PENDAHULUAN Batu ginjal tidak selalu sama jenisnya, begitu pula dengan penyebab, pengobatan, dan pencegahannya. Disini akan dibahas mengenai pendekatan diagnostik dan mekanisme patofisiologi untuk nefrolitiasis sehingga memberikan dasar pemikiran untuk melakukan pencegahan. Nefrolitiasis adalah kasus yang sering dijumpai dengan prevalensi 10% pada pria dan % pada !anita. Dari penelitian didapatkan bah!a prevalensi penyakit ini semakin meningkat di "merika #erikat, dimana survei pada tahun 1$%%&1$$' menunjukkan bah!a orang de!asa yang berusia (0&)' tahun memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan survei pada tahun 1$)*&1$%0 +,(% vs ,,(%-. .eningkatan terjadi pada orang kulit putih tetapi tidak pada ras "frika maupun /eksiko di "merika, lebih tinggi pada pria dibandingkan !anita, dan meningkat seiring dengan pertambahan usia. GEJALA KLINIS: KOLIK BERAT 0ebanyakan pasien mengalami kolik sedang sampai berat, yang disebabkan oleh batu yang memasuki ureter. Batu pada ureter proksimal menyebabkan nyeri pada daerah pinggang atau abdomen anterior bagian atas. #aat batu mencapai sepertiga distal ureter, nyeri dirasakan pada daerah testis ipsilateral atau labia. Batu pada daerah perbatasan ureter dan vesika urinaria sering menyebabkan disuria dan diduga sebagai infeksi traktus urinarius bagian ba!ah. .ada pasien juga dapat ditemukan obstruksi ureter, infeksi traktus urinarius yang persisten, ataupun hematuria tanpa nyeri. .ada pasien yang menunjukkan gejala penyakit batu, tidak adanya hematuria tidak menyingkirkan diagnosis urolitiasis. 1al ini dikuatkan dengan adanya penelitian yang dilakukan terhadap ,$) pasien dengan urolitiasis simptomatik akut, dimana $% diantaranya tidak mengalami hematuria. Diagnosis banding pada pasien dengan gejala kolik ginjal meliputi2 Nyeri tulang dan otot 1erpes 3oster Divertikulitis 4lkus duodenum 0olesistitis .yelonefritis 5nfark ginjal .erdarahan ginjal 0elainan ginekologi 6bstruksi ureter dari nekrosis papil ginjal, gumpalan darah, atau striktur ureter TEKNIK PENCITRAAN UTAMA: CT HELIKAL TANPA KONTRAS Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan computed tomography +78-, ultrasonografi ginjal, maupun intravenous pyelography +59.-. CT helikal ta!a k"t#a$ adalah teknik pencitraan yang dianjurkan pada pasien yang diduga menderita nefrolitiasis. 8eknik tersebut memiliki beberapa keuntungan dibandingkan teknik pencitraan lainnya, antara lain2 tidak memerlukan material radiokontras: dapat memperlihatkan bagian distal ureter: dapat mendeteksi batu radiolusen +seperti batu asam urat-, batu radio&opa;ue, dan batu kecil sebesar 1&( mm: dan dapat mendeteksi hidronefrosis dan kelainan ginjal dan intra&abdomen selain batu yang dapat menyebabkan timbulnya gejala pada pasien. .ada penelitian yang dilakukan terhadap 100 pasien yang datang ke 4<D dengan nyeri pinggang, 78 helikal memiliki sensitivitas $%%, spesifisitas 100%, dan nilai prediktif negatif $)% untuk diagnosis batu ureter. Ult#a$""%#a&i memiliki kelebihan karena tidak menggunakan radiasi, tetapi teknik ini kurang sensitif dalam mendeteksi batu dan hanya bisa memperlihatkan ginjal dan ureter proksimal. .enelitian retrospektif pada 1(, pasien menunjukkan bah!a, dibandingkan dengan 78 1elikal sebagai gold standard, ultrasonografi memiliki sensitivitas ('% dan spesifisitas $0%. Batu dengan diameter lebih kecil dari , mm juga sering terle!atkan dengan ultrasonografi. Ra'i"%#a&i K"(e$i"al +kidney-ureter-bladder view- tidak cukup untuk menegakkan diagnosis karena tidak memperlihatkan batu pada ginjal atau ureter +!alaupun batu radio&opa;ue kecil- dan tidak memberikan informasi mengenai kemungkinan adanya obstruksi. Intravenous pyelography )I*P+ memiliki sedikit keuntungan pada nefrolitiasis, meningkatkan risiko pasien terhadap infusi radiokontras dan gagal ginjal akut akibat kontras, dan memberikan hanya sedikit informasi dibandingkan 78 helikal tanpa kontras. PENATALAKSANAAN MEDIS PADA PENYAKIT BATU AKUT 0ebanyakan batu berukuran lebih kecil dari mm dan dapat le!at tanpa intervensi seperti litotripsi, ureteroskopi, atau nefrolitotomi perkutan. .ada kasus dimana ukurannya mencapai 1 cm, batu sebaiknya dibiarkan le!at secara spontan apabila letaknya di ureter distal. .enatalaksanaan nyeri adalah yang terpenting pada pasien dengan batu ginjal. #ebuah penelitian menduga bah!a N#"5D parenteral sama efektifnya dengan narkotika untuk mengontrol nyeri pada kolik ginjal. Diklofenak +9oltaren- telah digunakan dalam beberapa penelitian. 4ntuk mempercepat keluarnya batu, beberapa menyarankan memicu aliran urin yang tinggi dengan pemberian cairan per oral, paling sedikit (&, = per (' jam untuk memastikan output urin paling sedikit ( = per hari. 6bat&obatn juga dapat membantu pengeluaran batu. .enelitian yang dilakukan terhadap (10 pasien dengan batu ureter rata&rata berdiameter * mm menunjukkan bah!a tamsulosin +>loma?- meningkatkan kecenderungan batu dapat le!at secara spontan. .ada meta&analisis terhadap *$, pasien didapatkan bah!a alpha-blocker dan calcium channel blocker juga efektif dalam pengeluaran batu dibandingkan dengan tidak diberikan obat. .enelitian yang dilakukan oleh Borghi dkk terhadap %* pasien dengan batu ureter unilateral malaporkan bah!a pemberian metilprednisolon +/edrol- 1* mg@ hari ditambah nifedipin +.rocardia- meningkatkan kecenderungan le!atnya batu dibandingkan dengan mereka yang diberikan metilprednisolon saja. MENCEGAH BATU REKUREN: PRINSIP DAN SPESIFIKASI .enyakit batu kambuh lagi pada ,0&0% pasien dalam tahun. Dalam mencegah batu rekuren, beberapa prinsip berlaku untuk semua pasien dan beberapa spesifik terhadap jenis batu yang diderita oleh pasien. Bat, Te#-et,k Bila U#i Me%ala.i S,!e#$at,#a$i Nefrolitiasis terjadi apabila konsentrasi garam yang membentuk batu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau asam urat tinggi. "pabila konsentrasi cukup tinggi sehingga terjadi pembentukan kristal, maka urin dikatakan mengalami supersaturasi. Beberapa faktor menjadi penentu utama supersaturasi urin oleh garam yang berbeda2 0alsium oksalat 2 volum urin rendah dan konsentrasi kalsium dan oksalat tinggi 0alsium fosfat 2 konsentrasi kalsium urin tinggi dan urin bersifat basa "sam urat 2 urin bersifat asam 7ystine 2 konsentrasi cystine urin tinggi dan urin bersifat asam Mei%katka Itake Cai#a Ha#ia 0onsentrasi garam yang membentuk batu dalam urin sangat dipengaruhi oleh volum urin harian, sehingga meningkatkan intake cairan harian penting dalam mencegah penyakit batu rekuren. #ebuah penelitian dilakukan terhadap 1$$ pasien dengan batu kalsium yang diderita pertama kali, dimana sebagian diberikan intake cairan oral yang tinggi setiap hari, dan sisanya tidak diberikan intervensi apapun. =ima tahun kemudian, 1( +1(%- dari $$ pasien yang diberikan intake cairan oral yang tinggi menderita batu untuk kedua kali, dibandingkan dengan () +()%- pada kelompok tanpa intervensi +. A 0,00%-. #elain itu, volum urin (' jam secara signifikan lebih rendah pada pasien dengan batu dibandingkan dengan kontrol yang normal, menunjukkan bah!a kebiasaan intake cairan harian yang rendah merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit batu kalsium. MENCEGAH BATU KALSIUM #ebagian besar batu tersusun atas kalsium oksalat atau kalsium fosfat. .enyakit batu kalsium paling sering terjadi pada usia ,0&0 tahun. Di dalam urin terdapat inhibitor alami yang menghambat pembentukan kristal kalsium, yang meliputi sitrat, nefrokalsin, uropontin, dan magnesium. Diantaranya, hanya kadar sitrat dan magnesium yang diukur secara rutin: kadar sitrat yang rendah merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit batu kalsium. /aka dari itu, risiko terjadinya nefrolitiasis kalsium merupakan hasil interaksi antara keadaan urin yang mengalami supersaturasi dan kadar inhibitor dalam urin. Hi!e#kal$i,#ia 'a Bat, Kal$i,. Ok$alat 8erbentuknya batu kalsium oksalat dia!ali dengan pembentukan kristal pada permukaan papil ginjal di atas kumpulan partikel kalsium fosfat suburotel yang dinamakan Randall plaque. >aktor yang memicu terbentuknya kalsium oksalat pada plak tersebut adalah supersaturasi kalsium oksalat, yang berkaitan erat dengan ekskresi kalsium urin yang tinggi. >raksi permukaan papil tertutup oleh plak pada pasien dengan batu kalsium oksalat yang idopatik berbanding lurus dengan kadar kalsium dalam urin dan berbanding terbalik dengan volume urin dan p1. 0ebanyakan pasien dengan batu kalsium oksalat mengalami hiperkalsiuria +ekskresi kalsium urin (' jam B ,00 mg pada pria, B (0 mg pada !anita, atau B ' mg@kg pada pria dan !anita-. Hi!e#kal$i,#ia Da!at Te#/a'i Se0a#a I'i"!atik 1iperkalsiuria biasanya terjadi pada hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, kelebihan vitamin D, pengobatan kortikosteroid, asidosis tubulus ginjal, hipertiroidisme, dan neoplasma malignan. "pabila tidak ditemukan satupun dari kondisi tersebut, maka meningkatnya ekskresi kalsium urin dikatakan idiopatik. Beberapa pasien dengan hiperkalsiuria idiopatik memiliki ri!ayat keluarga hiperkalsiuria dan cenderung memiliki dasar genetik untuk penyakit ini. 1iperkalsiuria dapat dikategorikan berdasarkan perkiraan letak primer kelainan2 Hi!e#kal$i,#ia a-$"#!ti& dimana kebanyakan pasien dengan hiperkalsiuria idiopatik menyerap terlalu banyak kalsium dari usus. #ebagian besar dari mereka memiliki kadar 1,( dihidroksivitamin D yang tinggi dan kadar serum fosforus yang rendah: dengan hipotesis bah!a mereka memproduksi lebih banyak 1,( dihidroksivitamin D atau memang lebih sensitif terhadap substansi tersebut. Breslau dkk menunjukkan bah!a tidak semua hiperkalsiuria idiopatik dimediasi oleh 1,( dihidroksivitamin D, sehingga diduga terdapat mekanisme lain yang mendasari hiperabsorpsi kalsium dalam usus. Hi!e#kal$i,#ia #e$"#!ti& terjadi apabila peningkatan turnover tulang menyebabkan terjadinya kehilangan kalsium tulang ke urin. Ke-"0"#a %i/al disebabkan oleh kelainan primer pada transpor tubulus ginjal yang menyebabkan kebocoran kalsium ke urin dan selanjutnya terjadi peningkatan absorpsi kalsium usus atau mobilisasi kalsium dari tulang. Ut,k Me%,#a%i Kal$i,. Dala. U#i, Bata$i S"'i,., Be#ika Tia1i'a 1iperkalsiuria idiopatik bertambah buruk dengan pemberian diet tinggi sodium dan protein he!ani. Diuretik tia3ida menurunkan ekskresi kalsium urin dan memicu retensi mineral. 4ntuk itu, pengobatan hiperkalsiuria idiopatik terdiri dari intake cairan yang tinggi, pembatasan diet sodium, dan pemberian diuretik tia3ida. Pe.-ata$a Diet Kal$i,. Ti'ak Dia/,#ka 4ntuk beberapa alasan, membatasi diet kalsium tidak dianjurkan untuk pasien dengan hiperkalsiuria idiopatik. .embatasan diet kalsium menyebabkan terjadinya keseimbangan kalsium negatif. #elanjutnya, diduga bah!a dengan sedikitnya kalsium yang terikat dengan oksalat diet, maka semakin banyak oksalat yang tidak berikatan diserap di kolon dan akhirnya diekskresi dalam urin. .eningkatan oksalat urin ini dapat menuju keadaan supersaturasi, !alaupun kadar kalsium urin tetap tidak berubah. 1al tersebut meningkatkan kecenderungan pembentukan batu. Beberapa penelitian menunjukkan bah!a diet kalsium yang tinggi sebenarnya berkaitan dengan menurunnya kejadian batu kalsium pada pria maupun !anita. .enelitian terhadap 1(0 pasien dengan batu kalsium oksalat dan hiperkalsiuria menyimpulkan bah!a diet kalsium normal, rendah sodium, dan rendah protein he!ani berkaitan dengan frekuensi batu kalsium yang lebih rendah dibandingkan dengan diet rendah kalsium. Calaupun kedua macam diet tersebut berkaitan dengan menurunnya konsentrasi kalsium urin, ekskresi oksalat urin meningkat pada mereka dengan diet rendah kalsium dan menurun pada mereka dengan diet kalsium normal. .enurunan ekskresi oksalat urin pada pasien dengan diet kalsium normal terjadi karena adanya pengikatan oksalat diet oleh kalsium diet di usus, sehingga mengurangi jumlah oksalat bebas yang tersedia untuk diabsorpsi. Calaupun ekskresi kalsium oksalat turun pada kedua kelompok, namun penurunan lebih banyak terjadi pada mereka dengan intake kalsium yang normal. Dibandingkan dengan mereka yang mendapatkan diet rendah kalsium, pasien dengan diet kalsium normal, rendah sodium, rendah protein memiliki risiko menderita batu lebih rendah yang mencapai 0% selama tahun. Hi!e#!a#ati#"i'i$.e 1iperparatiroidisme primer dapat menyebabkan hiperkalsiuria dan nefrolitiasis. Dalam sebuah penelitian didapatkan bah!a * +',$%- dari 11,( pasien dengan nefrolitiasis terdiagnosis hiperparatiroidisme. .aratiroidektomi mencegah timbulnya kembali penyakit batu pada '% pasien. "kan tetapi, hanya 1)&('% pasien dengan hiperparatiroidisme primer memiliki batu urin yang terdiri dari kalsium oksalat atau kalsium fosfat. 8elah dilakukan banyak penelitian, namun sulit untuk menentukan mengapa sebagian kecil dari pasien ini menderita batu. 8erdapat dua penelitian yang setidaknya dapat memberikan penjelasan untuk hal tersebut. .arks dkk menemukan bah!a, dibandingkan dengan pasien nefrolitiasis dengan hiperkalsiuria idiopatik, mereka dengan hiperparatiroidisme primer memiliki kadar kalsium serum yang meningkat +tetapi biasanya D 11, mg@d=-, derajat hiperkalsiuria yang lebih tinggi +,( mg@hari vs (( mg@hari, . D .001-, dan kadar fosfat serum yang lebih rendah +(,' vs ,,10 mg@d=, . D .001-. 6dvina dkk menemukan bah!a, pada penelitian terhadap 1,1 pasien dengan hiperparatiroidisme primer, )% menderita nefrolitiasis dan , tidak. /ereka yang menderita batu mengekskresi kalsium dalam jumlah yang lebih banyak +,', mg@hari- dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita batu +(), mg@hari-, memiliki saturasi urin kalsium oksalat yang lebih tinggi, dan mengekskresi kalsium dua kali lebih banyak setelah diberikan 1 g kalsium oral. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bah!a pada pasien dengan hiperparatiroidisme primer, risiko terbentuknya batu berkaitan dengan derajat hiperkalsiuria, dan juga peningkatan absorpsi kalsium diet dalam usus. A$i'"$i$ T,-,l,$ Gi/al <ambaran asidosis tubulus ginjal distal adalah asidosis metabolik sistemik, urin yang bersifat alkali, hipokalemia, hiperkalsiuria,hipositraturia, dan nefrolitiasis. "sidosis metabolik yang kronis menyebabkan hilangnya kalsium dalam tulang, yang menyebabkan hiperkalsiuria, dan berperan dalam terjadinya hipositraturia. .embentukan batu adalah hasil dari ekskresi kalsium urin yang berlebihan, defisiensi inhibitor kristal urin sitrat, dan urin alkali yang persisten. .engobatan dengan sodium bikarbonat atau potasium sitrat mengkoreksi asidosis metabolik, mengurangi hilangnya kalsium dari tulang, mengkoreksi hipokalemia, dan meningkatkan sitrat urin. Te#lal, Ba2ak A$a. U#at Dala. U#i .eningkatan ekskresi asam urat urin +B %00 mg@hari pada pria, B )0 mg@hari pada !anita- berkaitan dengan pembentukan batu kalsium oksalat, dan bila disertai p1 urin yang rendah, juga berkaitan dengan pembentukan batu asam urat. .eningkatan garam asam urat yang terlarut menginduksi pembentukan inti kalsium oksalat. .emberian allopurinol +Eyloprim- dapat menurunkan ekskresi asam urat urin sehingga menurunkan angka penyakit batu kalsium. Te#lal, Ba2ak Ok$alat Dala. U#i .ersentil ke&$ untuk ekskresi oksalat urin adalah ' mg@hari pada !anita dan mg@hari pada pria. 1iperoksaluria meningkatkan supersaturasi kalsium oksalat dan turut berperan dalam pembentukan batu kalsium. Biasanya, $0% dari oksalat diet berikatan dengan kalsium diet di usus halus dan menjadi feses sebagai kalsium oksalat: 10% oksalat diet tetap bebas dan diabsorpsi di kolon dan kemudian diekskresi dalam urin. 1iperoksaluria secara sederhana terjadi karena intake oksalat yang tinggi. /eskipun demikian, peningkatan absorpsi oksalat diet dalam usus dapat terjadi pada mereka yang diberikan diet rendah kalsium +dimana sedikit kalsium tersedia untuk mengikat oksalat diet, seperti yang dijelaskan sebelumnya- dan dapat menjelaskan secara parsial mengapa diet rendah kalsium berkaitan dengan peningkatan frekuensi penyakit batu kalsium. .asien dengan malabsorpsi lemak dalam usus +misalnya karena inflammatory bowel disease atau operasi bypass usus untuk obesitas- juga dapat mengalami hiperoksaluria. 1al tersebut terjadi karena lemak usus yang berlebihan mengikat kalsium diet dan membiarkan oksalat bebas menjadi lebih cepat diabsorpsi di kolon. Farang terjadi, hiperoksaluria dapat disebabkan oleh satu dari beberapa kelainan metabolisme oksalat yang diturunkan secara resesif. Fumlah orang dengan obesitas yang semakin berkembang menyebabkan meningkatnya jumlah operasi gastric bypass.Calaupun prosedur yang berlaku saat ini tidak memiliki risiko metabolik yang sama seperti yang tercatat pada tahun 1$)0 dimana dilakukan jenis operasi bypass yang berbeda, namun insiden batu ginjal tetap tinggi dengan prosedur tersebut. "nalisis yang dilakukan terhadap 1',* pasien yang menjalani operasi Roux-en-Y gastric bypass menunjukkan bah!a *0 dari mereka menderita batu kalsium setelahnya. Di antara mereka, ,1 yang diteliti lebih lanjut memiliki kadar oksalat yang lebih tinggi dan kadar sitrat yang lebih rendah selama 1( bulan follow-up. Ti'ak C,k,! Sit#at, S,at, Ihi-it"# Bat, 1ipositraturia didefinisikan sebagai ekskresi sitrat urin harian kurang dari 00 mg pada !anita dan ',' mg pada pria. #eperti yang telah disebutkan sebelumnya, sitrat berperan penting dalam menghambat pembentukan kristal kalsium dan mencegah pembentukan batu. Gkskresi sitrat urin terutama ditentukan oleh reabsorpsi tubulus, yang meningkat dengan muatan asam dan menurun dengan muatan basa. 0adar sitrat urin yang rendah sering dijumpai pada kondisi yang menyebabkan asidosis metabolik kronis, seperti inflammatory bowel disease, malabsorpsi usus, dan asidosis tubulus ginjal, yang semuanya meningkatkan kejadian nefrolitiasis. "kan tetapi, pada sebagian besar pasien nefrolitiasis dengan hipositraturia, penyebabnya tidak jelas, dan mekanisme hipositraturia tidak dapat ditentukan. #aat ini, diet tinggi protein, rendah karbohidrat menjadi popular untuk menurunkan berat badan, tetapi hal tersebut juga memiliki efek metabolik yang meningkatkan risiko terkena penyakit batu. /etabolisme diet yang kaya protein he!ani menghasilkan lebih banyak ion hidrogen yang disangga oleh tulang, sehingga melepaskan kalsium dari tulang dan meningkatkan ekskresi kalsium urin. Diet tersebut juga menyebabkan asidosis intraseluler, sehingga menyebabkan menurunnya ekskresi sitrat dalam urin. .ada akhirnya, kecenderungan terbentuknya batu dalam urin pun meningkat. BATU STRU*IT HARUS DIHILANGKAN Batu struvit adalah hasil dari infeksi traktus urin bagian atas dengan bakteri penghasil urease +Proteus sp, Haemophilus sp, Klebsiella sp, dan reaplasma urealyticum-. 1idrolisis urea menghasilkan ammonium dan ion hidroksil dan urin alkali yang persiten, dan rangkaian ini memicu pembentukan batu yang tersusun atas magnesium ammonium fosfat, seperti struvit. Batu struvit lebih sering terjadi pada !anita dan pada pasien yang memiliki obstruksi traktus urin kronis atau kelainan neurologis yang mengganggu fungsi normal dari vesika urinaria untuk mengosongkan isinya. .engobatan yang dilakukan harus bisa mengeradikasi infeksi dengan antibiotik dan menyingkirkan batu yang penuh bakteri dengan satu dari beberapa teknik intervensi. "sam asetohidroksamatmenghambat urease dan telah digunakan untuk mengobati penyakit batu struvit, namun sering memiliki efek samping yang berat. BATU ASAM URAT TERBENTUK DALAM URIN YANG SANGAT ASAM Batu asam urat terutama terjadi pada pasien dengan p1 urin yang rendah dan hiperurikosuria. .asa beberapa pasien, urin p1 yang sangat rendah ini diakibatkan oleh defek pada sekresi ammonia ginjal, yang menyebabkan kurangnya penyanggaan pada ion hidrogen yang tersekresi. 0ecenderungan pembentukan batu asam urat dilaporkan meningkat pada orang yang mengalami obesitas dengan sindrom metabolik. Beberapa penelitian telah menunjukkan bah!a kelainan pada produksi ammonia oleh ginjal kemungkinan disebabkan oleh resistensi insulin. Batu urat bersifat radiolusen namun dapat dilihat pada ultrasonografi dan 78 helikal. .ada 78 helikal, mereka dapat dibedakan dari batu kalsium dari densitasnya yang lebih rendah. 0arena asam urat jauh lebih larut pada larutan basa, pencegahan dan pengobatan harus terdiri dari alkalinisasi urin ke p1 lebih dari *,0 dengan sodium bikarbonat oral atau larutan sitrat dan hidrasi. .engobatan ini sesungguhnya akan melarutkan batu asam urat. "pabila hiperurisemia atau hiperurikosuria terjadi, allopurinol dapat diberikan. BATU CYSTINE JUGA TERBENTUK DALAM URIN YANG ASAM .enyakit batu cystine terjadi pada seseorang yang diturunkan kelainan transpor tubulus ginjal dan gastrointestinal resesif autosom dari empat asam amino, yaitu cystine, ornothine, arginine,dan lysine. Di antara asam amino tersebut, cystine paling tidak larut dalam suasana urin asam normal sehingga mengendap menjadi batu. 6nset dimulai pada usia muda dibandingkan pada penyakit batu kalsium: batunya bersifat radio&opa;ue. 0elarutan cystine adalah sekitar (', mg@= pada urin normal dan meningkat dengan p1. Beberapa pasien dapat mengekskresi 1000mg per hari. .engobatan terdiri dari2 1idrasi, untuk mendapatkan volum urin harian ,&,, = "lkalinisasi urin menjadi o1 lebih besar dari *, dengan menggunakan potassium alkali +potassium sitrat- atau sodium bikarbonat .engurangan intake protein dan sodium untuk mengurangi ekskresi cystine "pabila pengukurannya gagal, D&penicillamine +Depen-, tiopronin +8hiola-, atau captopril +7apoten- dapat diberikan untuk mengubah cystine menjadi kompleks obat disulfide cystine yang lebih larut. 7aptopril memiliki efek yang sedang dan biasa diberikan dengan kompleks obat disulfide lainnya: captopril juga memiliki kelemahan yaitu menyebabkan hipotensi. Gfek samping dari D&penicillamine dan tiopronin meliputi nyeri abdomen, kehilangan selera, demam, proteinuria, dan pada beberapa kasus sindrom nefrotik. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN PENATALAKSANAAN NEFROLITIASIS Gvaluasi diagnostik dari batu pertama yang ditemukan meliputi pemeriksaan kimia darah rutin +elektrolit, kreatinin, kalsium-, urinalisis, pengukuran kadar hormon paratiroid, dan 78 helikal tanpa kontras. "nalisis batu sebaiknya selalu dilakukan apabila material batunya didapatkan. #iapa saja di ba!ah usia (0 tahun yang menderita penyakit batu untuk pertama kalinya memerlukan evaluasi yang lebih luas, meliputi skrining untuk asidosis tubulus ginjal, cystinuria, dan hiperoksaluria. .emeriksaan lebih luas juga diperlukan pada pasien dengan ri!ayat diare kronis, sarkoidosis, atau kondisi yang berkaitan dengan asidosis tubulus ginjal +seperti pada sindrom #jHgren-, pada pasien dengan ri!ayat keluarga batu ginjal, pada pasien dengan diet penurunan berat badan yang tinggi protein, dan pada mereka yang menjalani operasi bypass gaster untuk obesitas. .ada pasien yang berisiko tinggi ini, evaluasi sebaiknya meliputi pemeriksaan urin (' jam untuk mengukur kadar kalsium, oksalat, sitrat, asam urat, kreatinin, sodium, dan volum. .etunjuk diagnostik lainnya sering bermanfaat dalam mengambil keputusan untuk melakukan evaluasi yang lebih komprehensif. Nefrokalsinosis pada roentgenografi memberi kesan hiperparatiroidisme, sponge medula ginjal, atau asidosis tubulus ginjal. 1iperkalsemia yang berkembang setelah pengobatan hiperkalsiuria dengan diuretik tia3ida menunjukkan kemungkinan hiperparatiroidisme laten. Ii!ayat infeksi traktus urinarius yang berulang atau adanya abnormalitas anatomi pada traktus urinarius sebaiknya dilakukan evaluasi yang mengarah ke penyakit batu struvite. Batu asam urat harus dicurigai pada pasien dengan sindrom metabolik atau ri!ayat penyakit asam urat dan biasanya diikuti oleh p1 urin lebih rendah dari ,. 4rinalisis yang menunjukkan kristal cystine selalu menunjukkan cystinuria, yang harus dikuatkan dengan penentuan cystine urin (' jam. Ii!ayat keluarga batu ginjal lebih sering terjadi pada hiperkalsiuria idopatik, cystinuria, hiperoksaluria primer, dan asidosis tubulus ginjal.