9. Jelaskan Terapi yang dapat diberikan pada Pasien!
Terapi yang dapat diberikan pada pasien antara lain
A. Calcium Channel Blocker (CCB) CCB menurunkan tahanan vascular perifer dan tekanan darah. Mekanisme kerjanya dalam hipertensi adalah hambatan terhadap influx kalsium ke dalam sel otot polos arteri. Verapamil, diltiazem, dan keluarga dihidropiridin (amlodipine, felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin dan nisoldipin) sama efektifnya dalam menurunkan tekanan darah, dan berbagai macam formulasi disetujui baru-baru ini pemakaiannya di Amerika Serikat. Permedaan hemodinamik di antara obat-obat penyekat kanal kasium akan mempengaruhi pemilihan suatu obat terntentu. Dosis CCB yang digunakan untuk terapi hipertensi sama dengan dosis terapi untuk angina. Beberapa studi epidemilogi melaporkan adanya peningkatan risiko infark miokard atau peningkatan mortalitas pada pasien yang diterapi hipertensi dengan nifedipin kerja cepat. Dihidropiridin kerja cepat tidak direkomendasikan bagi pengobatan hipertensi. B. Angiotensin Receptor Blocker Losartan dan Valsartan merupakan obat-obat penyekat reseptor angiotensin II tipe 1 (AT 1 ) yang pertama kali dipasarkan. Baru-baru ini telah dikeluarkan pula kandesartan, eprosartan, irbesartan, telmisartan. Obat-obat ini tidak memiliki efek terhadap metabolisme bradikinin sehingga merupakan penghambat yang lebih selektif terhadap efek angiotensin dibandingkan dengan obat penghambat ACE. Mereka juga memiliki potensi untuk menghambat kerja angiotensin secara lebih menyeluruh dibandingkan dengan penghambat ACE sebab terdapat enzim enzim lain selain ACE yang dapat menghasilkan angiotensin II. Obat penyekat reseptor angiotensin menimbulkan keuntungan yang serupa dengan obat penghambat ACE pada pasien dengan gagal jantung dan penyakit ginjal kronik. Efek sampingnya mirip dengan efek samping penghambat ACE yang telah dijabarkan, termasuk risiko pada penggunaan selama kehamilan. Batuk dan angioedema dapat terjadi namun lebih jarang pada penggunaan penyekat reseptor angiotensin dibandingkan dengan penghambat ACE. Dengan mencegah efek angiotensin II senyawa ini merelaksasi otot polos sehingga mendorong vasodilatasi, meningkatkan ekskresi garam dan air di ginjal, menurunkan volume plasma, dan mengurangi hipertrofi sel. Dua subtype reseptor angiotensin II yang berbeda telah berhasil diklon, disebut sebagai tipe 1 (AT 1 ) dan tipe 2 (AT 2 ). Reseptor angiotensin II subtype AT 1 terutama ditemukan di jaringan vascular dan miokardial serta di dalam otak, ginjal, dan sel-sel glomerulus adrenal, yang mensekresi aldosterone. Reseptor angiotensin II subtype AT 2 ditemukan di dalam medulla adrenal, ginjal, dan dalam SSP, dan mungkin berperan dalam perkembangan vascular. Karena reseptor AT 1 memperantarai penghambatan umpan balik pelepasan renin, konsentrasi renin dan angiotensin II meningkat selama pengantagonisan reseptor AT 1 . Akibat klinis dari meningkatnya efek angiotensin II pada reseptor AT 2 yang tak dihambat belum diketahui;namun data yang muncul menunjukkan bahwa reseptor AT 2 dapat menghasilkan respons antipertumbuhan dan antiproliferatif. Jenis Obat Dosis Dihydropiridine Amlodipine Nicardipine 5 10 mg oral sekali sehari 20 40 mg oral tiap 8 jam Diltiazem 75 150 mcg/Kg IV; 30 80 mg oral tiap 6 jam Verapamil 75 150 mcg/Kg IV; 80 160 mg oral tiap 8 jam Angiotensin Receptor Blocker Losartan Valsartan Dimulai dengan 50 mg/hari, kemudian dipertahankan 25 100 mg/hari Dimulai dengan 80 mg/hari, kemudian dipertahankan 80 320 mg/hari Daftar Pustaka: Benowitz, Neal L. 2012. Farmakologi Dasar Klinik. Ed. 10. Jakarta: EGC.