Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

A. Sistem Pengatuan Suhu Tubuh Manusia


Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk dapat mempertahankan suhu tubuh manusia dalam
keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme
umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila
pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan
mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu tubuh inti telah melewati
batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point). Titik tetap
tubuh akan dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37C. Apabila suhu tubuh
meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan terangsang untuk melakukan serangkaian
mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan
meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.
B. Pentingnya Memahami Konsep Pengaturan Suhu Tubuh
Memahami konsep pengaturan suhu tubuh sangat berguna baik dalam hal penelitian atau
pun dalam persoalan klinik, seperti mengatasi demam, persoalan pemberian hipotermik pada
kasus pembedahan (bedah jantung), terapi pada kasus yang disebabkan panas berlebihan (heat
stroke), atau pada kasus kedinginan yang ekstrem.
Manusia dan binatang menyusui mempunyai kemampuan untuk memelihara suhu tubuh
relatif konstan dan berlawanan dengan suhu lingkungan. Urgensi diperhatikannya suhu tubuh
pada manusia adalah berhubungan dengan reaksi kimia di dalam tubuh kita. Misalnya, kenaikan
suhu 10C dapat mempercepat proses biologis 2-3 kalinya.
Suhu inti (core temperature) manusia berfluktuasi sekitar 1 Celcius dalam kegiatan
sehari-hari. Misalnya paling rendah adalah pada waktu pagi hari sekitar jam 4 sampai jam 6 pagi,
dan mencapai puncaknya pada sore hari sekitar jam 2 sampai jam 3 sore.




II. ISI
A. Prinsip Pengaturan Suhu Tubuh
Konsep core temperature merupakan dua bagian dalam soal pengaturan suhu tubuh, yaitu
bagian dalam inti tubuh, dan bagian luar tubuh. Pada bagian dalam inti tubuh, yang benar-benar
mempunyai suhu rata-rata 37C, yaitu diukur pada daerah mulut, otot, membran timpani, vagina,
dan esofagus (daerah Tr). Pada bagian luar yaitu permukaan kulit sampai 2 cm kedalam
(daerah Ts).
Dari dua bagian tersebut dapat disimpulkan bahwa suhu tubuh rata-rata (TMB :
Temperature Mean Body) dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

TMB = 0,33 Ts + 0,67 Tr


B. Organ Pengatur Suhu Tubuh
Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah hipotalamus. Hipotalamus ini dikenal sebagai
termostat yang berada di bawah otak. Hipotalamus anterior berfungsi mengatur pembuangan
panas. Hipotalamus posterior berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas.
Gambar hipotalamus yang terletak di bawah otak :




C. Mekanisme Pengaturan Suhu Tubuh
Kulit Reseptor ferifer Hipotalamus (posterior dan anterior) Prioptika
hipotalamus Nervus eferent Kehilangan atau pembentukan panas.
D. Sumber Panas
1) Metabolisme
Kegiatan metabolisme tubuh adalah sumber utama pada pembentukan atau pemberian panas
tubuh. Pembentukan panas dari metabolisme dalam keadaan basal (BMR) 70 kkal/jam,
sedangkan pada waktu kerja (otot melakukan kegiatan) naik sampai 20%.
2) Menggigil
Bila dalam keadaan dingin seseorang menggigil, maka produksi panas akan bertambah,
bahkan sampai 5 kalinya.

E. Mekanisme Peningkatan Suhu Tubuh
1) Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer dilakukan hampir pada semua area tubuh. Vasodilatasi
ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan
vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan
pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.

2) Berkeringat
Apabila suhu melewati batas normal yaitu 37C, maka keringat akan keluar melalui
permukaan kulit. Pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui
evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1 C akan menyebabkan pengeluaran keringat cukup
banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali
lebih besar.

3) Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil
dihambat dengan kuat.

F. Mekanisme Penurunan Suhu Tubuh
1) Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh
Vasokontriksi ini terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior.
2) Piloreksi
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut
berdiri.
3) Peningkatan pembentukan panas
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil,
pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.

G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fluktuasi Suhu Tubuh

1) Kecepatan metabolisme basal
2) Rangsangan saraf simpatis
3) Hormon pertumbuhan
4) Hormon tiroid
5) Hormon kelamin
6) Demam
7) Status gizi
8) Aktivitas
9) Gangguan organ
10) Lingkungan

H. Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Permukaan Kulit
1) Radiasi
Radiasi merupakan kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah.
Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5-20
mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru. Radiasi
merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% dari seluruh
mekanisme kehilangan panas.
2) Konduksi
Konduksi merupakan proses perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan
benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme
konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu
yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan
benda relatif jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda
menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif dan terus-menerus.
3) Evaporasi
Evaporasi dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap 1 gram air yang
mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada
kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450-600 ml/hari.
Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus-menerus dengan kecepatan 12-16 kalori per jam.
Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara
terus menerus melalui kulit dan sistem pernapasan.
4) Usia
Usia sangat mempengaruhi metabolisme tubuh manusia sehingga memberi efek tidak
langsung terhadap suhu tubuh. Secara umum, proses ini mampu meningkatkan metabolisme
hingga lebih dari 10%.

