Anda di halaman 1dari 3

Anamnesis

Hal paling utama yang harus dilakukan oleh seorang dokter adalah anamnesis. Yaitu
menyanyakan keadaan pasien sebelum datang ke rumah sakit (RS). Apa saja keluhan yang
dirasakannya dan dapat menempatkan rasa empati dengan benar, serta mendapatkan
kepercayaan pasien sehingga pasien dapat menceritakan semua yang dirasakannya tanpa
menutup-nutupi apa yang dia alami.
Apabila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diajak berbicara mengenai
penyakitnya, maka anamnesis ini dapat dilakukan oleh orang terdekat atau orang yang
mengantarkan pasien ke tempat praktek atau unit gawat darurat (UGD) yang disebut dengan
allo anamnesis.
Sangat penting untuk mendapatkan anamnesis yang akurat, karena dari anamnesis,
dokter dapat mengetahui gejala-gejala yang dialami pasien sehingga dapat mengenali lebih
lagi penyakit apa yang dialami oleh pasien.

Pertanyaan yang dapat diajukan adalah keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, serta riwayat penyakit keluarga.
Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan nyeri pada tungkai kanan karena terbentur
meja saat berjalan. Trauma harus diperinci jenisnya, besar-ringannya trauma, arah trauma dan
posisi penderita atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma).
Dari anamnesa saja dapat diduga:
- kemungkinan politrauma
- kemungkinan fraktur multipel
- kemungkinan fraktur-fraktur tertentu, misalnya: fraktur Colles, fraktur supra
kondilaris humerus.
- pada anamnesa ada nyeri tetapi bisa tidak jelas pada fraktur inkomplit
- ada gangguan fungsi, misalnya: fraktur antebrachii, lengan bawah menjadi tidak bisa
digerakkan. Kadang-kadang fungsi masih bertahan pada fraktur inkomplit.
2


Pemeriksaan Fisik
2
I nspeksi
a. Deformitas:
- Penonjolan yang abnormal. misalnya: fraktur kondilus lateralis humerus
- Angulasi
- Rotasi
- Pemendekan
b. Fungsio laesa
Hilangnya fungsi, misalnya pada fraktur kruris tidak dapat bantalan dan pada fraktur
antebrakhii tidak dapat menggunakan lengan.

Palpasi
Perabaan dilakukan pada bagian yang dirasa nyeri oleh pasien. Penilaiannya meliputi
adanya benjolan, bengkak maupun rasa panas pada benjolan bila ada.
3

Pergerakan
a) Krepitasi: Terasa krepitasi bila fraktur digerakkan, tetapi ini bukan cara yang baik dan
kurang halus. Krepitasi timbul oleh pergeseran atau beradunya ujung-ujung tulang
kortikal. Pada tulang spongiosa atau tulang rawan epifisis tidak terasa krepitasi.
b) Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif.
c) Memeriksa seberapa jauh gangguan gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang tidak
mampu dilakukan, dan kekuatan.
d) Gerakan yang tidak normal: gerakan yang terjadi tidak pada sendi, misalnya:
pertengahan femur dapat digerakkan. Ini adalah bukti paling penting adanya fraktur
yang membuktikan adanya "putusnya kontinuitas tulang" sesuai definisi fraktur. Hal
ini penting untuk membuat visum, misalnya: bila tidak ada fasilitas pemeriksaan
rontgen.


Komplikasi
a. Akibat langsung: patah tulang
b. Akibat tidak langsung: penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh.
c. Akibat pengobatan: gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada
kemoterpi.
Dapus
1. Staf pengajar bagian ilmu bedah FK UI. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI,h.457-74
2. Patel PR. Lecture notes: radiologi. Ed2. Jakarta : EMS, 2007.h.222-3

Anda mungkin juga menyukai