Anda di halaman 1dari 13

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 1 : BIDANG ENERGI


I.19
SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA
KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH
Oleh:
Asep Sugianto
1)
dan Suwahyadi
2)
1)
Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan
2)
Bidang Sarana Teknik
SARI
Pada tahun 2011 telah dilakukan survei magnetotelurik di daerah panas bumi Marana. Secara geologi
daerah ini berada di sekitar Sesar Palu-Koro yang berarah Baratlaut-Tenggara. Gejala panas bumi dici-
rikan dengan munculnya mata air panas bertemperatur 50-90
o
C, debit 0.5-2 liter/detik, dan pH netral.
Pengukuran MT dilakukan pada 37 titik ukur yang tersebar membentuk 8 buah lintasan yang berarah
baratdaya-timurlaut dengan jarak antar titik sekitar 1500 m hingga 2000 m. Hasil survei MT memperli-
hatkan adanya sebaran nilai tahanan jenis rendah dari dekat permukaan hingga kedalaman sekitar 1000
meter dengan ketebalan antara 500 meter hingga 1000 meter. Tahanan jenis rendah ini diinterpretasikan
sebagai batuan ubahan yang berfungsi sebagai batuan penudung dan tersebar di sekitar sebaran mata air
panas. Zona reservoir dicirikan oleh sebaran nilai tahanan jenis sedang (30 100 Ohm-m) yang berada
di bawah batuan penudung. Reservoir ini berada pada kedalaman sekitar 750 meter hingga kedalaman
2000 meter dengan ketebalan sekitar 1000 meter. Daerah prospek panas bumi terbagi menjadi dua lokasi,
yaitu di sekitar mata air panas Marana dan Masaingi (Prospek 1) dengan luas prospek sekitar 10 km
2
dan
di sekitar mata air panas Bayosa dan Yompo (Prospek 2) dengan luas sekitar 14 km
2
.

Kata Kunci : magnetotelurik, panas bumi, Marana, Donggala, Sulawesi Tengah


PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.19
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PENDAHULUAN
Daerah panas bumi Marana berada di Sulawesi
Bagian Tengah dan berasosiasi dengan Sesar
Palu-Koro yang berarah baratlaut-tenggara.
Secara administrasi daerah ini berada di Kabu-
paten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah
(Gambar 1). Indikasi panas bumi di daerah ini
dicirikan dengan munculnya mata air panas
yang membentuk kelurusan berarah baratlaut-
tenggara dengan temperatur antara 50-90
o
C.
Pada tahun 2004, Direktorat Inventarisasi
Sumber Daya Mineral telah melakukan survei
terpadu dengan metode geologi, geokimia, dan
geofisika di daerah ini. Dan pada tahun 2005
telah melakukan pengeboran landaian suhu di
dua titik pengeboran dengan kedalaman seki-
tar 183 meter dan 250 meter. Dari hasil survei
tersebut terlihat adanya indikasi daerah pros-
pek di sekitar sebaran mata air panas Marana
dan Masaingi. Selain itu, dari data geokimia
dan geologi juga ada kemungkinan terdapa-
tnya prospek lain di sebelah selatannya yakni di
sekitar mata air panas Bayosa dan Yompo.
Oleh karena itu, untuk melihat kemungkinan
tersebut dan lebih menegaskan lagi keberadaan
prospek panas bumi di daerah ini, maka pada
tahun 2011, dilakukan survei magnetotelurik
(MT) di daerah ini dengan tujuan untuk lebih
menegaskan keprospekan (letak, delineasi,
kedalaman, dan besarnya potensi). Survei ini
didesain sedemikian rupa agar dapat meling-
kupi seluruh kemungkinan prospek panas bumi
baik yang ada di sebelah utara maupun di seb-
elah selatan.
GEOLOGI DAN MANIFESTASI PANAS
BUMI
Stratigra daerah panas bumi Marana, Kabu-
paten Donggala berdasarkan kepada batuan
yang tersingkap (Gambar 2) dapat dibagi men-
jadi 6 satuan batuan, yaitu Satuan Batuan Sekis
hijau (TrS), Satuan Batuan Granit geneis (Trg) ,
Satuan Batuan granit (Tg), Satuan Batuan Sedi-
ment (QTs), Batu Gamping (Qgp), dan Aluvium
(Qal).
