Anda di halaman 1dari 11

A.

TEKNIK DASAR PERENCANAAN


DASAR PERANCANGAN JARINGAN
Dalam merancang saluran transmisi,selain aspek listrik maka aspek mekanis juga harus
diperhitungkan.Aspek mekanis ini sangat penting,karena keandalan saluran tansmisi sangat
tergantung pada keandalan aspek mekanisnya.
Ada pun aspek mekanis ini meliputi :
1.perencanaan rute saluran transmisi.tentu saja rute yang ideal adalah jalur lurus yang
langsung dari lokasi system tenaga listrik yang akan dihubungkan.tetapi hal ini sulit untuk
dilakukan karena keterbatasan alam dan kesulitan mendapatkan hak lintas
2.Perencanaan dan perhitungan tegangan tarik dan dorongan kawat konduktor antara
menara.
3.Penentuan jenis,kekuatan dan tinggi menara yang diperlukan untuk titik tumpu pada rute
saluaran transmisi
4.Penentuan kekuatan isolator yang diperluakn berdasar pada kemungkinan beban mekanis
yang dialami oleh isolator.
Dalam merancang dan memperhitungkan andongan dan penentuan menara yang diperlukan
selama ini metoda yang digunakan adalah metoda grafis.dalam metoda grafis ini,pertama
yang dilakukan penentuan titik tumpu berdasarkan pada gambar penampang yang
memanjang dari rute saluran transmisi.pada perancangan mekanis saluran transmisi dengan
metoda numeric ,hal hal yang didasarkan pada penggambaran diganti dengan hasil hasil
perhitungan
Pada rancangan mekanis dengan metoda numeric ini tetap diperlukan gambar penampang
memanjang dari rute transmisi .kemudian berdasarkan survey lokasi dan peta situasi
dilakukan penentuan titik tumpu menara.berdasarkan hal yang telah dilakukan diatas
dilakukan kombilasi data jarak span dan beda tinggi titik tumpu.perhitungan yang
digunakan dalam metoda ini adalah perhitungan yang didasarkan pada teori rentangan
kawat lentur.
Berdasarkan hokum stokes ,karena adanya tegangan tarik atas ,kawat akan berubah
panjangnya .perubahan panjang kawat ini tergantung pada E (modulus elastisitas) kawat
dan panjang kawat.
komponen-komponen utama dari saluran transmisi udara, terdiri dari:
1. MENARA TRANSMISI atau tiang transmisi, beserta pondasinya.
menara atau tiang transmisi adalah suatu bangunan penopang saluran transmisi yang bisa
berupa menara baja, tiang baja, tiang beton bertulang dan tiang kayu. menurut
penggunannya diklasifikasikan menjadi:
a. Tiang baja, tiang beton bertulang dan tiang kayu, umumnya digunakan untuk saluransaluran transmisi dengan tegangan kerja yang relatif rendah (dibawah 70 kV).
b. Menara baja, digunakan untuk saluran transmisi yang tegangan kerjanya tinggi (SUTT)
dan tegangan ekstra tinggi (SUTET).
menara baja itu sendiri diklasifikasikan berdasarkan fungsinya, menjadi:
a. menara dukung.
b. menara sudut.

