Anda di halaman 1dari 8

TRIBUNNEWS.

COM, JAKARTA - TKW asal Indonesia, Ruyati bin Sapubi, sempat mengeluhkan kepada
keluarganya bahwa majikannya di Arab Saudi kerap berlaku kasar kepadanya.

Berikut perjalanan hidup Ruyati yang dihimpun dari berbagai sumber sebelum dihukum pancung oleh
kerajaan Arab Saudi.

Tahun 2008 Ruyati berangkat menuju Arab Saudi sebagai TKW menggunakan jasa pengirim tenaga kerja
PT Dasa Graha Utama Bekasi. Pada keberangkatan tersebut, LSM Migrant Care menyebut umur Ruyati
dimudakan 11 tahun.

Tanggal 31 Desember 2009 merupakan kontak terakhir Ruyati dengan keluarganya yang tinggal di Bekasi.
Saat itu Ruyati mengeluhkan majikannya kerap memperlakukan dirinya dengan kasar.

Tanggal 10 Januari 2010, Ruyati membunuh majikan perempuannya bernama Khairiya binti Mijlid
dengan alat pemotong daging. Selanjutnya pada bulan Mei 2010 Ruyati diadili untuk pertama kalinya
dan terancam hukuman qisas, yakni hukuman yang dijatuhkan setimpal dengan apa yang dilakukannya.
Nyawa dibayar nyawa.

Mendengar hal tersebut, pada bulan Maret 2011 LSM Migrant Care mengingatkan sejumlah TKI
terancam hukuman mati di Arab Saudi, termasuk Ruyati. Bulan April 2011, Menteri Hukum dan HAM
Patrialis Akbar berangkat menuju Arab Saudi untuk melobi kerajaan Arab Saudi agar mengampuni TKI
yang melanggar hukum. Saat itu Kemenlu RI juga menegaskan telah memberikan bantuan hukum dan
kekonsuleran pada Ruyati.

Pada bulan Mei 2011, Ruyati kembali diadili dan dijatuhi hukuman qisas. Tanggal 18 Juni 2011 Ruyati
dieksekusi pada pukul 15.00 WIB di kota Mekkah dan menjadi orang ke-28 yang dieksekusi pada tahun
ini. Usai dipancung, jenazah Ruyati langsung dimakamkan.

Tanggal 19 Juni 2011, Kemenlu RI menghubungi keluarga Ruyati di Bekasi dan memberitahukan perihal
pemancungan tersebut. Kemenlu sendiri mengecam pemancungan tersebut karena tidak diberitahu
kerajaan Arab Saudi.

Mendengar kabar tersebut, keluarga Ruyati pun meminta jenazah dipindahkan untuk dimakamkan di
Indonesia.



Home Ruyati Binti Satubi Ruyati Binti Satubi | TKI | Hukuman Pancung
Ruyati Binti Satubi | TKI | Hukuman Pancung

Bookmark and Share
Ruyati Binti Satubi di Hukum Pancung di Arab Saudi- Sungguh Tragis! Seorang warga negara Indonesia
(WNI) bernama Ruyati atau Ruyati Binti Satubi meninggal dunia setelah dihukum pancung di Arab Saudi.
Perempuan tersebut dihukum mati setelah dinyatakan bersalah membunuh seorang perempuan Arab
Saudi.

Pihak Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi menyebutkan, WNI tersebut diketahui bernama Ruyati
binti Satubi. Dia dinyatakan bersalah karena membunuh Khairiya bin Hamid Mijlid dengan memukul
beberapa kali di bagian kepala.

Ruyati memukul kepala korban dengan pisau daging dan menusuk bagian lehernya hingga korban tewas.

Pihak kementerian tidak menjelaskan motif pembunuhan ini. Mereka juga tidak menyebutkan hubungan
antara kedua perempuan tersebut. Demikian diberitakan Kantor Berita SPA, Minggu (19/6/2011).

Ruyati dieksekusi pada Sabtu 18 Juni. Eksekusi dilakukan di Kota Mekkah.

Pemancungan terhadap Ruyati menambah jumlah korban eksekusi mati di Arab Saudi menjadi 28 orang
sepanjang tahun ini.

Ruyati Binti Satubi Atau Ruyati yang berstatus janda meninggalkan 3 anak kesayangannya.

Kronologinya Hukuman Pancung Ruyati Binti Satubi

September 2008
Ruyati binti Satubi pergi ke Arab Saudi dengan Sponsor PT Dasa Graha Utama. Ini adalah keberangkatan
yang ketiga kalinya. Keluarga sempat melarang, tapi Ruyati berkeras berangkat untuk bekal hari tua.
Selama satu bulan di penampungan keluarga menengok 3 kali.

31 Desember 2009
Kontak terakhir Ruyati dengan keluarganya di Bekasi. Ruyati pernah mengeluh pada keluarga
majikannya suka berlaku kasar kepadanya. Ia mengaku sering ditimpuk sandal. Majikannya jarang
memberi makan, saat berbuka puasa pun majikannya tidak pernah memberi makan. Bahkan 7 bulan
gajinya tidak dibayar.

10 Januari 2010
Ruyati binti Satubi dituduh membunuh majikan perempuannya bernama Khairiya Hamid binti Mijlid
dengan pisau dapur.

Mei 2010
Ruyati diadili pertama kali, terancam hukuman qisas atau setimpal dengan perbuatannya. Misal,
membunuh dijatuhi hukuman dibunuh. Di pengadilan ia mengakui perbuatannya itu.

Maret 2011
LSM Migrant Care melaporkan sejumlah tenaga kerja Indonesia terancam hukuman mati di Arab Saudi,
termasuk Ruyati.

Mei 2011
Ruyati diadili lagi, dijatuhi hukuman qisas.

Sabtu, 18 Juni 2011
Ruyati dieksekusi pukul 15.00 WIB di Kota Makkah, menjadi orang ke-28 yang dieksekusi pada tahun ini.
Jenazah langsung dimakamkan.

Sabtu, 18 Juni 2011
Migrant Care mengontak keluarga Ruyati, tapi belum tega mengabarkan berita hukum pancung.

Minggu, 19 Mei 2011
Keluarga mendapat kabar resmi dari Kementerian Luar Negeri. Keluarga yang diwakili anak sulungnya,
Een Nuraeni, 36 tahun, memberi kuasa kepada Migrant Care untuk memulangkan jenazah Ruyati.

Itulah berita tentang Ruyati Binti Satubi atau Ruyati yang di pancung di Arab Saudi atau tentang TKI di
hukum pancung di Arab Saudi. Semoga menambah informasi anda.
Karena Arab Saudi menerapkan langsung ayat Al Quran, Surat Al-Baqarah ayat 178, kata pengajar
Hukum Pidana Islam, Universitas Islam Negeri(UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Nurul Irfan saat
berbincang dengan detikcom, Senin, (20/6/2011).

Dalam ayat tersebut disebutkan kewajiban hukum qisas pada orang--orang yang terbunuh, orang
merdeka dengan orang merdeka , dan hamba sahaya dengan hamba sahaya dan perempuan dengan
perempuan. Akan tetapi barangsiapa yang diampunkan untuknya dari saudaranya seba-gian, maka
hendaklah mengikuti dengan yang baik, dan tunaikan kepadanya dengan cara yang baik.

Dari ayat ini, ada perkecualian hukum qisas yaitu apabila keluarga korban memaafkan. Sebagai pemaaf
tersebut, pembunuh mengganti denda dengan 100 ekor unta, 40 diantaranya unta yang sedang hamil.
Kalau dirupiahkan mencapai Rp 4,7 miliar, tambah doktor pidana Islam ini.

Adapun sebab-sebab turunnya ayat ini yaitu untuk memotong budaya jahiliah yang berkembang
sebelum datangnya Islam. Pada waktu itu, jika ada satu orang dibunuh, maka akan membunuh balik
sang pembunuh hingga ke keluarga pembunuh. Sehingga turunlan ayat ini yang menekankan asas
keseimbangan, yaitu satu nyawa di balas satu nyawa. Bukan satu nyawa di balas satu keluarga.

Jaman sebelum Islam, apabila ada anak dibunuh, maka akan dibunuh balik si pembunuh, orang tua dan
seluruh kerabat pembunuh. Inilah mengapa ayat ini turun, tambah Irfan.

Selain itu, ada hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Hiban dan Imam Al Baihaki yang menyebutkan Nabi
Muhammad SAW pernah bersabda bahwa harus diberikan pemaaf apabila yang membunuhnya karena
lupa, terpaksa dan bersalah. Namun hadist ini tidak dilakukan. Mereka merujuk Al-Quran
kedudukannya lebih tinggi, terang Irfan.

Namun, pemberlakuan hukum qisas bukannya tanpa kritik. Menurut Irfan, hingga saat ini tidak ada
hukum acara bagaimana cara pembuktian di peradilan. Selain itu juga sistem peradilan tidak terbuka
yang dapat diikuti oleh setiap orang. Mereka juga diskriminatif, kalau orang non Arab Saudi langsung
diterapkan hukum qisas. Tapi kalau orang Arab sendiri tidak, tapi dimaafkan, jelas Irfan.

Apakah ini karena cara mereka memahami Islam yang salah ?

Tidak. Tapi karena karakter bangsa, model kepemimpinanm struktur pemerintahan dan sebagainya. Di
sana, Raja menguasai ulama. Ulama yang tidak sesuai dengan keyakinan Raja, disingkirkan, tuntas Irfan.




Kronologi-

2008
Ruyati binti Sapubi berangkat ke Arab Saudi sebagai TKW dengan menggunakan jasa pengirim tenaga
kerja PT Dasa Graha Utama Bekasi. Menurut LSM Migrant Care, umur Ruyati dimudakan 9 tahun.

31 Desember 2009
Kontak terakhir Ruyati dengan keluarganya di Bekasi. Ruyati pernah mengeluh pada keluarganya bahwa
majikannya yang sekarang ini suka berlaku kasar padanya.

10 Januari 2010
Ruyati binti Sapubi membunuh majikan perempuannya bernama Khairiya Hamid binti Mijlid dengan alat
pemotong daging.

Mei 2010
Ruyati diadili pertama kali, terancam hukuman qisas yaitu hukuman yang setimpal dengan apa yang
dilakukannya. Pendeknya, membunuh dijatuhi hukuman dibunuh.

Maret 2011
LSM Migrant Care mengingatkan sejumlah TKI terancam hukuman mati di Arab Saudi termasuk Ruyati.

April 2011
Menkum Patrialis Akbar pergi ke Arab Saudi untuk melobi pemerintah Arab Saudi agar mengampuni
para TKI yang melanggar hukum. Kemlu RI menegaskan telah memberikan bantuan hukum dan
kekonsuleran pada Ruyati.

Mei 2011
Ruyati diadili lagi, dijatuhi hukuman qisas.

Sabtu, 18 Juni 2011
Ruyati dieksekusi pukul 15.00 WIB di Kota Makkah, menjadi orang ke-28 yang dieksekusi pada tahun ini.
Jenazah langsung dimakamkan.

Minggu, 19 Juni
Pagi hari, Kemlu menghubungi keluarga Ruyati di Bekasi, memberitahukan pemancungan itu. Kemlu RI
mengecam pemancungan itu karena tidak diberitahu pemerintah Saudi dan akan memanggil Dubes
Saudi di Jakarta. Keluarga Ruyati meminta jenazah dimakamkan di Indonesia.



Kesalahan Ruyati :
1. Membunuh majikannya dengan alat pemotong daging.
2. Membunuh orang jika di Arab Saudi (karena basis Islam) dikenakan hukuman Qisas.

Qisas (bahasa arab: ) adalah istilah dalam hukum islam yang berarti pembalasan, mirip dengan
istilah hutang nyawa dibayar nyawa.
Dalam kasus pembunuhan hukum qisas memberikan hak kepada keluarga korban untuk meminta
hukuman mati kepada pembunuh.

Dasarnya adalah: Hai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kamu qishash atas orang-orang yang
dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita.
Barangsiapa mendapat maaf dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan mengikuti dengan cara yang
baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang
baik. *Al Baqarah:178]

Dan Kami tetapkan atas mereka di dalamnya (Taurat) bahwa jiwa dibalas dengan jiwa, mata dengan
mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka pun ada Qisasnya.
Barangsiapa yang melepaskan hak Qisas, maka melepaskan hak itu jadi penebus dosa baginya.

Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka adalah orang-
orang yang zalim. *Al Maa-idah:45]
Meski demikian dikatakan Al Quran bila hak Qisas dilepaskan oleh korban maka itu menjadi penebus
dosa bagi mereka. Keluarga korban dapat memaafkan pembunuh dan meminta penebus dalam bentuk
materi.

Qisas dipraktekkan di negara-negara yang menganut syariat Islam seperti Arab Saudi, Iran dan Pakistan



Mohon pendapat agan2, terutama yang beragama Islam, setuju gak setuju itu hukum yang ada di Agama
Islam.
Apakah Ruyati pantas dihukum mati atau diperjuangkan untuk tetap hidup tetapi diatas kesalahan yang
telah ia perbuat.



Pendapat saya :
Jika di biarkan hidup, apakah Ruyati berhak menggunakan uang milik rakyat Indoenesia, menurut Qisas
berarti boleh ditebus tetapi bisa berupa material milik keluarga Ruyati.
Jika tetap diperjuangkan untuk bebas apakah kita telah melakukan hal yang benar?
Ingat, Ruyati sudah membunuh lho..

Anda mungkin juga menyukai