Struktur yang berkembang di daerah ini
didominasi oleh sesar yang berarah baratlaut-
tenggara. Saat ini bentuknya telah menyerupai
terban yang dibatasi oleh sesar-sesar baru
(muda) dan juga ditandai dengan munculnya
beberapa manifestasi panas bumi. Sesar nor-
mal, kelurusan maupun sesar naik diperkirakan
memiliki kemiringan ke arah timur pada kom-
plek batuan metamorf (formasi Tinombo)
yang mencerminkan sifat pemampatan pada
beberapa sesar tua.
Proses tektonik regional di daratan Pulau
Sulawesi telah berlangsung berulang kali,
maka pengaruhnya telah merombak seluruh
batuan yang ada dan memunculkan kerucut-
kerucut intrusi batuan granit dan terbentuknya
struktur rekahan baru, sesar geser maupun
sesar normal sampai di umur Mio-Pliosen.
Akibat dari kegiatan tektonik tersebut, maka
muncullah struktur-struktur sesar yang san-
gat komplek mulai dari selatan hingga utara
maupun ke bagian timur dan tenggara daratan
Pulau Sulawesi.
Kenampakan gejala panas bumi di daerah
Marana dicirikan dengan munculnya mata air
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.19
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
panas yang terdapat di beberapa daerah, dian-
taranya sebagai berikut.
Mata air panas Masaingi, terletak pada koor-
dinat 0813001 mU dan 9935303 mT di Desa
Masaingi, Kecamatan Sindue, Kabupaten
Donggala Propinsi Sulawesi Tengah, hasil
pengukuran air panas 90
0
C pada suhu udara
setempat 27.5
o
C dengan debit air panas 2.0
liter/detik, tingkat keasaman terukur di lapan-
gan 8.1, daya hantar listrik > 1990 S/cm dan
TDS 290 ppm.
1. Mata air panas Marana 1, terletak pada
koordinat 0810652 mU dan 9935936 mT di
Desa Marana, Kecamatan Sindue, Kabu-
paten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah,
hasil pengukuran air panas berkisar 50.0
o
C
pada suhu udara setempat 28.0
o
C dengan
debit air panas 1.5 liter/detik, tingkat
keasaman terukur di lapangan 6.8, daya
hantar listrik 1820 S/cm dan TDS 910 ppm.
2. Mata air panas Marana 2, terletak pada
koordinat 0811837 mU dan9936089 mT di
Desa Marana, Kecamatan Sindue, Kabu-
paten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah,
hasil pengukuran air panas berkisar 54.0
o
C
pada suhu udara setempat 30.2
o
C dengan
debit air panas 0.50 liter/detik, tingkat
keasaman terukur di lapangan 7.0, daya
hantar listrik > 1990 S/cm dan TDS 1030
ppm.
3. Mata air panas Bayosa, mata air panas ini
terletak pada koordinat 0817494 mU dan
9927023 mT di daerah Desa Wani, Kecama-
tan Tawaili, Kabupaten Donggala Propinsi
Sulawesi Tengah, hasil pengukuran air
panas berkisar 59.1
o
C pada suhu udara
setempat 27.8
o
C dengan debit air panas
1.0 liter/detik, tingkat keasaman terukur di
lapangan 8.1, daya hantar listrik > 580 S/
cm dan TDS 290 ppm.
4. Mata air panas Yompo 1, mata air panas ini
terletak pada koordinat 0818212 mU dan
9926544 mT di daerah Desa Wani, Kecama-
tan Tawaili, Kabupaten Donggala Propinsi
Sulawesi Tengah, hasil pengukuran air
panas berkisar 55.6 C pada 27.0
o
C dengan
debit air panas 2.0 liter/detik, tingkat
keasaman terukur di lapangan 8.8, daya
hantar listrik > 590 S/cm dan TDS 290 ppm.
5. Mata air panas Yompo 2, mata air panas ini
terletak pada koordinat 0818299 mU dan
9922644 mT di daerah Desa Wani, Kecama-
tan Tawaili, Kabupaten Donggala Propinsi
Sulawesi Tengah, hasil pengukuran air
panas berkisar 50.1
o
C pada 29.53
o
C den-
gan debit air panas 2.0 liter/detik, tingkat
keasaman terukur di lapangan 8.1, daya
hantar listrik > 600 S/cm dan TDS 300 ppm.
