Anda di halaman 1dari 10

* ) Dosen Pembimbing 1

Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan


STUDI KEANDALAN KONTINUITAS PENYALURANTENAGA LISTRIK JARINGAN
DISTRIBUSI 20 kV PADA PENYULANG TAJUR BARU


Oleh
Eko Tri Antoro, Dede Suhendi*), Yon Rizal*)
NPM:054104039
Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Pakuan Bogor
Jln. Pakuan P.O.Box 452 Bogor
Email : Eko_tri_antoro@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penyulang tajur baru merupakan salah satu penyulang yang berada dibawah pengawasan
PT. PLN GI Ona Rangkasbitung. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa untuk mensuplai daya
Alun-alun (ALR), Multatuli (MT), Mall Rabinza Rangkasbitung, Tjioejoeng (TO), Pasar baru
(PSBR) menggunakan jaringan distribusi tegangan menengah (SKTM) dan menggunakan jaringan
udara tegangan menengah (SUTM). Pada jaringan distribusi tegangan menengah (SKTM) lebih
handal dibandingkan jaringan udara tegangan menengah (SUTM). Pada penyulang tajur baru
tingkat keandalannya masih sangat rendah terbukti dengan besarnya Indeks Durasi Pemadaman
rata-rata pertahun yang mencapai 34,6 menit/tahun. Kesimpulannya adalah bahwa nilai indeks
frekuensi pemadaman rata rata pertahun (saifi) yaitu 2,2 kali/tahun, jadi melebihi pada batas
yang ditetapkan oleh PT. PLN APJ Banten Selatan UPJ Rangkasbitung yaitu sebesar 1,8
kali/tahun. Pada penyulang tajur baru keandalannya masih dibawah standar indeks nilai rata-rata
dari lamanya kegagalan untuk setiap konsumen selama satu tahun yaitu (saidi) sebesar 16
menit/tahun. Oleh karena itu perlu dilakukan pembenahan oleh pihak yang terkait untuk
meningkatkan keandalan pada penyulang tajur baru sehingga kontinuitas pelayanan tenaga listrik
kepada konsumen dapat terjamin.


Kata Kunci :Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik, Keandalan Sistem Distribusi, Laju
kegagalan, Indeks Frekuensi Pemadaman Rata-Rata (SAIFI), Indeks Lama
Pemadaman Rata-Rata (SAIDI).



1. PENDAHULUAN
Penyaluran tenaga listrik dari pusat
pembangkit hingga ke beban terkadang
mengalami suatu gangguan dalam prosesnya
yang menyebabkan pemadaman listrik yang
harus dialami oleh konsumen. Hal ini akan
mengganggu konsumen terutama di kota
besar yang mengharapkan kontinuitas
penyaluran daya listrik. Permasalahan yang
paling mendasar pada distribusi tenaga
listrik adalah pada mutu, kontinuitas dan
ketersediaan tenaga listrik kepada
konsumen. Nilai-nilai untuk mengetahui
tingkat kualitas tenaga listrik yaitu yang
meliputi frekuensi, tegangan dan
pemadaman (interruption). Frekuensi yang
dipakai standar beberapa Negara termasuk
Indonesia yaitu 50 Hz dengan toleransi 0,6
Hz (49,4 50,6 Hz), sedangkan untuk drop
tegangan yang diperbolehkan yaitu sebesar
5 % dan frekuensi pemadaman listrik yang
ditentukan oleh PT. UPJ Rangkasbitung
yaitu 2,2 kali/tahun dengan pemadaman
yang direncanakan maupun pemadaman
yang tidak direncanakan, semakin kecil nilai
atau angka pemadaman berarti semakin baik
pula nilai kualitas keandalannya.
Berdasarkan informasi PT. UPJ
Rangkasbitung bahwa penyulang tajur baru
sering mengalami gangguan yang
menyebabkan terjadinya pemadaman, hal itu
yang menyebabkan terganggunya
kenyamanan konsumen. Maka hal tersebut
diperlukan suatu evaluasi analisa agar
kontinuitas penyaluran tenaga listrik pada
penyulang tajur baru dapat lebih handal.

1.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah
penganalisaan keandalan dalam kontinuitas
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 2

penyaluran tenaga listrik pada penyulang
tajur baru pada jaringan distribusi 20 kV.

1.3. Metode Penelitian
Untuk menunjang hasil penulisan yang
diinginkan, maka dilakukan suatu
pendekatan studi dengan melakukan
kegiatan dibawah ini :
1. Mengumpulkan data dari berbagai
sumber pustaka yang dapat
dijadikan rujukan bagi studi
keandalan kontinutas penyaluran
tenaga listrik jaringan distribusi 20
kV pada penyulang tajur baru.
2. Untuk memberikan kontinuitas
pelayanan distribusi tenaga listrik
pada penyulang tajur baru dengan
menekan SAIDI dan SAIFI.

