Anda di halaman 1dari 6

1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Askariasis atau infeksi cacing gelang adalah penyakit yang disebabkan oleh Ascaris
lumbricoides. Askariasis adalah penyakit kedua terbanyak yang disebabkan oleh parasit.
Ascaris lumbricoides merupakan cacing bulat besar yang biasanya bersarang dalam
usus halus. Adanya cacing didalam usus penderita akan mengadakan gangguan keseimbangan
fisiologi yang normal dalam usus, mengadakan iritasi setempat sehingga mengganggu
gerakan peristaltik dan penyerapan makanan.
2.2 Epidemiologi
Penyakit Ascariasis dapat ditemukan di seluruh dunia. Infeksi terjadi dengan
frekuensi terbesar di daerah tropis dan subtropis, dan di setiap daerah dengan sanitasi yang
tidak memadai. Ascariasis adalah salah satu infeksi parasit pada manusia yang paling umum.
Sampai dengan 10% dari penduduk negara berkembang terinfeksi cacing dengan persentase
besar disebabkan oleh Ascaris. Di seluruh dunia, infeksi Ascaris menyebabkan sekitar 60.000
kematian per tahun, terutama pada anak.


Prevalensi tertinggi ascariasis adalah pada anak usia 2-10 tahun, dengan intensitas
infeksi tertinggi terjadi pada anak usia 5-15 tahun yang memiliki infeksi simultan dengan
cacing lain seperti Trichuris trichiura dan cacing tambang. Sebuah studi terbaru menemukan
bahwa wanita dewasa Vietnam yang tinggal di daerah pedesaan, terutama yang terkena tanah
pada malam hari dan tinggal di rumah tangga tanpa jamban, beresiko sangat tinggi untuk
ascariasis. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperkirakan bahwa
tingkat ascariasis di seluruh dunia pada 2005 adalah sebagai berikut: 86 juta kasus di Cina,
204 juta di tempat lain di Asia Timur dan Pasifik, 173 juta di sub-Sahara Afrika, 140 juta di
India, 97 juta di tempat lain di Asia Selatan, 84 juta dalam bahasa Latin Amerika dan Karibia,
dan 23 juta di Timur Tengah dan Afrika Utara.


2.3 Etiologi
Askariasis biasanya disebabkan oleh Ascaris lumbricoides.

2.4 Morfologi
Cacing betina dewasa mempunyai bentuk tubuh posterior yang membulat (conical),
berwarna putih kemerah-merahan dan mempunyai ekor lurus tidak melengkung. Cacing
betina mempunyai panjang 22 - 35 cm dan memiliki lebar 3 - 6 mm. Sementara cacing jantan
dewasa mempunyai ukuran lebih kecil, dengan panjangnya 12 - 13 cm dan lebarnya 2 - 4 mm,
2

juga mempunyai warna yang sama dengan cacing betina, tetapi mempunyai ekor yang
melengkung kearah ventral. Kepalanya mempunyai tiga bibir pada ujung anterior (bagian
depan) dan mempunyai gigi-gigi kecil atau dentikel pada pinggirnya, bibirnya dapat ditutup
atau dipanjangkan untuk memasukkan makanan (Soedarto, 1991).
Pada potongan melintang cacing mempunyai kutikulum tebal yang berdampingan
dengan hipodermis dan menonjol kedalam rongga badan sebagai korda lateral. Sel otot
somatik besar dan panjang dan terletak di hipodermis; gambaran histologinya merupakan sifat
tipe polymyarincoelomyarin.Alat reproduksi dan saluran pencernaan mengapung didalam
rongga badan, cacing jantan mempunyai dua buah spekulum yang dapat keluar dari kloaka
dan pada cacing betina, vulva terbuka pada perbatasan sepertiga badan anterior dan tengah,
bagian ini lebih kecil dan dikenal sebagai cincin copulas.Telur yang di buahi (fertilized)
berbentuk ovoid dengan ukuran 60-70 x 30-50 mikron. Bila baru dikeluarkan tidak infektif
dan berisi satu sel tunggal. Sel ini dikelilingi suatu membran vitelin yang tipis untuk
meningkatkan daya tahan telur cacing tersebut terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga
dapat bertahan hidup sampai satu tahun.
Di sekitar membran ini ada kulit bening dan tebal yang dikelilingi lagi oleh lapisan
albuminoid yang permukaanya tidak teratur atau berdungkul (mamillation). Lapisan
albuminoid ini kadang-kadang dilepaskan atau hilang oleh zat kimia yang menghasilkan telur
tanpa kulit (decorticated). Didalam rongga usus, telur memperoleh warna kecoklatan dari
pigmen empedu. Telur yang tidak dibuahi (unfertilized) berada dalam tinja, bentuk telur lebih
lonjong dan mempunyai ukuran 88-94 x 40-44 mikron, memiliki dinding yang tipis, berwarna
coklat dengan lapisan albuminoid yang kurang sempurna dan isinya tidak teratur.
2.5 Patofisiologi
Siklus hidup
Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif Ascaris lumbricoides, jika tertelan
telur yang infektif, maka didalam usus halus bagian atas telur akan pecah dan melepaskan
larva infektif dan menembus dinding usus masuk kedalam vena porta hati yang kemudian
bersama dengan aliran darah menuju jantung kanan dan selanjutnya melalui arteri pulmonalis
ke paru-paru dengan masa migrasi berlangsung selama sekitar 15 hari.
Dalam paru-paru larva tumbuh dan berganti kulit sebanyak 2 kali, kemudian keluar
dari kapiler, masuk ke alveolus dan seterusnya larva masuk sampai ke bronkus, trakhea,
laring dan kemudian ke faring, berpindah ke esopagus dan tertelan melalui saliva atau
merayap melalui epiglottis masuk kedalam traktus digestivus. Terakhir larva sampai kedalam
usus halus bagian atas, larva berganti kulit lagi menjadi cacing dewasa. Umur cacing dewasa
kira-kira satu tahun, dan kemudian keluar secara spontan. Siklus hidup cacing ascaris
mempunyai masa yang cukup panjang, dua bulan sejak infeksi pertama terjadi, seekor cacing
betina mulai mampu mengeluarkan 200.000 250.000 butir telur setiap harinya, waktu yang
diperlukan adalah 3 4 minggu untuk tumbuh menjadi bentuk infektif.
Menurut penelitian stadium ini merupakan stadium larva, dimana telur tersebut keluar
bersama tinja manusia dan diluar akan mengalami perubahan dari stadium larva I sampai
stadium III yang bersifat infektif.
Telur-telur ini tahan terhadap berbagai desinfektan dan dapat tetap hidup bertahun-
tahun di tempat yang lembab. Didaerah hiperendemik, anak-anak terkena infeksi secara terus-
menerus sehingga jika beberapa cacing keluar, yanglain menjadi dewasa dan
menggantikannya. Jumlah telur ascaris yang cukup besar dan dapat hidup selama beberapa
tahun maka larvanya dapat tersebar dimanamana, menyebar melalui tanah, air, ataupun
melalui binatang. Maka bila makanan atau minuman yang mengandung telur ascaris infektif
masuk kedalam tubuh maka siklus hidup cacing akan berlanjut sehingga larva itu berubah
3

menjadi cacing. Jadi larva cacing ascaris hanya dapat menginfeksi tubuh melalui makanan
yang tidak dimasak ataupun melalui kontak langsung dengan kulit.

2.6 Gambaran klinis
Infeksi cacing gelang di usus besar gejalanya tidak jelas. Gejala awal ascariasis, selama
migrasi paru awal, termasuk batuk, dyspnea, mengi, dan nyeri dada. Nyeri perut, distensi, kolik,
mual, anoreksia, dan diare intermiten mungkin manifestasi dari obstruksi usus parsial atau
lengkap oleh cacing dewasa.

Penyakit kuning, mual, muntah, demam, dan nyeri perut berat
mungkin mengarah pada kolangitis, pankreatitis, atau apendisitis.

Mengi dan takipnea dapat terjadi selama migrasi paru. Urtikaria dan demam mungkin
juga terjadi terlambat dalam tahap migrasi. Distensi abdomen tidak spesifik tetapi adalah umum
pada anak dengan ascariasis. Nyeri perut, terutama di kuadran kanan atas, hypogastrium, atau
kuadran kanan bawah, mungkin mengindikasikan komplikasi ascariasis. Bukti untuk kekurangan
gizi karena ascariasis paling kuat untuk vitamin A dan C, serta protein, seperti ditunjukkan oleh
penelitian albumin dan pertumbuhan pada anak yang diamati secara prospektif. Beberapa
penelitian belum mengkonfirmasi keterlambatan perkembangan gizi atau karena ascariasis.
Kelainan-kelainan yang terjadi pada tubuh penderita terjadi akibat pengaruh migrasi
larva dan adanya cacing dewasa. Pada umumnya orang yang kena infeksi tidak menunjukkan
gejala, tetapi dengan jumlah cacing yang cukup besar (hyperinfeksi) terutama pada anak-anak
akan menimbulkan kekurangan gizi, selain itu cacing itu sendiri dapat mengeluarkan cairan
tubuh yang menimbulkan reaksi toksik sehingga terjadi gejala seperti demam typhoid yang
disertai dengan tanda alergi seperti urtikaria, odema diwajah, konjungtivitis dan iritasi
pernapasan bagian atas.

4

Cacing dewasa dapat pula menimbulkan berbagai akibat mekanik seperti obstruksi usus,
perforasi ulkus diusus. Oleh karena adanya migrasi cacing ke organ-organ misalnya ke lambung,
oesophagus, mulut, hidung dan bronkus dapat menyumbat pernapasan penderita. Ada kalanya
askariasis menimbulkan manifestasi berat dan gawat dalam beberapa keadaan sebagai berikut:
1. Bila sejumlah besar cacing menggumpal menjadi suatu bolus yang menyumbat rongga usus
dan menyebabkan gejala abdomen akut.
2. Pada migrasi ektopik dapat menyebabkan masuknya cacing kedalam apendiks, saluran
empedu (duktus choledocus) dan ductus pankreatikus.

Bila cacing masuk ke dalam saluran empedu, terjadi kolik yang berat disusul kolangitis
supuratif dan abses multiple. Untuk menegakkan diagnosis pasti harus ditemukan cacing dewasa
dalam tinja atau muntahan penderita dan telur cacing dengan bentuk yang khas dapat dijumpai
dalam tinja atau didalam cairan empedu penderita melalui pemeriksaan mikroskopik.

2.7 Diagnosis
Diagnosis askariasis ditegakkan dengan menemukan Ascaris dewasa atau telur
Ascaris pada pemeriksaan feses pasien atau ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung, atau
mulut.
2.8 Penatalaksanaan
Edukasi kesehatan memberikan pesan berikut akan mengurangi jumlah orang yang
terinfeksi penyakit askariasis:
1
1. menghindari kontak dengan tanah yang mungkin terkontaminasi kotoran manusia.
2. mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum mengambil makanan.
3. mencuci, mengupas atau memasak semua sayuran mentah dan buah-buahan.
4. melindungi makanan dari tanah dan mencuci atau memanaskan makanan apapun yang
jatuh di lantai.
Ketersediaan air yang digunakan untuk personal hygiene serta tempat pembuangan
kotoran yang sehat juga akan mengurangi jumlah kasus. Dimana limbah digunakan untuk
irigasi kolam stabilisasi sampah dan beberapa teknologi lainnya yang efektif dalam penurunan
transmisi akibat makanan tumbuh di tanah yang terkontaminasi.

Pada waktu yang lalu obat yang sering dipakai seperti : piperazin, minyak
chenopodium, hetrazan dan tiabendazol. Oleh karena obat tersebut menimbulkan efek
samping dan sulitnya pemberian obat tersebut, maka obat cacing sekarang ini berspektrum
luas, lebih aman dan memberikan efek samping yang lebih kecil dan mudah pemakaiannya.
Bila mungkin, semua yang positif sebaiknya diobati, tanpa melihat beban cacing
karena jumlah cacing yang kecilpun dapat menyebabkan migrasi ektopik dengan akibat yang
membahayakan. Untuk pengobatan tentunya semua obat dapat digunakan untuk mengobati
Ascariasis, baik untuk pengobatan perseorangan maupun pengobatan massal.
Pada waktu yang lalu obat yang sering dipakai seperti : piperazin, minyak
chenopodium, hetrazan dan tiabendazol. Oleh karena obat tersebut menimbulkan efek
samping dan sulitnya pemberian obat tersebut, maka obat cacing sekarang ini berspektrum
luas, lebih aman dan memberikan efek samping yang lebih kecil dan mudah pemakaiannya
(Soedarto, 1991). Adapun obat yang sekarang ini dipakai dalam pengobatan adalah :
1) Mebendazol
Obat ini adalah obat cacing berspektrum luas dengan toleransi hospes yang baik.
Diberikan satu tablet (100 mg) dua kali sehari selama tiga hari, tanpa melihat umur,
dengan menggunakan obat ini sudah dilaporkan beberapa kasus terjadi migrasi ektopik.
5

2) Pirantel Pamoat
Dosis tunggal sebesar 10 mg/kg berat badan adalah efektif untuk menyembuhkan
kasus lebih dari 90 %. Gejala sampingan, bila ada adalah ringan dan obat ini biasanya
dapat diterima (welltolerated). Obat ini mempunyai keunggulan karena efektif terhadap
cacing kremi dan cacing tambang. Obat berspekturm luas ini berguna di daerah endemik
dimana infeksi multipel berbagai cacing Nematoda merupakan hal yang biasa.
3) Levamisol Hidroklorida
Obat ini agaknya merupakan obat anti-askaris yang paling efektif yang menyebabkan
kelumpuhan cacing dengan cepat. Obat ini diberikan dalam dosis tunggal yaitu 150 mg
untuk orang dewasa dan 50 mg untuk orang dengan berat badan <10 kg. Efek sampingan
lebih banyak dari pada pirantel pamoat dan mebendazol.
4) Garam Piperazin
Obat ini dipakai secara luas, karena murah dan efektif, juga untuk Enterobius
vermicularis, tetapi tidak terhadap cacing tambang. Piperazin sitrat diberikan dalam dosis
tunggal sebesar 30 ml (5 ml adalah ekuivalen dengan 750 mg piperazin). Reaksi
sampingan lebih sering daripada pirantel pamoat dan mebendazol. Ada kalanya dilaporkan
gejala susunan syaraf pusat seperti berjalan tidak tetap (unsteadiness) dan vertigo.
5. Albendazole
Albendazole mempunyai aktivitas anthelmintik yang besar. Selain bekerja terhadap
cacing dewasa, Albendazole telah terbukti mempunya aktivitas larvisidal dan ovisidal obat
ini secara selektip bekerja menghambat pengambilan glukosa oleh usus cacing dan
jaringan dimana larva bertempat tinggal. Akibatnya terjadi pengosongan cadangan
glikogen dalam tubuh parasit yang mana menyebabkan berkurangnya pembentukan
adenosine triphosphate (ATP). ATP ini penting untuk reproduksi dan mempertahankan
hidupnya, dan kemudian parasit akan mati.
Spektrum aktivitasnya sangat luas yaitu meliputi Nematoda, Cestoda dan infeksi
Echinococcus pada manusia. Jadi, albendaroze aktif terhadap Ascaris lumbricoides, cacing
tambang, Trichuris trichiura, Taenia saginata dan solium strongloides stercoralis,
Hymenolepis nana dan diminuta serta Echinococcus granulosus .
Albendazole merupakan obat yang aman, hanya sedikit jarang, ditemukan efek
samping berupa mulut kering, perasaan tak enak di epigastrium, mual, lemah dan diare.
S.C.Jagota (1986) meneliti efikasi Albendazole terhadap soil transmitted helminthiasis
dengan dosis 400 mg dosis tunggal dan tinja diperiksa ulang pada minggu ketiga setelah
pemberian obat pada penelitian ini diperoleh angka kesembuhan 92.2% untuk
Ancylostoma duodenale; 90 5% untuk Trichuris trichiura dan 95.3% untuk Ascaris
lumbricoides.
2.10 Prognosis
Prognosis sangat baik untuk pengobatan ascariasis tanpa gejala. Dalam beberapa
kasus, pengobatan kedua mungkin perlu untuk sepenuhnya menghapus cacing. Hal ini telah
dibuktikan secara signifikan mengurangi jumlah komplikasi. Perhatian di negara-negara
endemik adalah infeksi ulang yang akan terjadi.

Pada anak-anak di negara-negara endemik, hasil pengobatan dalam perbaikan
ditunjukkan dalam perkembangan kognitif, kinerja sekolah, dan berat badan.
Prognosis baik untuk pasien dengan obstruksi usus parsial yang tidak memiliki toksisitas dan
yang nonseptic, asalkan pasien diperlakukan secara awal dengan manajemen konservatif.


6

Karakteristik Ascaris lumbricoides
Karakteristik
Ukuran cacing dewasa Jantan - Panjang 15-30 cm
- Lebar 0,2-0,4 cm
Betina - Panjang 20-30 cm
- Lebar 0,3-0,6 cm
Umur cacing dewasa 1-2 tahun
Lokasi cacing dewasa Usus halus
Ukuran telur Panjang 60-70 m
Lebar 40-50 m
Jumlah telur/cacing
betina/hari
200.000 telur


Telur Ascariasis Lumbricoides

Anda mungkin juga menyukai