Anda di halaman 1dari 17

2.

1 Teori-Teori Pembentukan Alam Semesta


A. Teori Kabut
Teori kabut dikemukakan oleh dua orang ilmuan yaitu Imanuel Kant (1724-1804)
seorang ahli filsafat bangsa Jerman dan Piere Simon Laplace (1749-1827) ahli astronomi
bangsa Perancis. Kant mengemukakan teorinya tahun 1755, sedangkan Laplace
mengemukakan tahun 1796 dengan nama Nebular Hypothesis.
Pada akhir abad ke-19 teori kabut disanggah oleh beberapa ahli seperti James Clark
Maxwell yang memeberikan kesimpulan bahwa bila bahan pembentuk planet terdistribusi
disekitar matahari membentuk suatu cakram atau suatu piringan, maka gaya yang disebabkan
oleh perbedaan perputaran (kecepatan anguler) akan mencegah terjadinya pembekuan planet.
Pada abad ke-20 percobaan dilakukan untuk membuktikan terbentuknya cincin-cincin
Laplace, menunjukkan bahwa medan magnet dan medan listrik matahari tekah merusak
proses pembekuan batu-batuan. Jadi tidak ada alasan yang kuat un tuk menyatakan bahwa
cincin gas dapat membeku membantuk planet.
B. Teori Planetisimal
Teori planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlain dan
Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa tata surya kita
terbentuk akibat adanya bintang lain yang hampir menabrak matahari.
C. Teori Pasang Surut Bintang
Teori pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jean dan Herold
Jaffries pada tahun 1917. Hipotesis pasang surut bintang sangat mirip dengan hipotesis
planetisimal. Namun perbedaannya terletak pada jumlah awalnya matahari.
D. Teori Kondensasi
Teori kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P.
Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa tata surya
terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
E. Teori Bintang Kembar
Menurut teori bintang kembar, awalnya ada dua buah bintang yang berdekatan
(bintang kembar), salah satu bintang tersebut meledak dan berkeping-keping. Akibat
pengaruh grafitasi dari bintang kedua, maka kepingan-kepingan itu bergerak mengelilingi
bintang tersebut dan berubah menjadi planet-planet. Sedangkan bintang yang tidak meledak
adalah matahari.
F. Teori Ledakan Maha Dahsyat (Big Bang)
Pada awal abad ke-21 muncul teori ledakan maha dahsyat Big Bang, membentuk
keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun yang lalu. Jagat raya tercipta dari suatu
ketaidaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Pada awalnya alam semesta ini berupa
satu massa maha padat. Massa maha padat ini dapat dianggap suatu atom maha padat dengan
ukuran maha kecil yang kemudian mengalami reaksi radioaktif dan akhirnya mneghasilkan
ledakan maha dahsyat.
2.2 Pembentukan Alam Semesta Dalam Perspektif Sains
Pemahaman manusia tentang alam semesta mempergunakan seluruh pengetahuan di
bumi, berbagai prinsip-prinsip, kepercayaan umum dalam sains (seperti ketidakpastian
Heisenberg tentang pengukuran simultan dimensi ruang dan waktu), serta berbagai aturan
untuk keperluan praktis. Melalui sebuah kerangka besar gagasan yang menghubungkan
berbagai fenomena (teori relativitas umum, teori kinetik materi, teori relativitas khusus) coba
dikemukakan satu penjelasan. Berbagai hipotesa, gagasan awal atau tentatif dikemukakan
untuk menjelaskan fenomena. Tentu gagasan tersebut masih perlu diuji kebenarannya untuk
dapat dikatakan sebuah hukum.
Dunia fisika membahas konsep energi, hukum konservasi, konsep gerak gelombang,
dan konsep medan. Pembahasan Mekanika pun sangat luas, dari Mekanika klasik ke
Mekanika Kuantum Relativistik. Mekanika Kuantum Relativistik mengakomodasi
pemecahan persoalan mekanika semua benda, Mekanika kuantum melayani persoalan
mekanika untuk semua massa yang kecepatannya kurang dari kecepatan cahaya. Mekanika
Relativistik memecahkan persoalan mekanika massa yang lebih besar dari 10
-27
kg dan bagi
semua kecepatan. Mekanika Newton (disebut juga mekanika klasik) menjelaskan fenomena
benda yang relatif besar, dengan kecepatan relatif rendah, tapi juga bisa dipergunakan sebagai
pendekatan fenomena benda mikroskopik.
Mekanika statistik (kuantum klasik) adalah suatu teknik statistik untuk interaksi benda
dalam jumlah besar untuk menjelaskan fenomena yang besar, teori kinetik dan termodinamik.
Dalam penjelajahan akal manusia di dunia elektromagnet dikenal persamaan Maxwell untuk
mendeskripsikan kelakuan medan elektromagnet, juga teori tentang hubungan cahaya dan
elektromagnet. Dalam pembahasan interaksi partikel, ada prinsip larangan Pauli, interaksi
gravitasi, dan interaksi elektromagnet. Medan menyebabkan gaya; medan-gravitasi
menyebabkan gaya gravitasi, medan-listrik menyebabkan gaya listrik dan sebagainya.
Demikianlah, metode sains mencoba dengan lebih cermat menerangkan realitas alam semesta
yang berisi banyak sekali benda langit (dan lebih banyak lagi yang belum ditemukan).