2. TEORI

2.1. Pengertian dan Fungsi Distribusi
Tenaga Listrik
Sistem Distribusi merupakan
bagian dari sistem tenaga listrik.Sistem
distribusi ini berguna untuk menyalurkan
tenaga listrik dari sumber daya listrik besar
(Bulk Power Source) sampai ke konsumen.
Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:
(http://dunia-listrik.blogspot.com)
1. Pembagian atau penyaluran tenaga
listrik kebeberapa tempat
(pelanggan).
2. Merupakan sub sistem tenaga
listrikyang langsung berhubungan
dengan pelanggan, karena catu
daya pada pusat-pusat beban
(pelanggan) dilayani langsung
melalui jaringan distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh
pembangkit tenaga listrik besar dengan
tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan
tegangannya oleh gardu induk dengan
transformator penaik tegangan menjadi 70
kV , 150 kV, 220 kV atau 500 kV kemudian
disalurkan melalui saluran transmisi.Tujuan
menaikkan tegangan adalah untuk
memperkecil kerugian daya listrik pada
saluran transmisi, dimana dalam hal ini
kerugian daya adalah sebanding dengan
kuadrat arus yang mengalir (I
2
.R). Dengan
daya yang sama bila nilai tegangannya
diperbesar, maka arus yang mengalir
semakin kecil sehingga kerugian daya juga
akan kecil pula. Untuk daya yang sama,
maka daya yang digunakan untuk
menyalurkan akan naik dikarenakan rugi-
rugi transmisi turun apabila tegangan
transmisi ditinggikan. Namun, peninggian
tegangan transmisi berarti juga penaikkan
isolasi dan biaya peralatan dan gardu induk.
Oleh karena itu pemilihan tegangan
transmisi dilakukan dengan
memperhitungkan daya yang disalurkan,
jumlah rangkaian, jarak penyaluran,
keandalan (reliability), biaya peralatan untuk
tegangan tertentu, serta tegangan-tegangan
yang sekarang ada dan yang akan
direncanakan. Kecuali itu, penentuan
tegangan harus juga dilihat dari segi
standarisasi peralatan yang ada.

2.12.1. Klasifikasi Saluran Distribusi
Tenaga Listrik
Secara umum, saluran tenaga listrik
atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:

2.2.1. Menurut nilai tegangannya:
2.2.1.1. Saluran Distribusi Primer
Terletak pada sisi primer
transformator distribusi, yaitu antara titik
sekunder transformator substation (G.I.)
dengan titik primer transformator distribusi.
Saluran ini bertegangan menengah 20 kV.
Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV, jika
langsung melayani pelanggan, bisa disebut
jaringan distribusi.Sistem distribusi primer
digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik
dari gardu induk distribusi ke pusat-pusat
beban. Sistem ini dapat menggunakan
saluran udara, kabel udara, maupun kabel
tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang
diinginkan dan kondisi serta situasi
lingkungan. Saluran distribusi ini
direntangkan sepanjang daerah yang akan di
suplai tenaga listrik sampai ke pusat beban.
Terdapat bermacam-macam bentuk
rangkaian jaringan distribusi primer, yaitu:
A. Jaringan Distribusi Radial
Bila antara titik sumber dan titik
bebannya hanya terdapat satu saluran (line),
tidak ada alternatif saluran lainnya. Bentuk
jaringan ini merupakan bentuk dasar, paling
sederhana dan paling banyak digunakan.
Dinamakan radial karena saluran ini ditarik
secara radial dari suatu titik yang merupakan
sumber dari jaringan itu, dan dicabang-
cabang ke titik-titik beban yang dilayani.
Catu daya berasal dari satu titik sumber dan
karena adanya pencabangan-pencabangan
tersebut, maka arus beban yang mengalir
sepanjang saluran menjadi tidak sama besar.
Oleh karena kerapatan arus (beban) pada
setiap titik sepanjang saluran tidak sama
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 3

besar, maka luas penampang konduktor pada
jaringan bentuk radial ini ukurannya tidak
harus sama. Maksudnya, saluran utama
dekat sumber yang menanggung arus beban
besar, ukuran penampangnya relatif besar,
dan saluran cabang-cabangnya makin ke
ujung dengan arus beban yang lebih kecil,
ukurannya lebih kecil pula.Jaringan
distribusi radial ini memiliki beberapa
bentuk model, antara lain:
1. Radial tipe pohon.
2. Radial dengan tie dan switch
pemisah.
3. Radial dengan pusat beban.
4. Radial dengan pembagian phase
area.

B. Jaringan distribusi spindle
Selain bentuk-bentuk dasar dari
jaringan distribusi yang telah ada, maka
dikembangkan pula bentuk-bentuk
modifikasi, yang bertujuan meningkatkan
keandalan dan kualitas sistem. Salah satu
bentuk modifikasi yang populer adalah
bentuk spindle, yang biasanya terdiri atas
maksimum 6 penyulang dalam keadaan
dibebani, dan satu penyulang dalam keadaan
kerja tanpa beban.

C. Jaringan distribusi ring (loop)
Bila pada titik beban terdapat dua
alternatif saluran berasal lebih dari satu
sumber.Jaringan ini merupakan bentuk
tertutup, disebut juga bentuk jaringan
"loop". Susunan rangkaian penyulang
membentuk ring, yang memungkinkan titik
beban dilayani dari dua arah penyulang,
sehingga kontinyuitas pelayanan lebih
terjamin, serta kualitas dayanya menjadi
lebih baik, karena rugi tegangan dan rugi
daya pada saluran menjadi lebih kecil.

D. Jaringan Hantaran Penghubung(Tie
Line)
Sistem distribusi Tie Line seperti
Gambar di bawah ini digunakan untuk
pelanggan penting yang tidak boleh padam
(Bandar Udara, Rumah Sakit, dan lain-lain).
Sistem ini memiliki minimal dua penyulang
sekaligus dengan tambahan Automatic
Change Over Switch / Automatic Transfer
Switch, setiap penyulangterkoneksi ke
gardu pelanggan khusus tersebut
sehingga bila salah satu penyulang
mengalami gangguan maka pasokan listrik
akan di pindah ke penyulang lain.


E. Jaringan distribusi Jaring-jaring
(NET)
Merupakan gabungan dari beberapa
saluran mesh, dimana terdapat lebih satu
sumber sehingga berbentuk saluran
interkoneksi.Jaringan ini berbentuk jaring-
jaring, kombinasi antara radial dan
loop.Titik beban memiliki lebih banyak
alternatif saluran atau penyulang, sehingga
bila salah satu penyulang terganggu, dengan
segera dapat digantikan oleh penyulang yang
lain. Dengan demikian kontinyuitas
penyaluran daya sangat terjamin. Spesifikasi
Jaringan NET ini adalah:
1. Kontinyuitas penyaluran daya
paling terjamin.
2. Kualitas tegangannya baik, rugi
daya pada saluran amat kecil.
3. Dibanding dengan bentuk lain,
paling flexible (luwes) dalam
mengikuti pertumbuhan dan
perkembangan beban.
4. Sebelum pelaksanaannya,
memerlukan koordinasi
perencanaan yang teliti dan rumit.
5. Memerlukan biaya investasi yang
besar (mahal).
6. Memerlukan tenaga-tenaga
terampil dalam pengoperasian nya.

2.2.1.2. Saluran Distribusi Sekunder
Terletak pada sisi sekunder
transformator distribusi, yaitu antara titik
sekunder dengan titik cabang menuju
beban.Sistem distribusi sekunder digunakan
untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu
distribusi ke beban-beban yang ada di
konsumen.Pada sistem distribusi sekunder
bentuk saluran yang paling banyak
digunakan ialah sistem radial.Konsumen
atau pemakai tenaga listrik dengan melalui
peralatan-peralatan sebagai berikut:
1. Papan pembagi pada
transformator distribusi.
2. Hantaran Tegangan Rendah
(HTR) (saluran distribusi
sekunder).
3. Saluran Layanan Pelanggan
(SLP) (ke konsumen atau
pemakai).
4. Alat Pembatas dan pengukur
daya (kWH meter) serta fuse
atau pengaman pada
pelanggan.




Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 4

2.13. Drop Tegangan Pada Sistem
Distribusi
Untuk saluran udara yang
berkapasitansinya dapat diabaikan disebut
saluran jarak pendek yang diterapkan pada
sistem yang tegangannya sampai 66 kV dan
panjangnya mencapai 50 miles (80,5), yang
rangkaian ekivalennya terdiri dari tahanan
dan reaktansinya yang terhubung seri.
Seperti gambar 1dan 2.






Gambar 1. Rangkaian ekivalen saluran Jarak
Pendek






Gambar 2. Diagram Fasor Saluran Jarak
Pendek

Drop tegangan pada sistem distribusi dapat
terjadi pada :
i) Penyulang tegangan menengah
ii) Transformator distribusi
iii) Penyulang jaringan tegangan
rendah
iv) Sambungan rumah
v) Instalansi rumah
Sesuai dengan definisi, drop tegangan
adalah:
V=|Vk|-|Vt|..................................... (2.1)
dimana :
Vk = nilai mutlak tegangan ujung kirim
Vt = nilai mutlak tegangan ujung terima
Jadi, V pada persamaan 1 merupakan
selisih antara tegangan ujung kirim dan
tegangan ujung terima.
Rumus untuk drop tegangan :
( ) 3 cos sin V R X A = I + (2.2)
Dimana :
AV = Voltage Drop
I = Arus (ampere)
= Panjang penyulang (Km)
= sudut fower faktor
Bila jatuh tegangan dalam persen :
Dimana :
f
V adalah tegangan fasa nominal
atau tegangan pengenal dari sistem yang
bersangkutan.
Mencari tahanan dari suatu konduktor
(kawat penghantar) yang diberikan oleh :
R
A
=

...............................................(2.3)
Dimana : = Resistansi
= Panjang kawat
A = luas penampang kawat
Reaktansi induktif :
L
X = 2t . f . L ....................................(2.4) (2.4)

2.4. Keandalan Sistem Distribusi
2.4.1. Faktor-Faktor Keandalan
Suatu instalasi yang baku
sebelumnya, belum pernah mengalami
keadaan seperti operasional, maka pada
pemulaan operasinya selalu ada resiko
timbulnya kegagalan atau kerusakan yang
disebabkan hal-hal yang tidak terduga.
Instalasi baru sering merupakan sumber
gangguan dalam sistem operasi.Istilah
keandalan menggambarkan keamanan
sistem penghindaran dari gangguan-
gangguan yang menyebabkan sebagian besar
pemadaman sistem distribusi adalah akibat
alam (petir, angin, hujan, binatang) dan
sebagian lagi adalah kerusakan material atau
peralatan. Keandalan adalah penampilan
unjuk kerja suatu peralatan atau sistem
sesuai dengan fungsinya dalam periode
waktu dan kondisi operasi tertentu.


2.4.2. Tingkat Keandalan Sistem
Distribusi Listrik
Keandalan dalam sistem distribusi
adalah suatu ukuran ketersediaan tingkat
pelayanan penyediaan tenaga listrik dari
sistem ke pemakai. Ukuran keandalan dapat
dinyatakan sebagai seberapa sering sistem
mengalami pemadaman, berapa lama
pemadaman terjadi dan berapa cepat waktu
yang dibutuhkan untuk memulihkan kondisi
dari pemadaman yang terjadi (restoration).

Sistem yang mempunyai keandalan tinggi
akan mampu memberikan tenaga listrik pada
setiap saat dibutuhkan, sedangkan sistem
mempunyai keandalan rendah bila tingkat
ketersediaan tenaganya rendah yaitu sering
padam. Adapan macam-macam tingkat
keandalan dalam pelayanan dapat dibedakan
menjadi tiga hal antara lain.
1. Keandalan Sistem Yang Tinggi
2. Keandalan Sistem Yang Menengah
3. Keandalan Sisitem Yang Rendah

Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 5

2.5. Indeks Keandalan Sistem
Distribusi
Indeks keandalan merupakan suatu
indikator keandalan yang dinyatakan dalam
suatu besaran probabilitas. Sejumlah indeks
sudah dikembangkan untuk menyediakan
suatu kerangka untuk mengevaluasi
keandalan sistem tenaga. Evaluasi keandalan
sistem distribusi terdiri dari indeks titik
beban dan indeks sistem yang dipakai untuk
memperoleh pengertian yang mendalam
kedalam keseluruhan capaian. Untuk
menghitung indeks keandalan titik beban
dan indeks keandalan sistem yang biasanya
digunakan meliputi angka keluar (outage
number) dan lama perbaikan (repair
duration) dari masingmasing komponen :
1. Keluar (Outage) adalah : Keadaaan
dimana suatu komponen tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya,
diakibatkan karena beberapa peristiwa
yang berhubungan dengan komponen
tersebut (SPLN 59, 1985). Angka keluar
adalah angka perkiraan dari suatu
komponen yang mengalami kegagalan
beroperasi per satuan waktu (umumnya
pertahun). Suatu Keluar (Outage) dapat
atau tidak dapat menyebabkan
pemadaman, hal ini masih tergantung
pada konfigurasi dari sistem
2. Lama Keluar (Outage Duration): Periode
dari saat permulaan komponen
mengalami keluar sampai saat komponen
dapat dioperasikan kembali sesuai
dengan fungsinya (SPLN 59, 1985).
Standar perkiraan angka keluar dan
waktu perbaikan dari komponen yang
biasa dipakai adalah sesuai standar
SPLN 59, 1985.


2.6. Kegunaan Dari Indeks Keandalan
Sistem
1) melengkapi manajemen dengan
data capaian mengenai mutu
layanan pelangggan pada sisitem
listrik secara keseluruhan.
2) Untuk mengidentifikasi subsistem
dan sirkit dengan capaian dibawah
standard dan untuk memastikan
penyebabnya.
3) Melengkapi manajemen dengan
data capaian mengenai mutu
layanan pelangggan untuk masing
masing area operasi.
4) Menyediakan sejarah keandalan
dari sirkit individu untuk diskusi
dengan pelanggan sekarang atau
calon pelangggan.
5) Memenuhi syarat pelaaporan
pangaturan.
6) Menyedian suatu basis untuk
menetapkan ukuran ukuran
kesinambungan layanan.
Menyediakan data capaian yang
penting bagi suatu pendekatan
probabilitas untuk studi keandalan
sistem distribusi.

2.7. Persyaratan Sistem Proteksi
Di samping itu, sistem proteksi yang
diperlukan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1. Sekering atau sirkuit breaker
harus sanggup di lalui arus
nominal secara terus
menenus tanpa pemanasan
yang berlebihan
(overheating).
2. Overload yang kecil pada
selang waktu yang pendek
seharusnya tidak
menyebabkan peralatan
bekerja.
3. Sistem Proteksi harus
bekerja walaupun pada
overload yang kecil tetapi
cukup lama, sehingga dapat
menyebabkan overheating
pada rangkaian penghantar.
4. Sistem Proteksi harus
membuka rangkaian
sebelum kerusakan yang
disebabkan oleh arus
gangguan yang dapat terjadi.
5. Proteksi harus dapat
melakukan pemisahan
(discriminative) hanya pada
rangkaian yang terganggu
yang dipisahkan dari
rangkaian yang lain yang
tetap beroperasi.

2.8. Laju kegagalan
Laju kegagalan adalah nilai rata-rata
dari jumlah kesalahan persatuan waktu pada
periode pengamatan tertentu (T), dan
dinyatakan dalam satuan kegagalan
pertahun. Pada suatu pengamatan, nilai laju
kegagalan dinyatakan sebagai berikut.
(ir.hasan basri ; 1997,255)

d
T
= (2.5)
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 6

Dimana :
= nilai kegagalan (kegagalan/pertahun)
d = jumlah kegagalan dalam waktu T
T = selang waktu pengamatan (tahun)

Nilai laju kegagalan akan berubah
sesuai dengan umur dari sistem atau
peralatan listrik selama beroperasi.