I. Bahaya Menggunakan Pakaian Ketat Terkait dengan Kesehatan
Pada zaman sekarang, pakaian telah beralih fungsi. Bukan sebagai pelindung tubuh dari
gangguan yang berasal dari luar tubuh, tetapi cenderung berfungsi sebagai penghias atau
aksesoris tubuh, atau bahkan hanya sekedar alat yang digunakan untuk membedakan status
sosial. Banyak orang merasa bangga ketika dirinya mengenakan pakaian mini dan mencetak
bentuk tubuh. Mereka tidak memikirkan dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan
pakaian dengan model seperti itu. Bahkan mereka menganggap bahwa pakaian seperti itu
merupakan cerminan dari modernisasi. Tentu saja pemikiran seperti itu keliru. Justru gaya hidup
modern tercermin dari cara berpikir yang logis dan ilmiah.
Jika dilihat dari segi kesehatan, penggunaan pakaian ketat memberi dampak negatif pada
kesehatan tubuh, terutama pada kesehatan kulit. Manusia memiliki 3 juta kelenjar keringat.
Kelenjar keringat dapat ditemukan di dermis, yaitu daerah di dekat permukaan luar kulit.
Kebanyakan terdapat di telapak tangan dan kaki, dan tidak terdapat di bibir. Dengan aktivitas
fisik yang berat dalam suhu hangat sampai panas, kelenjar akan mengeluarkan sekitar 2 liter
keringat lebih banyak dari biasanya, tergantung pada kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu
tubuh. Kulit berfungsi antara lain sebagai alat ekskresi, organ penerima rangsangan, pelindung
terhadap kerusakan fisik, dan untuk pengaturan suhu tubuh, yaitu dengan mengeluarkan keringat.

Gambar kelenjar keringat pada permukaan kulit:




Aktifnya kelenjar keringat mengakibatkan keluarnya keringat ke permukaan kulit dengan cara
penguapan. Penguapan mengakibatkan suhu di permukaan kulit turun ke titik normal sehingga tubuh
tidak merasakan panas yang berlebihan. Namun, terkadang keringat tidak dapat keluar dari permukaan
kulit. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain karena penggunaan pakaian yang terlalu
ketat, sehingga kulit sulit melakukan ekskresi. Keringat merupakan pelembab alami bagi kulit. Apabila
tubuh tidak mengeluarkan keringat, maka kulit akan menjadi kering.
Selain itu, jika seseorang sering menggunakan pakaian ketat, pori-pori di kulitnya akan semakin
mengecil. Hal ini mengakibatkan keringat akan sulit keluar, bahkan ketika suhu tubuhnya meningkat. Jika
tubuh tidak dapat mengeluarkan keringat secara wajar, maka kotoran yang seharusnya dikeluarkan
melalui kulit akan tertahan dalam tubuh. Hal ini dapat menjadi toksik bagi tubuh.

KESIMPULAN DAN SARAN
Tubuh manusia mempunyai suhu yang dapat berubah-ubah. Pengaturan suhu tubuh manusia
dilakukan oleh hipotalamus yang terdapat di otak. Ketika suhu tubuh meningkat, tubuh akan
mengeluarkan keringat yang diekskresikan melalui kelenjar keringat di kulit. Keluarnya keringat
menjadikan suhu tubuh menurun karena keringat dapat mengikat panas tubuh dan mengeluarkannya.
Berkeringat merupakan sesuatu yang wajar dan dibutuhkan oleh tubuh. Namun, pengeluaran
keringat dapat mengalami gangguan. Gangguan ini dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya
penggunaan pakaian ketat secara terus menerus. Pakaian ketat dapat menutup permukaan kulit dan
menghambat laju pengeluaran keringat. Apabila keringat tidak diekskresikan secara normal, maka
kotoran yang seharusnya dikeluarkan akan tertahan di dalam tubuh dan dapat menyebabkan penyakit.
Salah satu cara untuk melancarkan laju pengeluaran keringat adalah dengan tidak menggunakan
pakaian yang terlalu ketat atau pakaian yang membuat tubuh merasa tidak nyaman. Selain itu, berolah
raga secara rutin dapat memperlancar laju ekskresi keringat dari dalam tubuh.

DAFTAR PUSTAKA
Bhatia, Mahesh V, Paul N. Cheremisinoff.1990.Heat Transfer Equipment.Pennsylvania: Technomic
Publishing Company, Inc.
Botterill, JSM.1975.Fluid-Bed Heat Transfer.London: Academic Press, Inc. Ltd.
Cengel, Yunus A.1998.Heat Transfer: A Practical Approach, Second Edition.New York: Mc Graw Hill,
Inc.
Halliday, David , Robert Resnick.1978.Physics, Third Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai