Anda di halaman 1dari 18

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 1 : BIDANG ENERGI


I.12
PENYELIDIKAN GEOFISIKA TERPADU DAERAH PANAS BUMI MARANDA,
KABUPATEN POSO, PROPINSI SULAWESI TENGAH
Dendi Surya K. , Bakrun , Ary K.
Kelompok Penyelidikan Panas Bumi
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
SARI
Keberadaan potensi panas bumi daerah Maranda dicirikan dengan manifestasi panas bumi berupa mata
air panas, uap panas, tanah panas, dengan temperatur 53,6 C 100
o
C dan daerah batuan teralterasi
yang terdapat di sekitar air panas yang terletak di desa Maranda, Kecamatan Pesisir Pantai Selatan. Sur-
vei geofsika terpadu ini merupakan suatu bagian komplementer dari survei panas bumi terpadu dengan
metode geosain lainnya seperti geologi dan geokimia. Gabungan terpadu dari hasil survei geofsika dan
hasil survei geologi dan geokimia akan memberikan data geosain terpadu untuk memperkirakan kebera-
daan sumber daya Panas Bumi dan Wilayah Kerja Panas Bumi.
Metode gaya berat pada anomali sisa memperlihatkan jalur anomali rendah negatif di bagian tengah
kearah timurlaut yang diapit oleh anomali tinggi positif yang mempunyai arah yang sama dengan jalur
anomali rendah, yang membujur dari arah tengah - timurlaut diduga merupakan suatu zona depresi
akibat struktur yang berkembang dengan arah baratdaya timurlaut. Anomali relatif tinggi terdapat
di bagian utara dan timur daerah penyelidikan, diperkirakan sebagai sumber panas (heat source) yang
berada di sekitar manifestasi, begitu pulayang ditunjukkan dari hasil penampang model-2D gayaberat
ada body tinggi yang memperlihatkan adanya sumber panas disekitar daerah manifestasi. Hasil geomagnet
menunjukkan bahwa air panas Maranda dikontrol oleh struktur yang berarah baratlaut-tenggara dan yang
berarah timurlaut-baratdaya, sedangkan yang diperkirakan daerah prospek diperkirakan berada pada
anomali sedang di bagian utara yaitu di sekitar air panas Maranda. Adapun metode geolistrik memperli-
hatkan daerah anomali tahanan jenis rendah hingga sedang ( < 500 Ohm-m) terdapat di bagian tengah
daerah penyelidikan dan diduga berkaitan dengan aktiftas panas bumi.
Daerah prospek yang diperkirakan berkaitan dengan harga anomali rendah hingga sedang terletak di
bagian tengah daerah penyelidikan yang berkaitan dengan panas bumi memiliki luas kurang lebih 11,04
km
2
, sedangkan lapisan Top Reservoir tidak bisa ditentukan dengan metode ini.

Kata Kunci: Sumber panas, Anomali, struktur, Reservoir


PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.12
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PENDAHULUAN
Daerah Maranda ini memiliki kondisi kelist-
rikan yang kurang bagus, sehingga aliran
listrik sering terganggu. Oleh karena itu diper-
lukan suatu penyelidikan yang diharapkan akan
bermanfaat bagi pengembangan daerah ini ter-
utama di sektor energi sehingga mempercepat
peningkatan ekonomi daerah.
Penyelidikan metode geofisika terpadu ini
dilakukan untuk memperoleh data keprospe-
kan (letak, delineasi dan besarnya potensi)
daerah panas bumi Maranda dari tinjauan data
geosika. Data keprospekan ini kemudian akan
dijadikan sebagai data pendukung bagi evaluasi
keprospekan kepanasbumian Maranda secara
terpadu dengan hasil survei geologi dan geo-
kimia.
Secara administratif daerah panas bumi
Maranda termasuk ke dalam wilayah Kabupa-
ten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah, sedangkan
secara geografis terdapat pada posisi 1
o
25

24,5 - 1
o
13

34 Lintang Selatan dan 120
o
28
29 - 120
o
38 29 Bujur Timur atau berada
pada koordinat UTM 219456 - 237528 mT dan
9842509 - 9864362 mU, zona 51 N belahan bumi
selatan (Gambar 1). Luas daratan Kabupaten
Poso diperkirakan sekitar 8.712,25 km
2
, yaitu
sekitar 12,81 persen dari luas daratan Provinsi
Sulawesi Tengah. Wilayahnya berbatasan den-
gan Teluk Tomini di sebelah utara, Kabupaten
Tojo Una-Una dan Kabupaten Morowali di sebe-
lah timur, Kabupaten Donggala dan Kabupaten
Parigi Moutong di sebelah barat dan Provinsi
Sulawesi Selatan di sebelah selatan (Badan
Pusat Statistik Kabupaten Poso, 2010).
METODOLOGI
Metode penyelidikan lapangan Geofisika ter-
padu terdiri dari dua tahap pekerjaan, yaitu
pekerjaan pralapangan dan pekerjaan lapa-
ngan. Kegiatan pralapangan meliputi studi
literatur dan analisis data sekunder, serta peny-
iapan peralatan. Studi literatur dan analisis data
sekunder merupakan kegiatan pengumpulan
dan analisis data pustaka melalui identikasi
terhadap hasil penyelidikan terdahulu yang
berkaitan dengan kepanasbumiannya daerah
penyelidikan. Sedangkan penyiapan peralatan
dilakukan dengan cara kalibrasi peralatan yang
akan digunakan. Adapun penyelidikan lapangan
meliputi pengukuran di titik-titik ukur, peng-
ambilan conto batuan, pengolahan data hasil
pengukuran dan pemodelan. Pengukuran Geo-
fisika terpadu (Gayaberat, Geomagnet, dan
Geolistrik). dilakukan dititik yang telah diten-
tukan baik titik-titk lintasan maupun acak
(regional) untuk Gayaberat dan Geomagnet.
