Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH

KESELAMATAN PROSES

Nama : Arnold Yonathan
NIM : L2C008119

KECELAKAAN PROSES PADA PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA NUKLIR FUKUSHIMA, JEPANG

1. Reaktor Nuklir
Reaktor nuklir adalah suatu tempat atau perangkat yang digunakan untuk membuat,
mengatur, dan menjaga kesinambungan reaksi nuklir berantai pada laju yang tetap. Berbeda
dengan bom nuklir, yang reaksi berantainya terjadi pada orde pecahan detik dan tidak
terkontrol.
Reaktor nuklir digunakan untuk banyak tujuan. Saat ini, reaktor nuklir paling banyak
digunakan untuk membangkitkan listrik. Selain itu juga ada reaktor penelitian yang
digunakan untuk pembuatan radioisotop (isotop radioaktif) dan untuk penelitian. Awalnya,
reaktor nuklir pertama digunakan untuk memproduksi plutonium sebagai bahan senjata
nuklir.
Pada saat ini, semua reaktor nuklir komersial berbasis pada reaksi fisi nuklir, dan
sering dipertimbangkan masalah risiko keselamatannya. Sebaliknya, beberapa kalangan
menyatakan bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir merupakan cara yang aman dan bebas
polusi untuk membangkitkan listrik. Daya fusi merupakan teknologi ekperimental yang
berbasi pada reaksi fusi nuklir. Ada beberapa piranti lain untuk mengendalikan reaksi nuklir,
termasuk di dalamnya pembangkit thermoelektrik radioisotop dan baterai atom, yang
membangkitkan panas dan daya dengan cara memanfaatkan peluruhan radioaktif pasif,
seperti halnya Farnsworth-Hirsch fusor, di mana reaksi fusi nuklir terkendali digunakan untuk
menghasilkan radiasi neutron.
Cara Kerja Reaktor Nuklir
Secara garis besar cara kerja sebuah reaktor nuklir (jenis BWR) hingga bisa menghasilkan
listrik adalah sebagai berikut :
1. Didalam inti reaktor, reaksi fisi terjadi karena adanya penembakan neutron terhadap
bahan bakar nuklir yang menghasilkan energi panas.
2. Energi panas yang dihasilkan dari inti reaktor kemudian dibawa oleh air bertekanan
pada primary loop ke generator uap.
3. Didalam generator uap, air yang berasal dari secondary loop menjadi terpanaskan dan
terbentuklah uap.
4. Uap yang dihasilkan diarahkan ke turbin uap untuk memutar generator dan akhirnya
menghasilkan listrik

Gambar 1. Skema Proses Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Dengan Pendingin Air Laut

Gambar 2. Skema Proses Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Dengan Sistem Cooling Tower

Komponen dasar dari reaktor nuklir adalah sebagai berikut:
1. Bahan bakar nuklir, berbentuk batang logam berisi bahan radioaktif yang berbentuk
pelat
2. Moderator, berfungsi menyerap energi neutron.
3. Reflektor, berfungsi memantulkan kembali neutron.
4. Pendingin, berupa bahan gas atau logam cair untuk mengurangi energi panas dalam
reaktor.
5. Batang kendali, berfungsi menyerap neutron untuk mengatur reaksi fisi.
6. Perisai, merupakan pelindung dari proses reaksi fisi yang berbahaya.

2. Aplikasi Nuklir
Beberapa aplikasi pemanfaatan nuklir untuk manusia adalah sebagai berikut:
Daya nuklir:
o Panas untuk pembangkit listrik
o Panas untuk perumahan dan pemanas industri
o Desalinasi
Propulsi nuklir:
o Propulsi nuklir kelautan
o Usulan roket panas nuklir
Transmutasi unsur:
o Produksi plutonium, yang biasa digunakan dalam senjata nuklir
o Produksi beragam isotop radioaktif, seperti americium yang digunakan dalam
detektor asap, dan cobalt-60, molybdenum-99 dan lainnya yang digunakn untuk
pencitraan dan perawatan medis
Aplikasi peneltian:
o Penyediaan sumber neutron dan radiasi positron (misalnya Analisis Aktivasi
Neutron dan Penanggalan potassium-argon)
o Pengembangan teknologi nuklir