2.9. Indeks Frekuensi Pemadaman
Rata-Rata (SAI FI )
Indeks ini didefinisikan sebagai
jumlah rata-rata kegagalan yang terjadi per-
pelanggan yang dilayani oleh sistem per
satuan waktu (umurnya per tahun). Indeks
ini ditentukan dengan membagi jumlah
semua kegagalan-pelanggan dalam satu
tahun dengan jumlah pelanggan yang
dilayani oleh sistem tersebut. Persamaan
untuk SAIFI (rata-rata jumlah gangguan
setiap pelanggan). Ini dapat dilihat pada
persamaan 2.6 dibawah ini. (Billinton, R.,
Allan, Ronald N.1996. 213).

SAIFI =
KMK
M

...........................(2.6) (2.6)
Dimana :
k = angka keluar (outage rate) komponen
Mk = jumlah pelanggan pada load point k
M = total pelanggan pada sistem distribusi

2.10. Indeks Lama Pemadaman Rata-
Rata (SAI DI )
Indeks ini didefinisikan sebagai nilai
rata-rata dari lamanya kegagalan untuk
setiap konsumen selama satu tahun. Indeks
ini ditentukan dengan pembagian jumlah
dari lamanya kegagalan secara terus
menerus untuk semua pelanggan selama
periode waktu yang telah ditentukan dengan
jumlah pelangganyang dilayani selama tahun
itu. Persamaan untuk SAIDI (rata-rata
jangka waktu gangguan setiap pelanggan)
ini dapat dilihat pada persamaan 2.7 di
bawah ini.Seperti rumus dibawah ini.
(Billinton, R., Allan, Ronald N.1996. 213).

SAIDI =
UKMK
M

...........................(2.7)

Dimana :
Uk = waktu perbaikan (refair duration)
komponen
Mk = jumlah pelanggan (custemer) pada
load point k
M = total pelanggan (custemer) pada sistem
distribusi

2.11. Lama Kegagalan Untuk Pelanggan
Untuk Satu Tahun (CAIDI)
Indek ini didefinisikan sebagai
lamanya kegagalan untuk pelanggan yang
mengalami gangguan selama satu tahun,
(Bilinton, R, Allan, Ronald N, 1996. 214)

CAIDI =
UKMK
MK K

...........................(2.8) (2.8)

2.13. Perbandingan Jumlah Total Waktu
Pelanggan Yang Dilayani Selama
Satu Tahun (ASAI)
Indeks ini didefinisikan sebagai
perbandingan dari jumlah total waktu
pelanggan yang dapat dilayani selama satu
tahun terhadap total permintaan waktu
pelanggan. Permintaan waktu pelanggan
adalah ditentukan sebagai 12 bulansehingga
rata-rata waktu permintaan adalah 8760 jam.
(Billinton, R., Allan, Ronald N.1996.214)


ASAI =
*8760
*8760
M MKUK
MK

....(2.9) (2.9)
Dimana :
Mk = banyaknya pelanggan di titik
beban k.


2.14.1. Averge Service Unavailability
Indexs (ASUI)
ASUI=1ASAI=


.........(2.10)
Indeks ini didefinisikan sebagai
nilai pelengkap dari ASAI yang mungkin
kadang kadang diperlukan. . (Billinton, R,
Allan, Ronald N.1996.,215)
Dimana :
i = Laju kegagaln komponen ke i
Ni = Jumlah komponen pada load point i
Ui = Ketidaktersediaan tahunan konsumen
ke i
L
a
( i ) = Rata rata beban yang terhubung
ke load point i





Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 7

2.15. Standar Keandalan Jaringan
Sistem Distribusi 20 kV PT.PLN
(Persero)
Berdasarkan Standar Saifi dan Saidi
yang ditetapkan oleh PT.PLN APJ
Rangkasbitung banten selatan mengenai
standar indeks frekuensi pemadaman rata-
rata pertahun (saifi) dan indeks lama
pemadaman rata-rata pertahun (Saidi) yang
digunakan adalah untuk (saifi) sebesar 1,8
kali/tahun, sedangkan untuk (saidi) sebesar
16 menit/tahun. Dari standar keandalan
tersebut akan digunakan sebagai tolak ukur
dalam menentukan batas standar keandalan
saifi dan saidi di lingkungan sekitar APJ
Rangkasbitung Banten Selatan.
Dari standar keandalan yang
diperoleh dari APJ Rangkasbitung Banten
Selatan akan digunakan sebagai acuan dalam
menentukan batas standar saidi dan saifi
pada penyulang tajur baru 20 kV.

3. SISTEM JARINGAN YANG DI
PERGUNAKAN UNTUK
PENDISTRIBUSIAN PADA
PENYULANG TAJUR BARU

3.1. Sistem Jaringan Pada G.I
Rangkasbitung
Pada sistem jaringan pada GI
Rangkasbitung untuk menyuplai kota
Rangkasbitung dan sekitarnya disuplai oleh
jaringan interkoneksi antara Gardu Induk
Ona, Gardu induk Kopo, Gardu Induk
Saketi, Gardu Induk Bunar yang disuplai
daya pada Gardu Induk Rangkasbitung yang
menpunyai 2 unit transformator yang masing
masing berkapasitas 10 MVA dan trafo 2
yang berkapasitas 30 MVA.

3.2. Sistem Distribusi Daya Listrik
Sistem distribusi daya listrik Kota
Rangkasbitung di suplai dari Gardu Induk
(G.I) Ona yang kapasitas sebesar 60 MVA
dengan tegangan 150 kV, setelah di Gardu
Induk Ona didistribusikan lagi melalui
saluran kabel tegangan menengah (SKTM)
20 kV yang mensuplai daya ke alun-alun
Rangkasbitung (ALR) yang berkapasitas
630 kVA dengan jarak 2 Km. Kemudian
dari alun-alun Rangkasbitung ke Multatuli
(MT) diturunkan kembali dengan tegangan
20 kV melalui saluran kabel tegangan
menengah (SKTM) yang berkapasitas
sebesar 630 kVA dengan jarak 2 Km,
kemudian dari multatuli (MT) ke Mall
Rabinza Rangkasbitung tegangan di
salurkan kembali melalui saluran udara
tegangan menengah (SUTM) dengan
tegangan 20 kV, dengan kapasitas sebesar
555 kVA dengan jarak 1 Km. Dari Gardu
Induk Ona sampai ke Multatuli (MT)
menggunakan penyulang tajur baru dengan
menggunakan jenis kabel NA2XSEBY 3 x
150 mm
2
, penyulang ini mempunyai
kemampuan kabel penghantar 150 mm
2

dengan kapasitas arus nominalnya 140
Ampere. Sedangkan dari trafo distribusi
multatuli ke Mall Rabinza Rangkasbitung
menggunakan saluran udara tegangan
menengah (SUTM) dengan menggunakan
jenis kabel AAAC3 x 240 mm. Penyulang
ini mempunyai kabel penghantar 240 mm
dengan kapasitas arus nominalnya 230
Ampere.

3.3. Konfigurasi Jaringan Distribusi
SKTM
Jaringan yang digunakan pada
penyulang tajur baru untuk menyalurkan
daya dari Gardu Induk ke Mall Rabinza
Rangkasbitung adalah dengan memakai
jaringan lingkar (Loop).
1. Tipe jenis ini merupakan penyulang
yang secara khusus dibangun untuk
men-suplay listrik langsung untuk
menuju beban yang diinginkan. Hal
ini diperlukan bila mana terdapat
suatu wilayah beban yang
membutuhkan distribusi listrik
dengan keandalan dan kontinuitas
yang lebih baik sehingga dapat
diberikan alternatif yang lebih
dekat dengan Gardu Induk (GI).
Bila salah satu seksi dari SKTM
mengalami gangguan, maka saklar
beban di kedua ujung seksi
terganggu dibuka. Kemudian seksi-
seksi sisi gardu induk (G.I)
mendapat suplai dari G.I, dan seksi-
seksi gardu hubung mendapat
suplai dari gardu hubung melalui
saluran ekpress. Jadi, Standar
keandalan penyulang tajur baru
yang di jadikan andal dan tidak
handal adalah 80% jaringan tajur
baru menggunakan jaringan SKTM,
sedangkan yang tidak handal 20%
yaitu menggunakan SUTM.

2. Kabel Tanah
Untuk saluran kabel tegangan
menengah (SKTM) Pada penyulang
tajur baru digunakan jenis kabel
bawah tanah (underground cable).
Kabel tanah yang digunakan pada
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 8

penyulang tajur baru adalah jenis
NA2XSEBY dengan luas
penampang 3 x 150
2
mm
, secara
luas kabel tanah digunakan pada
daerah tingkat populasi yang padat,
padat lalu lintas, bandara dan
kawasan yang berpotensi tinggi
eksplosif (misal daerah
pertambangan minyak daerah
industri kimia).


3.3. Jaringan Distribusi
Gardu trafo, terdiri dari :
transformator, tiang, pondasi tiang, rangka
tempat trafo, LV panel, pipa-pipa pelindung,
arrester, kabel-kabel, transformator band,
peralatan grounding dan lain-lain.

3.4. Penyulang Tajur Baru
Penyulang tajur baru merupakan salah
satu penyulang yang berada dalam wilayah
pelayanan (UPJ) Rangkasbitung pengawasan
PT.PLN (Persero) Ditribusi Jawa Barat dan
Banten Selatan Area Pelayanan (APJ)
Rangkasbitung. Penyulang tajur baru ini
menyuplai tenaga listrik untuk kebutuhan
alun-alun (ALR), Multatuli (MT), Tjiojoeng
(TO), Pasar baru (PSBR) dan Mall Rabinza
Rangkasbitung yang berasal dari gardu
induk Ona yang berkapasitas 60 MVA
dengan tegangan 150 kV. penyulang ini
mempunyai kabel penghantar 150 mm
dengan kapasitas arus nominalnya 140
ampere. PLN senantiasa berupaya menekan
angka gangguan/ pemadaman. Untuk itu
keandalan dan sistem proteksi jaringan yang
dapat bekerja dengan baik menjadi kunci
utama dalam melokalisasi dan mengurangi
gangguan serta mencegah kerusakan
peralatan akibat gangguan. Dengan demikan
diharapkan angka gangguan dapat ditekan
sehingga PLN tenang, pelanggan pun
senang. Dimana antar penyulang untuk
wilayah Rangkasbitung dapat ditunjukan
seperti pada gambar 3dibawah ini :


LBS
RUMBUT
LBS
KOLELET
LBS
PDAM
LBS
CURUG
WAR
TRAFO.II
10 MVA
TRAFO.II
30 MVA
GI.RANGKASBITUNG
GI.ONA
GH.
MANDALA
KLW
LB
S
LM
B
R
.SA
W
A
H
C
O
.
C
IM
A
N
G
G
U
CO
CIKASANTREN
CO
PSR. JATI
TBS
CO
PSR.KEONG
LBS
BJG.LELES
CO.
CIGOONG LBS
SELAPAJANG
CO.
CEMPA
CO.
CIBEUREUM
LBS
CIRENDE
PMR
CIRENDE
CO.
CILAKI
CO.GONDO
P. JATIMULYA
P. CIMARGA
P. PEMDA
P. BJG LELES
P. TJR BARU
P. JATIMULYA
P. CIPANAS
P. MANDALA
P. CIUYAH
P. SABAGI
KOL
KOSA
KDG
PDP
PKM
PMP
TKOA
TKO
PAM
SLX
PK
KPP KPPA PMN
LBH
NSR
DSR
KSJ IDN
NDK
NMG
AFD ASP
NMX
SHN
NMXA
CTN
CIY
CTS PCT
MKX
DCL
PDJ
DCU
MKS
LIP
SLH
SMN
CJP PS SKGA SKG TOS
TO
PJT
TLB
CBK
GCR
BRD
PBE
BJC
BJCA
CDN
CSKA
BNM
NRB
KLW
JTA
GPC
APC
SBRG
BAR
CPD
STO
APC
PSO
KBZ PTZ PTR CPZ
KCR RBB
PN
RGX BCM
PSX
CDN
PAN
PSB
RIZ MT
MO
PSBR
RG
RGA
BAS
LPMP
ABD
PRK
PKD PKS
PKT
SCD
CRD
BST
CMGA
STD
STC STG STP
ABX
AW
RSU
RSU
KPR
ALR
MGA MDM NDM
KGM
CMG
CMS
MJC MJX KYJ
GOR
PIJ
CYP
PEG
LPG
PAU
EKD
TJR PDT PSM SKA
KA
BID
BIA
SIK
GPW
BLSA BLS CLX CLK
SUR
CBA TBA PPL
KCE
JJW
BKM
CLM
BIN
HBR
CAY
NAG
SCG
KGA CCP LBX KKX KKZ
PDO
KOJ
PUU DCA
KML
KDR
DAL SBU
MBN TKU
MPW PSK
MDL
BAGAN TUNGGAL 20 KV
WIL. RANGKASBITUNG

Gambar 3. Single line Diagram Interkoneksi
Antar Penyulang
Sumber : PT. (Persero) APJ Rangkasbitung

3.5. Data Gangguan Penyulang Selama
Periode Tahun 2011
Dari hasil pengamatan dilapangan
data gangguan yang terjadi pada penyulang
Tajur Baru selama tahun 2011 yaitu
sebanyak 11 kali, di tunjukan pada table 1.

Tabel 1.Data gangguan pada penyulang
Tajur Baru selama periode tahun 2011

Sumber : PT. (Persero) APJ Rangkasbitung

4. ANALISA JARINGAN DISTRIBUSI
PADA PENYULANG TAJUR BARU

4.1 Analisa Studi
Seperti telah dijelaskan sebelumnya
bahwa dalam penelitian ini dibahas analisa
jaringan distribusi pada penyulang tajur
baru. Untuk menganalisis jaringan distribusi
diperoleh data-data dari PT.PLN (persero)
UPJ Rangkasbitung. Pada GI Ona
Rangkasbitung yang berkapasitas 60 MW,
menyuplai daya ke Alun-alun (ALR) yang
berkapasitas 630 kVA dengan tegangan
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 9

400 Volt, setelah dari Alun-alun mensuplai
daya ke Multatuli (MT) yang berkapasitas
630 kVA dengan tegangan 400 Volt, dari
Multatuli disuplai kembali ke Mall Rabinza
(Rangkasbitung) dengan kapasitas 555 kVA
yang bertegangan 380/220 Volt, dan
Tjieojoeng yang berkapasitas 400 kVA
dengan tegangan 400 Volt, dari tjieojoeng
mensuplai daya ke pasar baru (PSBR) yang
berkapasitas 345 kVA yang bertegangan
380/220 Volt, menggunakan jaringan
distribusi penyulang tajur baru dengan
saluran kabel tanah tegangan menengah
(SKTM) dan saluran udara tegangan
menengah (SUTM).

4.2. Kontinuitas Dan mutu Listrik
Pada dasarnya kualitas sistem
distribusi mencangkup tiga bagian yaitu
tegangan, frekuensi dan pemadaman. Maka
untuk mengetahui kontinuitas dan kualitas
tenaga listrik dilakukan perhitungan yang
meliputi pemadaman dimana terdapat dua
indeks pemadaman yaitu indeks frekuensi
pemadaman rata-rata pertahun (saifi) dan
lama indeks pemadaman rata-rata pertahun
(saidi).

