Anda di halaman 1dari 44

BAB II

Pembahasan
2.1 Letak geografis wilayah ekosistem hutan rawa air tawar

Gambar 7 : Peta letak wilayah Hutan Rawa Air Tawar Cagar Biosfer GSKBB
Wilayah Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu (CB-GSK-BB) secara
astronomis berda diantara 101 11 - 10210 Bujur Timur dan 00 44 - 0111
Lintng Utara. Batas sebelah selatan dan timur adalah batas alam jembatan sungai
Mandau di Balai Pungut ke hilir sampai Teluk Lancang sungai siak sampai
muaranya di Selat Panjang. Batas di sebelah utara adalah batas alam pantai Selat
Bengkalis, serta batas sebelah barat adalah jalan antara Guntung sampai Duri
hingga jembatan Balai Pungut di sungai Mandau. Secara administratif CB-GSK-
BB terletak di daerah kabupaten Bengkalis dan kabupaten Siak ( merupakan
kebupaten pemekaran dari kabupaten Bengkalis).
Sebelum terjadi pemekaran, kabupaten Bengkalis terdiri atas 9 (sembilan)
kecamatan tetapi setelah adanya pemekaran, kabupaten ini hanya terdiri dari 5
(lima) kecamatan, yaitu :
1. Pinggir
2. Bukit Batu
3. Siak Keci
4. Mandau
5. Bengkalis.
Sedangkan nama kecematan yang masuk kedalam wilayah kabupaten Siak adalah
:
1. Siak
2. Sungai Apit
3. Minas
4. Sungai Mandau.
Luas areal CB-GSK-BB sekitar 705.271 Hektar yang terbagi didalam wilayah
kabupaten Bengkalis sekitar 70% dan kabupaten Siak sekitar 30% . khusus untk
areal inti seluas 178.722 ha, yang masuk dalam wilayah kabupaten Bengkalis
121.963 ha (68 %) dan kabupaten Siak 56.759 ha (32%). Luas kawasan
berdasarkan zonasinya terbagi dalam areal inti, penyangga dan transisi. Berikut
penjelasan luasan zonasi dengan status lahanya.
a. Area Inti
Arean inti merupakan perpaduan antara hutan konservasi produksi alam yang
tidak dikonservasi.Perpaduan ini merupakan sesuaru yang baru
diindonesia,Mengingat 6 cagar biosfer yang telah ada seluruhnya dengan area
inti yang berstatus sebagai taman nasional.
Kawasan hutan penyusun area inti CB-GSK-BB terdiri dari suaka marga
satwa Giam Siak Kecil seluas sekitar 84.967 H a, suaka marga satwa bukit
batu seluas sekitar 21500 Ha,dan areal hutan produksi kelompok usaha sinar
mas Forestry dengan luas sekitar 72.255 Ha .
b. Zona penyangga
Zona penyangga memiliki luas sekitar 222.425 Ha(32 %),Sebagian besar
terdiri atas hutan tanaman industri dan sebagian kecil lahan lainnya. Zona
penyangga dengan luas sekitar 195.259 Ha ini mencakup areal hutan tanaman
industri
c. Area transisi
Wilayah area transesi ini memiliki luas wilayah sekitar 304.123 Ha(43%)
sebagian besar adalah lahan non-konsesi hutan dan sebagian kecil area hutan
tanaman sinar mas forestry seluas sekitar 5665 Ha. Area transisi sebelah
selatan dan umur dibatasi oleh batas alam sungai mandau-sungai siak sampai
muara nya diselat panjang, sebelah utara adalah batas alam pantai selat
bengkalis serta sebelah barat dibatasi oleh jalan antara guntung sampai duri
hingga jembatan sungai mandau dibalai pungut.
No Usulan Kabupaten / Kota Total
Bengkalis Dumai Siak
1. Areal Inti
a.Sinar Mas
Forentry dan
Mitra
Usahanya.
b. Sinar Mas
Bukit Batu.
c. Sinar Mas
Giam Siak
Kecil.
Jumlah

57.058


21.500
43.405


121.963
(68%)

-


-
-

15.197



41.562


56.759
(32%)

72.255


21.500
84.967


178.722
(100%)
2. ZonaPenyangg
a. Sinar Mas
Forestry.
b. Non Sina
Mas
Forestry.
Jumlah



150.954

23.386

174.239
(78%)

4.015

-

4.015
(2%)

40.290

3.881

44.171
(20%)

195.259

27.166

222.425
(100%)
3. Areal Transisi
a. Non Sinar
Mas
Forestry
b. Sinar Mas
Forestry.
Jumlah


173.156

-

173.156
(57%)

22.288

-

22.288
(7%)

103.014

5.665

108.679
(36%)

298.456

5.665

304.123
(100%)
Total 467.644
(66%)
26.303
(4%)
204.656
(30%)
705.271
(100%)
Tabel 6 : Rincian Luas CB-GSK-BB
2.2 Keanekaragaman Hayati Ekosistem Hutan Rawa Air Tawar
2.2.1 Pengertian Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati adalah variabilitas di antara makhluk hidup
dari semua sumber, termasuk interaksi ekosistem terestrial, pesisir dan lautan
dan ekosistem akuatik lain serta kompleks ekologik tempat hidup makhluk
hidup menjadi bagiannya. Hal ini meliputi keanekaragaman jenis, antar jenis
dan ekosistem (Convention on Biological Diversity, 1993).
2.2.2 keanekaragaman flora
Lokasi Cagar Biosfer yang akan di kunjungi yaitu Suaka Margasatwa Bukit
Batu atau masyarakat setempat menyebutnya dengan Hutan Sungai Bukit Batu,
ini merupakan bagian areal inti dari landscape Cagar Biosfer Keanekaragaman
Hayati Suaka Margasatwa Bukit Batu dari hasil survey LIPI menunjukan
terdapat bermacam jenis pohon berkayu di areal inti seperti kempas
(Koompasia malacensis), Meranti batu (Shorea uliginosa), Meranti bunga
(Shorea teymanniana) Punak (Tetrameristra glabra), Durian burung (Durio
carinatus), Bintangur (Calophyllum soulatri) ), Ramin (Gonystilus bancanus )
protected, kantong semar (Nephentes spp).
Studi struktur dan komposisi flora di area inti CB-GSK-BB dilakukan oleh LIPI
pada tahun 2007. LIPI (2008a) melaporkan sedikitnya terdapat 189 jenis
tumbuhan yang tergolong dalam 113 marga dan 59 suku. Jumlah tersebut
termasuk 3 jenis dari kelompok tumbuhan paku (Pteridophyta) yaitu paku
sarang burung (Asplenium nidus), paku pedang (Nephrolepis radicans) dan
paku udang (Stenochlaena palustris). Sisanya sebanyak 186 jenis termasuk
dalam tumbuhan berbunga (Spermatophyta) yang tergolong dalam 110 marga
dan 56 suku.
Berdasarkan kondisi fisik dan sifat hidupnya, sebagian besar jenis
tumbuhan tergolong dalam kelompok pepohonan sebanyak 166 jenis, semak
dan belukar 20 jenis serta liana hanya 3 jenis. Kelompok epifit hanya 5 jenis
yang umumnya adalah jenis anggrek. Anggrek biasa tumbuh di media gambut
pada lokasi terbuka pinggir kanal.
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara kami, flora yang terdapat di
cagar biosfer GSKBB adalah sebagai berikut :
No Nama Nama Latin
1. Pandan Rasau Pandanaceae
2. Cucup Cucup sp
3. Beringin Vicus benjamina
4. Sawit Elaeis guineensis
5. Kantong Semar Nephentes SPP
6. Paku Serang Burung Asplenium nidus
7. Paku Pedang Nethrolepis
8 Paku udang Stenochlaena palustris
9. Kempas Koompasia malacensis
10. Meranti Batu Shorea uliginosa
11. Meranti Bunga Shorea teymanniana
12. Unak Tetrameristra glabra
13. Durian Burung Durio carinatus
14. Bintangor Calophyllum soulatri
15. Ramin Gonystilus bancanus
16. Trembusu Sp 1
17. Kayu putih Malaleuca leucadendra
Tabel 7 : Flora hutan rawa air tawa
Adapun tumbuhan penyusun ekosistem rawa air tawar dan hutan rawa air
tawar:

Gambar 8 :Tanaman Cucup (arsip 6A Biologi)


Gambar 9 : cucup Sp (arsip 6A Biologi)


Gambar 10 : Rasau Sp (arsip 6A Biologi)

2.2.3 Keanekaragaman Fauna
Ekosistem hutan rawa air tawar mempunyai variasi kekayaan jenis fauna
tersendiri.
1. Mamalia
Banyak jenis kelompok mamalia yang kurang menyenangi tingginya
permukaan air yang selalu menggenang selama musim hujan dan pasang naik
pada rawa air tawar, kecuali berang-berang (Lutra sumatrana) yang memang
lebih banyak hidup di perairan. LIPI (2008) melaporkan kelompok mamalia
besar yang pernah ditemui diantaranya adalah babi, rusa, kelinci, kancil,
gajah, teringgiling ini sudh hampir punah. desa tasi serai, kec.bengkalis.

2. Unggas
Kawasan lansekap Siak Kecil mempunyai kekayan jenis burung yang
tinggi. Menurut laporan Wetlands International tidak kurang dari 156 jenis
burung memanfaatkan daerah ini. Dua diantaranya merupakan jenis yang
tergolong langka, yaitu bangau storm (Ciconia stormi) dan anggung. Terdapat
17 jenis yang terdaftar dalam Appendix II CITES diantaranya adalah elang-
alap cina (Accipiter soloensis), elang-alap jambul (Accipiter trivirgatus),
elang-alap jepang (Accipiter gularis), kangkareng perut putih (Anthracoceros
albirostris) dan elang brontok (Spizaetus cirrhatus).

3. Amfibi Dan Reptil
Keanekaragaman jenis amfibia dan reptilia tergolong tidak tinggi.
Studi awal amfibia oleh LIPI (2008) menunjukan bahwa jumlah jenisnya
hanya 11 jenis, kodok buduk (Pseudobufo subasper) adalah yang paling
dominan di area inti CB-GSK-BB. Jumlah reptilia terdapat 9 jenis ular dari
133 jenis dan 3 jenis kadal dari 73 jenis yang terdapat di Sumatera. Beberapa
jenis reptilia yang ditemukan diantaranya adalah ular air,labi-labi (Amyda
cartilaginea), kura kura dan buaya senyulong (Tomistoma schlegelii).

4. Pisces
Kelompok ikan, ditemukan 30 jenis yang sebagian besar tergolong ikan
rawa gambut dan hanya beberapa jenis yang juga mampu hidup di perairan
umum non-gambut. Hampir semua jenis ikan yang terdapat di daerah ini
adalah jenis ikan yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Beberapa
diantaranya adalah ikan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, yaitu tapah
(Wallago attu), toman (Channa sp.), kepar (Ballontia hasseltii), slays
(Kryptopterus macrocephalus) dan sejenis mujair (Helostoma temminckii).
Selain jenis ikan konsumsi, ada beberapa jenis yang merupakan ikan hias
diantaranya dari genus Rasbora.
Kelompok fauna yang belum banyak diinventarisasi adalah kelompok
crustacea dan mollusca serta insecta. Tetapi pada umumnya didaerah rawa
kelompok crustacean seperti udang dan remis sangat melimpah di ekosistem
hutan rawa air tawar.
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara, fauna yang ada di Cagar biosfer
GSKBB adalah :

No Nama Nama Latin
1. Beruang Madu Helarctos malayanu
2. Rusa Sambar Carvus unicolor
3. Moyet ekor panjang Macaca fasciculari
4. Beruk Macaca nemestrina
5. Lutung klabu Trachypithecus cristatus
6. Ungko Hylobatesangilis
7. Harimau Sumatra Panthera tigris Sumatra
8. Gajah Elephas maximus
9. Bangau Strom Ciconia stormi
10. Enggang Rhyeticeros corrusgatus
11. Elang alap cina Accipiter soloensis
12. Elang alap jambul Accipiter trivirgatus
13. Elang alap jepang Accipiter gularis
14. Kangkerang perut putih Anthracoceros aldirostris
15. Elang brontok Spizaetus cirrhatus
16. Kodok buduk Pseudobuvo subasper
17. Ular cabe Maticora intestinalis
18. Ular viper weglari Tropidolaemus wegleri
19. Labi Amydacartilagilea
20. Buaya Senyulong Tomistoma escehlegelii
21. Tapa Wallago attu
22. Toman Channa sp
23. Kepar Ballontia hasseltii
24. Mujair Helostoma temminckii
25. Belalang Valanga nigricornis
26. Selais Cryptolerus gicirchis
27. Baung Hemibagru nemurus
28. Babi hutan Susbarbatus
29. Rusa Cervus timorensis
30. Cacing Lumbriscus teretris
Tabel 8 : Fauna Hutan Rawa air tawar
2.3 Komponen-komponen ekosistem Rawa Air Tawar
2.3.1 Komponen Abiotik Ekosistem Rawa Air Tawar
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling
memengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem
yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik
sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi
suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai
sumber dari semua energi yang ada (Wikipedia 2011).
Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar yang menyangkut
proses interaksi organisme hidup dengan lingkungan mereka. Setiap
ekosistem memiliki enam komponen yaitu produsen, makrokonsumen,
mikrokonsumen, bahan anorganik, bahan organik, dan kisaran iklim.
Perbedaan antar ekosistem hanya pada unsur-unsur penyusun masing-masing
komponen tersebut. Masing-masing komponen ekosistem mempunyai peranan
dan mereka saling terkait dalam melaksanakan proses-proses dalam
ekosistem. Proses-proses dalam ekosistem meliputi aliran energi, rantai
makanan, pola keanekaragaman, siklus materi, perkembangan, dan
pengendalian. Setiap ekosistem rnampu mengendalikan dirinya sendiri, dan
mampu menangkal setiap gangguan terhadapnya. Kemampuan ini disebut
homeostasis. Tetapi kemampuan ini ada batasnya. Bilamana batas
kemampuan tersebut dilampaui, ekosistem akan mengalami gangguan.
Pencemaran lingkungan merupakan salah satu bentuk gangguan ekosistem
akibat terlampauinya kemampuan homeostasis (Elfis 2010).
Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia
yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan,
atau lingkungan tempat hidup.
[4]
Sebagian besar komponen abiotik bervariasi
dalam ruang dan waktunya. Komponen abiotik dapat berupa bahan organik,
senyawa anorganik, dan faktor yang memengaruhi distribusi organisme, yaitu

:
1) Suhu : Proses biologi dipengaruhi suhu. Mamalia dan
unggas membutuhkan energi untuk meregulasi temperatur dalam
tubuhnya.
2) Air : Ketersediaan air memengaruhi distribusi organisme.
Organisme di gurun beradaptasi terhadap ketersediaan air di
gurun.
3) Garam: Konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air dalam
organisme melalui osmosis. Beberapa organisme terestrial
beradaptasi dengan lingkungan dengan kandungan garam tinggi.
4) Cahaya matahari: Intensitas dan kualitas cahaya memengaruhi
proses fotosintesis. Air dapat menyerap cahaya sehingga pada
lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar permukaan yang
terjangkau cahaya matahari. Di gurun, intensitas cahaya yang besar
membuat peningkatan suhu sehingga hewan dan tumbuhan
tertekan.
5) Tanah dan batu: Beberapa karakteristik tanah yang meliputi
struktur fisik, pH, dan komposisi mineral membatasi penyebaran
organisme berdasarkan pada kandungan sumber makanannya di
tanah.
6) Iklim: Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam
suatu area. Iklim makro meliputi iklim global, regional dan lokal.
Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah yang dihuni
komunitas tertentu
7) Tanah: Sifat-sifa fisik tanah yang berperan dalam ekosistem
meliputi tekstur,kematangan, dan kemapuan menahan air
(Wikipedia 2011).
Masing-masing komponen tanah berperan penting dalam menunjang
fungsi tanah sebagai media tumbuh, sehingga variabilitas keempat komponen
tanah akan berdampak terhadap variabilitas fungsi tanah sebagai media
tumbuh.
Menurut Kemas (2004) fungsi Tanah, yaitu :
1) tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran yang mempunyai dua
peran utama, yaitu :
a) penyokong gerak tumbuhnya trubus (bagian atas) tetanaman,dan
b) sebagai penyerap zat-zat yang dibutuhkan tanaman.
2) penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara)
untuk melaksanakan aktivitas metabolismenya, baik selama pertumbuhan
maupun untuk bereproduksi,
3) penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon,
vitamin, dan asam-asam organik, antibiotik dan toksin anti hama, enzim
yang dapat meningkatkan kesediaan hara) yang berfungsi dalam
menunjang aktivitasnya supaya berlangsung optimum, sebagai habitat
biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau tak
langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman
tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama &
penyakit tanaman
Hubungan tersebut di atas, pada umum ligkungannya (lingkungan
abiotik), antara tumbuhan dengan tumbuhan, antara tumbuhan dengan biota
lain, dan antara tumbuhan dengan manusia (lingkungan biotik). Tumbuhan
dengan lingkungan abiotik terbentuk antara tumbuh-tumbuhan dengan
tanah/lahan sebagai substrat atau habitat, fisiografi dan topografi tanah
(konfigurasi permukaan bumi), dan lingkungan iklim cahaya matahari, suhu,
curah hujan dan kelembaban, dan udara atmosfir (Kartasaputra,1980).
Hubungan tumbuhan dengan tanah sebagai substrat atau habitat
berhubungan erat dengan jenis (struktur dan tekstur tanah), sifat fisik, kimia
dan biotik tanah, kandungan air tanah, nutrien dan bahan-bahan organik, serta
bahan anorganik sebagai hasil proses dekomposisi biota tanah. Dikenal
berbagai sifat adaptasi dan toleransi tumbuhan berkaitan dengan struktur dan
sifat kimia tanah, yaitu tipe vegetasi kalsifita, oksilofita, psammofita, halofita,
dan lain lain.
Konfigurasi permukaan bumi sangat mempengaruhi ketinggian,
kemiringan, dan deodinamika lahan sebagai habitat, yang akan berpengaruh
terhadap iklim (cahaya/matahari, suhu, curah hujan, dan kelembaban udara);
yang secara langsung atau tidak langsung berhubungan erat dengan
masyarakat tumbuhan dalam kaitannya dengan kehadiran, distribusi, jenis-
jenis tumbuhan, dan berbagai proses biologi tumbuhan.
Hubungan iklim dengan tumbuhan sangat erat. Iklim berpengaruh
terhadap berbagai proses fisiologi (fotosintesis, respirasi, dan transpirasi),
pertumbuhan dan reproduksi (pembungaan, pembentukan buah, dan biji) dan
sebagainya.

Gambar 11 : Komponen abiotik rawa air tawar (arsip 6A Biologi)
Keadaan air yang terkandung didalam tanah sangat perlu untuk di ketahui,
terutama tentang kedalaman dari permukaan air tanah baik secara musiman maupun
bulanan. Tentang kedalaman permukaan air tanah bisa di tentukan melalui sumber-
sumber air setempat, juga melalui lubang- lubang pengeboran air
(Kartasapoetra,1980).
2.3.2 Komponen Biotik Ekosistem Rawa Air tawar
Biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup
(organisme). Komponen biotik adalah suatu komponen yang menyusun suatu
ekosistem selain komponen abiotik (tidak bernyawa).
Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu:
1. Produsen adalah organisme yang dapat menghasilkan makanan dan penyedia
makanan untuk makhluk hidup yang lain. Komponen autotrof atau produsen
terdiri dari organisme yang dapat membuat makanannya sendiri dari bahan
anorganik dengan bantuan energi seperti sinar matahari (fotoautotrof) dan bahan
kimia (kemoautotrof). Komponen autotrof berperan sebagai produsen. Yang
tergolong autotrof adalah tumbuhan berklorofil.
2. Konsumen adalah organisme yang tidak dapat membuat makanannya sendiri
dan bergantung pada organisme lain dalam hal makanan. Komponen heterotrof
terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik yang
disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya. Komponen heterotrof
disebut juga konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan
berukuran lebih kecil. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur,
dan mikroba.
3. Pengurai adalah organisme yang menguraikan organisme mati. Contoh pengurai
adalah jamur dan bakteri. Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang
menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati. Pengurai disebut
juga konsumen makro (sapotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih
besar. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan
melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh
produsen. Yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula pengurai
yang disebut detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan
organik, contohnya adalah kutu kayu.
Tipe dekomposisi ada tiga, yaitu:
a. Aerobik oksigen adalah penerima elektron / oksidan
b. Anaerobik : oksigen tidak terlibat. Bahan organik sebagai penerima elektron
/oksidan
c. fermentasi : anaerobik namun bahan organik yang teroksidasi juga sebagai
penerima elektron. komponen tersebut berada pada suatu tempat dan
berinteraksi membentuk suatu kesatuan ekosistem yang teratur[4]. Misalnya,
pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan sebagai
komponen heterotrof, tumbuhan air sebagai komponen autotrof, plankton
yang terapung di air sebagai komponen pengurai, sedangkan yang termasuk
komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut
dalam air (Wikipedia 2011).

2.3.3 Pola ketergantungan Komponen Biotik terhadap komponen Abiotik pada
Ekosistem Rawa Air Tawar
Saling kebergantungan tidak hanya terjadi antar komponen biotik. Saling
kebergantungan juga terjadi antara komponen biotik dan abiotiknya. Saling
kebergantungan antar komponen biotik.Rantai makanan.
Perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan dengan
urutan tertentu disebut rantai makanan.Misalkan Interaksi antar organism.
Hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan komponen
abiotik:
a. Komponen biotik memengaruhi komponen abiotik.
b. Komponen abiotik memengaruhi komponen biotik.

Hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dengan sesama
komponen biotik:
a. Saling ketergantungan intraspesies (makhluk hidup sejenis).
b. Saling ketergantungan antarspesies (makhluk hidup tidak sejenis).

2.4 Rantai Makanan dan Jaring Jaring Makanan Ekosistem Hutan Rawa Air
Tawar
2.4.1 Rantai makanan
Rantai makanan adalah perjalanan makan dan dimakan dengan urutan tertentu
antara mahluk hidup. Selanjutnya ketika rantai rantai makanan tersebut saling
berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehinga membentuk seperti jaring
jaring makanan. Jaring jaring makanan terjadi karena setiap jenis mahluk hidup tak
hanya memakan satu jenis mahluk hidup lainnya.
Dalam jaring jaring makanan terdapat aliran energi. Peristiwa terjadinya
pemindahan energi terjadi melalui proses makan memakan didalam suatu rantai
makanan dan jaring jaring makanan. Namun untuk jaring jaring makanan terjadi
pada tingkatan yang kompleks. Jarring jarring makanan ini tersusun oleh beberapa
rantai makanan yang berhubungan. Aliran energi mulai dari produsen hingga
konsumen, jumlah ahkirnya tak sama.
Pada rawa air tawar, yang menjadi produsen adalah fitoplankton. Fitoplankton
merupakan organisme yang berukuran renik, sekitar 1m-200m, sebagian besar
terdiri dari alga (ganggang) bersel tunggal yang berukuran renik,ada juga yang
berbentuk koloni (Ahmad Mudjiman, 2004) Fitoplankton memegang peranan yang
sangat penting dalam ekosistem perairan karena memiliki klorofil untuk melakukan
fotosintesis. Proses fotosintesis pada air yang dilakukan oleh fitoplankton (produsen)
merupakan sumber nutrisi utama bagi organisme air lainnya yang berperan sebagai
konsumen. Konsumen I adalah zooplankton,untuk konsumen II adalah ikan ikan
kecil, selanjutnya konsumen III bisa berupa ikan besar atau burung pemangsa ikan.
Menurut Jumin (2002), dalam rantai makanan (food chain), bermacam-macam
organisme yang mendapat makanan dari tumbuhan dengan jumlah transfer yang
sama, menempati tingkatan trofik yang sama. Jadi dalam suatu ekosistem tanaman
menempati trofik pertama, hewan herbivora menempati trofik ke dua dan demikian
seterusnya. Dalam urutan linier dari rantai makanan, salah satu ujung rantai berupa
organisme ototrof, sedangkan ujung yang lain berupa predator yang di sebut
karnivora puncak.
Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan
melalui seri organisme atau melalui jenjang makan (tumbuhan-herbivora-carnivora-
omnivora). Pada setiap tahap pemindahan energi, 80%90% energi potensial hilang
sebagai panas, karena itu langkah-langkah dalam rantai makanan terbatas 4-5 langkah
saja. Dengan perkataan lain, semakin pendek rantai makanan semakin besar pula
energi yang tersedia.

Ada dua tipe dasar rantai makanan:
a. Rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Misalnya: tumbuhan-
herbivora-carnivora- omnivora.
b. Rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan mati mikroorganisme
(detrivora = organisme pemakan sisa) predator dan bangkai
(www.wikipedia.org/rantai makanan).
Menurut Aryulina (2004), Komunitas dari suatu ekosistem berinteraksi satu sama
lain dan juga berinteraksi dengan lingkungan abiotik. Interaksi suatu organisme
dengan lingkungannya terjadi untuk kelangsungan hidupnya. Kelangsungan hidup
organisme memerlukan energi. Energi untuk kegiatan hidup di peeroleh dari bahan
organik. Bahan organik dalam komponen biotik awalnya terbentuk dengan bantuan
energi cahaya matahari dan unsur-unsur hara, seperti karbon dan nitrogen. Peristiwa
makan dan di makan antar-organisme dalam suatu ekosistem membentuk struktur
trofik. Struktur trofik terdiri dari tingkat-tingkat trofik. Tingkat trofik pertama adalah
komponen organisme autotrof. Dalam struktur trofik, organisme autotrof di sebut
produsen. Produsen pada ekosistem darat adalah tumbuhan hijau. Tingkat trofik
kedua dari struktur trofik suatu ekosistem di tempati oleh berbagai organisme yang
tidak dapat membuat bahan organik sendiri. Bahan organik di peroleh dengan
memekan organisme atau sisa-sisa organisme lain sehingga organisme heterototrof di
sebut konsumen. Konsumen terdiri dari konsumen primer pada tingkat trofik kedua,
konsumen skunder pada tingkat trofik ke tiga, dan konsumen tersier pada tingkat
trofik ke tiga. Jalur makan dan di makan dari organisme pada suatu tingkat trofik ke
tingkat trofik berikutnya membentuk urutan dan arah tertentu dan di sebut rantai
makanan.

Gambar 12 : Rantai makanan yang terjadi di hutan rawa air tawar GSKBB

2.4.2. Jaring-jaring makanan
DEKOMPOSER
BELALANG
KODOK
ULAR
ELANG
Di dalam suatu ekosistem umumnya tidak hanya terdiri dari satu rantai makanan.
Suatu jenis produsen atau detritus dapat di makan oleh berbagai konsumen primer.
Suatu konsumen primer juga dapat memakan berbagai jenis produsen atau detritus.
Percabangan rantai makanan terdapat pada setiap tingkat trofik. Beberapa konsumen
memangsa organisme pada beberapa tingkat trofik. Misalnya, bangau dapat
memeangsa konsumen primer, tetapi dapat juga memeangsa konsumen tingkat yang
lebih tinggi. Organisme pemakan segala, yaitu memakan produsen dan juga
konsumen dari berbagai tingkat trofik disebut omnivora, misalnya manusia. Dengan
demikian, dalam suatu ekosistem hubungan makan dan dimakan sangat kompleks,
saling berkaitan, dan bercabang sehingga membentuk jaring-jaring makanan.
Hubungan rantai makanan menentukan jalur aliran energi dan daur unsur-unsur kimia
di alam karena pada makanan terkandung energi dan materi (Ayulina, 2004). Senada
dengan hal tersebut Suwoto (2009), Jaring-jaring makanan adalah kumpulan beberapa
rantai makanan yang saling berhubungan.

DEKOMPOSER
FITOPLANKTON
TUMBUHAN
IKAN
KODOK
ELANG
BELALANG
BURUNG KECIL
ULAR
Gambar 13 : Jaring-jaring makanan yang terjadi pada hutan rawa air tawar
Berdasarkan hasil pengamatan, maka di hutan rawa air tawar terdapat pola
jaring-jaring makanan, yang tertera pada gambar di atas. Mereka saling berinteraksi
untuk menjaga keseimbangan lingkungannya.
2.5 Piramida Makanan Pada Ekosistem Hutan Rawa Air Tawar
Pada ekosistem hutan rawa air tawar di cagar bisofer GSKBB piramida ekologi
telah kita ketahui bersama, bahwa komponen-komponen biotik pada rantai makanan
ekosistem menempati tingkatan trofi tertentu, seperti produsen menempati tingkat
trofi pertama, herbivora menempati tingkat trofi kedua, karnivora menempati tingkat
trofi ketiga, dan seterusnya. Ketika organisme autotrof (produsen) dimakan oleh
herbivora (konsumen I), maka energi yang tersimpan dalam produsen (tumbuhan)
berpindah ke tubuh konsumen I (pemakannya) dan konsumen II akan mendapatkan
energi dari memakan konsumen I, dan seterusnya.

Menurut Kistinnah (2009) Ada 3 macam-macam piramida ekologi adalah sebagai
berikut:

Gambar 14 : Piramida ekologi
1) Piramida jumlah
Menurut Kistinnah (2009), Piramida yang menggambarkan terjadinya
penurunan jumlah individu organisme pada tiap tingkatan trofik. Pada ekosistem
hutan rawa air tawar di langgam ini terdapatnya piramida yang menggambarkan
terjadinya penurunan / peningkatan biomassa organisme pada tingkat trofik,
karena semakin kebawah makin besar dan ke atas semakin kecil, ini di sebabkan
pada tingkat produsen yaitu tumbuh-tumbuhan gambaran metabolismenya cepat,
sedangkan pada tingkat karnivora besar seperti elang yang ada di hutan ini
merupakan rantai makanan tertinggi. Tetapi semakin kebawah tingkat
metabolismenya tidak efesien memanfaatkan energi.

Gambar 15 : Piramida jumlah pada ekosistem hutan rawa air tawar

2) Piramida Biomassa
Menurut Kistinnah (2009), Piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan
atau peningkatan biomassa organisme pada tiap tingkatan trofik. Piramida berat
(biomassa) merupakan taksiran berat organisme yang mewakili setiap taraf trofi
dengan cara tiap-tiap individu ditimbang dan dicatat jumlahnya dalam suatu
ekosistem. Misalnya biomassa tumbuhan di ukur berat akar, batang, dan daun yang
menempati areal tertentu. Piramida biomasa dibuat berdasarkan berat total
populasinya pada suatu waktu. Satuan yang dipakai adalah berat total organisme
dalam satuan berat (gr/kg) per satuan luas tertentu (m atau hektar) yang biasanya
diukur dalam berat kering. Penggunaan piramida ini tidak memuaskan karena bentuk
yang berubah-ubah. Hal ini tergantung pada iklim dan dalam transfer energi sebagian
akan hilang, yaitu digunakan untuk respirasi atau sebagai panas yang masuk ke
biosfer.

Produsen
Herbivora
Karnivora
Kecil
Karnivora
Besar
Piramida Biomassa
Ekosistem Darat
Ga
mbar 16 : Piramida biomassa pada ekosistem hutan rawa air tawar

3) Piramida energi
Menurut Anshori (2009), Dasar penentuan piramida energi adalah dengan cara
menghitung jumlah energi tiap satuan luas yang masuk ke tingkat trofik dalam waktu
tertentu, (misalnya per jam, per hari, per tahun). Piramida energi dapat memberikan
gambaran lebih akurat tentang kecepatan aliran energi dalam ekosistem atau
produktivitas pada tingkat trofik. Kandungan energi tiap trofik sangat ditentukan oleh
tingkat trofiknya sehingga bentuk grafiknya sesuai dengan piramid ekologi yang
sesungguhnya di lingkungan. Energi yang mampu disimpan oleh individu tiap trofik
dinyatakan dalam k kal/m2/hari.
Produsen
Herbivora
Karnivora
Kecil
Karnivora
Besar
Piramida Energi

Gambar 17 :Piramida energi pada ekosistem hutan rawa air tawar

Pada piramida ini juga menggambarkan terjadinya penurunan energi pada tiap
tingkatan trofik, di mana setiap ada pengubahan energi akan menimbulkan hilangnya
energi yang di pakai.

2.6. Aliran Energi & Siklus Materi
2.6.1 Aliran Energi
Menurut Jumin ( 2002), Energi merupakan faktor utama yang mengendalikan
ekosistem. Sedangkan interaksi antara berbagai spesies dalam ekosistem itu hanya
merukan faktor ikutan. Pada hakikatnya hampir semua ekosistem dibumi dibatasi
oleh energi matahari yang tersedia. Tetapi batas toleransi berbagai spesies terhadap
faktor abiotik, misalnya suhu, cahaya, unsur hara, juga mebatasi besarnya populasi
dalam ekosistem. Tetapi peranan faktor toleransi terhadap faktor fisik lebih kecil
peranannya bila dibandingkan dengan faktor energi. Energi diartikan sebagai
kemampuan untuk melakukan usaha. Energi yang ditransfer dari satu organisme ke
organisme lainnya adalah konstan, selama zat pembawa energi itu tetap jumlahnya.
Perilaku energi dialam mengikuti hukum termodinamika.

Hukum termodinamika pertama berbunyi; energi dapat diubah dari satu bentuk
ke bentuk lain. Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimunahkan. Sebagi
contoh energi radiasi matahari dapat diubah oleh tanaman menjadi energi kimia yang
tersimpan dalam karbohidrat. Apabila karbohidrat itu dioksidasi, energi tadi akan
menjelma kembali dalam wujud lain, misalnya menjadi enrgi panas. Hukum
termodinamika pertam sering juga disebut dengan hukum konservasi energi
(consevation of energy). Organisme berfungsi sebagai pengalir energi, dari satu
organisme ke organisme lainnya tanpa mengurangi kuantitasnya selagi jumlah zat
yang mengandung energi itu tetap.
Hukum termodinamika kedua berbunyi; energi dapat menjadi spontan selama ada
penurunan derajat (degradasi) dari sumber konsentrasi tinggi secara menyebar untuk
mencapai perataan. Hukim termodinamika kedua dapat diterangkan dengan panas
yang makin lama panasnya menurunkarena aliran (konveksi) untuk perataan. Contoh
yang lainnya adalah radiasi matahari yang dipancarkan ke bumi. Energi radiasi
matahari itu tidak pernah kembali ke matahari. Namun energi itu tidak akan pernah
habis selagi bahan dasar dan proses penciptaan energi di matahari itu belum habis.
Menurut Kistinnah (2009), Secara langsung maupun tidak langsung, sumber
energi setiap ekosistem berasal dari sinar matahari yang diubah oleh tumbuhan hijau
(autotrof) menjadi energi kimia dalam bentuk zat-zat organik (makanan) melalui
proses fotosintesis.
Menurut Shifadini (2010), semua organisme memerlukan energi untuk aktivitas
hidupnya. Sebagian besar produsen primer (tumbuhan berklorofil) menggunakan
energi cahaya untuk berfotosintesis yang dapat mensintesis molekul organic yang
kaya energi, yang selanjutnya dapat dirombak untuk membuat ATP. Konsumen
mendapatkan bahan bakar organiknya melalui jaring-jaring makanan.





Gambar 18 : Aliran energi dalam ekosistem rawa air tawar

Menurut Shifadini(2010), Tumbuhan dimakan oleh herbivora, dengan demikian
energi makanan dari tumbuhan mengalir masuk ke tubuh herbivora. Herbivora
dimakan oleh karnivora, sehingga energi makanan dari herbivora masuk ke tubuh
karnivora. Dengan demikian, keadaan aktivitas fotosinteti menentukan batas
pengeluaran bagi pengaturan energi keseluruhan ekosistem. Aliran energi dapat
digambarkan pada bagan berikut ini :

1) Aliran Materi Dalam Ekosistem
Pada perputaran materi yang terjadi diantara komponen ekosistem, materi yang
menyusun tubuh organisme berasal dari bumi yang berupa unsur unsur terdapat
dalam senyawa kimia yang dipelajari antara lain: siklus oksigen, siklus karbon, siklus
nitrogen, dan siklus sulfur. Secara struktural setiap siklus materi mengalami
pertukaran unsur kimia. Siklus materi yang satu dengan yang lain dapat saling terkait
atau saling mempengaruhi. Aktivitas manusia juga dapat mempengaruhi siklus
materi. Sebagai contohnya adalah kegiatan pabrik dan mesin-mesin kendaraan
bermotor dapat meningkatkan kandungan senyawa-senyawa oksidasi belerang, oksida
nitrogen, dan gas CFC di udara. Jadi, hubungan yang paling erat adalah setiap materi
di bumi pasti memiliki suatu energi dalam bentuk diam ataupun bergerak (Shifadin,
2010).

2.6.2 Siklus Materi
Menurut Kistinnah (2009), Daur materi merupakan suatu siklus, artinya jika
suatu organisme mati, tidak berarti aliran materinya terhenti. Aliran itu melibatkan
unsur senyawa kimia yang mengalami perpindahan lewat organisme (biotik) dan
beredar kembali ke lingkungan fisik (abiotik) yang disebut daur biogeokimia.
1. Siklus nitrogen
Gas nitrogen banyak terdapat di atmosfer, yaitu 80% dari udara. Nitrogen bebas
dapat ditambat/difiksasi terutama oleh tumbuhan yang berbintil akar (misalnya jenis
polongan) dan beberapa jenis ganggang. Nitrogen bebas juga dapat bereaksi dengan
hidrogen atau oksigen dengan bantuan kilat/ petir. Tumbuhan memperoleh nitrogen
dari dalam tanah berupa amonia (NH3), ion nitrit (N02- ), dan ion nitrat (N03- ).
Beberapa bakteri yang dapat menambat nitrogen terdapat pada akar Legum dan akar
tumbuhan lain, misalnya Marsiella crenata. Selain itu, terdapat bakteri dalam tanah
yang dapat mengikat nitrogen secara langsung, yakni Azotobacter sp. yang bersifat
aerob dan Clostridium sp. yang bersifat anaerob. Nostoc sp. dan Anabaena sp.
(ganggang biru) juga mampu menambat nitrogen. Nitrogen yang diikat biasanya
dalam bentuk amonia. Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati
oleh bakteri. Amonia ini akan dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan
Nitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan.
Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan
amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke udara. Dengan cara ini siklus
nitrogen akan berulang dalam ekosistem.



Gambar 19 : Siklus nitrogen
2. Siklus karbon
Sumber karbon bagi kebutuhan makhluk hidup terdapat dalam bentuk karbon
dioksida(CO2) yang berasal dari atmosfer maupun yang terlarut di dalam air. Karbon
dibutuhkan tumbuhan hijau (produsen) dalam proses fotosintesis untuk pembentukan
karbohidrat, protein, dan lemak. Adapun manusia dan hewan (konsumen)
memperoleh karbon dalam bentuk senyawa karbohidrat, protein, dan lemak yang
terdapat dalam tumbuhan hijau. Pelepasan karbon ke atmosfer terjadi pada
pernapasan (respirasi) makhluk hidup seperti tumbuhan, hewan, dan manusia. Selain
itu, pelepasan karbon juga terjadi pada proses pembusukan sisa tumbuhan atau hewan
yang telah mati oleh mikroorganisme dan pembakaran karbon organik seperti
pembakaran minyak bumi dan batu bara (Zaif, 2010).





Gambar 20 : Siklus karbon

3. Siklus posfor
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada
tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah).
Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer
(pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah atau
air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak
terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan membentuk
fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan
diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus menerus (Zaif, 2010).



Gambar 21 : Siklus fosfor

4. Siklus air
Jika hujan turun, tidak semua air hujan itu dimanfaatkan oleh makhluk hidup
karena sebagian airnya menguap dengan cepat ke atmosfer dan hanya sebagian yang
dimanfaatkan oleh makhluk hidup seperti tumbuhan, hewan, dan manusia kemudian
dilepaskan lagi ke atmosfer melalui pernapasan, keringat, dan urin. Selebihnya, air
meresap ke bawah menuju lapisan air di dalam tanah serta yang di permukaan tanah
mengalir ke danau, sungai, dan pada akhirnya menuju ke laut lalu menguap ke
atmosfer. Perputaran air dari atmosfer berupa air hujan turun ke bumi kemudian
kembali lagi ke atmosfer merupakan daur air (Zaif, 2010).






Gambar 22 : Siklus air

2.7 Interaksi Pada Tumbuhan Pada Ekosistem Hutan Rawa Air Tawar
Menurut Maryati (2010),hubungan interaksi yang terjadi antara komponen
biotik dengan komponen abiotic, misalnya pohon mangga yang membutuhkan sinar
matahari untuk berfotosintesis, dan tanah untuk hidup. Bagi tumbuhan di perlukan
untuk pertumbuhan,perkecambahan,dan penyebaran biji.
Didalam kehidupan ekosistem hutan terdapat saling keterkaitan antara satu
spesies tumbuhan dengan spesies tumbuhan lainnya. Misalnya dalam hal naungan,
air, hara, mineral, dan relung, sehingga keterkaitan atau hubungan antara satu
tumbuhan dengan tumbuhan yang lainnya dapat saling menguntungkan,juga dapat
saling merugikan atau saling mematikan. Menurut Indriyanto dalam Elfis (2006),
contoh bentuk hubungan (persekutuan hidup) tertumbuhan antara lain sebagai
berikut:
1. Epifit, Epifit merupakan semua tumbuhan yang menempel dan tumbuh pada
tumbuhan lain untuk mendapatkan sinar matahari dan air. Ipifit tidak bergantung
pada bahan makanan yang berasal dari tumbuhan yang di tempeli, karena
tumbuhan epifit tersebut mendapatkan unsur hara dari mineral-mineral yang
terbawa oleh udara,air hujan, atau aliran batang, dan cabang tumbuhan lain.
2. Tumbuhan Parasit, Tumbuhan parasit adalah tumbuhan yang hidup menempel
pada tumbuhan lain dan mengambil makanan dari tumbuhan inang.
3. Mikoriza, Mikoriza merupakan bentuk hubungan simbiosis mutualisme antara
cendawan (mycos) dan perakaran (rhizos) tumbuhan. Berdasarkan cara
menginfeksi ada akar tumbuhan inang, mikoriza dikelompokan kedalam tiga
golongan, yaitu ektomikoriza, endomikoriza, ektendomikoriza. Misalnya
mikoriza tersebut banyak dijumpai bersimbiosis dengan pohon-pohon hutan.
4. Nodul akar, Nodul akar atau bintil-bintil akar adalah bentuk simbiosis
mutualisme antara bakteri Rhizobium spp. Dengan akar tumbuhan (Killham
dalam Elfis,2006). Simbiosis tersebut terjadi pada tumbuhan anggota family
Leguminoseae, akan tetapi ada juga beberapa spesies pohon yang lainnya yang
memiiki nodul akar, yaitu Podokarpus spp.,Myrica spp.,dll
5. Tumbuhan Pencekik, Tumbuhan pencekik (strangler) adalah spesies tumbuhan
yang pada awalnya hidup sebagai epifit pada suatu pohon, setelah akar-akarnya
mencapai tanahdaan dapaat hidup sendiri lalu mencekik, bahkan dapat
membuhuh pohan tempat bertumpu (Kormondy dalam Elfis,2006).
6. Liana, Liana merupakan spesies tumbuhan merambat. Tumbuhan ini memiliki
batang yang tidak memiliki batang yang tidak beraturan dan lemah, sehingga
tidak mampu mendukung tajuknya. Menurut Soerianegara dan Indrawan dalam
Elfis,(2006)adanya liana dihutan merupakan salah satu ciri khas hutan hujan
tropis, terutama spesies liana berkayu. Liana berkayu di hutan-hutan merupakan
bagian vegetasi yang membentuk lapisan tajuk hutan dan mampu mendesak
tajuk-tajuk pohon tempat bertumpu.
Interaksi antar dalam komponen biotik dapat terjadi pada tingkat individu atau
spesies,populasi,dan komunitas. Interaksi tersebut dapat berupa kompetisi,predasi,dan
simbiosis (Sitinurulizzah,2009).