3. Kecelakaan Proses Reaktor Nuklir Fukushima Maret 2011
Ledakan pada reaktor nuklir di Fukushima telah terjadi tiga kali sejak gempa dengan
kekuatan 9 SR mengguncang Jepang, Jumat (11/3/2011). Ledakan pertama terjadi di reaktor
nomor 1, hari Sabtu (12/2/2011), disusul ledakan di reaktor nomor tiga Senin (14/3/2011),
dan ledakan terakhir terjadi di reaktor nomor 2, Selasa (15/3/2011). Banyak pihak
mengkhawatirkan terjadinya radiasi nuklir yang besar sebagai konsekuensi dari ledakan itu.
Namun, bagaimana sebenarnya ledakan bisa terjadi? Lalu, benarkah ledakan akan
memacu bencana nuklir besar seperti yang dikhawatirkan? Untuk itu, perlu melihat beberapa
hal penting terkait dengan proses ledakan reaktor, meliputi jenis reaktor, bagaimana reaktor
bekerja, dan faktor yang memicu ledakan.
Staf pengajar Jurusan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada yang kini turut dalam
pengkajian keselamatan teknologi nuklir di Swedia, Dr Alexander Agung ST, M.Sc,
mengungkapkan analisis sementara terkait ledakan reaktor Fukushima 1 di situs web resmi
Teknik Fisika UGM. Ia mengungkapkan bahwa Fukushima Unit 1 merupakan PLTN berjenis
BWR (boiling water reactor). Daya listrik yang mampu dihasilkan adalah 460 MW, dengan
daya termal 1553 MW dan asumsi efisiensi termal 30 persen. Reaktor tersebut dibangun akhir
tahun 1960-an dan beroperasi awal 1970-an.
Ia mengatakan, "Pada reaktor nuklir, energi dihasilkan dari reaksi fisi atau
pembelahan inti atom." Reaksi fisi juga menghasilkan energi radioaktif yang akan meluruh.
Jumlah energi yang dihasilkan dari suatu reaksi fisi adalah total dari energi fisi dan energi
peluruhan radioaktif.
Besar kecilnya energi yang dihasilkan dalam reaksi fisi tergantung dari banyak
sedikitnya proses fisi. Reaksi fisi bisa dikendalikan dengan batang kendali atau control rods.
Jika seluruh batang kendali dimasukkan, maka reaktor akan padam, dikenal dengan istilah
shut down.
Pengamanan reaktor nuklir mengenal jargon 3C, yakni Control, Cool dan Contain.
Control terkait upaya mencegah peningkatan tajam energi, Cool terkait dengan upaya
mendinginkan bahan bakar, dan Contain berkaitan dengan upaya menjaga bahan radioaktif
agar tetap dalam reaktor. "Perlu diingat bahwa ketiganya bisa berfungsi sebagai aspek
pertahanan," katanya. Kalau kontrol tak berfungsi, maka masih ada sistem pendingin.
Kemudian, jika sistem pendingin tak juga berfungsi, maka masih terdapat pengungkung
reaktor yang akan mencegah lepasnya materail radioaktif.
Ledakan di reaktor Fukushima 1 berhubungan dengan kegagalan pada sistem proteksi
dan faktor yang berkaitan dengannya. Ketika gempa terjadi, sistem kontrol sebenarnya
berhasil berfungsi dengan memadamkan reaktor sehingga reaksi fisi di dalam reaktor tak
terjadi lagi. "Akan tetapi, masih ada energi dari peluruhan radioaktif. Pada saat reaktor
padam, masih ada 7 persen dari 1.553 MW, atau sebesar 107 MW," ungkapnya. Dalam
kondisi tersebut, sistem pendingin seharusnya bekerja untuk mengalirkan air saat awal sistem
tersebut berfungsi.
Sayangnya, sistem pendingin akhirnya ngadat setelah satu jam dikarenakan generator
listrik mati akibat tsunami sehingga pompa yang seharusnya bertugas mengalirkan pendingin
tidak dapat berjalan dan air pendingin tidak dapat mengalir. "Situasi tersebut dikenal dengan
istilah LOFA (loss of flow accident), yakni pendingin tetap ada, namun tidak mengalir,"
papar Alex. Akibatnya panas tak bisa ditransfer.
Menurut Alex, ada dua fenomena yang bisa terjadi. Pertama, naiknya suhu pendingin
memicu pendidihan sehingga bagian atas reaktor tertutup uap air. "Jika ini terjadi,
kemungkinan pelelehan bahan bakar besar. Jika bahan bakar meleleh, bahan radioaktif akan
terlepas ke sistem pendingin," jelas Alex.
Kemungkinan kedua adalah kenaikan suhu selongsong bahan bakar. Selongsong
merupakan pembungkus bahan bakar yang terbuat dari logam campuran Zirkonium. Jika
suhu meningkat hingga 900 derajat celsius, maka zirkonium akan teroksidasi oleh air
sehingga menghasilkan hidrogen.
Alexander mengungkapkan, hingga saat ini belum jelas fenomena apakah yang
terjadi. Namun, ia menduga bahwa hidrogen yang terakumulasi bereaksi dengan oksigen
sehingga terjadi ledakan hidrogen. Hal tersebut menyebabkan ledakan di Fukushima Unit 1.
Kekuatan ledakan cukup kuat untuk meruntuhkan bangunan di sekitarnya, namun tidak
sampai merusak selongsong pelindung reaktor.
Faktanya, ledakan terjadi di reaktor-reaktor tersebut setelah TEPCO (Tokyo Power
Electric Company) mengalirkan air laut untuk mendinginkan reaktor secara langsung.
Terjadinya ledakan juga disebut bagian dari proses pendinginan reaktor yang tidak
membahayakan reaktor tersebut.
Radiasi dilaporkan telah mencapai Tokyo, tapi tidak membahayakan kesehatan
manusia. Pejabat pemerintah Metropolitan Tokyo mengungkapkan, "Kami memantau tingkat
radiasi yang melampaui batas normal terjadi pagi ini di Tokyo. Namun, kami tidak menilai
bahwa hal itu sudah berada dalam level yang berbahaya bagi tubuh manusia". Permbangkit
listrik tenaga nuklir itu berada 250 kilometer timur laut Tokyo. Kantor Berita Kyodo juga
melaporkan bahwa tingkat radiasi di kota Maebashi, 100 kilometer utara Tokyo, naik 10 kali
lipat di atas batas normal.