4.3. Perhitungan Saifi dan Saidi Pada
Penyulang Tajur Baru
Untuk mengetahui banyak dan lamanya
suatu gangguan pada suatu daerah dapat
digunakan persamaan saifi (system average
Interruption Frekuency Index) berapa kali
padam rata- rata pertahun. Dan saidi (sistem
average interruption duration) lama
pemadaman rata rata pertahun. Saifi
digunakan untuk mengetahui banyaknya
(frekuncy) gangguan yang terjadi sedangkan
saidi digunakan untuk menghitung lamanya
(Duration) gangguan yang terjadi.

4.3.1. Perhitungan Saifi Penyulang
Tajur Baru Tahun 2011
Dengan berdasarkan data persamaan
rumus maka nilai indeks frekuensi
pemadaman rata rata pertahun (saifi) dapat
dihitung berikut ini :
Jumlah pelanggan padampenyulang
tajur baru = 5
Gangguan penyulang tajur baru =
11 kali
Total jumlah penyulang tajur baru
= 5
SAIFI =
kMk
M


( ) ( ) jumlahkalipemadaman pelangganyangpadam
SAIFI
totaljumlahpelanggan
E -
=
=
5
11


= 2,2 kali/tahun

Berdasarkan perhitungan diatas
bahwa nilai saifi (indeks frekuensi
pemadaman rata-rata pertahun) pada
penyulang tajur baru adalah sebanyak 2,2
kali pemadaman/tahun.

4.3.2. Perhitungan Saidi Penyulang
Tajur Baru Tahun 2011
Dengan berdasarkan data pada
persamaan rumus (2.9) maka saidi (nilai
indeks lama/durasi pemadaman rata-rata
pertahun) dapat dihitung sebagai berikut,
maka :
Jumlah pelanggan padam
penyulang tajur baru = 5
Lama gangguan penyulang tajur
baru = 2,53 jam
Total jumlah pelanggan penyulang
tajur baru = 5
SAIDI =
UKMK
M


( ) lamapadam pelangganyangpadam
SAIDI
totaljumlahpelanggan
E -
=

=
5
53 , 2

= 34,6 menit/tahun
Berdasarkan perhitunga diatas bahwa
nilai saidi (indeks lama pemadaman rata-
rata pertahun) pada Mall Rabinza
(Rangkasbitung) adalah sebesar 34,6
menit/tahun.

4.3. Perhitungan Angka/Laju
Kegagalan (Failure Rate)
Laju kegagalan adalah nilai rata-rata
dari jumlah kesalahan persatuan waktu
periode pengamatan tertentu (T), dan
dinyatakan dalam satuan kegagalan
pertahun. Pada suatu pengamatan, nilai laju
kegagalan dinyatakan :
=
d
T

=
11
8760

= 0,00125570

Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Pakuan 10

Maka berdasarkan perhitungan
diatas maka laju kegagalan pada penyulang
tajur baru pada tahun 2011 adalah sebesar
0,00125570 /tahun.

5. KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan dan perhitungan pada
bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Hasil dari perhitungan nilai indeks
frekuensi pemadaman rata rata
pertahun (saifi) yaitu 2,2 kali/tahun,
jadi melebihi batas standar yang
ditetapkan oleh PT. PLN APJ
Banten Selatan UPJ Rangkasbitung
yaitu sebesar 1,8 kali/tahun.
2. Hasil dari perhitungan nilai indeks
lama/durasi pemadaman rata-rata
pertahun (saidi) yaitu 34,6
menit/tahun. Jadi, melebihi batas
standar yang ditetapkan oleh PT.
PLN APJ Banten Selatan UPJ
Rangkasbitung yaitu 16
menit/tahun.
3. Dari perhitungan angka/laju
kegagalan (failure rate) atau nilai
rata rata dari jumlah kesalahan
persatuan pada periode pengamatan
adalah 0,00125570/tahun.

5.2. Saran
Salah satu dari penyulang untuk
mensuplai dayaKota Rangkasbitung
menggunakan penyulang tajur baru masih
diatas standar PT.PLN.UPJ Banten Selatan.
Untuk mengatasi gangguan pada jaringan
distribusi 20 kV pada penyulang tajur baru
dilakukan dengan cara menggrounding atau
pentanahan dan perawatan pada alat
tersebut.
















DAFTAR PUSTAKA

1. PT. PLN (persero). 1985., SPLN 59:
keandalan pada sistem distribusi 20 kV
dan 6 kV Departemen pertambangan
dan Energi Perusahaan Umum Listrik
Negara.Jakarta
2. Hasan Basri, 1997., Sistem Distribusi
Daya Listrik.,ISTN, Jakarta Selatan
3. AS. Pabla, SISTEM DISTRIBUSI
DAYA LISTRIK, Penerbit
ERLANGGA, Jakarat, 1994.
3 AS pabla, Abdul Kadir,Ir 1986, sistem
Distribusi Daya Listrik,.Jakarta
4 Jiteng Marsudi, Pembangkit Energi
listrik, penerbit Erlangga, Jakarta, 2005.
5 (http://dunia-listrik.blogspot.com)
6 (http://electricdot.wordpress.com)
7 (http//id.wikipedia.org/wiki/kabel_listri
k)
8 Stevenson,Jr dan Wiliam, D, 1990.,
Analisis Sistem Tenaga
Listrik,Erlangga Bandung.
9 Sumber : Standar Konstruksi Jaringan
Distribusi , Jawa Barat 1985

Anda mungkin juga menyukai