1. Kompetisi, Kompetisi adalah bentuk hubungan atara spesies yang satu dengan
yang lain jika terjadi persaingan di antara mereka. Persaingan dapat terjadi
karena factor makanan,habitat,atau pasangan hidup. Contoh kompetisi yang
terjadi dalam ekosistem pegunungan tinggi, terjadi pada pada tumbuhan
bambu (Bamboosa spp)
2. Simbiosis, Menurut Auvicena (2009), simbiosis adalah hubungan erat
hubungan antara dua organisme dan spesies yang berbeda yang hidup bersama
disuatu dearah. Simbiosis dapat digolongkan menjadi tiga yaitu sebagai
berikut:
a. Simbiosis Mutualisme, Jika kedua organisme mendapatkan keuntungan dari
hubungan tersebut. Contoh, simbiosis antara kumbang dengan tanaman
berbunga. Kumbang mendapatkan makanan berupa nectar, sebaliknya lebah
membantu penyerbukan .
b. Simbiosis komensalisme, Jika salah satu organisme mendapatkan keuntungan,
sedangkan organisme lain tidak dirugikan. Contoh, simbiosis antara tanaman
epifit dengan tumbuhan bertajuk tinggi.Tumbuhan menyediakan media tumbuh
atau tempat menempel bagi tanaman epifit.
c. Simbiosis parasitisme, Jika salah saatu organisme mendapat keuntungan,
sedangkan organisme lain di rugikan. Organisme yang mendapat keuntungan
dinamakan parasite, sedangkan yang mendapat kerugian dinamakna inang atau
hospos.Organisme parasit mendapat keuntungan karena mendapat zat-zat
makanan dari tubuh inang.






2.7.1 Pola Interaksi Ekosistem Hutan Rawa Air Tawar
Suatu ekosistem akan terjadi interaksi antara komponen biotik dan abiotik.
Hubungan antara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran
energy pad sistem tersebut. Dari pola interaksi yang dibangun oleh komponen-
komponen yang ada di dalamnya. Komponen tersebut, baik itu abiotik dan biotik,
saling terkait satu sama lainnya. Masing-masing komponen tak bisa berdiri secara
sendiri-sendiri sehingga pada akhirnya membentuk sebuah kesatuan harmoni.
Interaksi dalam ekosistem ini pada akhirnya akan melibatkan beberapa pola yakni
interaksi antar-individu atau antar-organisme, interaksi antar-populasi serta interaksi
antar-komunitas. Interaksi yang seimbang dan selaras akan berujung pada
keseimbangan ekosistem yang menghasilkan harmoni.

2.7.1.1 Interaksi Antar Organisme
Menurut Dwidjoseputro (1990), Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada
makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu
lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-
individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita.
Hubungan antarspesies yaitu hubungan antar dua organisme yang berbeda
spesies.Antara dua organism berbeda jenis tidak akan terjadi hubungan apa-apa bila
keduanya hidup terpisah. Tetapi kalau keduanya hidup di suatu tempat yang sama ,
bisa terjadi hubungan yang berbeda-beda sifatnya.
Selanjutnya Dwidjoseputro (1990), interaksi antar organisme dalam komunitas
ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat
dikategorikan sebagai berikut:
1. Netral, adalah hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam
habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan
kedua belah pihak, disebut netral. Hubungan tidak saling menggangu
antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan
ataupun merugikan kedua belah pihak. Contoh: antara capung dengan rumput.
2. Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan
ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya,
predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Adalah suatu
hubungan dimana makhluk hidup yang satu memangsa makhluk hidup
lainnya. Contoh hubungan ini adalah buaya memangsa ikan ikan atau
burung elang yang memangsa ular dan masih banyak lagi lainnya.
3. Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bila salah
satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari
hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya. Hubungan ini
melibatkan dua mahluk hidup berbeda jenis dimana tercipta hubungan yang
menguntungkan dan merugikan. Mahluk hidup yang dirugikan disebut inang
dan yang mendapat keuntungan disebut dengan parasit. Contoh hubungan ini
adalah ulat dengan tanaman .
4. Komensalisme adalah merupakan hubungan antara dua organisme yang
berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber
makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan.
Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.
Di ekosistem hutan rawa air tawar ini terdapat sejenis interaksi antara pohon
yang di tempeli oleh tumbuhan anggrek hutan ini dapat terlihat dengan jelas,
beberapa pohon terlihatlah terjadi hubungan komensalisme, dan pohon-pohon
yang di tempeli oleh tumbuhan anggrek ini rata-rata berukuran besar dan
tinggi, ketika percabangan yang terlihat adalah percabangan yang sedikit
tetapi daunnya banyak. Ini di sebabkan karena kompetisi perebutan cahaya
matahari. Pada hutan rawa air tawar ini juga ada interaksi antara tumbuhan
liken dengan pohon-pohon yang ada pada hutan rawa air tawar ini.
5. Simbiosis mutualisme.
Hubungan ini adalah jenis hubungan dimana dua makhluk hidup yang berbeda
tersebut saling diuntungkan. Contoh simbiosis mutualisme adalah hubungan
di antara bunga dan lebah, burung jalak dan juga badak dan masih banyak lagi
lainnya.Hubungan antara bunga malaleuca dan lebah misalnya, keduanya
mendapatkan keuntungan dimana lebah mendapatkan madu bunga sekaligus
membantu bunga dalam melakukan penyerbukan Contoh: burung gereja yang
memakan biji dari pohon trembusu

Hubungan yang satu ini melibatkan dua mahluk hidup yang berbeda dimana
yang satu diuntungkan dan yang lainnya tidak dirugikan. Contoh hubungan ini adalah
tanaman anggrek dan pohon tempat ia hidup, ikan hiu dengan ikan remora dan masih
banyak lagi lainnya. Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang
berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri
Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan.














2.7.1.2 Interaksi Antar Populasi
Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara
langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya (Elfis,2006).Contoh interaksi antar
populasi adalah sebagai berikut :
1. Alelopati merupakan interaksi antar populasi, bila populasi yang satu
menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain.Contoh:
Pohon walnut yang jarang ditumbuhi tanaman lainnya di sekitar ia tumbuh
sebab ia menghasilkan zat yang bersifat racun atau toksik. Pola hubungan ini
disebut juga dengan nama anabiosa.
2. Kompetisi merupakan interaksi antar populasi, bila antar populasi terdapat
kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa
yang diperlukan. Contoh persaingan antara buaya , ular rawa dan burung
pemangsa ikan dalam mendapatkan ikan pada perairan rawa air tawar.

Menurut Kistinnah (2009), Populasi adalah sekelompok individu spesies yang
sama yang menempati suatu ruang, dan secara kolektif mempunyai sifat yang khas
sebagai suatu kelompok. Sifat kolektif tersebut antara lain adalah kepadatan populasi,
natalitas, mortalitas, dan distribusi umur. Populasi pada umumnya ada dalam
keseimbangan yang dinamis, yang dipengaruhi oleh interaksi berbagai faktor.
Peristiwa terjadinya penyerbukan silang merupakan interaksi antarindividu di dalam
populasi. Interaksi pada tumbuhan terlihat tidak begitu jelas, interaksi akan terlihat
jelas pada hewan atau manusia.
Pada ekosistem hutan rawa air tawar yang berada di Langgam, terdapat berbagai
jenis tumbuhan yang mendomisili daerah ini, umumnya pohonnya sangat berukuran
tinggi dan besar, tumbuhan sejenis palem, dan juga terdapat jenis paku-pakuan
sehingga menandakan daerah ini bersifat masam, terdapatnya tumbuhan paku-pakuan
ini di sebabkan oleh pecahnya kotak spora tumbuhan paku lainnya yang
penyebarannya di bantu oleh ait atau angin, jika di bantu oleh air maka air tadi akan
membawa spora-spora yang akan menempel pada tempat-tempat yang di lalui air.
Itulah sebabnya tumbuhan paku banyak terdapat pada daerah yang bersifat asam,
seperti pada ekosistem hutan rawa air tawar ini. Selain tumbuhan rotan maupun
meranti maka terdapat tumbuhan asam yang banyak batangnya tidak terlalu panjang
tetapi daunnya lebat, tumbuhan liana ini menjalar-jalar pada salah satu tumbuhan
rotan.disini dapat terjadi interaksi antarpopulasi untuk kelangsungan hidupnya.

2.7.1.3 Interaksi Antar Komunitas
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda disutu daerah yang sama
dan saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas hutan dan rawa air
tawar. Komunitas hutan disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya :
beruang, babi, burung, ular, dan gulma. Komunitas rawa air tawar terdiri dari ikan,
udang, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas
hutan dan rawa air tawar terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air
sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas
tersebut.Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan
organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita
amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda
misalnya laut dan darat.
Contoh interaksi yang dapat kami amati pada ekosistem hutan rawa air tawar
pada daerah Giam Siak Kecil yaitu populasi kayu gelam dengan pandan, kayu gelam
dengan alang alang, dll. Interaksi yang ditunjukkan adalah kompetisi dalam
memperoleh energi. Selain itu terjadi juga interaksi makan dan dimakan, antara
burung dan ikan, buaya dan ikan , dll
Menurut shifadini (2010), Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di
suatu daerah yang sama dan saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya
komunitas sawah dan sungai. Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam
organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma. Komunitas sungai
terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara
komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air
sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut.
Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme,
tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati,
misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda
misalnya laut dan darat. Komunitas biotik berperan sangat penting dalam
keseimbangan ekosistem. Komunitas adalah beberapa populasi yang hidup pada suatu
habitat fisik tertentu, yang merupakan suatu unit organisasi dengan karakteristik
tertentu sebagai tambahan dari komponen karakteristik populasi penyusunnya, dan
berfungsi sebagai suatu unit melalui berbagai transformasi metabolik. Ukuran dan
komposisi spesies pada komunitas adalah berbeda-beda, namun dapat dikelompokkan
sesuai dengan tingkatan tropiknya, yaitu produsen, konsumen, dan dekomposer.
Karakter umum dari suatu komunitas biasanya ditentukan oleh spesies yang dominan
pada komunitas tersebut. Keanekaragaman spesies merupakan faktor penting dari
suatu komunitas selain dominansi. Keanekaragaman komunitas ditentukan pula oleh
pola komunitas yang merupakan pola penyebaran atau stratifikasi dari spesies yang
hidup pada komunitas tersebut.
Selanjutnya menurut Kistinnah (2009), Interaksi antarindividu dalam komunitas
dapat terjadi antarindividu sesama jenis dalam populasi. Pada saat tanaman kelapa
berbunga, datang sepasang kupu-kupu mengisap madu sebagai makanannya, di kebun
itu juga ada seekor burung kutilang yang sedang membuat sarang di atas pohon, serta
seekor burung elang bertengger di pelepah pohon kelapa sedang mengawasi tikus-
tikus di sawah sebagai makanannya, karena burung elang sebagai predator juga dapat
memakan burung kutilang ataupun kupu-kupu di kebun itu. Dengan demikian, dapat
dikatakan, setiap jenis makhluk hidup mempunyai fungsi masing-masing di dalam
ekosistem, yaitu makhluk hidup sebagai produsen, konsumen, pengurai (perombak),
dan detritivor.
1. Produsen
Di dalam ekosistem ada makhluk hidup yang dapat membuat/mencukupi
kebutuhan dirinya sendiri yang disebut produsen primer (autotrof). Jenis makhluk
hidup autotrof ada dua macam, yaitu makhluk hidup mensintesis makanannya dari
molekul anorganik dengan bantuan energi sinar matahari yang disebut fototrofik.
Contohnya, semua tumbuhan hijau, alga, dan bakteri belerang. Ada pada makhluk
hidup yang mensintesis makanannya dari molekul anorganik dengan energi kimia
yang disebut kemotrofik, contohnya bakteri pendaur nitrogen (Nitrosomonas).
Produsen primer ekosistem darat terdapat pada golongan tumbuhan tingkat tinggi,
yaitu dari golongan Angiospermae dan Gymnospermae yang membentuk hutan atau
padang rumput, sedangkan pada ekosistem air terdapat golongan tumbuhan tingkat
rendah, yaitu alga.
2. Konsumen
Konsumen di dalam ekosistem adalah semua makhluk hidup yang tidak dapat
membuat makanannya sendiri yang disebut heterotrof, sehingga makhluk hidup
tersebut hanya dapat menelan atau mencerna sebagian, bahkan keseluruhan makhluk
hidup lain sebagai bahan makanan organik. Ada beberapa tingkatan untuk makhluk
hidup heterotrof, yaitu sebagai berikut:
a. Konsumen tingkat pertama (primer). Organisme ini akan memakan organisme
produsen (tumbuh-tumbuhan) sebagai makanannya yang disebut herbivora.
b. Konsumen tingkat kedua disebut karnivora sekunder yang merupakan
organisme pemakan produsen dan pemakan konsumen. Contohnya, kucing
makan nasi kemudian makan tikus.
c. Konsumen tingkat ketiga disebut karnivora atau sebagai predator karena
organisme itu makan mangsanya dengan cara berburu, menangkap,
membunuh, dan memakannya seperti harimau memburu dan menangkap rusa
kemudian menerkam (membunuh) dan memakannya.
Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, ekosistem hutan rawa air tawar
Langgam dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin
terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila
keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika
perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru.


2.8 Perubahan ekosistem hutan rawa air tawar jika terjadi gangguan
Dalam kondisi alami, lingkungan dengan segala keragaman interaksi yang ada
mampu untuk menyeimbangkan keadaannya. Namun tidak tertutup kemungkinan,
kondisi demikian dapat berubah oleh campur tangan manusia dengan segala aktivitas
pemenuhan kebutuhan yang terkadang melampaui batas.
Keseimbangan lingkungan secara alami dapat berlangsung karena beberapa
hal, yaitu komponen-komponen yang ada terlibat dalam aksi-reaksi dan berperan
sesuai kondisi keseimbangan, pemindahan energi (arus energi), dan siklus
biogeokimia dapat berlangsung. Keseimbangan lingkungan dapat terganggu bila
terjadi perubahan berupa pengurangan fungsi dari komponen atau hilangnya sebagian
komponen yang dapat menyebabkan putusnya mata rantai dalam ekosistem. Salah
satu faktor penyebab gangguan adalah polusi di samping faktor-faktor yang lain.
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga
kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
2.8.1 Perubahan Lingkungan karena aktifitas manusia dan faktor alam
Pembalakan Liar
Pembalakan liar atau penebangan liar adalah kegiatan penebangan,
pengangkutan dan penjualan kayu yang tidak sah atau tidak memiliki izin dari
otoritas setempat. Penebangan pohonpohon di hutan tanpa perhitungan akan
menimbulkan berbagai akibat yang saling berkaitan, antara faktor biotik dan faktor
abiotik. Hilangnya pohon akan menyebabkan tanah menjadi terbuka dan terkena
cahaya matahari secara langsung.
Perubahan Lingkungan akibat faktor alami disebabkan oleh bencana alam.
Bencana alam seperti banjir, kebakaran hutan di musim kemarau menyebabkan
kerusakan dan matinya organisme di hutan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai