Anda di halaman 1dari 26

CASE REPORT

HANA CHOVICHA YULIA


0961050011
Kolelitiasis merupakan kondisi
dimana ditemukannya
batu pada kantung
empedu.
Pasien dengan
batu empedu
asimtomatik
Pasien dengan
batu empedu
simtomatik
Pasien dengan
komplikasi
batu empedu
Pasien dengan batu empedu dapat
dibagi menjadi tiga kelompok
PERTIMBANGAN ANASTESI SELAMA
OPERASI LAPAROSKOPIK
P
e
r
u
b
a
h
a
n

H
e
m
o
d
i
n
a
m
i
k
a

d
a
n

P
e
r
n
a
p
a
s
a
n

Tekanan intraabdominal
Insuflasi gas yang
diabsorbsi oleh darah
Posisi Trendelemburg
dan anti Trendelemburg
Pneumoperitoneum meningkatkan tekanan
abdominal, meninggikan diafragma, dan
menekan pembuluh darah besar dan kecil.
Tekanan intraabdominal diperoleh
sepanjang prosedur ini, biasanya 12mmHg,
meningkatkan tekanan vena central,
denyut nadi, resistensi pembuluh darah
sistemik meningkat hingga 65%, dan
resistensi pembuluh darah pulmonar
meningkat hingga 90%.
Komplikasi Respiratori
Emfisema Subkutan CO2
Pneumothoraks,
pneumomediastinum,
pneumopericardium
Emfisema Subkutan CO2
Emfisema subkutan CO2 dapat
berkembang menjadi komplikasi yang
dapat terjadi secara kebetulan dari insuflasi
ekstraperitoneal, tetapi dapat juga
dipikirkan sebagai efek samping yang tidak
dapat dihindarkan dari prosedur
pembedahan laparoskopik tertentu yang
membutuhkan insuflasi ekstraperitoneal
intensional seperti pada perbaikan hernia
inginalis, pembedahan ginjal, dan
limfadenektomi pelvis.
Pneumothoraks,
pneumomediastinum,
pneumopericardium
Pergerakan gas selama pembentukan
pneumoperitoneum dapat menghasilkan
pneumomediastinum, pneumothoraks
unilateral dan bilateral, dan
pneumopericardium. Defek pada
diafragma atau titik lemah pada aorta dan
hiatus esofagus dapat memungkinkan gas
berpindah kedalam thoraks.
Ketika capnothoraks timbul salama
laparoskopik berlangsung, kita dapat
dilakukan beberapa hal tersebut:
1.Hentikan pemberian CO2
2.Sesuaikan pengaturan ventilator untuk
mengkoreksi hipoksemia.
3.Gunakan positive end-expiratory pressure
(PEEP)
4.Kurangi IAP sebanyak mungkin
5.Memelihara komunikasi dengan ahli bedah
6.Hindari thorakosintesis kecuali jika diperlukan,
karena pneumothoraks spontan sembuh
setelah

PREMEDIKASI DAN INDUKSI
ANESTESI

Untuk tindakan yang bukan darurat, the
American Society of Anesthesiologist
mengeluarkan guidelines yang dapat diikuti.
Secara garis besar pasien harus
direncanakan terlebih dahulu tentang
prosedur laparoskopi, dan teknik induksi
yang dilakukan (inhalasi dan intravena).
PREMEDIKASI DAN INDUKSI
ANESTESI
Dalam keadaan tertentu, profilaksis
gastrointestinal termasuk diantaranya,
antasid oral, H2 antagonis dapat
digunakan. Kondisi fungsi jantung dan
darah harus diperhatikan untuk
menentukan teknik anestesi yang
digunakan. Induksi intravena dapat
digunakan barbiturat atau propofol.
Sedangkan induksi inhalasi dapat
digunakan sevofluranc dalam 100% oksigen,
15-20 menit setelah premedikasi dengan
midazolam intravena.
INTRAOPERATIF DAN POST
OPERATIF

Umumnya digunakan intubasi trakeal
dengan ETT dengan ventilator yang akan
mengontrol pernapasan. Untuk anestesia
maintenancenya digunakan opioid
intravena. Pada anestesi inhalasi,
penggunaan halotan masih
dipertimbangkan terutama pada
hipercarbia.
INTRAOPERATIF DAN POST
OPERATIF
Nitrit oksida juga dihindarkan
penggunaannya karena efek post operasi
yang mengakibatkan mual dan muntah.
Sepanjang proses laparoskopi,
memungkinkan terjadinya kombusio akibat
penggunaan nitrit oksida.