c. menara ujung.
d. menara percabangan.
e. menara transposisi.
Pembahasan mengenai menara atau tower transmisi dapat dibaca di sini
2. ISOLATOR.
jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau gelas.
menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator diklasifikasikan menjadi:
a. isolator jenis pasak.
b. isolator jenis pos-saluran.
c. isolator gantung.
isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran digunakan pada saluran transmisi dengan
tegangan kerja relatif rendah (kurang dari 22-33 kV), sedangkan isolator gantung dapat
digandeng menjadi rentengan/rangkaian isolator yang jumlahnya dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
TEORI KEGAGALAN ISOLASI
Kegagalan pada Isolasi gas
Proses dasar ionisasi
Ion merupakan atom atau gabungan atom yangmemiliki muatan listrik, ion terbentuk
apabila pada peristiwa kimia suatu atom unsur menangkap atau melepaskan elektron. Proses
terbentuknya ion dinamai dengan ionisasi[5].
Jika diantara dua elektroda yang dimasukkandalam media gas diterapkan tegangan V maka
akan timbul suatu medan listrik E yang mempunyai besar dan arah tertentu yang akan
mengakibatkan electron bebas mendapatkan energi yang cukup kuat menuju
kearah anoda sehingga dapat merangsang timbulnya proses ionisasi [3].
Ionisasi karena Benturan Elektron
Jika gradien tegangan yang ada cukup tinggi maka jumlah elektron yang diionisasikan akan
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ion yang ditangkap molekul oksigen. Tiap-tiap
elektron ini kemudian akan berjalan menuju anoda secara kontinu sambil membuat
benturan-benturan yang akan membebaskan electron lebih banyak lagi. Ionisasi karena
benturan ini merupakan proses dasar yang penting dalam kegagalan udara atau gaz
Mekanisme Kegagalan Gas
Proses kegagalan dalam gas ditandai dengan adanya percikan secara tiba-tiba, percikan ini
dapat terjadi karena adanya pelepasan yang terjadi pada gas tersebut. Mekanisme kegagalan
gas yang disebut percikan adalah peralihan dari pelepasan tak bertahan sendiri ke berbagai
pelepasan yang bertahan sendiri[3]. Proses dasar yang paling penting dalam kegagalan gas
adalah proses ionisasi karena benturan, tetapi proses ini tidak cukup untuk menghasilkan
kegagalan. Proses lain yang terjadi dalam kegagalan gas adalah proses atau mekanisme
primer dan proses atau mekanisme sekunder.
Proses yang terpenting dalam mekanisme primer adalah proses katoda, pada proses ini
diawali dengan pelepasan elektron oleh suatu elektroda yang diuji,peristiwa ini akan
mengawali terjadinya kegagalan percikan (spark breakdown). Elektroda yang memiliki

potensial rendah (katoda) akan menjadi elektroda yang melepaskan elektron. Elektron awal
yang dibebaskan (dilepaskan) oleh katoda akan memulai terjadinya banjiran elektron dari
permukaan katoda. Jika jumlah elektron yang dibebaskan makin lama makin banyak atau
terjadinya peningkatan banjiran maka arus akan bertambah dengan cepat sampai terjadi
perubahan pelepasan dan peralihan pelepasan ini akan menimbulkan percikan (kegagalan)
dalam gas[5].
Kegagalan Pada Isolasi Cair (Minyak)
Karakteristik pada isolasi minyak trafo akan berubah jika terjadi ketidakmurnian di
dalamnya. Hal ini akan mempercepat terjadinya proses kegagalan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kegagalan isolasi antara lain adanya partikel padat, uap air dan gelembung
gas.
Mekanisme Kegagalan Isolasi Cair
Teori mengenai kegagalan dalam zat cair kurang banyak diketahui dibandingkan dengan
teori kegagalan gas atau zat padat. Hal tersebut disebabkan karena sampai saat ini belum
didapatkan teori yang dapat menjelaskan proses kegagalan dalam zat cair yang benar-benar
sesuai antara keadaan secara teoritis dengan keadaan sebenarnya. Teori kegagalan zat isolasi
cair dapat dibagi menjadi empat jenis sebagai berikut[3]:
a. Teori Kegagalan Elektronik
Teori ini merupakan perluasan teori kegagalan dalam gas[3], artinya proses kegagalan yang
terjadi dalam zat cair dianggap serupa dengan yang terjadi dalam gas. Oleh karena itu
supaya terjadi kegagalan diperlukan elektron awal yang dimasukkan kedalam zat cair.
Elektron awal inilah yang akan memulai proses kegagalan.
b. Teori Kegagalan Gelembung
Kegagalan gelembung atau kavitasi[3] merupakan bentuk kegagalan zat cair yang
disebabkan oleh adanya gelembung-gelembung gas di dalamnya.

c. Teori Kegagalan Bola Cair


Jika suatu zat isolasi mengandung sebuah bola cair dari jenis cairan lain, maka dapat terjadi
kegagalan akibat ketakstabilan bola cair tersebut dalam medan listrik. Medan listrik akan
menyebabkan tetesan bola cair yang tertahan didalam minyak yang memanjang searah
medan dan pada medan yang kritis tetesan ini menjadi tidak stabil. Kanal kegagalan akan
menjalar dari ujung tetesan yang memanjang sehingga menghasilkan kegagalan total.
d. Teori Kegagalan Tak Murnian Padat
Kegagalan tak murnian padat adalah jenis kegagalan yang disebabkan oleh adanya butiran
zat padat (partikel) didalam isolasi cair yang akan memulai terjadi kegagalan.
Kekuatan Kegagalan
Dari semua teori yang membahas tentang kegagalan zat cair tidak memperhitungkan
hubungan antara panjang ruang celah (sela) dengan kekuatan peristiwa kegagalan.
Semuanya hanya membahas tentang kekuatan kegagalan maksimum yang dicapai. Namun
dari semua teori diatas dapat ditarik suatu persamaan baru yang berisi komponen panjang
ruang celah dan komponen kekuatan peristiwa kegagalan pada benda cair,:

III. TEKNIK PENGAMBILAN DATA


Elektroda
Elektrode yang digunakan dalam pengujian ini adalah elektrode bidang (plat). Elektrode
bidang ini digunakan pada pengujian isolasi udara maupun minyak trafo. Elektrode bidang
ini terbuat dari stainlees steel. Elektrode bidang dapat dilihat pada
gambar 3.1 berikut ini :

Gambar 3.1. Elektrode Bidang


Rangkaian Pengujian
Rangkaian pembangkitan tegangan AC pada gambar 3.2 adalah rangkaian yang digunakan
untuk mengetahui tegangan tembus pada pengujian. Rangkaian tersebut digunakan pada
media isolasi udara maupun media isolasi minyak trafo.

IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA


Hasil Pengujian
Tegangan Tembus pada Isolasi Udara
Pengujian tegangan tembus pada isolasi udara dilakukan pada kondisi yaitu pada kondisi
kelembaban ruang (76%RH).
Tabel 4.1 Tegangan tembus isolasi

Tegangan Tembus pada Isolasi Minyak


Trafo
Pengujian tegangan tembus pada isolasi minyak trafo dilakukan pada kondisi temperatur 30
oC. Dengan menggunakan 2 jenis minyak trafo yaitu minyak trafo baru dan minyak trafo
bekas.

Analisa Hasil Pengujian Perbandingan Tegangan Tembus Media Isolasi Minyak Baru dan
Minyak Bekas
Gambar 4.4 memperlihatkan besarnya tegangan tembus sebagai fungsi sela hasil pengujian
pada temperatur 30 oC pada media isolasi minyak baru dan
minyak bekas.

Berdasarkan gambar 4.4 dapat diketahui bahwa tegangan tembus pada isolasi minyak baru
lebih besar dibandingkan dengan isolasi minyak bekas. Hal ini disebabkan karena pada
minyak bekas terdapat kandungan partikel-partikel dan uap air yang menyebabkan
ketidakmurnian pada minyak. Apabila jumlah partikel yang melayang pada minyak sangat
banyak, partikel-partikel tersebut akan membentuk semacam jembatan yang
menghubungkan kedua elektroda sehingga mengakibatkan terjadinya peristiwa kegagalan.
Namun bila hanya terdapat sebuah partikel, partikel tersebut akan membuat
perluasan area medan (local field enhancement) yang luasnya ditentukan oleh bentuk
partikel itu sendiri. Jika perluasan area medan ini melebihi ketahanan
benda cair, maka terjadilah peristiwa kegagalan setempat (local breakdown) yaitu terjadi di

dekat partikel-partikel asing tersebut. Hal ini akan membuatmemisah dari minyak dan
terpolarisasi membentuk suatu dipol. Jika jumlah molekul-molekul uap air
benyak, maka akan terbentuk kanal peluahan. Kanal ini akan merambat dan memanjang
sampai menghasilkan tembus listrik. Ketidakmurnian ini sangat berpengaruh dalam
kegagalan isolasi sehingga pada minyak bekas akan lebih mudah terjadi discharge
dibandingkan dengan minyak baru karena kekuatan isolasi minyak bekas
sudah tidak sebagus minyak baru.
Perbandingan Tegangan Tembus Udara
dengan Minyak Trafo
Gambar 4.5 memperlihatkan grafik karakteristik tegangan tembus isolasi udara dan minyak
sebagai fungsi jarak sela, hasil pengujian pada kondisi ruang
(30 oC). terbentuknya gelembung-gelembung gas yang pada akhirnya juga menyebabkan
peristiwa kegagalan pada minyak tersebut. Pada minyak bekas cenderung memiliki kadar
uap air yang lebih besar daripada minyak baru. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa
pada saat medan listrik yang tinggi, molekul uap air yang terlarut