4. Lusinan Reaktor Nuklir Rawan Kecelakaan
Lusinan reaktor nuklir di seluruh dunia ternyata beroperasi di daerah rawan gempa.
Diantarnya adalah 14 reaktor nuklir yang berada di zona paling rawan bencana gempa.
Seperti dilansir Wall Street Journal, Sabtu 19 Maret 2011, Jepang dan Taiwan mengalami
krisis energi akibat gempa 9 skala richter yang mengguncang Jepang pada Jumat 11 Maret
2011 lalu.
Setelah gempa yang menimbulkan gelombang tsunami itu, Jepang dan Taiwan
dipaksa melakukan perhitungan ulang atas energi nuklir yang tersisa untuk menunjang
kehidupan masyarakat. Pada sebuah jajak pendapat di Taiwan yang dilakukan empat hari
setelah gempa bumi, sebanyak 55 persen responden merasa tidak yakin atas fasilitas nuklir
yang ada di pulau itu.
Berdasarkan data yang tesedia dari Asosiasi Nuklir Dunia yang berbasis di London,
The Wall Street Journal, di seluruh dunia terdapat 400 reaktor nuklir, 100 reaktor yang dalam
tahap perencanaan.
Berdasarkan analisa dalam laporan itu, terdapat 48 reaktor atau sekitar 11 persen dari
reaktor di seluruh dunia, berdiri di daerah gempa, dengan aktivitas gempa skala sedang.
Daerah itu termasuk daerah tempat reaktor Fukushima Daiichi yang saat ini sedang
mengalami krisis.
Lalu, terdapat 14 reaktor atau sekitar 3 persennya berada di daerah yang tinggi atas
aktivitas gempa. Sepuluh diantaranya terletak di dekat garis pantai yang sangat beresiko
terjadinya gempa dan tsunami.
Jepang dan Taiwan termasuk dalam 10 dari 14 reaktor yang memiliki aktivitas gempa
tertinggi. Sedangkan Amerika Serikat memiliki dua reaktor nuklir yang berbahaya. Slovenia
dan Armenia masing-masing memiliki satu reaktor.
Reaktor nuklir di seluruh dunia diklaim telah dibangun dengan daya tahan terhadap
gempa berkekuatan tinggi dan sudah dilengkapi dengan faktor keamanan jika terjadi
kesalahan perkiraan. Termasuk reaktor Fukushima Daiichi di Jepang yang kini bocor.
Jumat kemarin, the US Nuclear Regulatory Commission menginformasikan bahwa,
akan memastikan reaktor-reaktornya tahan bencana alam atau kejadian luar biasa. Persiapan
ini termasuk pemulihan air pendingin reaktor dan kolam bahan bakar yang ternyata gagal di
Fukushima Jepang.
Lebih dari 100 reaktor nuklir milik AS, dan hanya dua reaktor yang terletak di pabrik
Diablo Canyon Power, Pantai California, yang masuk di dalam zona aktivitas gempa tinggi.
Namun, reaktor nuklir ini telah dibangun dengan daya tahan gempa berkekuatan 7.5 skala
richter.
Peneliti terkadang menganggap remeh kekuatan gempa. Gempa yang menimpa
Jepang lebih besar dibandingkan gempa yang telah diujikan pada reaktor Daiichi. Pada tahun
2007, pabrik nuklir terbesar di Jepang, Kashiwazaki-Kariwa, rusak akibat gempa berkekuatan
lebih besar dibanding antisipasi desainer.
Aktivis anti nuklir telah mengingatkan bahwa reaktor nuklir di Jepang lebih lemah
terhadap gempa dibandinkan aturan pemerintah. Menurut para penyedia tenaga nuklir,
bencana nuklir tidak akan terjadi di Jepang, ujar pusat informasi nuklir, kelompok anti
nuklir berbasis di Tokyo.
Energi nuklir juga menjadi isu kontroversial di Taiwan, di mana terdapat empat
reaktor yang dibangun dekat patahan utama. Lebih dari dua reaktor yang sedang dalam
perbaikan terletak dekat denagn pemukiman penduduk di Taipe dan New Taipe.
Dewan Energi Atom yang mengatur undang-undang mengenai nuklir di Taiwan
mengatakan, bahwa pabrik nuklir telah dibangun dengan daya tahan gempa berkekuatan 7
skala richter atau lebih dan hantaman tsunami 12 sampai 15 meter.
Ahli energi mengatakan, akan sangat sulit bagi Jepang dan Taiwan untuk beralih dari
energi nuklir. Mengingat kedua negara ini tidak memiliki sumber energi lain dari alam.
Pengembangan nuklir adalah cara terbaik untuk mengurangi ketergantungan impor migas
dan batubara, ujar Jone-Lin Wang, seorang konsultan energi Taiwan.
Namun yang pasti, banyak negara telah mencoba memindahkan pabrik nuklir jauh
dari zona gempa. Tidak banyak reaktor yang dibangun di patahan utama, dan Jepang
mungkin masih kekanakan, ujar Ben van der Pluijm, ahli geologi dari Universitas Michigan.