METODE DAN SEBARAN TITIK UKUR
Pengukuran MT di daerah ini dilakukan pada
37 titik ukur yang tersebar membentuk 8 buah
lintasan yang berarah baratdaya-timurlaut den-
gan jarak antar titik sekitar 1500 m hingga 2000
m (Gambar 3). Sebaran titik ukur ini didesain
sedemikian rupa agar dapat melingkupi selu-
ruh daerah prospek baik yang di daerah Marana
maupun yang di daerah Mapane (Sekitar mata
air panas Bayosa dan mata air panas Yompo).
Sebelum digunakan untuk melakukan pemo-
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.19
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
delan data hasil pengukuran dirotasi sejajar
dengan arah Sesar Palu-Koro karena sesar ini
dianggap menjadi sesar utama yang mengont-
rol sistem panas bumi di daerah ini.
Pemodelan data tahanan jenis dilakukan
dengan menggunakan algoritma Non Linear
Conjugate Gradient (Rodi, W. dan Mackie R.L.,
2001) yang tersedia di dalam software WinGlink.
Pada pemodelan MT daerah ini digunakan data
TM dan TE dengan frekuensi lebih besar dari 0,1
Hz. Karena hasil percobaan beberapa param-
eter dalam pemodelan, penggunaan data inilah
yang dianggap lebih menggambarkan keadaan
bawah permukaan di daerah ini.
PETA TAHANAN JENIS
Salah satu hasil dari survei MT ini disajikan
dalam bentuk peta tahanan jenis yang pada
makalah ini akan dibahas peta tahanan pada
kedalaman 500, 750, 1000, dan 1500 meter
(Gambar 4). Sebaran tahanan jenis pada keem-
pat kedalaman ini dapat menggambarkan
keadaan bawah permukaan dan memperlihat-
kan adanya sistem panas bumi di daerah ini.
Peta Tahanan Jenis Kedalaman 500
meter
Sebaran tahanan jenis pada kedalaman 500 m
memperlihatkan pola gradasi ke arah baratdaya
dengan lineasi berarah baratlaut-tenggara.
Tahanan jenis sedang-tinggi tersebar di sebelah
timurlaut dan diinterpretasikan sebagai bat-
uan metamorf dan/atau batuan beku (granit),
sedangkan tahanan jenis rendah tersebar di
sebelah baratdaya dan diinterpretasikan seba-
gai batuan sedimen dan/atau batuan ubahan.
Dari nilai tahanan jenis ini sangat sulit untuk
membedakan yang mana batuan sedimen dan
yang mana batuan ubahan. Namun, pada kasus
ini batuan ubahan diperkirakan berasosiasi
dengan nilai tahanan jenis rendah yang terse-
bar di sekitar mata air panas. Batuan ubahan ini
dapat berfungsi sebagai batuan penudung pada
sistem panas bumi di daerah ini.
Kontras nilai tahanan jenis sedang-tinggi
dengan nilai tahanan jenis rendah memben-
tuk kelurusan berarah baratlaut-tenggara.
Kelurusan ini berasosiasi dengan Sesar Palu-
Koro yang juga berarah baratlaut-tenggara.
Di sebelah selatan juga terlihat adanya lineasi
yang berarah baratdaya-timurlaut. Lineasi ini
diperkirakan berasosiasi dengan sesar-sesar
yang merupakan antitetik dari Sesar Palu-Koro.
Peta Tahanan Jenis Kedalaman 750
meter
Secara umum sebaran tahanan jenis pada
kedalaman 750 m memperlihatkan pola yang
relatif sama dengan sebaran tahanan jenis
pada kedalaman sebelumnya. Pola tersebut
memperlihatkan adanya gradasi nilai tahanan
jenis, dimana tahanan jenis tinggi tersebar di
sebelah timurlaut, sedangkan tahanan jenis
rendah tersebar di sebelah baratdaya. Hal yang
menarik pada peta ini adalah adanya sebaran
anomali sedang (20-50 Ohm-m) yang cender-
ung membentuk pola melingkar di sekitar mata
air panas Marana dan mata air panas Yompo.
Sebaran tahanan jenis sedang ini diinterpre-
tasikan sebagai respon dari zona reservoir
panas bumi, karena pada bagian atas daerah
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.19
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
ini tersebar nilai tahanan jenis rendah yang
diperkirakan sebagai batuan penudung.
Pada peta ini juga terlihat adanya lineasi yang
berarah baratlaut-tenggara dan baratdaya-
timurlaut. Lineasi-lineasi ini diperkirakan
berasosiasi dengan struktur yang mengontrol
sistem panas bumi di daerah ini.