Berdasarkan gambar 4.5 dapat diketahui bahwa tegangan tembus pada minyak lebih besar
dibandingkan dengan udara. Hal ini disebabkan karena kekuatan dielektrik minyak lebih
besar daripada udara, kar ena permitivitas relatif minyak lebih tinggi daripada permitivitas
relaitif udara (r minyak = 2.3 sedangkan r udara = 1). Hal ini berarti bahwa media isolasi
minyak lebih baik daripada media isolasi udara jika digunakan dalam peralatan tegangan
tinggi.

3. KAWAT PENGHANTAR (KONDUKTOR)


jenis-jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi adalah:
a. tembaga dengan konduktivitas 100% (Cu 100%)
b. tembaga dengan konduktivitas 97,5% (Cu 97,5%)
c. aluminium dengan konduktivitas 61% (Al 61%)
kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan kawat
penghantar aluminium, karena konduktivitas dan kuat tariknya yang lebih tinggi.
tetapi juga memiliki kelemahan, yaitu untuk besar tahanan yang sama, tembaga lebih berat
dan lebih mahal dari aluminium. oleh karena itu dewasa ini kawat penghantar aluminium
telah mulai menggantikan kedudukan kawat penghantar tembaga.
Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat aluminium, digunakan campuran aluminum
(aluminium alloy). Untuk saluran-saluran transmisi tegangan tinggi, dimana jarak antara
menara/tiang berjauhan, mencapai ratusan meter, maka dibutuhkan kuat tarik yang lebih
tinggi, untuk itu digunakan kawat penghantar ACSR.
Kawat penghantar aluminium, terdiri dari berbagai jenis, dengan lambang sebagai berikut:
a. AAC (All-Aluminium Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari
aluminium.
b. AAAC (All-Aluminium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat
dari campuran aluminium.
c. ACSR (Aluminium Conductor, Steel-Reinforced), yaitu kawat penghantar aluminium
berinti kawat baja.

d. ACAR (Aluminium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat penghantar aluminium yang


diperkuat dengan logam campuran.
4.KAWAT TANAH.
Kawat tanah atau "ground wires" juga disebut kawat pelindung (shield wires), gunanya
untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau kawat-kawat fasa terhadap sambaran petir.
Jadi kawat tanah itu dipasang diatas kawat fasa, sebagai kawat tanah umumnya digunakan
kawat baja (steel wires) yang lebih murah, tetapi tidak jarang digunakan ACSR.
Pada suatu Sistem Tenaga Listrik, energi listrik yang dibangkitkan dari pusat pembangkit
listrik ditransmisikan ke pusat-pusat pengatur beban melalui suatu saluran transmisi,
saluran transmisi tersebut dapat berupa saluran udara atau saluran bawah tanah, namun
pada umumnya berupa saluran udara.
Energi listrik yang disalurkan lewat saluran transmisi udara pada umumnya menggunakan
kawat telanjang sehingga mengandalkan udara sebagai media isolasi antara kawat
penghantar tersebut dengan benda sekelilingnya, dan untuk menyanggah / merentang kawat
penghantar dengan ketinggian dan jarak yang aman bagi manusia dan lingkungan
sekitarnya, kawat-kawat penghantar tersebut dipasang pada suatu konstruksi bangunan
yang kokoh, yang biasa disebut menara / tower. Antara menara / tower listrik dan kawat
penghantar disekat oleh isolator.
Konstruksi tower besi baja merupakan jenis konstruksi saluran transmisi tegangan tinggi
(SUTT) ataupun saluran transmisi tegangan ekstra tinggi (SUTET) yang paling banyak
digunakan di jaringan PLN, karena mudah dirakit terutama untuk pemasangan di daerah
pegunungan dan jauh dari jalan raya, harganya yang relatif lebih murah dibandingkan
dengan penggunaan saluran bawah tanah serta pemeliharaannya yang mudah. Namun
demikian perlu pengawasan yang intensif, karena besi-besinya rawan terhadap pencurian.
Seperti yang telah terjadi dibeberapa daerah di Indonesia, dimana pencurian besi-besi baja
pada menara / tower listrik mengakibatkan menara / tower listrik tersebut roboh, dan
penyaluran energi listrik ke konsumen pun menjadi terganggu.
Aspek dasar lain.
A. Life Cycle Jaringan
Life cycle jaringan adalah pertimbangan perencanaan yang penting. Salah satu aspek yang
berarti adalah perubahan teknologi yang pasti terlibat selama kehidupan jaringan. Tiap
jaringan adalah perwakilan teknologi pada waktu suatu jaringan dirancang dan
diimplementasikan.
Selama life cycle-nya jaringan melewati fase-fase sebagai berikut :
1. Studi Kelayakan
Studi kelayakan mencakup subfase definisi masalah dan penyelidikan. Definisi adalah
langkah pertama dalam studi kelayakan. Subfase penyelidikan mencakup pengumpulan data
input untuk mengembangkan definisi yang tepat mengenai kondisi komunikasi data pada
saat itu dan untuk menyelesaikan masalah. Pada bagian akhir studi kelayakan kita harus
membuat laporan. Laporan tersebut harus berisi hal-hal sebagai berikut :
Penemuan dari studi kelayakan
Pemecahan alternatif sebagai bahan tambahan dari pemecahan terbaik yang mungkin
dilakukan

Alasan melanjutkan ke fase proses berikutnya


Jika pemecahan yang dapat dilakukan tidak diketemukan, harus ada rekomendai untuk
studi lain dan metodologi lain yang digunakan untuk mendapatkan pemecahan yang layak.
2. Analisis
Fase analisis menggunakan data yang terkumpul pada langkah 1, untuk mengidentifikasikan
persyaratan yang harus dipenuhi jaringan bila ia menginginkan berhasilnya implementasi.
Hasil akhirnya adalah sekumpulan kebutuhan/persyaratan untuk produk akhir. Produk
akhir dari fase ini adalah dokumen yang lain, kadang-kadang disebut laporan spesifikasi
fungsional, yang menentukan fungsi yang harus dijalankan oleh jaringan setelah ia
diimplementasikan.
3. Disain
Fase disain dari life cycle adalah fase terlama. Hasil dari langkah ini tergantung pada yang
dikehendaki pengelola. Selama fase disain, semua komponen yang akan melengkapi jaringan
dikembangkan.
.
4. Pemeliharaan dan Pembaharuan (Upgrade)
Selama fase upgrade dan pemeliharaan, jaringan dijaga operasionalnya dan distel dengan
baik (fine-tuned) oleh personel operasi. Selanjutnya pembaharuan hardware dan software
dijalankan untuk menjaga operasional jaringan berjalan dengan efisien dan efektif. Hasil
dari fase ini adalah membuat perubahan dan usulan upgrade, memperbaharui dokumentasi
yang ada untuk merefleksikan perubahan dalam jaringan dan melaporkan serta membuat
statistik dari fungsi kontrol dan monitoring jaringan.
B. Keamanan Jaringan
Tanggung jawab yang penting dari manajer jaringan adalah kontrol pemeliharaan atas
keamanan jaringan dan data yang disimpan dan ditransmisikan oleh jaringan tersebut.
Keamanan Fisik
Penekanan utama dari keamanan fisik adalah untuk mencegah akses yang tak berhak ke
ruang komunikasi, pusat kontrol jaringan atau peralatan komunikasi.
Kontrol Lokasi dan Waktu
Waktu dan lokasi akses pemakai ke jaringan dapat dikontrol oleh mekanisme software dan
hardware. Kontrol waktu dijalankan pada individu dengan adanya profil pemakai dalam
jaringan yang menentukan interval hari dan waktu selama pemakai dapat mengakses sistem.
Kontrol lokasi dijalankan dengan adanya profil terminal.
Agar jaringan selalu efektif dan efisien dalam periode waktu yang panjang, rencana
manajeman jaringan yang baik harus dilakukan. Rencana manajemen jaringan harus
mempunyai dua tujuan, yaitu :
o Rencana harus mencegah masalah yang mungkin timbul.
o Rencana harus menyiapkan untuk menangani masalah yang kemungkinan besar terjadi.

Menurut bentuk konstruksinya, jenis-jenis menara / tower listrik dibagi atas 4macam,yaitu:
1.Latticetower
2.Tubularsteelpole
3.Concretepole
4.Woodenpole

Gambar1.Latticetower

Gambar2.Tubularsteelpole

5.
Menurut fungsinya, menara / tower listrik dibagi atas 7 macam yaitu:
1. Dead end tower, yaitu tiang akhir yang berlokasi di dekat Gardu induk, tower inihamper
sepenuhnya menanggunggaya tarik.
2. Section tower, yaitu tiang penyekat antara sejumlah tower penyangga dengan sejumlah
tower penyangga lainnya karena alasan kemudahan saat pembangunan (penarikan kawat),
umumnya mempunyai sudut belokan yang kecil.
3. Suspension tower, yaitu tower penyangga, tower ini hampir sepenuhnya menanggung gaya
berat, umumnya tidak mempunyai sudut belokan.
4. Tension tower, yaitu tower penegang, tower ini menanggung gaya tarik yang lebih besar
daripada gaya berat, umumnya mempunyai sudut belokan.
5. Transposision tower, yaitu tower tension yang digunakan sebagai tempat melakukan
perubahan posisi kawat fasa guna memperbaiki impendansi transmisi.
6. Gantry tower, yaitu tower berbentuk portal digunakan pada persilangan antara dua
Saluran transmisi. Tiang ini dibangun di bawah Saluran transmisi existing.
7. Combined tower, yaitu tower yang digunakan oleh dua buah saluran transmisi yang
berbeda tegangan operasinya.

Gambar 3. Tower 2 sirkit tipe suspensi (kiri) dan tension (kanan).

Gambar 4. Tower 4 sirkit tipe suspensi (kiri) dan tension (kanan).


Menurut susunan / konfigurasi kawat fasa, menara / tower listrik dikelompokkan atas:
1. Jenis delta, digunakan pada konfigurasi horizontal / mendatar.
2. Jenis piramida, digunakan pada konfigurasi vertikal / tegak.
3. Jenis Zig-zag, yaitu kawat fasa tidak berada pada satu sisi lengan tower.

Dilihat dari tipe tower, dibagi atas beberapa tipe seperti ditunjukkan pada tabel 1 dan tabel
2.
Tabel 1. Tipe tower 150 kV