PEMBAHASAN
case report
IDENTITAS

Nama : Ny. S
Usia : 44 tahun


Diagnosis Pra Bedah : Cholelitiasis symptomatis

Jenis Pembedahan : Laparoskopik
kolesistektomi

Diagnosis Pasca Bedah : Post laparoskopik
kolelitiasis

Jenis Anestesia : General Anestesia

Lama Operasi : 3 jam 10 menit

Lama Anastesia : 3 jam 30 menit

Keadaan Pra Bedah
Tinggi Badan : 150 cm
Berat Badan : 40 kg
Golongan Darah : O (+)
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,8
0
C
Hb : 13,5 g/dL
Ht : 37,6 %
Keadaan Pra Bedah
Sirkulasi:
Akral: hangat, CRT <2/<2, Riw. Hipertensi
BJ I dan II reguler, murmur - , gallop -
Masa Pendarahan: 3.00
Masa pembekuan: 13.00

Respirasi:
Airway: clear, malampati I
gigi palsu -, gigi goyang: -
BND: vesikuler, ronkhi: -/- , wheezing: -/-
Riwayat Asma: -
Keadaan Pra Bedah
Saraf:
GCS : E4V5M6
Kesadaran :komposmentis

Gastrointestinal:
BU : +
Na: 130 mmol/L, K: 3,62 mmol/L, Cl: 103,08
mmol/L

Keadaan Pra Bedah
Renal:
Ureum: 11mg/dL
Kreatinin: 1 mg/dL

Metabolik:
Riw DM: - , GDS: 87 mg/dL

Status Fisik: ASA 2
Anestesia dengan:
Pre Medikasi : Miloz 5 mg + Fentanyl 100 mcg

Induksi : Propofol 100 mg

Medikasi : Isoflurence 1,5 vol% + N20 3
lpm+ 02 3 lpm

Relaksasi dengan :
Roculax

Teknik Anestesia :
Preoksigenisasi, induksi, intubasi, ETT KK
No.7.0, cuff +, guedel no.3

Respirasi :
Kontrol, TV: 500, RR:12
Posisi : Supine + Trendelemburg

Infus : RL

Keadaan Akhir Pembedahan :
TD: 150/105 mmHg
N: 80 x/menit,
SPO2: 99%

Bolehkah penggunaan
N2O?
N2O yang umumnya digunakan sebagai
analgesi perioperatif dan mengurangi
penggunaan anestesi secara inhalasi atau
intravena, teknik anesetesi terdahulu
mendeskripsikan bawa penggunaan nitrit
oksida pada laparoskopi cholesistektomi
seharusnya dihindarkan.
Mengapa Roculac
digunakan sebagai
muscle relaksan?
Dulu suksinalkolin merupakan muscle
relaksan pilihan pada laparoskopi, tetapi
terjadi peningkatan insiden nyeri otot
postoperatif. Sekarang lebih banyak
digunakan obat relaksan non depol,
walaupun tidak semuanya bekerja lebih
cepat dibanding suksinalkolin.
Bagaimana Respirasi
Pasien?
Pada general anestesia dengan intubasi
endotrakeal dan kontrol ventilator diyakini
sebagai teknik yang paling aman, sehingga
direkomendasikan pada prosedur
laparoskopi yang lama. Dengan melakukan
pengontrolan ETCO2 dengan target 35
mmHg.

Anda mungkin juga menyukai