TINJAUAN GEOLOGI & GEOKIMIA
Pada tahun 2011, dalam waktu yang bersa-
maan, Pusat Sumber Daya Geologi - Badan
Geologi juga melakukan survei geologi detil dan
geokimia pada daerah panas bumi Maranda
(Tim Survei Geologi dan Geokimia Terpadu,
2011). Hasil survei tersebut dapat dirangkum
sebagai berikut:
Geomorfologi daerah survei dikelompokkan
menjadi 3 satuan, yaitu satuan pegunungan
curam, perbukitan bergelombang, dan satuan
geomorfologi pedataran.
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.12
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Stratigra daerah Maranda (Gambar 2.) dapat
dibagi beberapa satuan batuan dengan urutan
dari tua ke muda adalah Satuan Batuan Mali-
han (Km), Satuan Batupasir Karbonatan (Tpp),
Satuan Batugamping (Qpg), Satuan Batupasir
(Qpp), Koluvium (Qk), dan Aluvium (Qa).
Pola struktur geologi di daerah penyelidi-
kan didominasi oleh arah utara-selatan yang
berasosiasi dengan arah sesar naik Poso yang
berada di bagian baratnya dan pola struktur
berarah relatif barat-timur sebagai antitetiknya
Struktur sesar yang berkembang di daerah
penyelidikan diperkirakan mulai terbentuk
sejak tektonik Zaman Kapur, ketika Mandala
Geologi Sulawesi Timur bergerak ke barat dan
dipengaruhi juga oleh tektonik pada Oligosen
berupa pergerakan Mandala Banggai-Sula
yang bergerak ke arah barat, samapai akhirnya
ketika ketiga mandala geologi tersebut ber-
satu pada Miosen Tengah dan menghasilkan
beberapa segmen sesar berarah utara-selatan
seperti sesar Tokorondo yang berjenis sesar
naik. Tektonik tersebut diikuti dengan terben-
tuknya beberapa sesar antitetik yang berarah
relatif barat-timur yang berjenis sesar nor-
mal seperti Sesar Pinedapa dan Sesar Mesau.
Aktivitas tektonik terakhir pada Plio-Plistosen
menghasilkan beberapa sesar normal bera-
rah relatif baratlaut-tenggara seperti Sesar
Maranda, Patangolemba, Mauro, dan Sesar
Sincang sebagai generasi sesar paling muda.
Sesar Maranda dan Sesar Sincang mengontrol
kehadiran beberapa manifestasi panas bumi
di daerah Maranda. Kelompok Manifestasi
Maranda terdiri atas air panas, lumpur panas,
tanah beruap (steaming ground), dan batuan
ubahan. Pemunculan mata air panas berada
di sepanjang sungai Tovu di dusun Maranda
dengan temperatur 65-100C, pH sekitar 6-9,
debit 0,5-5 l/det, daya hantar listrik sekitar
1740- 2640 S/cm, tidak berasa, berbau tidak
terlalu tajam, muncul pada celah aluvium dan
batugamping, terdapat sinter travertin. Mun-
culnya air panas di pinggir kanan dan kiri sungai
Tovu pada rentang jarak yang berdekatan (50-
1000m). Manifestasi lumpur panas memiliki
temperatur 100C. Di sekitar lumpur panas ter-
dapat manifestasi panas bumi lainnya berupa
mata air panas dan tanah beruap serta batuan
ubahan. Mata air panasnya bertemperatur 99C
pada temperatur udara 29C. Tanah beruap di
Maranda cukup luas, yaitu sekitar 0,5x0,5 km
dengan temperatur bervariasi antara 40-96C.
Batuan ubahan (alterasi batuan) di Maranda
berada di sekitar tanah beruap dengan luas
sekitar 3x3 m
2
. Nilai kehilangan panas ala-
miah pada menifestasi tanah beruap (steaming
ground) sebesar 574.980 kW
th
. Sehingga, jum-
lah total kehilangan panas alamiah di daerah
penyelidikan adalah sebesar 2,4 MW
th
.
Berdasarkan pada hasil analisis air panas
dan air dingin, pada diagram segi tiga Cl-SO
4
-
HCO
3
, air panas Maranda-3, Maranda-6, dan
Maranda-7 terletak pada posisi zona klorida
dan condong ke arah sulfat, sedangkan air
panas Maranda-1, Maranda-2, Maranda-4,
Maranda-5, berada di zona bikarbonat-klorida,
sementara air dingin sebagai pembanding ter-
letak pada posisi di pojok bikarbonat. Nilai Hg
tanah (Gambar 3), memperlihatkan anomali
relatif tinggi >700 ppb yang terletak di sekitar
manifestasi dan berada di bagian timur dae-
rah penyelidikan. Distribusi nilai CO
2
udara
tanah (Gambar 4), memperlihatkan anomali
tinggi>2% di sekitar air panas namun tidak ter-
lalu luas, konsentrasi CO
2
antara 1-2%,dan<1%
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.12
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
menyebar merata di daerah penyelidikan. CO
2

mengindikasikan adanya bocoran uida panas
bumi yang keluar melalui sesar, ada kemun-
gkinan anomali CO
2
lebih dari 2% merupakan
bocoran uida dari panas bumi. Perkiraan tem-
peratur minimal reservoir daerah panas bumi
Maranda dengan menggunakan geotermom-
eter silika diperkirakan 180
O
C.
Hasil Survei Geosika Terpadu
Gaya Berat
Dari Anomali Sisa (Gambar 5) memperlihatkan
kelurusan-kelurusan gayaberat berarah barat-
daya - timurlaut, dan baratlaut - tenggara yang
secara tegas tampak di bagian utara dan teng-
gara daerah penyelidikan. Kelurusan ini searah
dengan keberadaan struktur-struktur geologi
yang dapat dikenali di permukaan dan dari
kelurusan kontur topogra, dan se arah dengan
struktur sesar utama Poso yang berarah barat-
laut tenggara. Kompleksitas kelurusan di
daerah utara dan tenggara tidak dapat dikenali
dari geologi permukaan mungkin karena ting-
kat erosi yang kuat di daerah tersebut. Selain
itu juga memperlihatkan pengkutuban anomali
positif dan anomali negatif dengan kerapatan
serta pembelokan kontur yang tajam. Anom-
ali rendah umumnya ditempati oleh batuan
yang telah mengalami ubahan, dari tingkat
lemah kuat, akibat berkembangnya struktur
dan munculnya mata air panas kepermukaan,
anomali rendah ini berada di bagian utara dae-
rah penyelidikan. Jalur anomali rendah negatif
ini sangat menarik karena diapit oleh anomali
tinggi positif yang mempunyai arah yang sama
dengan jalur anomali rendah. Hal ini ditafsirkan
bahwa zona anomali rendah yang membu-
jur di bagian utara diduga merupakan suatu
zona struktur yang diikuti dengan munculnya
manifestasi panas bumi Maranda, akibat kom-
pleksnya struktur yang berkembang dengan
arah baratlaut tenggara. Peta anomali Sisa
juga memperlihatkan struktur yang agak kom-
pleks, namun pola anomalinya relatif memiliki
persamaan dengan pola anomali Bouguer. Hal
ini diperkirakan karena pola anomali Bouguer
secara dominan diakibatkan oleh struktur
dalam. Anomali Sisa lebih mempertegas lagi
keberadaan kelurusan-kelurusan yang dikenali
dari anomali Bouguer. Kelurusan-kelurusan
yang muncul mempunyai arah baratdaya-timur-
laut, baratlauttenggara, secara tegas terlihat
di bagian utara dan tenggara. Di bagian utara ke
arah tengah, dan bagian tengah ke arah teng-
gara, mempunyai pola anomali yang dikenali
dari anomali Bouguer terlihat lebih tegas lagi.
Secara umum, di bagian daerah utara, tengah,
timur, dan tenggara dari daerah penyelidi-
kan di mana manifestasi panasbumi Maranda
berada, ditandai dengan kelurusan di bagian
utara yang didominasi oleh kelurusan-keluru-
san berarah baratlaut tenggara. Sedangkan
di daerah manifestasi air panas Maranda
berada, didominasi oleh kelurusan berarah
baratlaut - tenggara dan baratdaya timurlaut.
Anomali rendah ini sebagian menunjukkan
kesamaannya dengan anomali Bouguer, ini
mengisyaratkan kondisi struktur lokal searah
dengan struktur dalamnya. Sedangkan anomali
tinggi sangat terlihat jelas pada peta sebaran
ini yang membatasi zona anomali rendah sehin-
gga zona anomali tinggi yang berada tidak jauh
dari manifestasi air panas Maranda semakin
terfokus, ini memperlihatkan bahwa anomali
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.12
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
sisa ini kemungkinan ditimbulkan oleh struktur
-struktur dalam dan sangat kompleks. Jika hal
ini memang benar, maka ada hal yang menarik
dari zona anomali tinggi tadi, apakah zona tinggi
ini ditimbulkan oleh blok batuan dengan den-
sitas yang relatif lebih tinggi dari pada batuan
yang ada di sekitarnya atau berupa batuan yang
berumur lebih muda dari pada batuan di seki-
tarnya dan berperan penting sebagai sumber
panas dari sistem panas bumi di daerah penye-
lidikan ini. Beberapa indikasi adanya struktur
atau patahan diinterpretasi dari peta anomali
Sisa (Gambar 5). Di bagian utara hingga tengah,
bagian barat ke arah tengah, bagian tengah ke
arah timurlaut terlihat pola anomali dengan
liniasi kerapatan kontur antara anomali sedang
dan anomali tinggi cukup tajam yang mengarah
baratlaut tenggara, hal ini mengindikasikan
cerminan suatu struktur patahan yang berarah
baratlaut-tenggara F2, dan F1 memperlihatkan
arah yang hampir sama, dan searah dengan
struktur utama di daerah ini yaitu struktur
Palu Koro dan merupakan sesar mendatar
yang masih aktif. Diperkirakan kedua struk-
tur tersebut merupakan kontrol struktur yang
menimbulkan munculnya air panas Maranda
muncul kepermukaan. Sedangkan anomali
positif yang muncul disekitar manifestasi
diperkirakan merupakan sumber panasnya
(heat sources). Di bagian utara ke arah timurlaut
juga masih memperlihatkan pola anomali den-
gan kerapatan liniasi kontur yang tajam antara
anomali tinggi dan anomali rendah hal ini dapat
di tafsirkan sebagai jalur struktur yang bera-
rah baratdaya timurlaut (F3 dan F4). Struktur
yang diperkirakan yang berada di bagian sela-
tan mempunyai arah hamper Utara selatan
(F5), dan yang berada di ujung bagian tenggara
(F6) mempunyai arah baratdaya timurlaut.
Dari hasil model 2-D memperlihatkan adanya
tubuh dengan densitas 2.80 gr/cm
3
yang mene-
robos batuan di penampang AB maupun CD.
Struktur utama pengontrol air panas adalah
struktur yang berarah baratlaut-tenggara.
Geomagnet
Peta magnet total tidak memperlihatkan per-
bedaan nilai magnet yang terlalu dominan, nilai
anomali positif dan negatif relatif seimbang
karena penempatan Base Station (BS) berada
pada batuan yang memberikan harga magnet
sedang terhadap sekitarnya.
Kelompok anomali dengan nilai sedang yaitu
-60 nT sampai 20 nT terdapat di bagian ten-
gah menerus ke utara, merupakan kelompok
anomali sedang yang diperkirakan merupakan
cerminan dari adanya batuan kolovium dan
aluvium. Kelompok anomali dengan nilai ren-
dah >20 nT (merah) terdapat di bagian timur
dengan sebaran dari bagian tengah ke selatan
yang diperkirakan merupakan respon dari
adanya batu gamping di daerah tersebut, dan
di bagian utara terdapat juga anomali tinggi
akibat adanya respon dari batupasir. Air panas
Maranda berada pada anomali sedang yang
diapit oleh anomali tinggi di bagian utara dan
anomali rendah di bagian selatannya. Nilai
magnet total ini masih berdasarkan inklinasi
dan deklinasi daerah penyelidikan yang secara
umum masing-masing sekitar -19,13
0
dan 1,39
0
.
Dari hasil ini kemudian dilakukan pemrosesan
reduksi ke kutub/reduction to pole (RTP) yang
bertujuan untuk merotasi arah inklinasi dan
deklinasi magnet ke inklinasi dan deklinasi
yang memberikan respon yang ideal yaitu ink-
linasi 90
o
dan deklinasi 0
o
, hasil akhir reduction
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.12
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
to pole tidak memberikan respon yang cukup
baik sehingga dipakai inklinasi 60
o
. Setelah itu
dilakukan proses lanjutan yaitu upward continu-
ation (UWC), dimana proses ini bertujuan untuk
menghilangkan gangguan lokal yaitu penga-
ruh dari benda-benda magnetis dipermukaan,
upward continuation dilakukan pada keting-
gian 100 m, 150 m, 200m, 250, 300, dan 350 m,
metode ini digunakan untuk dapat memband-
ingkan nilai magnet pada beberapa ketinggian
sehingga memberikan hasil yang optimum
untuk diinterpretasi. Nilai magnet total dengan
range nilai -200 nT s/d 140 nT, setelah di RTP
range nilai berubah jadi -240 nT s/d 350 nT. Pola
delineasi anomali magnet total yang secara
umum berarah hampir utara-selatan berubah
menjadi baratlaut-tenggara. Nilai magnet
tinggi > 250 nT( kuning-merah) berupa kon-
tur menutup memanjang yang berarah hampir
baratlaut-tenggara berada di bagian utara dae-
rah penyelidikan dan berdekatan dengan mata
air panas Maranda. Kelompok magnet tinggi
juga terdapat di bagian tengah daerah penyeli-
dikan, memanjang berarah baratlaut-tenggara
Anomali magnet rendah terdapat di bagian
barat-baratdaya dan timurlaut daerah penyeli-
dikan. Kelompok magnet sedang 0 nT s/d 250
nT mendominasi daerah penyelidikan dengan
pola delineasi secara umum hampir berarah
baratlaut-tenggara. Nilai magnet rendah < 50
nT berada di timurlaut dan tenggara.
Peta hasil reduksi ke kutub dan upward
continuation 200 meter pada Gambar 6. mem-
perlihatkan secara umum nilai kontur magnet
masih didominasi oleh nilai magnet sedang (
kuning dan hijau) dengan nilai 0 s/d 250 nT. Pola
kontur tinggi > -250 nT hanya terdapat di bagian
utara daerah penyelidikan berupa spot meman-
jang yang berarah hampir baratlaut-tenggara,
dan di bagian tengah daerah penyelidikan yang
berupa kontur memanjang berarah baratlaut-
tenggara daerah penyelidikan.
Geolistrik
Pada bentangan AB/2 = 250 m memperlihat-
kan anomali tinggi ( > 50 Ohm-m ) terdapat di
bagian baratdaya daerah penyelidikan yaitu
pada ujung lintasan A sebelah baratdaya
memperlihatkan pola anomali tinggi membuka
kearah baratdaya. Nilai anomali rendah (< 25
Ohm-m) terdapat di sebagian besar daerah
penelitian terutama di sebelah utara dan barat
daerah penyelidikan, nilai anomali yang san-
gat rendah ( < 5 ohm-meter) muncul di sebelah
utara daerah penyelidikan dan membuka ke
timur, kemudian muncul sebagai spots di ten-
gah tengah daerah penyelidikan.
Pada bentangan AB/2 = 500 m, anomali tinggi
( > 50 Ohm-m ) masih muncul di bagian barat
dan baratdaya daerah penyelidikan yaitu
pada ujung lintasan A sebelah baratdaya dan
di sekitar titik B-1500, pola anomali tinggi ini
membuka kearah baratdaya. Nilai anomali ren-
dah (< 25 Ohm-m) terdapat di sebagian besar
daerah penelitian terutama di sebelah utara
dan barat daerah penyelidikan, nilai anomali
yang sangat rendah ( < 5 ohm-meter) masih
muncul di sebelah utara daerah penyelidikan
dan membuka ke timur, kemudian muncul
sebagai spot-spot di tengah tengah daerah
penyelidikan namun spot spot yang muncul
mulai menyatu terutama yang berada disekitar
air panas dan makin membesar di sekitar lint-
asan B dan C.
