Sering masih kita jumpai seorang pemilik bangunan rumah tinggal atau gedung dari konstruksi beton bertulang dan tembok bata yang mengeluh bahwa rumah atau gedung yang dibangunnya mengalami retak-retak setelah selesai dibangun atau beberapa waktu setelah bangunan difungsikan. Kondisi demikian tentunya akan membuat penghuni rumah atau gedung dengan segala aktifitasnya menjadi terganggu dan tidak nyaman. Walaupun belum sampai kondisi runtuh, namun kekhawatiran akan runtuhnya bangunan menjadi suatu keniscayaan yang mungkin saja bakal terjadi. Namun demikian, agar kekhawatiran akibat timbulnya retakan pada rumah atau bangunan tidak terlalu berlebihan dan proporsional, maka perlu untuk mengetahui tingkat retakan yang terjadi, dari retak dengan lebar kecil, yang biasa disebut retak rambut, hingga retak dengan lebar yang besar, dan segera dicarikan solusi untuk mengatasi retakan tersebut. Umumnya retakan pada bangunan dibedakan menjadi dua yakni retakan non-struktur (non-konstruksi) dan retakan struktur (konstruksi). Retakan non-struktur terjadi pada bagian- bagian bangunan yang bukan merupakan struktur utama bangunan untuk menahan beban, seperti dinding atau tembok, lantai, langit-langit dan sebagainya. Sedangkan, sedangkan retakan struktur adalah retakan pada bagian-bagian struktur utama yang menyalurkan beban dari konstruksi atap, pelat lantai, balok, kolom sampai ke pondasi. Retakan yang terjadi pada struktur bangunan biasanya dapat berakibat menimbulkan retakan pada bagian non-struktur, sedangka retakan non-struktur belum tentu mengakibatkan retakan pada struktur. Seperti, retakan pada balok apakah hanya retakan pada spesi/ plesterannya saja atau memang struktur baloknya yang retak. Sehingga perlu diperhatikan apabila menjumpai retakan pada bangunan, apakah masuk salah satu jenis retakan tersebut atau kedua- duanya. Retakan pada struktur beton bertulang juga akan berakibat terjadinya karat/korosi pada tulangan, yang berarti akan mengurangi kekuatan tulangan tersebut. Apabila kesulitan menentukannya maka sebaiknya dikonsultasikan kepada seorang ahli struktur/konstruksi sehingga penanganannya akan sesuai dengan kondisi retakan. Retakan pada bangunan sebenarnya banyak yang menjadi penyebabnya, seperti penggunaan material bangunan yang tidak berkualitas atau tidak sesuai standar mutu, kesalahan metode pengerjaan atau pelaksanaan, akibat terjadinya gempa, kesalahan fungsi dan Artikel Kerjasama Teknik Sipil UNS - Joglosemar 2
pemanfaatan bangunan, pondasi yang tidak sesuai dengan kondisi tanah, akibat terjadinya kebakaran dan sebagainya. Penggunaan material atau bahan bangunan yang tidak sesuai standar mutu yang disyaratkan dalam perencanaan tentu akan berakibat pada berkurangnya kapasitas dan kemampuannya, apalagi bila digunakan pada bagian konstruksi utama yang menahan beban langsung. Misalnya, campuran beton yang keliru, agregat yang jelek dan pengadukan serta perawatan setelah dicor yang asal-asalan jelas akan mengurangi mutu beton, akibatnya setelah beban bekerja karena kapasitasnya tak sesuai dengan beban yang dipikul maka akan terjadi retakan. Tentunya, retakan yang tidak segera diatasi pada beton bertulang dapat menyebabkan karat/korosi pada tulangan bahkan kegagalan struktur. Campuran spesi atau plesteran dinding yang tidak pas juga bisa menyebabkan dinding mengalami retak rambut atau plesteran yang tidak menempel sempurna pada pasangan bata. Apalagi bila cat dinding yang digunakan tidak tidak mempunyai elastisitas yang baik, sehingga retak-retak rambut ini akan sangat kelihatan. Retakan akibat kesalahan metode atau pelaksanaan dapat terjadi misalnya apabila pelepasan bekisting beton yang tidak sesuai umur mutu beton (biasanya untuk beton normal pada umur 28 hari), sehingga menyebabkan mutu beton belum mencapai yang diharapkan. Perawatan beton setelah dicor yang tidak baik, seperti pada pelat lantai yang harus disiram air agar tidak terjadi perbedaan suhu yang besar antari di dalam dan di luar lapsan pelat beton. Pemasangan penutup lantai di atas pelat lantai yang tidak menggunakan lapisan pasir atau pemasangan plesteran tembok yang tidak terlebih dahulu membasahi pasangan batanya. Atau urugan tanah yang asal-asalan juga dapat menyebabkan lantai menjadi retak-retak karena pemadatan yang tidak sama. Kesalahan fungsi atau pemanfaatan bangunan juga bisa menyebabkan retakan pada bangunan, terutama retak struktur apabila fungsi tersebut menyebabkan beban yang melebihi dari beban yang direncanakan. Terjadinya kebakaran, dengan suhu panas yang ditimbulkannya, juga akan menyebabkan penurunan kekuatan struktur dan juga retakan. Retakan yang timbul karena terjadinya perbedaan tegangan yang cukup besar. Kesalahan dalam menentukan pondasi yang tepat disesuaikan dengan kondisi tanah juga akan berpengaruh pada terjadinya retakan pada bagian bangunan struktur dan non struktur. Apabila pondasi mengalami penurunan yang tidak sama akan menyebabkan ketidakstabilan pada struktur yang akan menyebabkan timbulnya tegangan-tegangan yang tidak diharapkan dan dapat menimbulkan retakan-retakan. Kondisi kembang susut tanah yang besar, biasanya tanah lempung atau tanah hitam, apabila tidak diantisipasi dengan baik akan menimbulkan pergerakan dan
Artikel Kerjasama Teknik Sipil UNS - Joglosemar 3
penurunan pondasi yang cukup besar sehingga juga dapat menyebabkan retakan. Apalagi untuk lantai bawah, bisa menyebabkan retak dan pecah pada penutup lantainya (tegel/keramik). Yang penting dikenali juga adalah retakan yang disebabkan karena bangunan tersebut menerima beban gempa yang relatif kuat. Bila bangunan tidak sampai runtuh, maka perlu dilihat apakah menyebabkan retakan pada bagian non struktur dan bagian struktur. Karena ketahanan bangunan untuk menerima gempa sangat bergantung sekali pada perencanaan. Bagaimana detail penulangan pada sambungan kolom dan baloknya, penggunaan stek-stek tulangan pada tembok, kekakuan struktur atau penggunaan redaman dan isolator dasar yang dapat mengurangi getaran gempa yang masuk ke struktur bangunan. Oleh karena itu, ibarat seorang dokter yang akan mengobati pasiennya yang perlu mendiagnosa jenis penyakitnya, pada bangunan pun untuk melakukan perbaikan atau perkuatan pada struktur yang mengalami retakan perlu untuk didiagnosa terlebih dahulu apa yang menyebabkan terjadinya retakan, bagaimana retakan tersebut terjadi dan dampak retakan tersebut pada bangunan secara keseluruhan. Sehingga, untuk menyembuhkan retakan harus melalui diagnosa yang baik penyebab retakan tersebut.***
Achmad Basuki, ST., MT., Dosen Teknik Sipil FT Universitas Sebelas Maret.
*** 18112011 *** Gambar : Retakan pada dinding dan pertemuan balok kolom akibat gempa (http://www.eramuslim.com)