Anda di halaman 1dari 9

KLINIK SANITASI, INTEGRASI MENANGANI PENYAKIT BERBASIS

LINGKUNGAN

Penyakit lingkungan masih merupakan masalah kesehatan yang terbesar di
masyarakat, tercermin dari tingginya angka kesakitan penyakit berbasis
lingkungan dalam kunjungan ke sarana pelayanan kesehatan. Tingginya angka
kesakitan tersebut disebabkan oleh masih buruknya kondisi sanitasi dasar teruma
air`bersih dan sanitas, rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), kurang
hygienisnya cara pengolahan makanan serta buruknya penatalaksanaan aspek
kesehatan dan keselamatan kerja.
Menurut HL. Blum faktor lingkungan dan perilaku mempunyai pengaruh terbesar
terhadap status kesehatan, disamping faktor pelayanan kesehatan dan genetik.
Untuk itu cara pencegahan dan pengendalian penyakit-penyakit tersebut harus
melalui upaya perbaikan lingkungan/sanitasi dasar dan perubahan perilaku ke arah
yang lebih baik.
Klinik sanitasi merupakan suatu cara dalam mengatasi masalah kesehatan
lingkungan untuk pencegahan dan pengendalian penyakit dengan bimbingan,
penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas puskesmas, tetapi bukan sebagai unit
pelayanan yang berdiri sendiri tetapi sebagai bagian integral dari kegiatan
puskesmas.
Petugas sanitasi sebagai pengelola klinik sanitasi dituntut mempunyai
pengetahuan dan ketrampilan dalam membantu menemukan masalah lingkungan
dan perilaku yang berkaitan dengan penyakiy yang banyak diderita masyarakat
sehingga diharapkan mereka dapat berperan dalam upaya memutuskan rantai
penularan penyakit.
Tujuan Umum:
Meningkatkan mutu pelayanan klinik sanitasi di puskesmas
Tujuan Khusus:
a. Petugas Klinik Sanitasi tahu dan mampu melaksanakan kegiatan klinik sanitasi
b. Petugas mampu menggali dan menemukan masalah lingkungan dan perilaku
yang berkaitan dengan penyakit berbasis lingkungan
c. Petugas klinik sanitasi mampu memberikan saran tindak lanjut perbaikan
lingkungan dan perilaku yang tepat sesuai dengan masalah
Ruang Lingkup.
1.Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air
2. Penyakit-penyakit yang penularannya berkaitan dengan kondisi perumahan dan
lingkungan yang jelek
3. Penyakit-penyakit yang penyebabnya atau cara penularannya melalui makanan
4. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan bahan kimia dan
pestisida di rumah tangga
Kegiatan
1. Dalam gedung puskesmas
a. Penderita
1) Menerima kartu rujukan status dari petugas poliklinik
2) Mempelajari kartu status/rujukan tentang diagnosis oleh petugas poliklinik
3) Menyalin dan mencatat nama dan karakteristik penderita dan keluarganya
dalam buku register.
4) Melakukan wawancara atau konseling
5) Menyimpulkan permasalahan lingkungan dan perilaku yang berkaitan dengan
kejadian penyakit yang diderita.
6) Memberikan saran dan tindak lanjut sesuai permasalahan
7) Membuat kesepakatan jadwal kunjungan ke lapangan.
b. Klien
Menanyakan permasalahan yang dihadapi klien dan mencatat nama serta
karakteristik klien pada buku register
Melakukan wawancara atau konseling yang mengacu pada Pedoman teknis KS
untuk Puskesmas dan Panduan Konseling KS.
Membantu menyimpulkan permasalahan lingkungan atau perilaku yang diduga
dengan permasalahan yang ada
Memberikan saran pemecahan yang sederhana, murah dan mudah untuk
dilaksanakan
Bila diperlukan dibuat kesepakatan jadwal pertemuan berikutnya atau jadwal
kunjungan lapangan/rumah.
Luar Gedung
Mempelajari hasil wawancara atau koseling
Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan lapangan
Memberitahu atau menginformasikan kedatangan kepada perangkat desa dan
petugas kesehatan, instansi terkait yang ada di desa.
Melakukan pemeriksaan dan pengamatan lingkungan dan perilaku yang mengacu
pada Pedoman Teknis KS puskesmas sesuai dengan penyakit/masalah yang ada
Menyimpulkan hasil kunjungan lapangan
Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran
Menyampaikan hasil kunjungan kepada ybs
Tujuan tindak lanjut adalah untuk mengetahui perkembangan penyelesaian
permasalahan kesehatan lingkungan sesuai dengan rencana dan saran. Kegiatan
tindak lanjut diarahkan untuk:
Mengetahui realisasi Keterlibatan masyarakat, lintas program dan lintas sektor
Perkembangan kejadian penyakit dan permasalahan kesehatan lingkungan
Kegiatan tindak lanjut secara insidentil dan berkala antara lain melalui kegiatan:
Mini Lokakarya Puskesmas
Rapat lintas sektor tingkat kecamatan
Pertemuan tingkat tingkat desa, dusun, RT
Kunjungan posyandu
Observasi lapangan atau supervisi
Kegiatan surveilans penyakit dan lingkungan
Pencatatan dan Pelaporan
Kegiatan klinik sanitasi dicatat kedalam buku register untuk kemudian diolah dan
dianalisis sebagai bahan tindak lanjut kunjungan lapangan dan keperluan
monitoring dan evaluasi. Data yang ada dapat digunakan sebagai bahan
perencanaan kegiatan selanjutnya
Seluruh kegiatan klinik sanitasi dan hasilnya dilaporkan secara berkala kepada
kepala dinas kabupaten / kota sesuai format laporan yang ada. .
Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah kesehatan lingkungan terutama masalah yang menimpa
sekelompok keluarga atau kampung dapat dilaksanakan secara musyawarah dan
gotong royong oleh masyarakat dengan bimbingan teknis dari petugas sanitasi dan
lintas sektor terkait. Apabila dengan cara demikian tidak tuntas dan atau untuk
perbaikannya memerlukan pembiayaan yang cukup besar maka penyelesaiannya
dianjurkan untuk mengikuti mekanisme perencanaan yang ada, mulai perencanaan
tingkat desa, tingkat kecamatan dan tingkat kabupaten/kota . Petugas sanitasi juga
dapat membantu mengusulkan kegiatan perbaikan kesehatan lingkungan tersebut
lepada sektor terkait
Penutup.
Keberhasilan klinik sanitasi di lapangan Sangat tergantung pada kemauan,
pengetahuan dan keterampilan petugas klinik sanitasi dalam menggali,
merumuskan dan memberikan saran tindak lanjut perbaikan lingkungan dan
perilaku secara cepat, tepat dan akurat. Selain itu dukungan kepala Puskesmas,
petugas kesehatan lain, lintas sektor dan masyarakat terutama dalam penyelesaian
masalah kesehatan lingkungan sangat dibutuhkan untuk keberhasilan pelaksanaan
klinik sanitasi.
Untuk itu dalam pelaksanaan klinik sanitasi harus dilakukan secara terintegrasi
dan didukung pengetahuan dan keterampilan di bidang lainnya seperti teknik
komunikasi, konseling dan lain-lain.
Sumber : http://sanitasibersih.blogspot.com/2010/05/klinik-sanitasi-integrasi-
menangani.html
D. Sanitasi Lingkungan
Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan
lingkungan sehat telah dipilih empat indikator, yaitu persentase keluarga yang
memiliki akses air bersih, presentase rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan
sarana sanitasi dasar, Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TUPM).
Beberapa upaya untuk memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah
dilaksanakan oleh berbagai instansi terkait seperti pembangunan sarana sanitasi
dasar, pemantauan dan penataan lingkungan, pengukuran dan pengendalian
kualitas lingkungan.
Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi masyarakat yang berkaitan langsung
dengan masalah kesehatan meliputi penyediaan air bersih, jamban sehat,
perumahan sehat yang biasanya ditangani secara lintas sektor. Sedangkan
dijajaran Dinas Kesehatan kegiatan yang biasa dilaksanakan meliputi pemantauan
kualitas air minum, pemantauan sanitasi rumah sakit, pembinaan dan pemantauan
sanitasi tempat-tempat umum (Hotel, Terminal), tempat pengolahan makanan,
tempat pengolahan pestisida dan sebagainya.
Di dalam memantau pelaksanaan program kesehatan lingkungan dapat dilihat
beberapa indikator kesehatan lingkungan sebagai berikut:
1. Penggunaan Air Bersih
Perlu diperiksa jumlah keluarga yang memiliki akses air bersih. Berapa keluarga
yang menggunakan air dari PDAM, sumur gali, sumur pompa ataupun dari
sumber air yang lain.
2. Rumah Sehat
Bagi sebagian besar masyarakat, rumah merupakan tempat berkumpul bagi semua
anggota keluarga dan menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi
kesehatan perumahan dapat berperan sebagai media penularan penyakit diantara
anggota keluarga atau tetangga sekitarnya.
Perlu dilakukan pemeriksaan rumah sehat dan sosialisasi terhadap masyarakat
untuk membangun rumah sehat sehingga pencegahan terhadap perkembangan
vektor penyakit dapat diperkecil, demikian pula penyebab penyakit lainnya di
sekitar rumah.
3. Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar.
Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi persediaan air bersih,
kepemilikan jamban keluarga, tempat sampah dan pengelolaan air limbah
keluarga keseluruhan hal tersebut sangat diperlukan didalam peningkatan
kesehatan lingkungan.










Indonesia ditargetkan penuhi
pelayanan sanitasi tahun 2019
Selasa, 15 April 2014 10:34 WIB | 2178 Views
Pewarta: Muhammad Razi Rahman

Ilustrasi Pelayanan Sanitasi (FOTO ANTARA/Anang Budiono)
Saat ini pelayanan sanitasi baru mencapai 58 persen.
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia ditargetkan memenuhi pelayanan sanitasi kepada
masyarakat sebesar 100 persen pada tahun 2019 dengan alokasi kebutuhan dana yang
mencapai hingga sebesar Rp380 triliun.

"Untuk mencapai target tersebut harus dipersiapkan perencanaannya, salah satunya
melalui Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) dan Strategi Sanitasi
Kabupaten/Kota (SSK)," kata Direktur Pengembangan Penyehatan Lingkungan
Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum Djoko Mursito dalam keterangan tertulis
yang diterima ANTARA di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, pada saat ini dilaporkan baru terdapat sebanyak 349 dari keseluruhan 520
kabupaten/kota yang sudah memiliki SSK.

Padahal, lanjutnya, dengan adanya SSK maka masing-masing SSK dinilai sudah
mengetahui kebutuhan mereka sehingga harus mencari sendiri alokasi dananya.

Ia menyebutkan bahwa saat ini baru ada 224 kabupaten/kota yang sudah
mendeklarasikan peduli sanitasi dan akan mengalokasikan dananya sebesar 2 persen.

"Saat ini pelayanan sanitasi baru mencapai 58 persen. Sedangkan tahun 2015 target
rumah tangga dengan akses sanitasi layak dan berkelanjutan menjadi 62,41 persen,"
ucapnya.

Sebagaimana diketahui, persoalan sanitasi masih menjadi permasalahan yang kerap
ditemui di sejumlah daerah seperti di Tanah Air, misalnya Dinas Kesehatan Kabupaten
Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung, mencatat sebesar 50 persen warga daerah itu
belum memperhatikan sanitasi yang baik sehingga rentan terserang berbagai penyakit.

"Hingga sekarang menurut perhitungan kami baru 50 persen warga yang
memperhatikan sanitasi dan 50 persen masih memiliki kebiasaan membuang air
sembarangan," kata Kepala Bidang Promosi Kesehatan Masyarakat (Promkes) pada
Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Tengah, Desta Noviar, Sabtu (12/4).

Ia menjelaskan, buruknya sanitasi warga karena belum memiliki toilet atau WC di rumah
masing-masing sehingga memilih buang air kecil dan besar di sungai, kolong dan dalam
hutan.

Sebelumnya, Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas Nugroho Tri Utomo
mengemukakan, sanitasi, air minum dan kesehatan lingkungan belum dianggap sebagai
isu penting dalam kampanye partai politik pada pemilu 2014, padahal persoalan
tersebut sangat penting.

"Isu tersebut seolah terabaikan dan belum dianggap sebagai isu penting. Mungkin tidak
terlalu seksi, padahal itu sangat dibutuhkan masyarakat," katanya dalam diskusi media
"Direktur Bertemu Redaktur" di Jakarta, Kamis (20/3).

Berdasarkan pemantauan dari Bappenas, untuk mendapat perhatian dari masyarakat,
pada umumnya caleg lebih memfokuskan pada isu pendidikan dan kesehatan gratis.
Khusus mengenai kesehatan, belum menyentuh pada persoalan mendasar dalam
kehidupan, yaitu sanitasi, air minum dan kesehatan lingkungan.

Editor: Ella Syafputri





Masalah Sanitasi Lingkungan Yang Masih Dialami Sebagian
Besar Masyarakat di Indonesia


Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk
mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sektor terkait yang biasanya
masih diabaikan hal ini disebabkan faktor pengetahuan tentang sanitasi. Di
Indonesia permasalah dalam kesehatan lingkungan antara lain:

1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum.

Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
Kesadahan (maks 500 mg/l)
Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml
air)
2. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat
sebagai berikut
Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki
mata air atau sumur
Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-
benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
3. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut :
Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah
tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang
cukup
Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan
garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah
terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan
faktor-faktor /unsur, berikut:
Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah
adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola
kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan
teknologi
Penyimpanan sampah
Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
Pengangkutan
Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat
mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita
dapat memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.

5. Serangga dan Binatang Pengganggu
-Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang
kemudian disebut sebagai vektor misalnya: pinjal tikus untuk penyakit
pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp
untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit
Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut
diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat
proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah
gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan
menutup) tempat penampungan air untuk mencegah penyakit DBD,
Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk
mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing
dapat menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi
perantara perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan
diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang
dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.

6. Makanan dan Minuman
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah
makan, jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di
tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual
bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan
makanan meliputi :
Persyaratan lokasi dan bangunan
Persyaratan fasilitas sanitasi
Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
Persyaratan pengolahan makanan
Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
Persyaratan peralatan yang digunakan
Pencemaran Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai