Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia, khususnya industri kimia mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Kemajuan di bidang industri mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pembangunan nasional di segala bidang guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sebagai negara agraris, Indonesia merupakan salah satu konsumen pupuk urea yang
cukup besar yaitu sebesar 5,1 juta ton per tahun. Urea merupakan salah satu jenis pupuk nitrogen
buatan yang banyak digunakan di sektor pertanian yakni sekitar 3,6 juta ton. Banyak petani,
khususnya untuk tanaman pangan menggunakan pupuk secara tidak rasional lagi terutama
penggunaan pupuk urea yang berkisar antara 100 600 kg.ha
-1
.
Lebih dari 90% dari produksi dunia menggunakan pupuk nitrogen dalam pertanian.
Pupuk Urea, disebut pupuk Nitrogen (N), memiliki kandungan nitrogen 46 % setiap 100 kg urea
mengandung 46 kg Nitrogen diantara semua pupuk padat. Proses pembuatan urea secara sintesa
untuk pertama kali diperkenalkan oleh Woehler pada tahun 1828 dengan cara memanaskan
NH
4
CO (amonium sianat), kemudian tahun 1870 urea dibuat dengan proses dehidrasiamonium
karbamat, tetapi secara komersil baru dilaksanakan 50 tahun kemudian. Sejak saat itu konsumsi
urea yang meningkat dan teknologi proses pembuatan urea terus mengalami perkembangan. Pada
industri, urea di produksi dengan mereaksikan amonia dengan karbon dioksida pada suhu dan
tekanan tinggi. Perkembangan teknologi proses pembuatan urea saat ini mengalami kemajuan
yang sangat pesat dengan mengembangkan teknologi proses daur ulang, hemat energi,
meningkatkan konversi CO
2
dan kualitas produk, menurunkan biaya produksi dan menerapkan
teknologi yang ramah lingkungan.
Urea dibuat dari reaksi antara amoniak dengan karbon dioksida dalam suatu proses kimia
menjadi urea padat dalam bentuk prill (ukuran 1-3,35 mm) atau granul (ukuran 2-4,75 mm).
Urea prill paling banyak digunakan untuk tanaman pangan dan industri, sedangkan urea granul
lebih cocok untuk tanaman perkebunan. Secara ekonomi, untuk mengejar keuntungan memang
wajar, sebab harga jual pupuk ke luar negeri jauh lebih mahal daripada harga jual kepada petani
sendiri. Misalnya harga pupuk urea bersubsidi di pasar dalam negeri hanya Rp 1.200 per kg,
padahal harga pupuk urea di pasar internasional melambung hingga Rp 4.000 per kg. Namun,
akibat dari kebijakan itu, pasokan pupuk kepada petani menjadi berkurang sehingga harga pupuk
di dalam negeri membumbung tinggi, naik lebih dari 40 persen. Akibat lebih lanjut terjadi
kelangkaan pupuk di beberapa daerah. Kondisi ini menyebabkan beredarnya pupuk-pupuk palsu.
Selama ini industri pupuk Urea langsung memanfaatkan produk utama yang menjadi
bahan bakunya yaitu gas CO2 dan Amonia cair. Data kapasitas dan ekspor pupuk urea dapat
dilihat pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 sebagai berikut:
Tabel 1.1 Data Kapasitas Pupuk Urea di Indonesia
Tahun Jumlah (Ton)
2002 6.006.221
2003 5.425.520
2004 5.667.415
2005 5.848.655
2006 5.654.692
(Sumber : PT. Pusri - holding, 2007)
Tabel 1.2 Data Ekspor Pupuk Urea
Tahun Ekspor (ton)
2002 822.725
2003 946.792 13,10
2004 465.367
2005 748.473
2006 692.746,94
(Sumber : PT. Pusri - holding, 2007)







I.2 Tujuan
Menyusun perancangan produk dan proses kimia sesuai dengan tugas mata kuliah yang
bertujuan :
1. Untuk mengetahui proses-proses pembuatan urea dalam industri
2. Untuk mengkaji salah satu prosespembuatan urea yang dipilih
3. Untuk membuat tahapan sintesa urea berdasarkan proses yang dipilih
4. Untuk membuat diagram alir lengkap dan heuristik proses pembuatan pabrik urea dalam
industri.
I.3 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Dapat mengetahui proses-proses pembuatan pabrik urea dalam industri
2. Dapat mengkaji salah satu proses pembuatan urea yang dipilih
3. Dapat mengkaji tahapan sintesa urea berdasarkan proses yang dipilih
4. Dapat membuat diagram alir lengkap dan heuristik proses pembuatan pabrik urea dalam
industri.

Anda mungkin juga menyukai