5. Kecelakaan Proses Ditinjau Dari Keselamatan Proses
Kecelakaan proses yang terjadi di Fukushima, Jepang bukanlah akibat dari kesalahan
manusia, peralatan kontrol ataupun konstuksi bangunan. Bahkan PLTN Fukushima adalah
salah satu PLTN yang dinilai sangat layak operasi mengingat konstruksi didesain agar
bangunan tersebut tahan gempa. Memang yang terjadi PLTN ini tetap berdiri setelah gempa 9
SR yang terjadi pada 11/03/2011, dan tsunami yang menerjang juga tidak meruntuhkan
bangunan ini.
Sistem keselamatan proses yang digunakan juga berjalan dengan baik ketika terjadi
gempa, yaitu reaktor secara otomatis padam dengan diisolasinya batang uranium dengan
sekat-sekat logam. Sayangnya dalam kasus ini tsunami juga merusak pompa-pompa yang ada
di PLTN tersebut.
Dalam jangka waktu pendek memang tidak akan ada efek karena reaktor juga padam.
Tetapi yang perlu diperhatikan adalah reaksi pada masing-masing batang tetap berjalan
dengan sendirinya dan tetap menimbukan panas, untuk itu seharusnya sistem pendingin tetap
berjalan normal untuk mengambil panas tersebut. Dalam jangka panjang otomatis suhu
reaktor tersebut akan naik. Hal inilah yang memicu timbulnya ledakan seperti yang telah
diulas pada bagian 3 diatas.
Lokasi PLTN ternyata juga tidak ideal mengingat Jepang adalah negara yang sering
terkena gempa dan tsunami. Hal ini dikarenakan letak Jepang sendiri yang berada pada
pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang kerap bergerak dan menimbulkan gempa, baik
kecil maupun besar. Idealnya pabrik dengan resiko proses yang tinggi dilokasikan di daerah
yang cenderung aman dari bencana alam untuk menjamin tidak akan ada kecelakaan proses.


6. Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Reaktor_nuklir
http://krishnabalagita.wordpress.com/2011/03/20/14-reaktor-nuklir-di-zona-gempa-besar/
http://nuklir.info/reaktor/teknologi/cara-kerja-reaktor-nuklir.html
http://sains.kompas.com/read/2011/03/16/06422681/Kenapa.Reaktor.Nuklir.Fukushima.Mele
dak
http://teknologi.inilah.com/read/detail/1322382/inilah-penyebab-reaktor-nuklir-jepang-
meledak
http://www.detiknews.com/read/2011/03/13/051502/1590477/10/reaktor-nuklir-di-
fukushima-kembali-bermasalah

Anda mungkin juga menyukai