Anda di halaman 1dari 4

Jangan Menyerah Atas Kefakiran

Andi Dermawan
Ada banyak jalan rizqi di dunia ini, kenapa harus bersedih? Bingung menggapai rizqi yang sebetulnya hanya
pelu dijemput. Ingatlah bahwa tidak ada yang Allah ciptakan di dunia ini yang tanpa manfaat, inna kulli syaiin
muhimmah. Lalu kenapa begitu bingung untuk mencari rizqi yang jelas telah Allah siapkan, sebagaimana
seorang bayi dilahirkan ke dunia pun turut beserta rizqinya. Artinya memang rizqi ini satu paket, baik dengan
takdir dan rencana indah Tuhan.
Allah berjanji akan mencukupkan rizqi seorang bayi, maka tidaklah perlu orang tua khawatir. Maka seiring
bertambahnya kebutuhan, apalagi bagi seorang yang telah menikah dan memiliki anak, maka sudah tentu rizqi
tersebut dititipkan melalauinya.
Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa masih banyak orang di dunia ini yang terkekang dalam keadaan
kemiskinan dan kesusahan atas rizqi? Apakah Allah menutup jalan rizqi tersebut? menjauhkannya atau
menahannya? Tidak sedikit orang yang sejak lahir hingga matinya dalam keadan fakir, igtu berarti Allah tidak
menahan-nahan rizqi tersebut. tidak sedikit pula orang yang masih bisa makan walau begitu mustahil adanya
rizqi untuk sekedar makan, tapi buktinya masih bisa hidup. Dan tidak sedikit pula orang-orang yang dengan
keterbatassan rizqi dan secara logika tidak mungkin sanggup untuk mengumpulkan uang untuk membangun
rumah, membeli pakaian dan berbagai kebutuhan lain, namun ternyata tercapai dan terpenuhi segalanya.
Ternyata permasalahannya adalah pada keterbatasan manusia itu sendiri yang membatasi atas rahmat Allah.
Manusia itu sendiri yang membatasi diri atas kemampuan dan ke-pantas-an untuk menggapai rizqi melimpah.
Karena dalam menggapai rizqi ada beberapa kunci sederhana, ini semua berdasarkan pengalaman pribadi dan
hasil sharing pengalaman atas kejaiban rizqi bersama orang-orang terdekat, antara lain; pengembangan
potensi diri, kemampuan dan keterbukaan akal fikiran untuk melihat pintu-pintu rizqi, perilaku membuka pintu
rizqi dan ikhtiar melipatgandakan rizqi secara kualitas dan kuantitas.
Pengembangan potensi diri
Sesungguhnya manusia adalah makhluk paling sempurna. Dengan adanya anugerah akal, maka segala
kemampuan makhluk lain ciptaan Tuhan dapat dilakukan oleh manusia. Seperti burung yang dapat terbang,
maka tidak sulit bagi manusia untuk terbang. Kekuatan kuda untuk berlari, manusia sanggup melakukan
perjalanan jauh dengan kecepatan yang tidak kalah dengan kuda. Kemampuan berkomunikasi jarah jauh
layaknya jin, ternyata manusiapun mampu bahkan saat ini tidak hanya suara yang mampu didengar namun
juga wajah pembicara di seberang sana dapat manusia lihat. Sungguh luar biasa akal manusia ini.
Lalu dengan kemampuan luar biasa itu, sehingga Allah memberikan kuasanya kepada manusia untuk menjadi
khalifah di muka bumi ini kenapa justru ada sebagian manusia yang menyerah dengan nasib atas kemalangan
berupa kemiskinan? Pasrah dan menyerah kalah, hingga terpatri dalam hati bahwa hidupku ditakdirkan dalam
kemiskinan, maka tugasku adalah menjadi sabar atass ujian ini.
Padahal sebenarnya, ada banyak potensi seseorang yang padam dan hilang seiring fikiran-fikiran negatif atas
kelemahan diri ini. semestinya, dalam diri setiap manusia diberikan hati tempatnya iman bersemayam. Iman
inilah yang akan terus menjadi bara motivasi bagi setiap insan untukm terus berusaha mencapai tujuan
pernciptaan, yaitu beribadah kepada Allah SWT.
Ibadah yang dimaksud diantaranya adalah dari sisi sosial dan kewajiban untuk memenuhi kebutuhan jasmani
dengan makanan, pakaian pelindung dan tempat tinggal untul berteduh dan beristirahat. Islam melarang
umatnya untuk menyiksa diri, apakah itu dengan berpuassa berhari-hari lamanya, atau berjemur di panas terik
matahari, bahkan Islam mewajibkan ummatnya untuk menutupi aurat yang tujuannya tidak lain adalah untuk
melindungi dari berbegai pengaruh ketika aurat tersebut tidak tertutup.
Guna mencukupi kebutuhan jasmani ini, disamping kebutuhan rohani dengan ibadah yang didalamnya tidak
lepas dari keharusan untuk memenuhi syarat yang bersinggungan pula dengan ekonomi, seperti pakaian
ibadah, zakat maupun shadaqah termasuk haji yang membutuhkan bekal finansial. Maka jelas Islam
memerintahkan ummatnya tidak hanya memikirkan akhirat namunjuga berusaha untuk mencukupi kebutuhan
duniawi dengan ikhtiar menjemput rizqi tersebut.
Seringkali kefairan itu terjadi karena padamnya potensi dir yang bermula dari hilangnya motivasi dan
keyakinan. Motivasi dan keyakinan ini bersumber tidak lain dari iman. Semakin beriman seseorang sudah pasti
akan semakin kuat motivasi dan keyakinannya akan janji kecukupan rizqi dari Allah. Maka yang perlu dibenahid
dalam upaya memperbaiki kehidupan ekonomi adalah urusan hati ini. perkuat iman tumbuh menjadi keyakinan
dan muncullah motivasi.
Pada dasarnya Allah mensyaratkan kecukupan rizqi hanya dalam 4 hal; niat, ikhtiar, istiqamah dan tawakal.
Dengan niat yang tumbuh semata-mata untuk beribadah kepada-Nya dalam setiap pekerjaan yang dilakukan,
maka akan mengetuk pintu rizqi terbuka dengan keberkahan di dalamnya. Dengan ikhtiar jelas adalah upaya
menjemput rizqi dari pintu yang telah diketuk tersebut, layaknya seorang yang lapar sedang duduk di teras
rumah dengan penuh lapar padahal makanan telah dihidangkan di dalam rumah tepatnya meja makan, dia
hanya perlu melangkah dan mengambilnya, namun karena tidak ada ikhtiar maka laparnya tidak akan hilang
dan makanan tidak mungkin menghampirinya, kecuali jika ada yang mengambilkan. Begitulah mengapa ikhtar
diperlukan, karenanya Rasulullah memerintahkan ummatnya untuk bertebaran dimuka bummi setelah berdoa
kepada Allah untuk menggapai rizqi yang telah dissiapkan untuknya. Istiqamah adalah usaha lain agar rizzqi
dari-Nya semakin bertambah. Karena fadilah istiqamah adalah untuk melipatgandakan karunia. Jika ibadah
yang istiqamah akan dilipatgandakan pahala oleh-Nya, maka untuk pekerjaan yang iatiqamah akan dilipatkan
rizqinya. Tidak ragu lagi, seorang pedagang contohnya, antara dia yang bari sehari dua hari tentu akan
berbedda hasil jualannya dengan dia yang telah menekuni berpuluh-puluh tahun. Seorang karyawan senior
tentu berbeda gajinya dengan seorang karyawan baru. Itulah istimewanya istiqamah. Dan syarat terakhir
adalah tawakal. Karena hanya dengan tawakal inilah kita akan mampu bersyukur. Dan dengan syukur yang
tibul, maka tidak ada balasan lain selain Allah akan meningkatkan karunianya.
Kemampuan dan keterbukaan akal fikiran melihat pintu rizqi
Dalam suasana hati yang hampa, stress dan berbagai himpitan masalah tentu mengganggu keterbukaan fikiran
kita. Tidak menjadikan otak ini berfikir untuk menyelesaikannya dan mencarikan jalan keluar, justru yang
terjadi seringkali terhambat karena yang terfikirkan adalah beban-bena masalah berikut akibat-akibat lanjutan,
disamping penambah stress adalah ketakutan-ketakutan yang muncul dari bisikan syetan.
