Anda di halaman 1dari 29

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG


2013

Referat
DEMAM BERDARAH DENGUE

M.Kaisar Pahlawan
702009059

Pembimbing
dr.Amrizal.Sp.PD

BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit virus dengue penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue tipe I,II III dan IV
golongan arthropod borne virus group B
(arbovirus) yang ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albocpitus
infeksi dengue termasuk dalam 10 jenis penyakit
infeksi akut endemis di Indonesia maka
seharusnya tidak boleh lagi dijumpai
misdiagnosis atau kegagalan pengobatan.
Menegakkan diagnosis DBD pada stadium dini
sangatlah sulit karena tidak adanya satupun
pemeriksaan diagnostik yang dapat memastikan
diagnosis DBD dengan sekali periksa, oleh sebab
itu perlu dilakukan pengawasan berkala baik
klinis maupun laboratoris.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Demam dengue/DF dan demam berdarah
dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia
dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai oleh
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom
renjatan dengue (dengue shock syndrome)
adalah demam berdarah dengue yang ditandai
oleh renjatan/syok.
Epidemiologi
Indonesia pertama kali di jakarta dan surabaya
(1968)
Lalu ada pelaporan DBD di Indonesia (1994)
Etiologi
Disebabkan oleh virus denguegenus
Flaviviruskeluarga flaviviridae
Terdapat 4 serotipe virus Den 1, Den 2, Den 3 ,
Den 4yang dapat menyebabkan DBD

Vektor
Virus Dengue dapat ditularkan oleh:
1. Nyamuk Aedes aegypti
2. Nyamuk Aedes albopictus

Sifat-Sifat Nyamuk Aedes aegypti
1. Antropofilik dan menggigit berulang (multiple
biters) yaitu menggigit beberapa orang secara
bergantian dalam waktu singkat dan mempermudah
pemindahan virus
2. Aktivitas menggigit pagi sampai dengan petang
dengan puncak aktivitas 09.00-10.00 dan 16.00-17.00
3. Kemampuan terbang nyamuk betina 40-100 meter.
Namun karena angin atau terbawa kendaraan,
nyamuk ini bisa berpindah lebih jauh
4. Kebiasaan istirahat serta menggigit dalam rumah
(indoor). Tempat hinggap dalam rumah adalah
barang-barang bergantungan seperti baju, gorden,
kabel, peci dan lain-lain.
5. Nyamuk ini lebih senang warna gelap daripada
terang

Patofisiologi
- Volume Plasma
volume plasma pada kasus DBD dengan
menggunakan 131 Iodine labelled human
albumin sebagai indikator membuktikan bahwa
plasma merembes selama perjalanan penyakit
mulai dari permulaan masa demam dan
mencapai puncaknya pada masa syok
Trombositopenia
Trombositopenia merupakan kelainan
hematologis yang ditemukan pada sebagian
besar kasus DBD. Nilai trombosit mulai menurun
pada masa demam dan mencapai nilai terendah
pada masa syok. Jumlah trombosit secara cepat
meningkat pada masa konvalesens dan nilai
normal biasanya tercapai 7-10 hari sejak
permulaan sakit
Patogenesis
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia
lewat gigitan nyamuk Aedes Aegypti atau Aedes
Albopictus. Organ sasaran dari virus adalah
organ RES meliputi sel kuffer hepar, endotel
pembuluh darah, nodus limfaticus, sumsum
tulang serta paru-paru
Manifestasi Klinis
Pada dasarnya ada empat sindrom klinis dengue
yaitu :
Silent dengue atau Undifferentiated fever
Demam dengue klasik
Demam berdarah Dengue ( Dengue Hemorrhagic
fever)
Dengue Shock Syndrome (DSS)

Pada DBD terdapat perdarahan kulit, uji tornikuet
positif, memar dan perdarahan pada tempat
pengambilan darah vena. Petekia halus tersebar
di anggota gerak, muka, aksila sering kali
ditemukan pada masa dini demam. Epistaksis
dan perdarahan gusi jarang dijumpai sedangkan
perdarahan saluran pencernaan hebat lebih
jarang lagi dan biasanya timbul setelah renjatan
tidak dapat diatasi
Kriteria DBD menurut WHO
Panas mendadak terus menerus 2-7 hari tanpa sebab
yang jelas. Tipe demam bifasik (saddleback) yaitu:
a. Hari 1-2 : naik
b. Hari 3-4 : turun
c. Hari 5-6 : naik
Manifestasi perdarahan, salah satu tergantung:
a. uji torniket (+)
b. petechie, ekhimosis ataupun purpura
c. perdarahan mukosa traktus gastrointestinal,
epistaksis, perdarahan gusi
d. hematemesis dan melena
Hepatomegali
Kegagalan sirkulasi (tanda-tanda syok): ekstremitas
dingin, nadi cepat dan lemah, sistolik kurang 90
mmHg, dan tekanan darah menurun sampai tidak
terukur, kulit lembab, penyempitan tekanan nadi (< 20
mmHg), capillary refill time memanjang (>2 detik) dan
pasien tampak gelisah.
Kriteria Laboratoris
1. Trombositopenia (trombosit < 100.000 /ul)
2. Hemokonsentrasi ( Peningkatan Ht 20% atau
penurunan Ht 20% setelah mendapat terapi cairan).
Diagnosis ditegakkan jika terdapat dua atau lebih
kriteria klinis dan satu kriteria laboratoris



Pembagian derajat DBD menurut WHO ialah :
Derajat I : Demam diikuti gejala tidak spesifik. Satu-
satunya manifestasi perdarahan adalah tes torniquet
yang positif atau mudah memar.
Derajat II : Gejala yang ada pada tingkat I ditambah
dengan perdarahan spontan. Perdarahan bisa terjadi
di kulit atau di tempat lain.
Derajat III: Kegagalan sirkulasi ditandai oleh denyut
nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun
(<20mmHg) atau hipotensi, suhu tubuh rendah, kulit
lembab dan penderita gelisah.
Derajat IV : Syok berat dengan nadi yang tidak
teraba dan tekanan darah tidak dapat diperiksa.

Pemeriksaan laboratorium
Trombositopeni dan hemokonsentrasi merupakan
kelainan yang selalu ditemukan pada DBD.
Penurunan jumlah trombosit < 100.000/pl biasa
ditemukan pada hari ke-3 sampai ke-8 sakit,
sering terjadi sebelum atau bersamaan dengan
perubahan nilai hematokrit. Hemokonsentrasi
yang disebabkan oleh kebocoran plasma dinilai
dari peningkatan nilai hematokrit.

Komplikasi


Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD
dengan maupun tanpa syok.
Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD
dengan maupun tanpa syok, cenderung terjadi
edema otak dan alkalosis,
Kelainan Ginjal
Kelainan ginjal akibat syok yang berkepanjangan
dapat terjadi gagal ginjal akut. Dalam keadaan
syok harus yakin benar bahwa penggantian
volume intravascular telah benar-benar terpenuhi
dengan baik
Edema paru
Edema paru adalah komplikasi yang mungkin
terjadi sebagai akibat pemberian cairan yang
berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit
ketiga sampai kelima sesuai panduan yang
diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan
edema paru oleh karena perembesan plasma
masih terjadi
Penatalaksanaan
Pengobatan DBD bersifat suportif simptomatik
dengan tujuan memperbaiki sirkulasi dan
mencegah timbulnya renjatan dan timbulnya
Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID).

Penatalaksanaan fase demam pada Demam
Berdarah Dengue dan Demam Dengue tidak jauh
berbeda, bersifat simptomatik dan suportif yaitu
pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi
Masa kritis ialah pada atau setelah hari sakit
yang ketiga yang memperlihatkan penurunan
tajam hitung trombosit dan peningkatan tajam
hematokrit yang menunjukkan adanya kehilangan
cairan, Observasi tanda vital, kadar hematokrit,
trombosit dan jumlah urin 6 jam sekali (minimal
12 jam sekali) perlu dilakukan. Kunci
keberhasilan pengobatan DBD ialah ketepatan
volume replacement atau penggantian volume,
sehingga dapat mencegah syok.

Pemberian suspensi trombosit umumnya
diperlukan dengan pertimbangan bila terjadi
perdarahan secara klinis dan pada keadaan KID.
Bila diperlukan suspensi trombosit maka
pemberiannya diikuti dengan pemberian fresh
frozen plasma (FFP) yang masih mengandung
faktor-faktor pembekuan untuk mencegah
agregasi trombosit yang lebih hebat. Bila kadar
hemoglobin rendah dapat pula diberikan packed
red cell (PRC).

Setelah fase krisis terlampau, cairan
ekstravaskular akan masuk kembali dalam
intravaskular sehingga perlu dihentikan
pemberian cairan intravena untuk mencegah
terjadinya edem paru. Pada fase penyembuhan
(setelah hari ketujuh) bila terdapat penurunan
kadar hemoglobin, bukan berarti perdarahan
tetapi terjadi hemodilusi sehingga kadar
hemoglobin akan kembali ke awal seperti saat
anak masih sehat. Pada anak yang awalnya
menderita anemia akan tampak kadar
hemoglobin rendah, hati-hati tidak perlu diberikan
transfusi.

10 Kriteria memulangkan pasien
Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
Nafsu makan membaik
Tampak perbaikan secara klinis
Hematokrit stabil
Tiga hari setelah syok teratasi
Jumlah trombosit diatas 50.000/ml dan
cenderung meningkat
Tidak dijumpai adanya distress pernafasan
(akibat efusi pleura atau asidosis)
BAB III
KESIMPULAN
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue
(DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri
otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma
yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome)
adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh
renjatan/syok.
Menegakkan diagnosis DBD pada stadium dini
sangatlah sulit karena tidak adanya satupun
pemeriksaan diagnostik yang dapat memastikan
diagnosis DBD dengan sekali periksa, oleh sebab itu
perlu dilakukan pengawasan berkala baik klinis
maupun laboratoris.

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. FKUI.
Jakarta: 2006

Sumarmo PS. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi kedua.
Badan Penerbit IDAI. Jakarta: 2010

Nelson waldo E. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 2. Edisi 15.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 1999

Ikatan Dokter Anak Indonesia, Pedoman Pelayanan Medis. Jilid
1, Jakarta: 2010

WHO. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta:
2009

Anda mungkin juga menyukai