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.12
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Pada bentangan AB/2 = 750 m , anomali tinggi
( > 50 Ohm-m ) mendominasi bagian barat dan
selatan daerah penyelidikan yaitu pada ujung
lintasan A sebelah baratdaya. Nilai anomali
rendah (< 25 Ohm-m) terdapat di sebagian
besar daerah penelitian terutama di sebe-
lah utara dan barat daerah penyelidikan, nilai
anomali yang sangat rendah ( < 5 ohm-meter)
masih muncul di sebelah timurlaut daerah
penyelidikan dan membuka ke timur, namun
spot-spot yang muncul di bentangan AB/2 250
m dan AB/2 500 m sudah menghilang.
Pada bentangan AB/2 = 1000 m (Gambar 7),
anomali tinggi ( > 50 Ohm-m ) mendominasi
bagian barat dan selatan daerah penyelidikan
yaitu pada ujung lintasan A sebelah baratdaya,
dan di jumpai di lintasan E. Nilai anomali ren-
dah (< 25 Ohm-m) terdapat di sebagian besar
daerah penelitian terutama di sebelah utara
dan barat daerah penyelidikan, nilai anomali
yang sangat rendah ( < 5 ohm-meter) masih
muncul di sebelah timurlaut daerah penyelidi-
kan dan membuka ke timurlaut.
Penampang Tahanan Jenis Semu
Pada penampang tahanan jenis semu pada
lintasan A berarah hampir Baratdaya-Timur-
laut didominasi oleh nilai tahanan jenis semu
rendah (<25 ohm-m) hingga sedang (25 50
ohm-m), tahanan jenis semu rendah hampir
di seluruh permukaan disepanjang lintasan A.
Nilai tahanan Jenis semu tinggi (>50 ohm-m)
mulai menguat di kedalaman <-100 di bawah
permukaan tanah di sebelah baratdaya daerah
penyelidikan. Pada penampang tahanan jenis
semu di lintasan B, secara umum memperli-
hatkan tahanan jenis semu rendah (<25 ohm-m)
dari mulai sekitar titik B-1750 hingga B-5000
baik di permukaan maupun di bawah permu-
kaan, nilai tahanan jenis semu sedang (25 50
ohm-m) berada di sekitar mata air panas di titik
B-1750 hampir tegak lurus ke bawah permu-
kaan, adapun nilai tahanan jenis tinggi (>50
Ohm-m) muncul sebagai spot di titik B-1500.
Untuk penampang Lintasan C, secara umum
memperlihatkan tahanan jenis semu rendah
(<25 ohm-m) dari mulai sekitar titik C-1500
hingga C-4750 baik di permukaan maupun di
bawah permukaan, nilai tahanan jenis semu
sedang (25-50 ohm-m) muncul di sekitar titik
C-1500 hampir secara vertikal menerus hingga
ke bawah, hanya muncul sedikit nilai tahanan
jenis tinggi di bawah titik C-1250 berbentuk
spot.
Pada penampang lintasan D, memiliki nilai
tahanan jenis mulai dari nilai tahanan jenis
semu rendah hingga sedang. Nilai tahanan
jenis semu rendah (<25 ohm-m) mendomi-
nasi penampang lintasan D. Pada penampang
lintasan E, memiliki nilai tahanan jenis yang
sangat variatif mulai dari nilai tahanan jenis
rendah hingga nilai tahanan jenis tinggi.
Nilai tahanan jenis semu rendah (<25 ohm-
m) mendominasi penampang tahanan jenis
semu rendah muncul disebelah timur dengan
ketebalan yang cukup tebal. Pada Lintasan
F ini memotong seluruh lintasan pada dae-
rah penyelidikan. Pada penampang lintasan
ini, harga tahanan jenis semu berkisar antara
nilai tahanan jenis semu rendah hingga tinggi.
Nilai tahanan jenis semu rendah (<25 ohm-m)
mendominasi daerah penyelidikan mulai dari
titik F-2000 menerus ke arah tenggara hingga
ke titik F-7000 dengan ketebalan lapisan yang
cukup tebal, nilai tahanan jenis semu sedang
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.12
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
(25 50 ohm-m) muncul di permukaan di
sekitar titik F-5500 dan di bawah permukaan
mulai dari titik F-2500 hingga di bawah titik
F-3500. Nilai tahanan jenis tinggi berada jauh
dari permukaan di bawah titik F-1500 hingga
titik F-3000.
Pendugaan Tahanan Jenis
Penampang hasil interpretasi sounding (Gam-
bar 8) berarah hampir baratdaya-timurlaut ,
melalui 4 titik ukur sounding yaitu titik B-2000,
B-2500, B-3000, B-3500. Berdasarkan interpre-
tasi dari hasil pengukuran sounding perlapisan
batuan pada penampang ini terdiri dari tiga
jenis batuan yaitu lapisan pertama merupakan
lapisan sedimen hasil rombakan yang terdiri
dari endapan aluvium, dan endapan hasil rom-
bakan (koluvium) dari batuan yang lebih tua
dengan nilai tahanan jenis < 25 ohm-m den-
gan ketebalan bervariasi 200 - 800 m dibawah
lapisan sedimen hasil rombakan terdapat
lapisan sedimen lain yang di interpretasikan
sebagai batupasir dengan nilai tahanan jenis
25 50 ohm-m dengan ketebalan mencapai 400
m. Lapisan terbawah yang teridentikasi dari
pengukuran sounding adalah batuan metamorf
dengan ketebalan yang tidak teridentifikasi
karena penetrasi pengukuran sounding yang
terbatas.