Padahal setiap orang diciptakan dengan karunianya, bakat dan berbagai potensi yang berbeda. Ada banyak
orang barangkali yang kesulitan untuk menemukan kemampuan diri, membuka fikiran mencari sumber-sumber
atau peluang rizqi, karena yang tertanam dalam fikiranya hanyalah masalah yang membelit sedang jalan keluar
yang terfikirkan terbatas pada tindakan-tindakan biasa dan monoton. Padahal jika kita menginginkan hasil yang
luar biasa, maka lakukanlah usaha-usaha yang luar biasa juga, tidak biasa dengan sekedar yang biasa.
Di luar sana ada begitu banyak peluang yang menjadi pintu rizqi halal dan barokah. Kita sering melihat bahwa
saat ini begitu banyak usaha-usaha baru yang bermunculan. Seperti contoh jual beli pulsa. Awal tahun 2000-an
barangkali masih jarang outlet-outlet pulsa di pinggir jalan. Pelanggan masih harus membelinya di gerai-gerai
resmi yang ada. Karena saat itu memang pelanggan masih begitu sedikit. Dibandingkan dengan saat ini, HP
seolah menjadi kebutuhan wajib dan menjadikan usaha outlet pulsa turut subur berkembang. Berkembangnya
usaha outlet pulsa tidak lain karena pelaku usaha tersebut terbuka fikirannya, yakin dengan kemampuannya
dan tentu dengan akal terbuka, sehingga tidak mundur sebelum melangkah maupun menjadi pesimistiss
dengan usaha yang akan dijalani. Bukalah fikiran, tangkap berbagai peluang. Jangan hanya memikirkan usaha-
usaha yang lumrah, karena jelas ada banyak pesaing dan mereka jauh lebih istiqamah yang artinya porsinya
akan lebih besar untuk mereka. Maka lihatlah pintu-pintu rizqi Allah ada diantara jalan yang tidak disangka-
sangka. Pada awalnya aneh, namun selanjutnya menjadi biasa bahkan begitu penting. Mmisalnya usaha isi
ulang air minum. Pada awalnya jelas sesuatu yang aneh, karena pada saat itu masyarakat umumnya memasak
air sendiri untuk minum, tapi sekarang malah seperti keharusan bahwa untuk air minum adalah isi ulang atau
air kemasan. Begitu pula coba bayangkan usaha teh botol pada awal berdirinya. Sungguh aneh, minuman teh
dijual dalam botol. Padahal yang namanya teh manis menjadi minuman harian yang biasa diminum oleh bapak-
bapak baik pagi maupun malam, tapi lihatlah saat ini, teh botol muncul menjadi pelopor minuman teh kemasan
yang begitu besar dan diikuti banyak kompetitor baru.
Perilaku membuka pintu rizqi
Ini bergantung pada personal masing-masing. Ada begitu banyak amalan yang katanya menjadi kunci
mendatangkan rizqi. Seperti bangun di pagi hari, mulai bekerja sepagi mungkin, membaca surat al-waqiah di
sore/maghrib, bershadaqah, dan lain sebagainya. Ada juga yang menyatakan bahwa rizqi tertutup atau
terhambat bagi mereka yang ahli maksiat, banyak dosa, durhaka, pezinah dan sebagainya.
Harus kita percaya karena diantaranya adalah hadits Rasulullah SAW. Namun mari kita abaikan masyarakat
muslim pada umumnya. Lihatlah mereka yang non muslim di barat bahkan atheis seperti negara-negara
komunis. Tidak sedikit yang mampu menjadi orang kaya bahkan masuk jajaran terkaya di dunia. Rata-rata
penduduknya-pun terbilang memiliki rata-rata pendapatan jauh lebih tinggi dari negara muslim seperti
Indonesia. Padahal jelas-jelas mereka musyrik dan fasik yang merupakan diantara dosa besar, jauh lebih besar
daripada maksiat.
Lalu perilaku seperti apa selain beberapa perilaku yang disebutkan dalam hadits-hadits Rasul? Lihatlah mereka
bangsa-bangsa barat baik kristen maupun yahudi. Lihat pula mereka bangsa komunis seperti Tiongkok, Rusia,
Vietnam maupun Kore Utara. Bagaimana tingkat kedisiplinannya? Bagaimana keseriusannya dalam bekerja?
Bagaimana mereka mampu istiqamah dalam melakukan pekerjaannya? Bagaimana mereka mampu secara total
ketika meneliti suatu masalah? Dan bagaimana mereka dapat memposisikan sedemikian pentingnya
pendidikan.
Maka dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, bekerjalah segiat mungkin seolah kamu akan hidup selamanya;
dan beribadahlah sebaik mungkin seolah kamu akan mati besok. Rasulullah SAW juga bersabda bahwa Allah
mencintai hamba-Nya lemah, tapi Allah lebih mencintai hamba-Nya yang kuat. Maka dengan perilaku yang
tepat, kita pasti akan mampu menjadi kuat dan lebih dicintai Allah SWT.
Ikhtiar melipatgandakan rizqi
Ada banyak cara yang diajarkan dalam Islam. Diantaranya bersyukur dan bershadaqah. Menjadikan manfaat
atas harta kita itupun mendatangkan keberkahan atas harta. Zakat atas harta dan segala jenis zakat yang
diwajibkan, itupun diantara yang perlu dilakukan. Namun yang menjadi titik tolak tindakan logis atas cara
melipatgandakan rizqi dapat kita rumuskan sebagai investasi. Bayangkan ketika kita memiliki uang dan ada
orang yang butuh pinjaman, maka semestinya dengan penuh keikhlasan jika kita mampu haruslah
membantunya. Ini adalah investasi, karena suatu saat dia pasti akan membayar dan pada saat yang sama harta
tersebut akan bertambah dengan hadirnya rizqi yang baru. Jika memiliki mobil dan ada tetangga yang
membutuhkan, maka jelas ini adalah investasi, kelak jika kita butuh bantuan pasti tetangga tersebut akan
sukarela membantu kita tanpa mengharapkan imbalan, suatu bentuk investasi besar. begitu pula inevstasi
dalam bentuk shadaqah. Perhatikanlah jika kotak jariah masjid dibuka dan dihitung, digabungkan dengan kas
yang ada, maka jelas dana tersebut digunakan untuk membayar listrik, transport penceramah ketika ada acara
tabligh, memperbaiki bangunan agar tetap kokoh, untuk petugas kebersihan dan sebagainya. Bayangkan
ketikak listrik masjid tidak terbayar dan dicabut, maka tidak ada lagi adzan terdengar, air wudlu pun kembali
menggunakan gentong air atau bak dengan mengisinya melalui sumur timba. Ketika masjid kotor dan menjadi
sumber penyakit akhirnya jamaah yang shalat tertular penyakit dan harus berobat. Dengan bangunan yang
tidak terurus hingga ada jamaah yang kerobohan atap maka harus dirawat di Rumah Sakit. Itulah,
sesungguhnya shadaqah yang kita berikan merupakan investasi dan tanpa disangka Allah melipatgandaka atas
rizqi-Nya kepada kita.
Fenomena kefakiran dan kegelisahan akan kemiskinan adalah momok menakutkan bagi seluruh bangsa ini.
begitu menakutkannya hingga menghapus keyakinan. Lalu muncul tindakan-tindakan salah kaprah seperti
mencuri, korupsi, suap dan sebagainya. Tindakan tersebut terjadi karena begitu takutnya mereka para pelaku
akan kemiskinan. Bagaimana cara mencukupi kebutuhan dia dan keluarganya. Berbagai ketakutan atas
kehidupan esok, hingga menyiapkan bekal untuk pensiun. Sungguh begitu jauh dari kata bahagia dan
menikmati hidup bagi golongan orang-orang ini. ketakutannya menjerumuskannya. Ketakutannya mengikis
habis iman di dada. Ketakutan yang akhirnya mencabut segala keberkahan atas harta yang dimilikinya,
sehingga tidak menjadikannya kebaikan justru harta yang menimbulkan begitu banyak maslaah.
Sebagaimana janji Allah atas kecukupan rizqi, maka sebetulnya yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kita
mengatur pengelolaan keuangan ini. jangan sampai ebsar pasak daripada tiang. Maka sesuaikanlah
pengeluaran dengan pemasukan. Bedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kategorikan kebutuhan prioritas
dan mendesak. Disiplinkan diri dalam mengelola keuangan. Dengan pengelolaan yang baik adalah salah satu
cara kita bersyukur atas nikmat-Nya, maka tidak perlu takut kekurangan dan sengsara karena dengan
bersyukur itulah jalan kita untuk menggapai rizqi yang lebih berkah secara kualitas dan lebih besar secara
kuantitas. Wallahualam bisshawab semoga kita termasuk hamba-Nya yang pandai bersyukur

Anda mungkin juga menyukai