Peta Tahanan Jenis Kedalaman 1000
meter
Pola sebaran nilai tahanan jenis pada kedala-
man 1000 m memperlihatkan pola yang relatif
sama dengan sebaran tahanan jenis pada
kedalaman 750 m. Pada peta ini juga terlihat
adanya sebaran tahanan jenis sedang yang
cenderung membentuk pola melingkar di
sekitar kemunculan mata air panas. Sebaran
tahanan jenis ini diinterpretasikan sebagai zona
reservoir dari sistem panas bumi di daerah ini.
Pola sebaran tahanan jenis sedang ini terlihat
terpisah, yang satu berada di sebelah utara di
sekitar mata air panas Marana dan mata air
panas Masaingi dan yang satu lagi tersebar
di sekitar mata air panas Bayosa dan mata
air panas Yompo. Terpisahnya pola sebaran
tahanan jenis yang diinterpretasikan sebagai
zona reservoir ini mengindikasikan bahwa di
daerah ini terdapat dua sistem panas bumi yang
terpisah.
Pola lineasi yang berarah baratlaut-tenggara
masih konsisten muncul di kedalaman 1000
m. Konsistensi ini menunjukkan bahwa Sesar
Palu-Koro menerus hingga kedalaman lebih
dari 1000 m. Selain itu, pola sebaran tahanan
jenis sedang yang diinterpretasikan sebagai
zona reservoir juga membentuk kelurusan
berarah baratlaut-tenggara. Hal ini mengindi-
kasikan bahwa kedua sistem panas bumi ini
dikontrol oleh struktur sesar yang sama, yakni
Sesar Palu-Koro.
Peta Tahanan Jenis Kedalaman 1500
meter
Peta tahanan jenis kedalaman 1500 m masih
memperlihatkan pola gradasi ke arah barat-
daya, dimana tahanan jenis tinggi tersebar di
timurlaut, sedangkan tahanan jenis rendah
tersebar di sebelah baratdaya. Gradasi ini juga
memperlihatkan pola lineasi berarah baratlaut-
tenggara. Pada kedalaman ini, di sekitar mata
air panas tersebar nilai tahanan jenis tinggi
(>100 Ohm-m). Tahanan jenis ini diinterpretasi-
kan sebagai batas bawah dari reservoir panas
bumi di daerah ini.
Tahanan jenis rendah masih tersebar sedikit
di sebelah baratdaya. Karena tahanan jenis
rendah ini tersebar di dekat pantai, maka
tahanan jenis rendah ini diinterpretasikan
sebagai batuan sedimen yang terpengaruh air
laut. Kontras antara tahanan jenis rendah dan
tahanan jenis sedang membentuk kelurusan
yang juga berarah baratlaut-tenggara. Keluru-
san ini diperkirakan merupakan batas sebelah
baratdaya dari sistem panas bumi di daerah ini.
MODEL TAHANAN JENIS 2D
Hasil dari survei MT ini juga disajikan dalam
bentuk penampang model tahanan jenis 2D.
Pada makalah ini hanya akan dibahas 2 penam-
pang model tahanan jenis 2D yang dianggap
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.19
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
memberikan gambaran mengenai keberadaan
sistem panas bumi di daerah ini yaitu model
tahanan jenis pada lintasan 2 dan lintasan 5.
Penampang pertama (lintasan 2) berada di
sebelah utara dan memotong kelompok mata
air panas Marana. Hasil pemodelan tahanan
jenis 2D pada penampang ini memperlihat-
kan adanya sebaran tahanan jenis rendah (<20
Ohm-m) di sebelah baratdaya (Gambar 5).
Tahanan jenis rendah ini cenderung terus men-
dalam ke arah baratdaya. Tahanan jenis rendah
yang berada di sekitar kelompok mata air panas
Marana diinterpretasikan sebagai zona uba-
han yang berfungsi sebagai batuan penudung
pada sistem panas bumi di daerah ini. Tahanan
jenis ini tersebar dari dekat permukaan tanah
hingga kedalaman sekitar 1000 m. Tahanan
jenis rendah yang berada paling baratdaya dan
tersebar hingga kedalaman lebih dari 2000 m
diinterpretasikan sebagai batuan ubahan yang
terpengaruh air laut.
Di bagian bawah tahanan jenis rendah ini terse-
bar nilai tahanan jenis sedang (20-100 Ohm-m)
yang diinterpretasikan sebagai zona reservoir
panas bumi. Di bagian bawahnya lagi tersebar
nilai tahanan jenis tinggi yang diinterpretasi-
kan sebagai batas bawah dari zona reservoir.
Di sekitarnya terdapat kontras nilai tahanan
jenis yang diinterpretasikan sebagai indikasi
adanya struktur. Struktur-struktur inilah yang
diperkirakan mengontrol sistem panas bumi di
daerah ini.
Di sebelah timurlaut terlihat adanya sebaran
tahanan jenis tinggi yang diinterpretasikan
sebagai batuan metamorf dan/atau batuan
beku. Sebaran nilai tahanan jenis tinggi ini
diperkirakan sebagai batas timurlaut dari sis-
tem panas bumi daerah Marana.
Penampang kedua (lintasan 5) berada di sela-
tan dan memotong kelompok mata air panas
Yompo. Hasil pemodelan tahanan jenis 2D
pada penampang ini cukup menarik dan mem-
perlihatkan sistem panas bumi yang cukup
jelas (Gambar 6). Secara umum, tahanan jenis
rendah tersebar di dekat permukaan hingga
kedalaman sekitar 1000 m, kecuali di sebe-
lah baratdaya yang terus menyebar ke dalam
hingga kedalaman 3000 m. Tahanan jenis ren-
dah yang tersebar di sekitar kelompok mata
air panas Yompo diinterpretasikan sebagai
batuan ubahan yang berfungsi sebagai batuan
penudung. Di bagian bawahnya tersebar nilai
tahanan jenis sedang yang diinterpretasikan
sebagai zona reservoir. Puncak dari reservoir
sendiri diperkirakan berada pada kedalaman
sekitar 1000 m dengan ketebalan sekitar 1000
m.
Di bagian bawah penampang ini terlihat adanya
sebaran tahanan jenis tinggi yang diinterpreta-
sikan sebagai batuan beku. Batuan inilah yang
diperkirakan menjadi batas bawah dan base-
men dari sistem panas bumi di daerah ini. Pada
penampang ini juga diinterpretasikan terdapat
tiga buah struktur yang dicirikan dengan adanya
kontras nilai tahanan jenis. Sama seperti pada
penampang sebelumnya, struktur-struktur ini
diinterpretasikan sebagai bagian dari Sesar
Palu-Koro yang menjadi pengontrol utama sis-
tem panas bumi daerah Marana.
DISKUSI
Sistem panas bumi di daerah ini diperkirakan
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.19
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
sangat berkaitan dengan aktivitas tektonik yang
membentuk Sesar Palu-Koro dan struktur-
struktur lainnya yang berkembang di daerah
ini. Aktivitas tektonik ini mengakibatkan adanya
terobosan muda berupa diorit atau mikro diorit
melaui celeh-celah/rekahan batuan granit.
Batuan terobosan ini masih menyisakan masa
panas yang terakumulasi dengan air tanah
membentuk sistem panas bumi.
Fluida panas berinteraksi dengan batuan di
sekitarnya membentuk batuan ubahan yang
berfungsi sebagai batuan penudung. Batuan
penudung ini memiliki sifat sika yang berbeda
dengan batuan yang tidak terubahkan. Salah
satunya adalah sifat tahanan jenis. Sifat taha-
nan jenis batuan ubahan biasanya cenderung
lebih konduktif dibandingkan batuan di sekitar-
nya. Pada sistem panas bumi daerah Marana
ini, batuan ubahan dicirikan dengan sebaran
nilai tahanan jenis rendah yang tersebar dari
dekat permukaan hingga kedalaman sekitar
1000 meter dengan ketebalan antara 500 meter
hingga 1000 meter.
Zona reservoir diperkirakan berada di bawah
batuan ubahan ini dan terbentuk oleh media
struktur. Dari hasil pemodelan MT, zona reser-
voir dicirikan oleh sebaran nilai tahanan jenis
sedang (30 100 Ohm-m) yang berada pada
kedalaman sekitar 750 meter hingga kedala-
man 2000 meter dengan ketebalan sekitar 1000
meter. Zona reservoir ini diperkirakan terbagi 2,
yang pertama berada di sekitar mata air panas
Marana dan Masaingi, sedangkan yang kedua
berada di sekitar mata air panas Bayosa dan
Yompo. Puncak dari reservoir di kedua daerah
ini diperkirakan berada pada kedalaman sekitar
750 meter.
Kompilasi hasil survei MT dengan hasil survei
sebelumnya memperlihatkan adanya daerah
prospek panas bumi yang terbagi menjadi dua
lokasi, yaitu di sekitar mata air panas Marana
dan Masaingi (Prospek 1) dengan luas prospek
sekitar 10 km
2
dan di sekitar mata air panas
Bayosa dan Yompo (Prospek 2) dengan luas
sekitar 14 km
2
(Gambar 7). Daerah prospek ini
dibatasi oleh kontras nilai tahanan jenis ren-
dah dan sedang di sebelah barat dan kontras
nilai tahanan jenis sedang dan tinggi di sebelah
timur. Kedua daerah prospek ini juga secara
umum dikontrol oleh Sesar Palu-Koro dan
struktur-struktur antitetiknya yang cenderung
berarah tegak lurus dengan Sesar Palu-Koro.
KESIMPULAN
Peta tahanan jenis mempelihatkan adanya pola
gradasi ke arah baratdaya dan lineasi berarah
baratlaut-tenggara. Lineasi ini mengindika-
sikan adanya struktur yakni Sesar Palu-Koro
yang diperkirakan menjadi pengontrol utama
dari sistem panas bumi di daerah Marana.
Batuan penudung dicirikan dengan nilai taha-
nan jenis rendah yang tersebar dari dekat
permukaan hingga kedalaman 1000 meter.
Batuan penudung ini berupa batuan ubahan
yang berasal dari mineral-mineral terubah
pada temperatur rendah seperti seperti K- fel-
spar, ortoklas, dan plagioklas menjadi kaolinit.
Reservoir panas bumi berada pada zonasi struk-
tur di bawah batuan penudung dan dicirikan
dengan nilai tahanan jenis sedang. Reservoir
ini diperkirakan terbagi menjadi dua, yakni yang
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.19
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
pertama di sekitar mata air panas Marana dan
Masaingi (Prospek 1) dan yang kedua berada di
daerah Bayosa dan Yompo (Prospek 2). Puncak
dari kedua reservoir ini diperkirakan berada
pada kedalaman sekitar 750 meter di bawah
permukaan tanah dan memiliki ketebalan seki-
tar 1000 meter.
Daerah prospek untuk kedua reservoir terse-
but diperkirakan memiliki luas sekitar 10 km
2

untuk daerah prospek 1 dan 14 km
2
untuk dae-
rah prospek 2.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada seluruh ang-
gota tim survei MT daerah panas bumi Marana
yang telah banyak terlibat didalam pelaksan-
aan survei ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada kelompok penyelidikan
bawah permukaan yang telah memberikan ijin
dalam penulisan makalah ini dan juga kepada
pemerintah daerah setempat yang telah banyak
membantu pelaksanaan survei.
DAFTAR PUSTAKA
Geothermal Departement, Basic Concept of
Magnetotellurik Survey in Geothermal Fields.,
West Japan Engineerring Consultants, Inc.
Rodi, W., dan Mackie, R.L., 2001, Non Linear
Conjugate Gradients Algoritm for 2-D Magne-
totelluric Inversion. Gophysic, Vol. 66 No.1 P.
174-187.
Sukamto Rab., dkk. 1973. Peta Geologi Tin-
jau Lembar Palu, Sulawesi Tengah, skala 1 :
250.000
Sukido, D.Sukarna dan K.Sutisna, 1993 Laporan
Geologi Lembar Palu,
Telford and Sheriff, 1990. Applied Geophysics,
Cambridge University.
Tim Penyelidikan Rinci Geologi, Geokimia dan
Geosika Terpadu, 2004, Laporan Penyelidikan
Rinci Geologi, Geokimia Dan Geosika Terpadu
Daerah Panas Bumi Merawa/Marana, Kabu-
paten Donggala, Sulawesi Tengah, Direktorat
Inventarisasi Sumberdaya Mineral, Direktorat
Jenderal Geologi Dan Sumberdaya Mineral,
Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral.
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.19

Gambar 1. Peta indeks lokasi survei
Gambar 2. Peta geologi daerah Marana (Tim Survei Terpadu, 2004)
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.19
Gambar 3. Peta sebaran titik ukur Mt daerah panas bumi Marana
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.19
Gambar 4. Peta tahanan jenis pada kedalaman 500, 750, 1000, dan 1500 meter
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.19

Gambar 5. Model tahanan jenis 2D lintasan 2

Gambar 6. Model tahanan jenis 2D lintasan 5
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.19
Gambar 7. Peta kompilasi geosain daerah panas bumi Marana

Anda mungkin juga menyukai