Tabel 2. Tipe Tower 500 kV


Komponen-komponen Menara / Tower listrik
Secara umum suatu menara / tower listrik terdiri dari:
Pondasi, yaitu suatu konstruksi beton bertulang untuk mengikat kaki tower (stub) dengan
bumi.
Stub, bagian paling bawah dari kaki tower, dipasang bersamaan dengan pemasangan
pondasi dan diikat menyatu dengan pondasi.
Leg, kaki tower yang terhubung antara stub dengan body tower. Pada tanah yang tidak rata
perlu dilakukan penambahan atau pengurangan tinggi leg, sedangkan body harus tetap sama
tinggi permukaannya.
Common Body, badan tower bagian bawah yang terhubung antara leg dengan badan tower
bagian atas (super structure). Kebutuhan tinggi tower dapat dilakukan dengan pengaturan
tinggi common body dengan cara penambahan atau pengurangan.
Super structure, badan tower bagian atas yang terhubung dengan common body dan cross
arm kawat fasa maupun kawat petir. Pada tower jenis delta tidak dikenal istilah super
structure namun digantikan dengan K frame dan bridge.
Cross arm, bagian tower yang berfungsi untuk tempat menggantungkan atau mengaitkan
isolator kawat fasa serta clamp kawat petir. Pada umumnya cross arm berbentuk segitiga
kecuali tower jenis tension yang mempunyai sudut belokan besar berbentuk segi empat.
K frame, bagian tower yang terhubung antara common body dengan bridge maupun cross
arm. K frame terdiri atas sisi kiri dan kanan yang simetri. K frame tidak dikenal di tower
jenis pyramid.
Bridge, penghubung antara cross arm kiri dan cross arm tengah. Pada tengah-tengah
bridge terdapat kawat penghantar fasa tengah. Bridge tidak dikenal di tower jenis pyramida.
Rambu tanda bahaya, berfungsi untuk memberi peringatan bahwa instalasi SUTT/SUTET
mempunyai resiko bahaya. Rambu ini bergambar petir dan tulisan AWAS BERBAHAYA
TEGANGAN TINGGI. Rambu ini dipasang di kaki tower lebih kurang 5 meter diatas tanah
sebanyak dua buah, dipasang disisi yang mengahadap tower nomor kecil dan sisi yang
menghadap nomor besar.
Rambu identifikasi tower dan penghantar / jalur, berfungsi untuk memberitahukan
identitas tower seperti: Nomor tower, Urutan fasa, Penghantar / Jalur dan Nilai tahanan
pentanahan kaki tower.
Anti Climbing Device (ACD), berfungsi untuk menghalangi orang yang tidak
berkepentingan untuk naik ke tower. ACD dibuat runcing, berjarak 10 cm dengan yang
lainnya dan dipasang di setiap kaki tower dibawah Rambu tanda bahaya.
Step bolt, baut panjang yang dipasang dari atas ACD ke sepanjang badan tower hingga

super structure dan arm kawat petir. Berfungsi untuk pijakan petugas sewaktu naik maupun
turun dari tower.
Halaman tower, daerah tapak tower yang luasnya diukur dari proyeksi keatas tanah galian
pondasi. Biasanya antara 3 hingga 8 meter di luar stub tergantung pada jenis tower
FACTS, Teknologi Transmisi Listrik Masa Depan
Pengoperasian sistim jaringan transmisi daya listrik kini telah memasuki era baru. Dalam
tahapan baru ini, transmisi daya listrik tidak hanya akan menjadi lebih terjamin dan lebih
terkendali dalam pengaturannya, tetapi juga akan menjadi jauh lebih efisien dalam
pemanfaatannya. Peningkatan pesat ke arah pemanfaatan sistim jaringan transmisi listrik
secara optimal ini dimungkinkan dengan keberadaan dan semakin dewasanya
aplikasi teknologi dibidang elektronika daya pada khususnya dan teknologi semikonduktor
pada umumnya. Teknologi kendali terbaru untuk transmisi daya listrik ini populer dengan
sebutan FACTS singkatan dari Flexible AC Transmission System dan pertama kali
dikembangkan oleh Electric Power Research Institute (EPRI) di Palo Alto negara bagian
California di Amerika Serikat. Pada awal pengembangannya, teknologi FACTS ditujukan
untuk menjawab permasalahan dalam peningkatan kapasitas pengaliran daya listrik pada
sistim jaringan transmisi dan juga untuk menyediakan peralatan kendali daya listrik yang
terpercaya pada jalur transmisi yang diinginkan.
Pengendalian sistim daya listrik bolak balik (AC) telah dikenal sebagai hal yang kompleks.
Ini disebabkan oleh perubahan secara terus menerus antara medan magnit dan medan
listrik. Bergeraknya arus listrik pada satu transmisi tidak hanya dipengaruhi oleh
keberadaan tahanan tetapi juga dari induktansi dan kapasitansi di sepanjang transmisi
tersebut.
Kombinasi dari ketiga hal inilah yang dikenal dengan istilah impedansi. Selain daripada itu,
pada jaringan transmisi listrik AC, daya listrik mengalir dari ujung transmisi dengan voltase
fasa leading ke ujung yang lain yang bervoltase fasa tertinggal (lagging). Besarnya daya listrik
yang mengalir pada suatu transmisi akan bertambah dengan semakin besarnya perbedaan
sudut fasa antara kedua voltase tersebut. Konsekuensinya, penambahan aliran daya listrik
suatu transmisi dengan demikian dapat dilakukan dengan tiga cara: menaikan voltase,
menambah selisih sudut antara dua ujung transmisi atau dengan pengurangan impedansi
dari transmisi.
Teknologi FACTS inilah yang kemudian dikembangkan dengan salah satu tujuan untuk
menyediakan peralatan yang fleksible dalam pengaturan atau pengendalian ketiga parameter
aliran daya listrik tersebut. Dengan pengaturan dan pengendalian yang fleksibel ini maka
harapan untuk memaksimalkan kapasitas transmisi pada tingkat batas panas (thermal
rating) akan terwujud. Untuk menyadari pentingnya batas panas ini, sebagai contoh di
Amerika Serikat, untuk transmisi daya listrik pada jaringan transmisi 500kV biasanya diberi
batas beban (loading limit) sekitar 1000-2000MW untuk pengoperasian yang aman,
walaupun batas panas (thermal rating) dari jaringan transmisi itu sendiri bisa mencapai
3000MW.
Selain daripada itu, ada dua hal lain yang juga merupakan permasalahan pada sistim
jaringan transmisi listrik bolak balik (AC). Yang pertama adalah keberadaan daya reaktif
(reactive power) yang membawa dampak negatif terhadap sistim jaringan transmisi daya
listrik. Sebagai contoh, daya reaktif ini dapat mengakibatkan kelebihan beban dan voltage
sags pada sistim transmisi. Dengan latar belakang ini pula, maka beberapa alat FACTS
dirancang untuk menjawab persoalan daya reaktif ini.
Permasalahan transmisi listrik AC berikutnya adalah berhubungan dengan keberadaan
sistim listrik AC yang sensitif terhadap hal hal yang dapat mengganggu kestabilan sistim.