Pengetahuan tentang luas alam semesta dibatasi oleh keberadaan objek berdaya besar,
seperti Quasar atau inti galaksi, sebagai penuntun tepi alam semesta yang bisa diamati; selain
itu juga dibatasi oleh kecepatan cahaya dan usia alam semesta (15 miliar tahun). Itulah
sebabnya ruang alam semesta yang pernah diamati manusia berdimensi 15-20 miliar tahun
cahaya. Namun, banyak benda langit yang tak memancarkan cahaya dan tak bisa dideteksi
keberadaannya, protoplanet misalnya. Menurut taksiran, sekitar 90% objek di alam semesta
belum atau tak akan terdeteksi secara langsung. Keberadaannya objek gelap ini diyakini
karena secara dinamika mengganggu orbit objek-objek yang teramati, lewat gravitasi.
Berbicara tentang daya objek, dalam kehidupan sehari-hari ada lampu penerangan
berdaya 10 watt, 75 watt dan sebagainya; sedangkan Matahari berdaya 10
26
watt dan berjarak
satu sa* dari Bumi, menghangatinya. Jika kita lihat, lampu-lampu kota dengan daya lebih
besarlah yang tampak terang. Menurut hukum cahaya, terang lampu akan melemah sebanding
dengan jarak kuadrat, jadi sebuah lampu pada jarak 1 meter tampak 4 kali lebih terang
dibandingkan pada jarak 2 meter, dan apabila dilihat pada jarak 5 meter tampak 25 kali lebih
redup.
Maka, kemampuan mata manusia mengamati bintang lemah terbatas. Ukuran kolektor
cahaya juga akan membatasi skala terang objek yang bisa diamati. Untuk pengamatan objek
langit yang lebih lemah dipergunakan kolektor atau teleskop yang lebih besar. Teleskop yang
besar pun mempunyai keterbatasan dalam mengamati obyek langit yang lemah, walaupun
berhasil mendeteksi obyek langit yang berjuta atau bermiliar kali lebih lemah dari bintang
terlemah yang bisa dideteksi manusia. Makin jauh jarak galaksi, berarti pengamatan
kita juga merupakan pengamatan masa silam galaksi tersebut. Cahaya merupakan fosil
informasi pembentukan alam semesta yang berguna, dan manusia berupaya menangkapnya
untuk mengetahui prosesnya hingga takdir di masa depan yang sangat jauh, yang akan dilalui
melalui hukum-hukum alam ciptaan-Nya. Pengetahuan kita tentang hal tersebut sangat
bergantung pada pengetahuan kita tentang hukum alam ciptaan-Nya; sudah lengkap dan
sudah sempurnakah, ataukah baru sebagian kecil, sehingga mungkin bisa membentuk
ekstrapolasi persepsi yang salah.
2.3 Pembentukan Alam Semesta Dalam Perspektif Al-Quran
Allah SWT. Menurunkan Al-Quran kepada manusia 14 abad yang lalu. Beberapa
fakta yang baru dapat diungkap dengan teknologi pada abad ke-21, yang telah difirmankan
Allah SWT. didalam Al-Quran 14 abad yang lalu. Didalam Al-Quran terdapat banyak bukti
yang memberikan informasi dasar mengenai beberapa hal seperti penciptaan alam semesta.
Kenyataan bahwa didalam Al-Quran tersebut telah sesuai dengan penemuan terbaru ilmu
pengetahuan modern adalah hal terpenting, karena kesesuaian ini menegaskan bahwa Al-
Quran adalah Firma Allah SWT.
Dalam Al-Quran surat Fush-shilat (41:11)
Artinya: Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya
menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang
dengan suka hati".
Kata asap dalam tersebut menurut para ahli tafsir adalh merupakan kumpulan dari
gas-gas dan pertikel-partikel halus baik dalam bentuk padat maupun cair pada temperatur
yang tinggi maupun rendah dalam suatu campuran yang lebih atau kurang stabil.
Salah satu teori mengenai terciptanya alam semesta (teori Big bang) disebutkan
bahwa alam semesta tercipta dari suatu ledakan kosmis sekitar 10-20 milyar tahun yang lalu
mengakibatkan adanya ekspansi (pengembangan) alam semesta. Sebelum terjadinya ledakan
kosmis tersebut, seluruh ruang materi dan energi terkumpul dalam bentuk titik.
Didalam Al-Quran dijelaskan tentang terbentuknya alam ini (QS Al-Anbiya : 30)
Artinya: Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu (sebingkah penuh), kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
Mengapakah mereka tiada juga beriman.
Berdasarkan terjemahan dan tafsir Bachtiar Surin (1978:692) ditafsirkannya bahwa
matahari adalah benda angkasa yang menyala-nyala yang telah berputar mengeliligi
sumbunya sejak berjuta-juta tahun. Dalam peroses perputarannya denagn kecepatan tinggi
itu, maka terlontarlah bingkahan-bingkahan yang akhirnya menjadi bumi dan beberapa benda
angkasa lainnya dari bingkahan matahari itu. Masing-masing bingkah beredar menurut garis
tengah lingkaran matahari, semakin lama semakin bertambah jauh, hingga masing-masing
menempati garis edarnya. Dan seterusnya akan tetap beredar dengan teratur sampai batas
waktu yang hanya diketahui oleh Allah SWT.
Kemudian dalam surat Adz-Dzaariyaat (51:47)
Artinya: Dan langit, denag kekuasaan Kami, Kami bangun dan Kami akan
memuaikannya selebar-lebarnya.
Teori ledakan maha dahsyat juga mengatakan adanya pemuaian alam semesta secara
terus-menerus denagn kecepatan maha dahsyat yang diumpamakan mengembangnya
permukaan balon yang sedang ditiup yang mengisyaratkan bahwa galaksi akan hancur
kembali. Isyarat ini sudah dijelaskan dalam surat Al-Anbiya (21:104)
Artinya: (yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran -
lembaran kertas. sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama Begitulah Kami
akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; Sesungguhnya kamilah yang
akan melaksanakannya.
Dalam surat Ath-Tholaq (65:12)
Artinya: Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
perintah Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa ruang angkasa terdiri dari 7 lapis.
