Anda di halaman 1dari 3

Artikel Kerjasama Teknik Sipil UNS - Joglosemar 1

MENGENAL RETAKAN PADA BANGUNAN


Oleh : Achmad Basuki, ST., MT.

Sering masih kita jumpai seorang pemilik bangunan rumah tinggal atau gedung dari
konstruksi beton bertulang dan tembok bata yang mengeluh bahwa rumah atau gedung yang
dibangunnya mengalami retak-retak setelah selesai dibangun atau beberapa waktu setelah
bangunan difungsikan. Kondisi demikian tentunya akan membuat penghuni rumah atau gedung
dengan segala aktifitasnya menjadi terganggu dan tidak nyaman. Walaupun belum sampai kondisi
runtuh, namun kekhawatiran akan runtuhnya bangunan menjadi suatu keniscayaan yang mungkin
saja bakal terjadi.
Namun demikian, agar kekhawatiran akibat timbulnya retakan pada rumah atau
bangunan tidak terlalu berlebihan dan proporsional, maka perlu untuk mengetahui tingkat
retakan yang terjadi, dari retak dengan lebar kecil, yang biasa disebut retak rambut, hingga retak
dengan lebar yang besar, dan segera dicarikan solusi untuk mengatasi retakan tersebut.
Umumnya retakan pada bangunan dibedakan menjadi dua yakni retakan non-struktur
(non-konstruksi) dan retakan struktur (konstruksi). Retakan non-struktur terjadi pada bagian-
bagian bangunan yang bukan merupakan struktur utama bangunan untuk menahan beban,
seperti dinding atau tembok, lantai, langit-langit dan sebagainya. Sedangkan, sedangkan retakan
struktur adalah retakan pada bagian-bagian struktur utama yang menyalurkan beban dari
konstruksi atap, pelat lantai, balok, kolom sampai ke pondasi.
Retakan yang terjadi pada struktur bangunan biasanya dapat berakibat menimbulkan
retakan pada bagian non-struktur, sedangka retakan non-struktur belum tentu mengakibatkan
retakan pada struktur. Seperti, retakan pada balok apakah hanya retakan pada spesi/
plesterannya saja atau memang struktur baloknya yang retak. Sehingga perlu diperhatikan apabila
menjumpai retakan pada bangunan, apakah masuk salah satu jenis retakan tersebut atau kedua-
duanya. Retakan pada struktur beton bertulang juga akan berakibat terjadinya karat/korosi pada
tulangan, yang berarti akan mengurangi kekuatan tulangan tersebut. Apabila kesulitan
menentukannya maka sebaiknya dikonsultasikan kepada seorang ahli struktur/konstruksi
sehingga penanganannya akan sesuai dengan kondisi retakan.
Retakan pada bangunan sebenarnya banyak yang menjadi penyebabnya, seperti
penggunaan material bangunan yang tidak berkualitas atau tidak sesuai standar mutu, kesalahan
metode pengerjaan atau pelaksanaan, akibat terjadinya gempa, kesalahan fungsi dan
Artikel Kerjasama Teknik Sipil UNS - Joglosemar 2

pemanfaatan bangunan, pondasi yang tidak sesuai dengan kondisi tanah, akibat terjadinya
kebakaran dan sebagainya.
Penggunaan material atau bahan bangunan yang tidak sesuai standar mutu yang
disyaratkan dalam perencanaan tentu akan berakibat pada berkurangnya kapasitas dan
kemampuannya, apalagi bila digunakan pada bagian konstruksi utama yang menahan beban
langsung. Misalnya, campuran beton yang keliru, agregat yang jelek dan pengadukan serta
perawatan setelah dicor yang asal-asalan jelas akan mengurangi mutu beton, akibatnya setelah
beban bekerja karena kapasitasnya tak sesuai dengan beban yang dipikul maka akan terjadi
retakan. Tentunya, retakan yang tidak segera diatasi pada beton bertulang dapat menyebabkan
karat/korosi pada tulangan bahkan kegagalan struktur.
Campuran spesi atau plesteran dinding yang tidak pas juga bisa menyebabkan dinding
mengalami retak rambut atau plesteran yang tidak menempel sempurna pada pasangan bata.
Apalagi bila cat dinding yang digunakan tidak tidak mempunyai elastisitas yang baik, sehingga
retak-retak rambut ini akan sangat kelihatan.
Retakan akibat kesalahan metode atau pelaksanaan dapat terjadi misalnya apabila
pelepasan bekisting beton yang tidak sesuai umur mutu beton (biasanya untuk beton normal
pada umur 28 hari), sehingga menyebabkan mutu beton belum mencapai yang diharapkan.
Perawatan beton setelah dicor yang tidak baik, seperti pada pelat lantai yang harus disiram air
agar tidak terjadi perbedaan suhu yang besar antari di dalam dan di luar lapsan pelat beton.
Pemasangan penutup lantai di atas pelat lantai yang tidak menggunakan lapisan pasir atau
pemasangan plesteran tembok yang tidak terlebih dahulu membasahi pasangan batanya. Atau
urugan tanah yang asal-asalan juga dapat menyebabkan lantai menjadi retak-retak karena
pemadatan yang tidak sama.
Kesalahan fungsi atau pemanfaatan bangunan juga bisa menyebabkan retakan pada
bangunan, terutama retak struktur apabila fungsi tersebut menyebabkan beban yang melebihi
dari beban yang direncanakan. Terjadinya kebakaran, dengan suhu panas yang ditimbulkannya,
juga akan menyebabkan penurunan kekuatan struktur dan juga retakan. Retakan yang timbul
karena terjadinya perbedaan tegangan yang cukup besar.
Kesalahan dalam menentukan pondasi yang tepat disesuaikan dengan kondisi tanah juga
akan berpengaruh pada terjadinya retakan pada bagian bangunan struktur dan non struktur.
Apabila pondasi mengalami penurunan yang tidak sama akan menyebabkan ketidakstabilan pada
struktur yang akan menyebabkan timbulnya tegangan-tegangan yang tidak diharapkan dan dapat
menimbulkan retakan-retakan. Kondisi kembang susut tanah yang besar, biasanya tanah lempung
atau tanah hitam, apabila tidak diantisipasi dengan baik akan menimbulkan pergerakan dan

Artikel Kerjasama Teknik Sipil UNS - Joglosemar 3



penurunan pondasi yang cukup besar sehingga juga dapat menyebabkan retakan. Apalagi untuk
lantai bawah, bisa menyebabkan retak dan pecah pada penutup lantainya (tegel/keramik).
Yang penting dikenali juga adalah retakan yang disebabkan karena bangunan tersebut
menerima beban gempa yang relatif kuat. Bila bangunan tidak sampai runtuh, maka perlu dilihat
apakah menyebabkan retakan pada bagian non struktur dan bagian struktur. Karena ketahanan
bangunan untuk menerima gempa sangat bergantung sekali pada perencanaan. Bagaimana detail
penulangan pada sambungan kolom dan baloknya, penggunaan stek-stek tulangan pada tembok,
kekakuan struktur atau penggunaan redaman dan isolator dasar yang dapat mengurangi getaran
gempa yang masuk ke struktur bangunan.
Oleh karena itu, ibarat seorang dokter yang akan mengobati pasiennya yang perlu
mendiagnosa jenis penyakitnya, pada bangunan pun untuk melakukan perbaikan atau perkuatan
pada struktur yang mengalami retakan perlu untuk didiagnosa terlebih dahulu apa yang
menyebabkan terjadinya retakan, bagaimana retakan tersebut terjadi dan dampak retakan
tersebut pada bangunan secara keseluruhan. Sehingga, untuk menyembuhkan retakan harus
melalui diagnosa yang baik penyebab retakan tersebut.***



Achmad Basuki, ST., MT., Dosen Teknik Sipil FT Universitas Sebelas Maret.

*** 18112011 ***
Gambar : Retakan pada dinding dan pertemuan balok kolom akibat gempa
(http://www.eramuslim.com)

Anda mungkin juga menyukai