Sebagai contoh adalah dengan terjadinya subsynchronous resonance (SSR). Pada SSR arus
listrik AC yang mengalir pada transmisi mengandung komponen frekuensi rendah yang telah
terbukti dapat mengakibatkan kerusakan pada generator misalnya. Ini juga yang menjadi
satu alasan dikembangkannya beberapa peralatan FACTS yang dapat difungsikan sebagai
pereda (damper) dari komponen frekuensi rendah ini.
FACTS sebagai istilah baru
Pada dasarnya, FACTS adalah kumpulan peralatan yang dibuat dari komponen elektronik
solid state untuk pengaturan atau pengendalian transmisi daya listrik secara fleksible.
Sampai saat ini telah terdapat sekitar dua belas macam peralatan FACTS yang memiliki
fungsi masing masing. Dari jumlah ini, beberapa masih dalam tahap pengembangkan
sedangkan beberapa lagi telah dipasang diberbagai lokasi jaringan transimisi di Amerika
Serikat dengan hasil yang memuaskan.
Pada akhirnya nanti, peralatan FACTS ini diharapkan untuk dapat menggantikan peralatan
kendali daya listrik mekanik yang saat ini umum dipasang pada jaringan transmisi listrik
seperti misalnya pemutus rangkaian (circuit breakers), perubah tegangan variabel
(transformer tap changers), kapasitor muka (shunt capacitor switches) dan lainnya. FACTS
dalam pengembangannya sangat erat sekali hubungannya dengan pengkajian aplikasi
Thyristor untuk elektronika daya. Dengan pemanfaatan peralatan kendali elektronika daya
tersebut, maka FACTS akan sangat diminati karena menyediakan banyak kelebihan
dibandingkan dengan peralatan kendali mekanik.
Keuntungan alat kendali elektronik seperti misalnya waktu reaksi yang berkecepatan tinggi
dibandingkan dengan waktu reaksi dari peralatan kendali mekanik. Sebagai gambaran,
FACTS dapat mengubah arah atau jalur daya listrik dalam waktu kurang dari satu cycle.
Dengan kecepatan reaksi yang tinggi ini berarti FACTS dapat juga menyediakan fungsi
lainnya yang tidak mungkin didapatkan pada alat kendali mekanik, seperti misalnya fungsi
untuk mengatasi gangguan peralihan (transient disturbance) pada jaringan transmisi.
.

Anda mungkin juga menyukai