Didalam surat As-Sajada (32:4)
Artinya: Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy[1188]. tidak ada bagi
kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi
syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan.
[1188] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai
dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
[1189] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang
lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi
Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.
Uraian penciptaan langit dan bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya, terdapat
dalam surat Fush-Shilat ayat 9, 10 dan 12
Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang
menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat)
demikian itu adalah Rabb semesta alam".
Artinya: Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya.
Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya
dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.
Artinya: Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan
pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang
yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan
yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.
Dengan perincian penafsirannya sebagai berikut :
1. Tahap pertama penciptaan bumi 2 rangakain waktu
2. Tahap kedua penyempurnaan bumi 2 rangkaian waktu
3. Tahap ketiga penciptaan angkasa raya dan planet-planetnya 2
rangkaian waktu
Jadi terbentuknya alam raya ini terjadi dalam 6 rangkaian waktu atau 6 masa.
Selain surat-surat tersebut diatas masih banyak lagi yang menjelaskan tentang terbentuknya
alam raya ini, namun dari yang telah kami sampaikan dalam ringkasan ini terlihat bahwa
secara umum proses terciptanya alam raya ini berlangsung dalam 6 masa, dimana tahapan-
tahapan dalam proses tersebut saling berkaitan. Disebutkan juga bahwa terciptanya alam raya
ini terjadi melalui proses pemisahan massa yang tadinya satu.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan tentang perkembangan pemikiran tentang terbentuknya alam raya,
yang diungkapkan melalui pendapat / pemikiran dari berbagai peradaban bangsa, teori-teori
yang dikemukakan dari beberapa ilmuan serta dari pandangan Islam berdasarkan Al-Quran,
maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan tentang pemikiran tentang terbentuknya alam
semesta sudah sejak lama telah menjadi bagian pemikiran manusia, begitu juga pendapat-
pendapat dari berbagai peradaban bangsa, begitu banyak teori-teori yang muncul tentang
terbentuknya alam raya ini.
Dari sekian banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ilmuan ternyata ilmuan
modern menyetujui bahwa Teori Ledakan Maha Dahsyat (Teori Big Bang) merupakan satu-
satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta
dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada. Namun perlu kita sadari bahwa jauh
sebelum para ahli mengemukakan teori Big Bang, ayat-ayat Al-Quran telah secara jelas
menceritakan bagaimana alam semesta ini terbentuk dalam 6 masa.
Saran
Demikian, sebagai umat muslim yang berpegan teguh kepada Al Quran maka
hendaklah kita menjaga, merawat, dan melestarikan alam ciptaan Allah ini. Semoga Allah
SWT. melimpahkan rahmat-Nya untuk kita semua, Amin.




Asal mula alam semesta digambarkan dalam Al Qur'an pada ayat berikut:
"Dialah pencipta langit dan bumi." (Al Qur'an, 6:101)
Keterangan yang diberikan Al Qur'an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu
pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa
keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai
hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan
"Big Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya
tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan
modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan
yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta
muncul menjadi ada.
Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana
materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara
metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli
fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al Qur'an 1.400 tahun lalu.
Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun
1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan bukti
terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam
semesta diciptakan dari ketiadaan.






















BAB II
KEHANCURAN ALAM PERSPEKTIF AL-QURAN


Teori kehancuran semakin berkembang seiring dengan adanya beragam isu mengenai kapan
tepatnya kehancuran alam terjadi. Dalam kehidupan masyarakat hari kehancuran alam lebih
dikenal dengan Hari Kiamat. Setelah masa yang semakin berlalu, keadaan yang menandakan
akan dekatnya zaman menuju kehancuran semakin digali. Bahkan telah banyak ilmuan
menemukan beberapa fenomena alam yang dapat menjelaskan kebenaran Al-Quran dan hadis
mengenai tanda datangnya Hari Kehancuran Alam.
Tidak bisa dipungkiri, rahasia Hari Kiamat hanya Allah SWT yang tahu, Dialah yang
mengetahui segala sesuatu. Ketika Komet Levi-Schumacher masuk ke dalam daerah Tata
Surya dan tertangkap oleh Yupiter, banyak komentar yang diberikan oleh para astronom.
Mereka mengatakan, apabila komet itu lolos, maka akan menghantam Bumi dan kehidupan
di Bumi akan lenyap.[5]
Di dalam Al-Quran sendiri, terdapat beberapa tanda-tanda Hari Kehancuran salah satunya
seperti dalam surat Al-Anbiyaa ayat 104
tqPt cP#t9 Jyt!Rt q # 2 c&$t$!Rt $49@6R t!$9 ytt9@e! t t/t te
R , @! z4= 6 9 R Yt ytu =tY t9$ t/J9 6@ q=$c
Artinya: Pada hari Kami melipat langit bagaikan melipat lembaran buku-buku.
Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama Kami akan mengulanginya. Suatu
janji atas diri Kami sesungguhnya Kami-lah yang akan melaksanakannya.
Ketakutan yang besar dan terbesar itu, mulai terjadi pada hari Kami melipat langit dengan
sangat mudah bagaikan melipat lembaran buku-buku atau kertas. Ketika itulah bermula
proses perhitungan dan pembalasan. Hal itu sangat gampang Kami lakukan-walaupun
makhluk telah mati dan punah, karena sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama
dari ketiadaan menjadi ada, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji atas diri
Kami, yakni yang pasti Kami tepati atas kehendak Kami sendiri bukan karena terpaksa;
sesungguhnya Kami-lah yang kan melaksanakannya. Demikian juga halnya dengan langit
bila ditutup atas kuasa Allah Swt. semua langit dilipat dengan tangan kanan-Nya (QS. az-
Zumar: 97), dalam arti semua langit hilang dari pandangan dan pengetahuan siapapun kecuali
Allah Swt. dan siapa yang dikehendaki-Nya.[6]
Pengetahuan tentang hari kehancuran, hanya Allah yang mengetahuinya. Manusia hanya
diberi ilmu sedikit.[7] Al-Quran hanya memberikan beberapa isyarat tentang hari
kehancuran alam semesta ini. Belum tentu sebagai suatu rangkian mekanisme yang pernah
terjadi atau dapat diprakirakan oleh sains saat ini. Tetapi mengkaji kemungkinan secara
ilmiah, diharapkan memerkuat keyakinan kita akan kepastian hari kehancuran.
Menurut teori evolusi bintang, matahari akan membesar menjadi bintang raksasa, merah
menjelang kematiaanya. Pada saat itu matahari bersinar sedemikian terangnya hingga lautan
akan mendidih dan kering, batuan akan meleleh, dan kehidupan pun akan punah. Kemudian
matahari akan terus bertambah besar hingga planet-planet disekitarnya, merkurius, venus,
bumi dan bulan serta mars, masuk ke dalam bola gas matahari. Barangkali kejadian inilah
yang diisyaratkan dalam Al-Quran Surat al-Qiyamah ayat 7-9 sebagai bersatunya matahari
dan bulan. Kita tidak bisa bicara tentang rentang waktu tibanya peristiwa ini sampai
akhirnya kehancuran ntotal alam semesta. Karena, walaupun secara teoritik dapat
diperkirakan kapan matahari akan menjadi bintang raksasa merah, sekitar 5 milyar tahun lagi,
tetapi kepastian tentang saat kehancuran hanya Allah yang tahu.[8]
Jatuhnya pecahan komet berdiameter sekitar 100 meter di Tunguska (Siberia Utara)
menumbangkan hutan dengan radius 25 km, dan ledakannya terdengar sejauh 800 km. ini
contoh kerusakan akibat tumbukan benda langit.[9]
Kehancuran total nampaknya bermula dari berkontraksinya alam semesta. Kontraksi atau
pengerutan alam semesta yang digambarkan dalam model alam semesta yang digambarkan
dalam model alam semesta tertutup mirip dengan gambaran Al-Quran tentang hari
kehancuran semesta. Apabila matahari digulung dan apabila bintang-bintang berjatuhan
(at-Takwir: 1-2). Mungkin ini menggambarkan ketika alam semesta mulai mengerut. Ketika
itulah galaksi-galaksi mulai saling mendekat dan bintang-bintang, termasuk tata surya, saling
bertumbukan, atau jatuh satu menimpa yang lain. Alam semesta makin mengecil
ukurannya. Dan akhirnya semua materi di alam semesta akan runtuh kembali menjadi satu
kesatuan seperti pada awal penciptaannya. Inilah yang disebut Big Crunch (keruntuhan besar)
sebagai kebalikan dari Big Bang, ledakan besar saat penciptaan alam semesta. Kejadian inilah
yang digambarkan oleh Allah dalam Surat al-Ambiya ayat 104 dengan mengumpamakan
pengerutan alam semesta seperti makin mampatnya lembaran kertas yang digulung.



BAB III
KEHANCURAN ALAM PERSPEKTIF SAINS MODERN
(TEORI BIG CRUNCH)

Big Crunch menyatakan alam semesta akan terus berkembang hingga titik maksimal,
kemudian setelah mencapai titik maksimal maka alam semesta akan mengalami kompresi
atau mengecil dan akhirnya kembali menjadi titik.[10]
Untuk menentukan nasib mana yang menunggu alam semesta, kita perlu lebih mengerti
secara menyeluruh faktor apa yang menyebabkan mengembang dan mengempis. Tapi
sebelum kita mempelajari lebih dalam, analogi sederhana mungkin dapat membantu.
Andaikan anda melempar sebuah batu ke udara. Selama sebuah batu tersebut naik, gravitasi
bumi akan melambatkan kenaikan batu dan pada akhirnya menghentikan gerak batu sehingga
batu jatuh kembali ke bumi. Di sisi lain, jika anda dapat melemparkan batu lebih cepat
daripada the earths escape velocity , batu akan naik selamanya. Sifat pergerakan batu
tergantung pada kekuatan gravitasi dan impuls keatas yang diberikan kepada batu. Hal yang
sama berlaku untuk pengembangan alam semesta.
Tidak lama dari waktu kelahiran alam semesta, beberapa proses memulai pengembangan
alam semesta. Sejak saat itu gaya-gaya gravitasi antar galaksi dan semua muatan-muatan
alam semesta yang lain memperlambat ekspansi. Jika gaya gravitasi alam semesta cukup
lemah, atau jika impuls atau daya dorong awal ekspansi cukup kuat, kita dapat perkirakan
alam semesta akan mengembang selamanya. Dan sebaliknya.
Untuk mengukur kekuatan relatif dari efek-efek ini terhadap alam semesta, kita dapat
membandingkan energi gravitasi yang mempertahankan posisi galaksi satu dengan yang lain
dengan energi ekspansinya.
Untuk melihat seberapa kuat efek dari gravitasi, para ahli astronomi menggunakan hukum
gravitasi Newton, yang dimodifikasi untuk menghitung teori relativitas. Yang akhirnya
menyatakan bahwa jauh lebih mudah untuk bekerja dengan rapat massa alam semesta
(jumlah massa yang dikandung menghasilkan volume). Alasannya adalah sederhana: para
ahli astronomi dapat mengukur parat massa alam semesta tapi tidak bisa mengukur secara
langsung massanya. Untuk mengukur massanya, kita akan harus mengobservasi seluruh alam
semesta. Untuk mengukur rapat massanya, kita hanya perlu menukur massa dalam luasan
tertentu, yang mewakili volume kosmos.
1. A. Rapat Massa Alam Semesta
Untuk mengukur rapat massa alam semesta, para ahli astronomi memilih sebuah volume dari
alam semesta dan menghitung galaksi yang ada didalamnya. Selanjutnya kita mengukur
massa setiap galaksi, tambahkan massa-massanya, dan bagi dengan volumenya[11]. Sebagai
contoh, untuk mengukur rapat massa disuatu lokasi, para ahli astronomi memilih Local
Group, yang tersusun atas tiga galaksi besar dan sekita dua dozen yang kecil. Massa total gas
dan bintang di Local Group diperkirakan menjadi sekitar 10
12
massa matahari, yang dapat
kita ubah menjadi kilogram jika kita mengkalikannya dengan massa matahari, kilogram. Jadi
untuk massa sebuah kelompok sekitar kilogram.
Selanjutnya, massa dibagi dengan volume Local Group, yang diasumsikan sebagai sebuah
bola dengan radius adalah jarak dari pusat Local Group ke kelompok galaksi yang terdekat
selanjutnya, sekitar 3 Mpc (sekitar meter) jauhnya. Menggunakan rumus volume bola
menghasilkan volume Local Group sekitar , meter kubik. Pembagian massa dengan volume
ini menghasilkan rapat massa sekitar , kilogram per meter kubik, atau sekitar , kilogram per
liter.
Disekitar Local Group adalah lingkungan suatu materiyang lebih beraneka ragam daripada
rata-rata. Untuk mendapatkan sample yang lebih mewakili, kita harus melihat pada daerah
yang lebih luas yang mencakup baik gugusan-gugusan maupun ruang-ruang kosong, dan kita
harus memasukkan gas antar galaksi, terutama pada gugusan-gugusan. Sebuah perhitungan
yang mirip untuk volume yang lebih besar dari galaksi ini dihasilkan sebuah nilai yang
sedikit lebih kecil sekitar kilogram per liter atau, rata-rata, secara kasar 2 atom hidrogen per
10 meter kubik. Rapat massa yang rendah ini memeberikan beberapa indikasi seberapa tipis
rapat massa alam semesta saat ini.
Gambar 1. Ukuran alam semesta dimasa lalu dan masa depan yang dihitung memiliki
perbedaan rapat mass.
Untuk menentukan apakah alam semesta akan berkembang selamanya atau mengempis, para
ahli astronomi membandingkan observasi rapat massa ini dengan rapat massa kritis yang
dihitung secara teori, yang ditulis dengan huruf rho . Jika rapat massa sebenarnya lebih besar
daripada rapat massa kritis, alam semesta akan mengempis; jika lebih kecil, alam semsta akan
mengembang selamanya. Kita dan menghitung rapat massa kritis dengan membandingkan
enegri potensial gravitasi pada sebuah volume dengan energi kinetik ekspansi pada volume
yang sama. Pada rapat massa kritis, kedua energi bernilai sama. Dan secara metematis rapat
massa kritis adalah
Dimana H adalah konstanta Hubble dan G adalah konstanta gravitasi. Tanpa menurunkan
penurunan secara penuh, kita dapat melihat kenapa persamaan ini terbentuk. Energi potensial
gravitasi tergantung pada rapat massa dan konstanta gravitasi Newton, dimana enegri kinetik
tergantung pada kecepatan ekspansi kuadrat, yang dapat dihubungkan dengan konstanta
Hubble. Sehingga, kita samakan nilai proporsional untuk dan dan kita selesaikan untuk .
Para ahli astronomi menggunakan besaran yang disebut omega ( ) untuk mengindikasikan
seberapa dekat rapat massa yang diamati terhadap rapat massa kritis. Untuk jumlah materi
dalam alam semesta, ahli kosmologi menentukan sebagai nilai dari rapat massa yang
sesungguhnya dibagi dengan rapat massa kritis:
.
Dengan notasi ini,
Jika
Jika
Jika
Terdapat masalah-masalah dengan model alam semesta dengan banyaknya materi gelap.
Seperti yang dapat dilihat dalam gambar diatas, nilai memberikan implikasi bahwa Big Bang
terjadi kurang dari 10 milyar tahun yang lalu. Hal ini dikarenakan pengurangan kecepatan
alam semesta yang pada awalnya mengembang dengan cepat, jadi dapat mencapai ukuran
yang besar lebih cepat daripada alam kemampuan alam semesta untuk mempertahankan laju
tetap ekspansi yang lebih lambat. Umur untuk alam semesta dibawah 10 milyar tahun adalah
masalah utama, karena terdapat gugusan berbentuk bola yang diperkirakan berumur 12-13
tahun dan tidak mungkin didalam alam semesta dapat menjadi lebih tua daripada alam
semesta itu sendiri.


1. B. Ditemukannya Supernova Tipe Ia
Gambar 2. Dengan mengetahui ekspansi sebagai lebar redshift, sebagai contoh pada z = 1,
kita dapat menentukan model kosmologi mana yang dapat kita gunakan.
Gambar 3. Grafik jarak dan penurunan kecepatan dari jarak galaksi.
Untuk mengembangkan prediksi mengenai nasib akhir alam semesta, para ahli kosmologi
telah mengembangkan perngertian yang berbeda menguji bagaimana alam semesta
mengembang. Selain mengukur laju terkini dari ekspansi dan rapat massa alam semesta, cara
ain adalah melihat pada sejarah ekspansi. Gambar diatas mengfokuskan pada sejarah ekspansi
yang diilustrasikan pada ambar lainnya, menunjukkan tiga model dari sejarah ekspansi antara
Big Bang dan massa kini. Meskipun tiga model berbeda dalam memprediksikan umur alam
semesta, hal ini sangat sulit untuk mengukur secara langsung. Kita malah dapat mencari
perbedaan antara model pada perbedaan redshifts atau pergeseran yang terjadi ketika cahaya
datang dari objek dilihat secara proporsional meningkat pada panjang gelombang, atau
bergeser ke ujung merah spektrum.
Ketika kita mengobservasi sebuah galaksi pada redshifts z=1, panjang gelombang cahaya
datang darinya telah memulur oleh faktor 2. Ini berarti alam semesta hanya setengahnya dari
ukuran masa kini ketika sinar meninggalkan galaksi. Garis horisontal pada grafik 4
enunjukkan ketika alam semesta berukuran setengah dari besar ukuran sekarang.
Pada model yang rendah, laju ekspansi hanya sedikit melambat, jadi ketika alam semesta
berukuran setengah besarnya, alam semesta akan berumur setengah kali lebih tua daripada
sekarang, cahaya telah merambat selama 2,5 milyar tahun untuk mencapai kita. Pada model
yang tinggi alam semesta mengandung massa yang lebih banyak, yang membuat alam
semesta melambat secara cepat. Pada model ini cahaya dari objek pada z=1 merambat
dibawah 4 milyar tahun. Dengan kata lain, jarak menuju sebuah galaksi dengan sebuah
redshift akan terukur lebih kecil jika lebih luas. Pada dasarnya, kita dapat menentukan nilai
jika kita dapat mengukur redshifts dan jarak antar galaksi-galaksi.
Obervasi supernova memungkinkan kita melakukan beberapa pengukuran, meskipun hal
tersebut sering menemui kesulitan untuk memperoleh untuk beberapa galaksi yang jauh. Pada
tahun 1990an, dengan menggunakan Hubble Space Telescope, para ahli astronomi memiliki
kemungkinan untukledakan-ledakan supernova pada beberapa galaksi yang jauh. Terutama
mereka telah mendeteksi supernova tipe Ia, yang dihasilkan dari ledakan white dwarfs.
Hasilnya ditunjukkan pada grafik 4. Garis yang tergambar pada grafik adalah prediksi alam
untuk semesta dengan yang rendah. Hal tersebut diharapkan bahwa semua perhitungan jarak
akan menjadi kecil daripada ini. Cenderung kekiri garis. Malah pengukurannya cenderung
berapa pada sisi kanan garis. Hal ini mengimplikasikan bahwa alam semesta berekspansi
lebih lambat diwaktu lampau daripada sekarang ekspansi alam semesta semakin cepat.
1. C. Energi Gelap
Gambar 4. Alam semesta beserta materi gelap akan mempercepat lebih cepat di masa depan.
Pembahasan kita mengenai alam semesta saat ini didasarkan pada asumsi bahwa ekspansi
disebabkan hanya oleh gravitasi materi didalamnya. Hal ini sebenarnya muncul menjadi
sebuah penjelasan yang baik tentang bagaimana alam semesta mengembang, tetapi tarikan
gravitasi hanya dapat semakin melemahkan ekspansi, dan hal ini bukan hasil yang
ditunjukkan oleh supernova.
Penjelasan terbaik saat ini dari hasil yang kuat ini datang dari usaha awal Einstein untuk
mengembangkan teori relitivitas umum. Einstein mengembangkan persamaan-persamaan
untuk menjelaskan bagaimana materi dan energy curve space dan pembentukan gaya
gravitasi. Ketika dia memecahkan beberapa persamaan, dia meletakkan bersamaan untuk
mendeskripsikan grativitas, solusi matematisnya memungkinkan sebuah bentuk tambahan.
Bentuk ini disebut tetapan kosmologis karena matematika relativitas umum mengusulkan
bahwa hal tersebut seharusnya sama dimanapun dan sepanjang waktu.
Sebuah cara penjelasan tetapan kosmologis adalah sebagai sebuah energi yang mengisi
sebuah ruang.energi ini tidak seperti energi-energi yang familiar untuk kita. Tetap konstan
dimana pun, tetap ada bahkan ketika tidak ada apapun kecuali ruang, dan tidak berubah
menipis seiring dengan ruang yang mengembang. Hal ini berbeda dengan bagaimana sifat
materi dan energi elektromagnetik yang menyebar dan menjadi semakin tipis seiring dengan
alam semesta yang mengembang.
Tidak ada pengukuran pada massa Einstein untuk menentukan nilai dari tetapan kosmologis.
Bagaimanapun juga, jika tetapan kosmologis adalah nol, meniadakan pengaruh gravitasi[12].
Level tetap dari energi dimanapun menciptakan sebuah jenis tolakan kosmik, memicu ruang
untuk berekspansi lebih cepat. Para ahli astronomi telah memberikan nama deskriptif tetapan
kosmologis energi gelap karena merupakan pendamping materi gelap.
Sebenarnya, Einstein telah mengembangkan relatifitas umum sebelum Hubble menemukan
ekspansi alam semesta, dan pada waktu itu alam semesta telah sedikit tetap statis daripada
berekspansi atau berkontraksi. Relativitas umum memperkirakan bahwa alam semesta
seharusnya bergerak, jadi Einstein mengusulkan bahwa tetapan kosmologis kemungkinan
menjadi cukup besar dan menyeimbangkan tarikan gravitasi, membuat alam semesta
statis/diam. Kemudian, dalam beberapa tahun sejak Usulan Einstein tentang tetapan
kosmologi, para ahli astronomi menemukan bahwa alam semesta pada faktanya
mengembang, dan Einstein menyimpulkan dia seharusnya menetapkan tetapan kosmologis
sama dengan nol seterusnya. Dia menyebutnya greatest blunder karena dia kemungkinan
memiliki perkiraan sebenarnya mengenai ekspansi alam semesta untuk memasukkan kedalam
daftar penemuannya yang luar biasa. Sejak saat itu, para ahli kosmologi mencatat
kemungkinan dari tetapan kosmologis, tapi berdekade-dekade sebagian besar mengasumsikan
bahwa konstanta kosmologis bernilai nol.
Pola ekspansi yang telah diprediksi untuk alam semesta dengan perkiraan terkini dari energi
gelap dan materi gelap ditunjukkan pada gambar 6. Pada model ini, alam semesta pada
awalnya berekspansi dengan cepat, namun tarikan gravitasi dari materi mulai memperlambat
ekspansi. Bersamaan dengan itu, materi menipis dan gravitasinya menjadi lebih lemah.
Sementara itu, walaupun, energi gelap akan tetap konstan, sehingga efek tolakannya mulai
menjadi pengaruh yang kuat untuk mempercepat alam semesta. Alam semesta telah
meneruskan kecepatan selanjutnya, jika kita memperhitungkan ke masa depan, alam semesta
seharusnya berekspansi semakin cepat dan cepat.
Jika model ini benar dan merupakan teori yang paling baik berimplikasi bahwa alam semesta
akan menghentikan dirinya sendiri. ruang akan berekspansisemakincepat dan cepat sampai
materi pada saat ini saling berdekatan bersama banyak sekali dengan ekspansi ruang yang
cepat. Ini adalah alternatif nasib dimana alam semesta tidak berekspansi selamanya:
berekspansi sangat cepat dimana setiap bagian dari alam semesta pada akhirnya tertarik
terpisah dari setiap bagian lainnya pada kecepatan yang menjadi semakin cepat yang mana
semuanya musnah dari penglihatan masing-masing.
BAB IV
PEMBAHASAN

1. A. Ranah Integrasi-Interkoneksi teori Kehancuran Alam Semesta
1. 1. Ranah Epistimologi teori Kehancuran Alam Semesta dalam QS. Al-
Anbiyaa ayat 104 dan Teori Big Crunch
Pada hari Kami melipat langit bagaikan melipat lembaran buku-buku. Sebagaimana Kami
telah memulai penciptaan pertama Kami akan mengulanginya. Suatu janji atas diri Kami
sesungguhnya Kami-lah yang akan melaksanakannya.
Ayat diatas menyatakan bahwa langit akan digulung seperti lembaran-lembaran kertas dalam
hal ini langit akan berubah betuk dari luar menjadi sempit. Alam semesta pada teori Big
Crunch diprediksi tidak akan berekspansi secara terus menerus. Menurut rapat massa alam
semesta, suatu saat nanti gaya gravitasi antar galaksi yang mempengaruhi ekspansi akan
melemah. Dan secara langsung akan memperlambat laju ekspansi.
Sebagaimana dinyatakan pada teori Big Crunch, dimana bukan hanya gaya gravitasi yang
mempengaruhi ekspansi alam semesta. Namun awal mula terjadinya ekpansi itu sendiri juga
sangat berpengaruh atas kelangsungan ekspansi alam semesta ini. Sebuah proses ekspansi
alam semesta pada awalnya tentu menghasilkan ukuran alam semesta yang berbeda dengan
sekarang. Ukuran alam semesta pada awal ekspansi menentukan kecepatan ekspansi pada
waktu itu. Dan didapatkan bahwa laju ekspansi pada masa yang lalu lebih lambat daripada
masa kini. Hal tersebut juga ditemukan ketika dilakukan observasi terhadap supernova jenis
Ia.
Selain gaya gravitasi didalam materi penyusun alam semesta, terdapat beberapa energi yang
mempengaruhi ekspansi alam semesta yaitu energi gelap. Yang sifatnya sebanding dengan
dorongan awal sebuah titik sumber ekspansi. Energi gelap ini terdapat dalam alam semesta
dalam berkaitan erat dengan materi gelap. Sifat energi gelap ini memicu laju ekspansi.
Teori ini telah dibuktikan dengan hasil pengamatan Hubble Space Telscope yang
mengobservasi supernova-supernova bahkan yang jauh sekalipun.
Ranah epistimologi yang digunakan dalam pembahasan ini menggunakan metode informatif-
konfirmatif/klarifikatif yaitu sains memberikan penjelasan yang lebih khusus terhadap
pernyataan pada Al-Quran.
1. 2. Ranah Aksiologi teori Kehancuran Alam Semesta
Semangat Al-Quran, menurut Fazlur Rahman, adalah semangat moral.[13] Bahkan tujuan
Nabi diutus ke bumi untuk menyempurnakan moral. Oleh karena itu, setiap upaya penafsiran
Al-Quran tidak dapat melepaskan diri dari pesan dan moral. Demikian halnya dengan ayat
Al-Quran yang mebahas tentang kehancuran alam. Ada beberapa pesan moral kehancuran
alam semesta
1. Mengubah Pandangan Hidup Dunia Materialistik Menjadi Seimbang Antara Dunia
Akhirat
Adanya kehidupan akhirat, menurut Quran adalah sangat penting karena berbagai alasan.
Pertama, moral dan keadilan, menurut Al-Quran adalah kualitas untuk menilai amal
perbuatan manusia karena keadilan tidak dapat dijamin berdasarkan apa yang terjadi di dunia.
Kedua, tujuan-tujuan hidup harus dijelaskan dengan seterang-terangnya, sehingga manusia
dapat melihat apa yang telah diperjuangkan. Ketiga, pembantahan dan perbedaan pendapat
dan konflik di antara orientasi-orientasi manusia harus diselesaikan
1. Mendorong manusia berfikir Positif
Pesan moral kehancuran alam (kiamat) adalah untuk mendorong manusia beraktifitas yang
positif (amal sholeh). Pengetahuan sains telah menyebutkan bahwa kehancuran alam pasti
akan terjadi. Dalam Al-Quran, berbagai ayat mengajarkan akan keyakinan akan adanya hari
pembalasan mengantarkan manusia untuk melakukan berbagai amal sholeh dalam
kehidupannya.
1. Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab
Amir Nuruddin mengutip pendapat A. Mukti Ali bahwa semangat poko dalam Al-Quran
adalah untuk menanamkan ke dalam jiwa kesadaran tentang tanggung jawab.
1. Pembenahan Diri Seawal Mungkin
Sains tidak apat dikatakan netral, melainkan mengandung nilai-nilai yang menyusup melalui
para pakar yang mengembangkannya. Umat islam harus menekankan kepada umat muslim
terutama peserta didik bahwa sains didasarkan pada eksperimental dan observasi terhadap
alam yang tampak ini dan tidak mempunyai sekelumit pun pengetahuan tentang alam gaib.
Kita harus menegaskan bahwa ekstrapolasi sains sampai pada periode penciptaan alam
semesta tidak dijamin kebenarannya karena para pakar sendiri tidak tahu apa yang terjadi
sebelum apa yang mereka namakan waktu Planck; yaitu seper-sepuluh-juta-triliun-triliun
sekon sesudah penciptaan. Dan umat islam harus menjelaskan bahwa sains berkembang
melalui berbagai tahapan. Pada tahapan-tahapan tertentu mungkin saja dalam sains tidak
sesuai, atau bahkan saling bertentangan dengan isli Al-Quran. Akan tetapi karena sains
dikembangkan untuk mencari kebenaran, maka pada akhirnya akan bersesuaian dengan Al-
Quran.[14]
1. B. Model Integrasi-Interkoneksi teori Kehancuran Alam Semesta
1. 1. Model Informatif teori kehancuran Alam Semesta
Pembahasan mengenai kehancuran alam semesta dalam sudut pandang Islam dan sains
menunjukkan adanya kesamaan. Ilmu Islam (Al-Quran) memberikan informasi kepada ilmu
sains dan teknologi bahwa alam semesta akan mengerut dan mengalami kehancuran. Dalam
surat Al-Anbiyaa ayat 104 Pada hari Kami melipat langit bagaikan melipat lembaran
buku-buku. Secara tersurat menjelaskan bagaimana proses terjadinya hari akhir atau
kehancuran dari alam semesta. Demikian juga dalam sains yang menjelaskan proses
kehancuran alam semesta yang serupa. Menurut Teori Big Crunch, alam semesta akan
berhenti berekspansi dan menyusut menjadi sebuah titik. Dengan demikian, displin ilmu
Islam memberikan informasi kepada disiplin ilmu sains.

1. 2. Model Konfirmatif/ Klarifikatif teori Kehancuran Alam Semesta
Al-Quran dalam surat Al-Anbiyaa ayat 104 yang menjelaskan Pada hari Kami melipat
langit bagaikan melipat lembaran buku-buku. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan
pertama Kami akan mengulanginya. Suatu janji atas diri Kami sesungguhnya Kami-lah yang
akan melaksanakannya. Ayat tersebut menerangkan bahwa bumi yang dihuni oleh manusia
dan makhluk lainnya akan mengalami kehancuran. Agama islam menyebutnya dengan hari
kiamat, seperti yang termuat pada rukun iman yang ke-6, yaitu iman kepada hari akhir.
Fenomena kehancuran alam semesta yang telah dijelaskan oleh Al-Quran kemudian
dipertegas oleh ilmu sains dan teknologi yaitu Teori Big Crunch. Dengan demikian, para
ilmuan telah membuktikan QS. Al-Anbiyaa ayat 104 secara ilmiah yaitu dengan Teori Big
Crunch.




BAB V
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
1. Ranah Integrasi-Interkoneksi pada pembahasan kehancuran alam semesta
adalah epistemologi-epistemologi dan aksiologi-aksiologi.
QS. al-Anbiyaa:104 menyatakan bahwa langit akan digulung seperti lembaran-lembaran
kertas dalam hal ini langit akan berubah betuk dari luar menjadi sempit. Alam semesta pada
teori Big Crunch diprediksi akan mengembang sampai titik maksimal lalu mengecil menjadi
satu titik.
1. Model Integrasi-Interkoneksi pada pembahasan kehancuran alam semesta adalah
informatif-konfirmatif/klarifikatif.
Ilmu Islam (Al-Quran) memberikan informasi kepada ilu sains (teori Big Crunch) tentang
kehancuran alam semesta
Informasi tentang kehancuran alam semesta dalam Al-Quran dipertegas oleh ilmu sains
(Teori Big Crunch)

1. B. Saran
Diharapkan kepada para pembaca untuk meneliti kehancuran alam atau mimata dengan
pendekatan ilmu pengetahuan. Dengan pendekatan itu, diharapkan kiamata dapat dijelaskan
secara lebih rasional dengan menggunakan berbagai teori-teori dan penemuan-penemuan
ilmu pengetahuan yang modern dengan masih berpijak pada Al-Quran sebagai petunjuk
manusia. Sehingga antara Al-Quran dan ilmu pengetahuan akan saling melengkapi dengan
menghilangkan dikotomi di antara keduanya.
Oleh karena itu, bagi para ilmuwan dan umat islam pada umumnya serta pemakalah pada
khususnya, dapatlah mengembangkan diri dan bangkit serta kembali menguasai ilmu
pengetahuan, sesuai dengan dispilin ilmu yang dikuasai atau diketahui.

Anda mungkin juga menyukai