Penampang hasil interpretasi sounding (Gam-
bar 9) berarah hampir baratdaya-timurlaut ,
melalui 4 titik ukur sounding yaitu titik F-2000,
F-2500, F-3000, F-3500, F-4500, F-5000, F-5500.
Berdasarkan hasil interpretasi pengukuran
sounding perlapisan batuan pada penampang
ini terdiri dari tiga jenis batuan yaitu lapisan
pertama merupakan lapisan sedimen hasil
rombakan yang terdiri dari endapan aluvium,
dan endapan hasil rombakan (koluvium) dari
batuan yang lebih tua dengan nilai tahanan
jenis < 25 ohm-m dengan ketebalan bervari-
asi 100 - 700 m dibawah lapisan sedimen hasil
rombakan terdapat lapisan sedimen lain yang di
interpretasikan sebagai batupasir dengan nilai
tahanan jenis 25 50 ohm-m dengan ketebalan
mencapai 300 m. Lapisan terbawah yang teri-
dentikasi dari pengukuran sounding adalah
batuan metamorf dengan ketebalan yang tidak
teridentikasi karena penetrasi pengukuran
sounding yang terbatas.
DISKUSI
Hasil mapping dengan bentangan AB/2=250 m
hingga AB/2 = 1000 m nilai tahanan jenis semu
rendah (<25 ohm-m) berada disebelah utara
dan timur daerah penelitian, nilai tahanan
jenis semu rendah ini erat kaitannya dengan
jenis litologi yang di dominasi oleh endapan
aluvium, nilai tahanan jenis semu yang sangat
rendah di bawah 5 ohm-m di sebelah timurlaut
diduga dipengaruhi oleh faktor intrusi air laut
sedangkan nilai tahanan jenis semu rendah di
tengah daerah penelitian di dekat manifes-
tasi air panas berkaitan erat dengan sistem
panas bumi. Nilai tahanan jenis sedang (25
50 ohm-m) menempati bagian baratlaut dan
membentuk sebuah kelurusan ke selatan pada
bentangan AB/2 = 250 m dan AB/2 = 500 sedan-
gkan pada bentangan AB/2 = 750m kelurusan
yang dibentuk berarah hampir utara-selatan,
hanya saja di ujung lintasan sebelah selatan
berbelok ke tenggara, pada bentangan AB/2 =
1000 m kelurusan berarah baratlaut-tenggara.
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.12
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Nilai tahanan jenis sedang ini berkaitan dengan
jenis litologi rombakan batuan metamorf (kolu-
vium) yang lebih tua, diduga nilai tahanan jenis
semu sedang ini juga berhubungan dengan
kelurusan struktur yang mengontrol daerah
penyelidikan.
Nilai tahanan jenis semu Tinggi (>50 ohm-m)
berada disebelah baratdaya daerah penelitian,
nilai tahanan jenis semu tinggi ini erat kaitan-
nya dengan jenis litologi yang di dominasi oleh
batuan metamorf yang memberikan respon
nilai tahanan jenis semu yang relatif lebih tinggi
di bandingkan dengan nilai tahanan jenis semu
di sekitarnya. Dari intrpretasi hasil sounding
diketahui dari nilai tahanan jenis terdapat 3
jenis batuan dengan nilai tahanan jenis yang
bervariasi. Batuan dengan nilai tahanan jenis
< 25 ohm-m merupakan batuan aluvium yang
mendominasi bagian timur laut (lintasan B)
daerah penyelidikan. Nilai tahanan jenis rendah
ini dimungkinkan karena karakteristik enda-
pan sedimen yang terdiri dari endapan aluvium
dan endapan rombakan dari batuan metamorf
(koluvium) yang memiliki nilai tahanan jenis
rendah. Batuan dengan nilai tahanan jenis
25 - 50 ohm-m merupakan batuan sedimen
yang di duga berupa batupasir sedangkan
tahanan jenis > 50 ohm-m merupakan batuan
metamorf. Dari bentuk lapisan yang ada dan
letak manifestasi yang muncul di permukaan,
komplek manifestasi yang berkaitan dengan
aktifitas panas bumi berada di sekitar titik
F-3000 hingga B-2500 untuk penampang di lin-
tasan B dan di titik F-2000 hingga F-3500 utuk
penampang di lintasan F. Anomali positip hasil
dari perolehan data gayaberat di daerah panas
bumi Maranda diperkirakan berkaitan erat den-
gan adanya tubuh/bodi yang tidak muncul ke
permukaan yang terdapat disekitar manifestasi
airpanas yaitu disekitar lintasan B dan F, tubuh/
body tersebut diduga berupa batuan plutonik
yang tidak muncul ke permukaan. Anomali
rendah yang berada di bagian timurlaut daerah
penyelidikan diperkirakan batu pasir, kolovial,
alluvial atau endapan permukaan yang dibatasi
oleh dua buah struktur berarah baratldaya-
timurlaut yang diperkirakan zona depresi
Maranda. Anomali sedang yang mendominasi
daerah penyelidikan merupakan basement bat-
uannya diduga batuan malihan.
Pada pemodelan 2-D gaya berat terlihat adanya
tubuh/body dengan densitas 2.80 gr/cm
3
yang
menerobos basement (malihan) di penampang
AB maupun CD. Batu pasir, alluvial, atau kolovial
terdapat juga baik di penampang AB maupun
CD. Struktur utama pengontrol airpanas adalah
struktur yang berarah baratlaut-tenggara.
Hasil penyelidikan geomagnet memperlihatkan
anomali magnet total sangat dipengaruhi oleh
perbedaan litologi yang ada di daerah tersebut,
sehingga cerminan adanya demagnetisasi ren-
dah akibat dari interaksi antara fluida panas
dengan batuan di daerah ini tidak kelihatan jelas.
Nilai anomali rendah dengan nilai kontur <-60
yang bagian timur terdistribusi di bagian barat-
baratdaya ditempati oleh batuan metamorf
dan nilai anomali rendah di bagian timurlaut
ditempati oleh alluvium. Anomali dengan nilai
sedang yaitu -60 nT sampai 20 nT (hijau-kuning)
terdapat di bagian tengah menerus ke utara,
merupakan kelompok anomali sedang yang
diperkirakan merupakan cerminan dari adanya
kolovium dan batupasir. Kelompok anomali
dengan nilai rendah >20 nT (merah) terdapat
di bagian timur dengan sebaran dari bagian
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.12
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
tengah ke selatan yang diperkirakan merupa-
kan respon dari adanya batu gamping di daerah
tersebut, dan di bagian utara terdapat juga
anomali tinggi akibat adanya respon dari batu-
pasir. Airpanas Maranda berada pada anomali
sedang yang diapit oleh anomali tinggi di bagian
utara dan anomali rendah di bagian selatannya.
Aktivitas tektonik yang berlangsung semenjak
Zaman Kapur sampai Plio-Plistosen mengaki-
batkan beberapa bagian dari batuan di daerah
penyelidikan menjadi terkekarkan dan terses-
arkan, sehingga daerah tersebut menjadi zona
lemah yang memungkinkan terjadinya aktivitas
magmatik yang bergerak menuju permukaan.
Aktivitas magmatik tersebut diantaranya dapat
menghasilkan jenis batuan plutonik yang masih
memiliki sisa panas. Sisa panas dalam tubuh
batuan plutonik inilah yang diperkirakan men-
jadi sumber panas dalam sistem panas bumi
Maranda. Batuan plutonik tersebut diperkira-
kan berhubungan dengan aktivitas magmatik
termuda yang terjadi pada Kala Plio-Plistosen,
yaitu berupa terobosan granit di seluruh man-
dala geologi Sulawesi (Simandjuntak, 1997).
Selain hal tersebut di atas, berkembangnya sis-
tem kekar dan sesar akibat aktivitas tektonik
telah mengakibatkan daerah tersebut memiliki
permeabilitas yang baik. Permeabilitas yang
baik memungkinkan resapan air permukaan
lebih mudah melakukan penetrasi dan terben-
tuknya reservoir panas bumi.
Kehadiran sesar normal Sincang diperkirakan
memisahkan sistem panas bumi yang terda-
pat di Daerah Kawende dengan sistem panas
bumi Maranda. Setelah melakukan penetrasi,
air permukaan yang terpanaskan oleh sumber
panas menghasilkan fluida panas bumi yang
selanjutnya terkumpul pada reservoir panas
bumi. Interaksi antara uida panas bumi den-
gan batuan di sekitarnya menghasilkan batuan
ubahan yang berperan sebagai batuan penud-
ung dari sistem panas buminya. Di daerah
panas bumi Maranda, batuan penudung yang
bersifat kedap air atau impermeabel ini berupa
lapisan lempung yang berkomposisikan mineral
alterasi dengan tipe ubahan argilik. Kehadiran
struktur sesar juga menjadi media bagi uida
panas bumi yang bergerak menuju permukaan
membentuk manifestasi panas bumi di permu-
kaan, sepertihalnya sesar normal Maranda dan
sesar normal Sincang yang mengontrol kehadi-
ran manifestasi panas bumi Maranda.
Metode Geolistrik DC-Resistivity memberikan
pola struktur yang sama yaitu terdapatnya
beberapa pola kelurusan harga kontur tinggi
dengan rendah dengan arah Baratlaut-Tengg-
ara. Berdasarkan geolistrik DC-Resistivity harga
tahanan jenis semu hasil mapping pada bentan-
gan AB/2 mulai 250, 500, 750 dan 1000 m yang
perlu dicurigai sebagai daerah menarik adalah
harga tahanan jenis semu rendah - sedang
( < 500 Ohm-m) yang terdapat di bagian ten-
gah daerah penyelidikan dengan pola kontur
membuka kearah timur yang ditafsirka sebagai
daerah prospek.
Sifat permeabel yang dimiliki oleh reservoir
panas bumi dapat diakibatkan oleh proses
deformasi batuan seperti kekar dan sesar.
Kegiatan tektonik yang mengontrol proses
deformasi mulai Zaman Kapur sampai Plio-
Plistosen telah mengakibatkan satuan batuan
metamorf di daerah penyelidikan memiliki pola
rekahan yang intensif dan bersifat permeabel.
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.12
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Selain itu, aktivitas struktur sesar juga dapat
membentuk system rekahan pada batuannya.
Oleh karena itu, satuan batuan metamorf dip-
erkirakan sebagai batuan reservoir dari sistem
panasbumi daerah penyelidikan.
Dengan mempertimbangkan hasil penyelidikan
lain seperti daerah panas bumi Bora (Kabupa-
ten Sigi, Sulawesi Tengah) yang memiliki kondisi
geologi dan kehadiran manifestasi yang mirip
dengan daerah Maranda, kedalaman batuan
reservoir (top reservoir) diperkirakan berada
pada kedalaman kurang dari 1000 meter.
Daerah panas bumi Maranda yang lingkungan
geologinya tidak berasosiasi dengan gunung-
api, kemungkinan berhubungan dengan batuan
termuda (Kuarter) berupa tubuh batuan pluto-
nik yang masih memiliki sisa panas dan tidak
muncul di permukaan. Sisa panas dalam tubuh
batuan plutonik inilah yang diperkirakan men-
jadi sumber panas dalam sistem panas bumi
Maranda. Batuan plutonik tersebut diperkira-
kan berhubungan dengan aktivitas magmatik
termuda yang terjadi pada Kala Plio-Plistosen,
yaitu berupa terobosan granit di seluruh man-
dala geologi Sulawesi (Simandjuntak, 1997).
Fluida panas Maranda-7 yang berada di lokasi
lumpur panas diperkirakan merupakan uida
panas bumi yang berasal langsung dari res-
ervoir panas bumi. Sementara fluida panas
Maranda dan lainnya, fluida panas buminya
telah mengalami interaksi dengan air permu-
kaan selama perjalanan menuju permukaan,
atau diduga berasosiasi dengan naiknya uida
panas bumi yang mengandung gas terutama
CO
2
yang kemudian mengalami kondensasi di
dalam akuifer dangkal. Fluida panas Maranda
mengindikasikan adanya interaksi dengan bat-
uan beku di kedalaman sebelum mencapai ke
permukaan, hal ini dapat juga mengindikasikan
bahwa komposisi air panasnya dipengaruhi oleh
proses leaching batuan. Fluida panas di mata air
panas Maranda diperkirakan berasal dari res-
ervoir panasbumi yang sama. Oleh karena itu,
daerah panas bumi Maranda terbagi kedalam
tiga system panas bumi yang masing-masing
memiliki daerah prospek panas bumi dan tem-
peratur reservoir yang berbeda.
Perkiraan temperatur minimal reservoir dae-
rah panas bumi Maranda dengan menggunakan
geotermometer silika diperkirakan 185
O
C,
untuk daerah panas bumi Kawende dengan
geotermometer silika diperkirakan sebesar
160C, dan untuk daerah panas bumi Pantan-
golemba dengan geotermometer Na-K-Ca
sebesar 110C
KESIMPULAN
Daerah prospek panas bumi berkaitan erat
dengan anomali rendah hingga sedang untuk
penyelidikan geolistrik dan geomagnet serta
anomali bouguer tinggi dan yang menempati
bagian tengah daerah penyelidikan dan menye-
bar ke arah timur.
Luas areal prospek daerah panas bumi Maranda
dari 11,04 Km
2
(Gambar 9).
Sumber panas diduga berasal dari sisa magma
dari atau intrusi batuan plutonik yang muncul
ke permukaan
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.12
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
Potensi terduga daerah panas bumi Maranda
adalah sebesar 20 MWe
Saran
Metoda geofisika gaya berat, geomagnet
dan geolistrik belum bisa menentukan
sebaran dan kedalaman dari lapisan penu-
dung (caprock) dari sistem panas bumi
Maranda sehingga disarankan untuk dilak-
sanakan survey lanjutan dengan metoda
Magnetotellurik (MT) guna mendeteksi
struktur yang lebih dalam dan rinci.
Sebaran titik ukur untuk survei lanjutan
(MT) sebaiknya diarahkan disekitar MAP
Maranda mengarah ke timur, karena dari
hasil survei geosika terpadu liniasi anom-
ali gaya berat, magnet dan pola tahanan
jenis rendah dari geolistrik semua masih
membuka kearah timur daerah penyelidi-
kan.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada
semua pihak yang mendukung proses
penulisan ini, atas akses data yang diperlukan
serta saran-saran dan koreksi yang diberikan
DAFTAR PUSTAKA
Bachri S., & Alzwar Muzil, 1975.
Laporan Inventarisasi Kenampakan Gejala
Panasbumi Daerah Sulawesi Tengah, Dinas
Vulkanologi, Bagian Proyek Survei Energi
Geotermal, Bandung.
Bemmelen, van R.W., 1949.
The Geology of Indonesia. Vol. I A. The Hague.
Netherlands.
Hamilton W.,1979.
Tectonic of Indonesia Region, Geol.Surv.Prof.
Papers,U.S.Govt.Print Off.,Washington.
Hutchinson,C.S.,1989.
Geological Evolution of South-East Asia, Oxford
Mono. Geol. Geoph., 13, Clarendon Press,
Oxford
Ratman N., & Atmawinata S., 1993.
Peta Geologi Lembar Mamuju, Sulawesi Skala
1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengemban-
gan Geologi. Bandung.
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.12

Gambar 1. Peta lokasi daerah panas bumi Maranda
Gambar 2. Peta Geologi Daerah panas bumi Maranda
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.12



Gambar 3: Peta distribusi Hg tanah pada kelompok panas bumi Maranda

Gambar 4: Peta distribusi CO2 udara tanah daerah panas bumi Maranda
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.12

Gambar 5: Peta Anomali Sisa daerah panas bumi Maranda
Gambar 6: Peta anomali magnet total hasil reduction to pole (RTP) dan upward continuation
(UWC) 200 m, daerah panas bumi Maranda.
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.12
Gambar 7: Peta sama tahanan jenis semu AB/2 = 1000 m daerah
panas bumi Maranda
Gambar 7: Peta sama tahanan jenis semu AB/2 = 1000 m daerah panas bumi Maranda
BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.12

Gambar 8 : Penampang Tahanan Jenis Batuan Lintasan B (Barat daya -Timurlaut)

BUKU 1 : BIDANG ENERGI
PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011
I.12
Gambar 9 : Penampang Tahanan Jenis Batuan Lintasan F (Baratlaut Tengggara)
Gambar 10 : Peta Kompilasi Geosika serta Delineasi Zona Prospek Panas Bumi Maranda

Anda mungkin juga menyukai