara menyimpannya. Obat yang
mengandung cairan paling cepat terurainya, karena bakteri dan jamur dapat tumbuh baik di
lingkungan lembab. Maka itu terutama obat tetes mata, kuping dan hidung, larutan, sirup dan
salep yang mengandung air/krim sangat terbatas jangka waktu kadaluwarsanya. Pada obat-obat
biasanya ada kandungan zat pengawet, yang dapat merintangi pertumbuhan kuman dan jamur.
Akan tetapi bila wadah sudah dibuka, maka zat pengawetpun tidak dapat menghindarkan
rusaknya obat secara keseluruhan. Apalagi bila wadah sering dibuka-tutup. mis. dengan tetes
mata, atau mungkin bersentuhan dengan bagian tubuh yang sakit, mis. pipet tetes mata, hidung
atau telinga. Oleh karena itu obat hendaknya diperlakukan dengan hati-hati, yaitu setelah
digunakan, wadah obat perlu ditutup kembali dengan baik, juga membersihkan pipet/sendok
ukur dan mengeringkannya. Di negara2 maju pada setiap kemasan obat harus tercantum
bagaimana cara menyimpan obat dan tanggal kadaluwarsanya, diharapkan bahwa di kemudian
hari persyaratan ini juga akan dijalankan di Indonesia secara menyeluruh. Akan tetapi, bila
kemasan aslinya sudah dibuka, maka tanggal kadaluwarsa tsb tidak berlaku lagi. Dalam daftar di
bawah ini diberikan ringkasan dari jangka waktu penyimpanan dari sejumlah obat, bila
kemasannya sudah dibuka. Angka2 ini hanya merupakan pedoman saja, dan hanya berlaku bila
obat disimpan menurut petunjuk2 yang tertera dalam aturan pakai

Jangka Waktu Penyimpanan

tab/kap 3 tahun salep mata 6 bulan
salep/pasta (tube)
serbuk/tabor
pil
3 tahun
1 tahun
1 tahun
salep/pasta
pot cairan untuk kulit
tet .telinga
6 bulan
6 bulan
6 bulan
krim/gel (tube)
larutan tetesan
suspensi
6 bulan
6 bulan
6 bulan
tet/sempr.hidung
krem (pot)
tet/bilasan mata
3 bulan
3 bulan
1 bulan

2.3 Proses Keperawatan Pemberian Obat
1. Pengkajian
Untuk menetapkan kebutuhan terhadap tarapi obat dan respon potensial terhadap terapi obat,
perawat mengkaji banyak factor :
Riwayat medis
Riwayat medis memberi indikasi atau kontraindikasi terhadap terapi obat. Penyakit atau
gangguan membuat klien berisiko terkena efek samping yang merugikan. Contoh, jika seorang
klien mengalami ulkus lambung cenderung mengalami perdarahan maka senyawa yang
mengandung aspirin atau antikoagulasi akan meningkatkan kemungkinan perdarahan. Riwayat
pembedahan klien dapat mengindikasikan obat yang digunakan. Contoh, setelah tiroidektomi ,
seorang klien membutuhkan penggantian hormon.
Data obat
Perawat mengkaji informasi tentang setiap obat, termasuk kerja, tujuan, dosis normal, rute
pemberian, efek samping, dan implikasi keerawatan dalam pemberian dan pengawasan obat.
Beberapa sumber harus sering dikonsultasi untuk memperoleh keterangan yang dibutuhkan.
Perawat bertanggung jawab untuk mengetahui sebanyak mungkin informasi tentang obat yang
diberikan. Banyak mahasiswa keperawatan menyiapkan atau membeli kartu atau buku yang
memuat keterangan obat untuk mereka gunakan sebagai rujukan cepat.

Sikap klien terhadap penggunaan obat
Sikap klien terhaadap obat menunjukkan tingkat ketergantungan pada obat. Klien seringkali
enggan mengungkapkan perasaannya tentang obat,khususnya jika klien mengalami
ketergantungan obat. Untuk mengkaji sikap klien, perawat perlu mengobservasi perilaku klien
yang mendukung bukti ketergantungan obat.
2. Diagnosa keperawatan
Pengkajian memberi data tentang kondisi klien, kemampuannya dalam menggunakan obat
secara mandiri, dan pola penggunaan obat.
Contoh diagnosa keperawatan NANDA untuk terapi obat.
Kurang pengetahuan tentang terapi obat yang berhubungan dengan :
1. Kurang informasi dan pengalaman
2. Keterbatasan kognitif
3. Tidak mengenal sumber informasi
Ketidakpatuhan tehadap terapi obat yang berhubungan dengan :
1. Sumber ekonomi yang terbatas
2. Keyakinan tentang kesehatan
3. Pengaruh budaya
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan :
1. Penurunan kekuatan
2. Nyeri dan ketidaknyamanan
Perubahan sensori atau persepsi yang berhubungan dengan :
1. Pandangan kabur
Ansietas yang berhubungan dengan :
1. Status kesehatan yang berubah atau terancam
2. Status sosial ekonomi yang berubah atau terancam
3. Pola interaksi yang berubah atau terancam
Gangguan menelan yang berhubungan dengan :
1. Kerusakan neuromuscular
2. Iritasi rongga mulut
3. Kesadaran yang terbatas
Penatalaksanaan program terapiutik tidak efektif yang berhubungan dengan :
1. Terapi obat yang kompleks
2. Pengetahuan yang kurang
3. Perencanaan
Perawat mengatur aktivitas perawatan untuk memastikan bahwa tehnik pemberian obat
aman. Perawat juga dapat merencanakan untuk menggunakan waktu selama memberikan obat.
Pada situasi klien belajar menggunakan obat secara mandiri, perawat dapat merencanakan untuk
menggunakan semua sumber pengajaran yang tersedia. Apabila klien dirawat di rumah
sakit,sangat penting bagi perawat untuk tidak menunda pemberian intruksi sampai hari
kepulangan klien. Perawat harus mengkaji klien secara komprehensif dan mengidentifikasi
faktor fisik, psikologis, ekonomi atau sosial yang membuat klien tidak mampu dengan konsisten
menggunakan obat secara mandiri. Misalnya, klien menderita arthritis yang membuatnya sulit
pergi ke apotek. Perawat, dengan bantuan tenaga kesehatan lain,bekerja sama mencari jalan
keluar untuk masalah ini sebelum klien dipulangkan. Apabila klien baru didiagnosis dan
membutuhkan obat, misalnya, dalam rencana asuhan keperawatan, perawat data merujuk klien
untuk dirawat di rumah. Perawat penyelenggara perawatan kesehatan di rumah dapat membantu
klien menyusun jadwal pengobatan yang disesuaikan dengan rutinitas di rumah.
Baik,seorang klien mencoba menggunakan obat secara mandiri maupun perawat
bertanggung jawab memberikan obat, sasaran berikut harus dicapai :
1. Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute pemberian obat yang digunakan.
2. Efek terapiutik obat yang diprogramkan dicapai dengan aman sementara kenyamanan
klien tetap dipertahankan.
3. Klien dan keluarga memahami terapi obat.
4. Pemberian obat secara mandiri dilakukan dengan aman.
3. Implementasi
Transkripsi yang benar dan mengomunikasikan program
Intervensi keperawatan berfokus pada pemberian obat yang aman dan efektif.Intervensi
dilakukan dengan menyiapkan obat secara cermat, memberikannya dengan benar, dan memberi
klien penyuluhan. Setiap kali suatu dosis obat disiapkan, perawat mengacu pada format atau
label obat. Dengan sistem unit-dosis, hanya satu diperlukan transkripsi, sehingga kemungkinan
terjadinya kesalahan dibatasi. Ketika mentranskripsi resep, perawat harus yakin bahwa
nama,dosis,dan simbol obat dapat dibaca. Perawat terdaftar (registered nurse) membandingkan
semua program yang ditranskripsi dengan program yang asli untuk memastikan keakuratan dan
kelengkapannya. Perawat yang memberi obat yang salah atau dosis yang tidak tepat bertanggung
jawab secara hukum.
4. Evaluasi
Perawat memantau respon klien terhadap obat secara berkesinambungan. Untuk melakukan
ini,perawat harus mengetahui kerja terapiutik dan efek samping yang umum muncul dari setiap
obat. Perawat harus mewaspadai reaksi yang akan timbul ketika klien mengkonsumsi beberapa
obat. Untuk mengevaluasi keefektifan intervensi keperawatan sambil memenuhi sasaran
keperawatan yang ditetapkan, perawat melakukan langkah-langkah evaluasi untuk
mengidentifikasi hasil akhir yang aktual.
Berikut adalah contoh langkah evaluasi untuk menentukan bahwa ada komplikasi yang
terkait dengan rute pemberian obat :
1. Mengobservasi adanya memar, implamasi , nyeri setempat, atau perdarahan di tempat
injeksi.
2. Menanyaan klien tentang adanya rasa baal atau rasa kesemutan di tempat injeksi.
3. Mengkaji adanya gangguan saluran cerna, termasuk mual, muntah, dan diare pada klien.
4. Menginspeksi tempat IV untuk mengetahui adanya feblitis, termasuk demam,
pembengkakkan dan nyeri tekan setempat.














BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting perawat. Obat
adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien yang memiliki masalah
kesehatan. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat
menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila
tidak tepat diberikan. Perawat bertanggung jawab memahami kerja obat dan efek samping yang
ditimbulkkan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien
menggunakannnya dengan benar serta berdasarkan pengetahuan.
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling tepat untuk memberikan obat dan
meluangkan sebagian besar bersama klien.Hal ini membuat perawat berada pada posisi yang
ideal untuk memantau respon klien terhadap pengobatan,memberikan pendidikan untuk klien
dan keluarga tentang pengobatan dan menginformasikan dokter kapan obat efektif,tidak
efektif,atau tidak lagi dibutuhkan. Perawat bukan sekedar memberikan obat kepada
klien.Perawat harus menentukan apakah seorang klien harus menerima obat pada waktunya dan
mengkaji kemampuan klien untuk menggunakan obat secara mandiri.Perawat menggunakan
proses keperawatan untuk mengintegrasi terapi obat ke dalam perawatan.

3.2 Saran
Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang tidak baik jika
kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya
bias fatal. Oleh karena itu, kita sebagai perawat kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan
sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri
maupun orang lain.


DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. (1999). Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: EGC
Nugroho A.E. (2012). Farmakologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai