Anda di halaman 1dari 7

Pertemuan Ilmiah Tahunan I

Teknik Geodesi - ITS, Surabaya, 13 Oktober 2004






Kadaster Laut Dalam Perspektif Pemetaan Batas Pantai dan Laut Terkait dengan Perundangan Otonomi Daerah
91
PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI
PULAU KECIL DAN KEPULAUAN

Adri Gabriel Sooai
S2 Bidang Keahlian Penginderaan J auh dan SIG ITS, Surabaya



Abstrak

Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan antara
ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang
sangat kaya. Kekayaan sumberdaya tersebut menimbulkan daya tarik bagi berbagai pihak untuk
memanfaatkan sumberdayanya dan berbagai instansi untuk meregulasi pemanfaatannya.
Kekayaan sumberdaya pesisir, meliputi pulau-pulau besar dan kecil sekitar 17.500 pulau, yang
dikelilingi ekosistem pesisir tropis, seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun,
berikut sumberdaya hayati dan non-hayati yang terkandung di dalamnya.
Kebijakan pengaturan terhadap pemanfaatan potensi yang terdapat di daerah pulau-
pulau kecil masih sebatas pada daerah yang dapat dijangkau dilain sisi potensi pulau-pulai kecil
lainnya yang dapat dipetakan secara khusus. Adanya keterbatasan informasi dan pengumpulan
informasi mengenai pulau-pulau kecil di indonesia menjadi suatu sistem merupakan faktor
penghambat utama penetapan kebijakan dalam eksploitasinya. Dengan metode pembuatan
software sistem informasi mengenai pulau-pulau kecil yang ada di indonesia menggunakan
pendekatan atribut-atribut pulau-pulau kecil yang dibuat secara khusus untuk dapat diisi guna
melengkapi inventarisasi informasi suatu pulau.
Ekosistem diatas perlu diinventarisasi dalam suatu bentuk Integrasi data berupa sebuah
Sistem Informasi Pulau Kecil dan Kepulauan. Diharapkan dengan terintegrasinya berbagai
informasi diatas dapat menunjang kebijakan-kebijakan yang akan diambil untuk pembangunan.

Kata kunci : sistem informasi, kepulauan, SIG



Latar belakang
Wilayah pesisir memiliki arti
strategis karena merupakan wilayah
peralihan antara ekosistem darat dan
laut, serta memiliki potensi sumberdaya
alam dan jasa-jasa lingkungan yang
sangat kaya. Kekayaan sumberdaya
tersebut menimbulkan daya tarik bagi
berbagai pihak untuk memanfaatkan
sumberdayanya dan berbagai instansi
untuk meregulasi pemanfaatannya.
Kekayaan sumberdaya pesisir, meliputi
pulau-pulau besar dan kecil sekitar
17.500 pulau, yang dikelilingi ekosistem
pesisir tropis, seperti hutan mangrove,
terumbu karang, padang lamun, berikut
sumberdaya hayati dan non-hayati yang
terkandung di dalamnya.
Akan tetapi kekayaan
sumberdaya pesisir tersebut mulai
mengalami kerusakan. Sejak awal tahun
1990-an phenomena degradasi
biogeofisik sumberdaya pesisir semakin
berkembang dan meluas. Laju kerusakan


Pertemuan Ilmiah Tahunan I
Teknik Geodesi - ITS, Surabaya, 13 Oktober 2004




Kadaster Laut Dalam Perspektif Pemetaan Batas Pantai dan Laut Terkait dengan Perundangan Otonomi Daerah
92
sumberdaya pesisir telah mencapai
tingkat yang mengkhawatirkan, terutama
pada ekosistem mangrove terumbu
karang dan estuari (muara sungai).

Kerusakan terumbu karang
umumnya disebabkan oleh kegiatan
perikanan destruktif, penambangan
karang, pembuangan jangkar perahu, dan
sedimentasi. Nasib yang sama juga
terjadi pada ekosistem mangrove. Sejak
awal tahun 1980 telah terjadi penurunan
luas hutan mangrove dari sekitar 4 juta
Ha menjadi sekitar 2,5 juta Ha. Hal ini
disebabkan konversi hutan mangrove
menjadi peruntukan lain seperti tambak,
kawasan industri dan pemukiman serta
pemanfaatan kayu untuk bahan bakar
dan bangunan. Selain itu, berbagai
estuari yang dekat dengan kota besar
mengalami tingkat pencemaran yang
memprihatinkan terutama sedimen,
unsur hara, pestisida, organisme
patogen, dan sampah serta bahan tidak
melapuk.
Rusaknya ekosistem mangrove,
terumbu karang dan estuari berimplikasi
terhadap penurunan kualitas lingkungan
untuk sumberdaya ikan serta erosi
pantai. Sehingga terjadi kerusakan
tempat pemijahan dan daerah asuhan
ikan, berkurangnya populasi benur,
nener dan produktivitas tangkap udang.
Semua kerusakan biofisik
lingkungan tersebut adalah gejala yang
terlihat dengan kasat mata dari hasil
interaksi antara manusia dengan
sumberdaya pesisir yang tidak
memperhatikan kaidah-kaidah
kelestarian dan daya dukung
lingkungannya. Sehingga persoalan
yang mendasar adalah mekanisme
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil tidak effektif untuk memberi
kesempatan kepada sumberdaya hayati
pesisir yang dimanfaatkan pulih kembali
atau pemanfaatan sumberdaya non-
hayati disubstitusi dengan sumberdaya
alam lain dan mengeliminir faktor-faktor
yang menyebabkan kerusakannya.
Secara normatif, kekayaan
sumberdaya pesisir dikuasai oleh Negara
untuk dikelola sedemikian rupa
mewujudkan kesejahteraan masyarakat,
memberikan manfaat bagi generasi
sekarang tanpa mengorbankan
kebutuhan generasi yang akan datang.
Ironisnya, sebagian besar tingkat
kesejahteraan masyarakat yang
bermukim di wilayah pesisir justru
menempati strata ekonomi yang paling
rendah bila dibandingkan dengan
masyarakat darat lainnya.
Paradoksi mekanisme
pengelolaan wilayah pesisir yang tidak
effektif dan kemiskinan masyarakat
tersebut harus segera diakhiri. Langkah
ke arah itu dimulai dengan
mengembangkan sistem pengelolaan
wilayah pesisir wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil terpadu. Melalui
sistem pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil terpadu, diharapkan
pemanfaatan sumberdaya pesisir dapat
dilakukan secara optimal, efisien dan
berkelanjutan serta memberikan manfaat
bagi masyarakat pesisir yang
mengelolanya.
Untuk mewujudkan sistem
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil terpadu tersebut, maka
dipandang perlu landasan hukum
tersendiri berupa Undang-Undang (UU).
Karena sampai saat ini 20 Undang-
Undang (UU) dan berbagai konvensi


Pertemuan Ilmiah Tahunan I
Teknik Geodesi - ITS, Surabaya, 13 Oktober 2004




Kadaster Laut Dalam Perspektif Pemetaan Batas Pantai dan Laut Terkait dengan Perundangan Otonomi Daerah
93
internasional terkait belum ada yang
mengatur keterpaduan pemanfaatan
sumberdaya darat dan laut, dan belum
memberikan kepastian hukum bagi para
pengguna sumberdaya yang
melestarikannya. Selama ini, kegiatan
ekonomi yang berlangsung di wilayah
pesisir hanya dilakukan berdasarkan
pendekatan sektoral yang didukung UU
tertentu dan dunia usaha terkait.
Untuk mengintegrasikan berbagai
perencanaan sektoral, mengatasi
tumpang tindih pengelolaan, konflik
pemanfaatan dan kewenangan, serta
memberikan kepastian hukum, maka
perlu disusun suatu Sistim Informasi
Pulau Kecil & Kepulauan.

Batasan masalah
Kebijakan pengaturan terhadap
pemanfaatan potensi yang terdapat di
daerah pulau-pulau kecil masih sebatas
pada daerah yang dapat dijangkau dilain
sisi potensi pulau-pulai kecil lainnya
yang dapat dipetakan secara khusus.
Adanya keterbatasan informasi dan
pengumpulan informasi mengenai pulau-
pulau kecil di indonesia menjadi suatu
sistem merupakan faktor penghambat
utama penetapan kebijakan dalam
eksploitasinya. Dengan metode
pembuatan software sistem informasi
mengenai pulau-pulau kecil yang ada di
indonesia menggunakan pendekatan
atribut-atribut pulau-pulau kecil yang
dibuat secara khusus untuk dapat diisi
guna melengkapi inventarisasi informasi
suatu pulau
Atribut Pulau kecil yang
disiapkan untuk pembuatan Sistem
Informasi Pulau Kecil ini adalah sebagai
berikut :
Nama Pulau, Propinis, Kabupaten,
Lokasi (Lintang Bujur pada Titik Kiri
Atas dan kanan bawah dari Pulau atau
Kepulauan yang bersangkutan),
Inforamsi Pantai, serta Foto Citra Satelit
dari Pulau dimaksud.

Metoda
Metoda yang digunakan untuk
merancang Sistem Inforamsi Pulau Kecil
dan Kepulauan ini adalah :
Penentuan Atribut Pulau, penentuan
atribut pulau dimaksud untuk
menyiapkan field / lokasi data dimana
informasi spesifik mengenai Pulau akan
dimasukkan, tidak disebutkan
pengumplan data karena Sistem
Informasi yang dirancang ini masih
berupa database kosong. Pengisian data
hendaknya dilakukan oleh survey / studi
yang berkesinambungan guna pengisian
data.
Penggunaan DBMS / database
Management System sebagai basis dari
Sistem Inforamsi yang akan dibangun.
Penggunaan Teknologi Informasi dalam
hal ini Bahasa Pemrograman yang
memungkinkan transfer data ke dalam
format lainnya sehingga pertukaran
informasi dapat dilakukan dengan
mudah.

Teori Penunjang
Basis Data, kumpulan data yang
terdiri dari kombinasi baris dan kolom
serta dapat dilengkapi dengan objek
lainnya seperti data spatial berupa citra
ataupun objek lainnya memanfaatkan
teknologi OLE / Object Link Embeding
(Objek yang ditambahkan)
Sistem Informasi, integrasi antara
basis data dan suatu sistem procedure
yang dapat membantu menghasilkan


Pertemuan Ilmiah Tahunan I
Teknik Geodesi - ITS, Surabaya, 13 Oktober 2004




Kadaster Laut Dalam Perspektif Pemetaan Batas Pantai dan Laut Terkait dengan Perundangan Otonomi Daerah
94
informasi penunjang pengambilan
keputusan. Lazimnya menggunakan
abntuan komputer dan bahasa
pemrograman serta teknologi informasi
lainnya.
Relasi Entitas, model hubungan /
keterkaitan antara berbagai format dalam
suatu basis data, terbagi dalam beberapa
jenis yaitu
model relasi satu ke satu / one to
one
model relasi satu ke banyak / one
to many
model relasi banyak ke satu /
many to one
model relasi banyak ke banyak /
many to many

masing masing model relasi diatas dapat
di lambangkan dengan :

model relasi satu ke satu : 1 1
model relasi satu ke banyak : 1 - N
model relasi banyak ke satu : N - 1
model relasi banyak ke banyak : N - N
Bahasa Pemrograman, suatu
teknik pengkodean untuk memberikan
perintah spesifik kepada komputer
sehingga memungkinkan pengguna
mendapatkan hasil perhitungan / olahan
secara prosedural dan cepat.

Penyusunan
Struktur Data, dibuthkan untuk
menyusun basis data yang akan
digunakan dalam Sistem Informasi Pulau
kecil ini, struktur data ini membantu
pengelompokan informasi sehingga
memudahkan operasi penambahan,
peng-koreksian, serta pelaporan data
yang ada di dalam basis data. Berikut
diberikan tabulasi struktur data yang
digunakan untuk menyusun atribut pulau
sbb :


Tabel Pulau

Field Type
Nomor (Primary Key) Text
Nama (Primary Key) Text
Propinsi Text
Kabupaten Text
Luas Number
Tinggi Number
Garis_pantai Number
Kepulauan Text
Foto Object Link Embeding
Situs Text

Tabel Posisi :
Field Type
Nama (Foreign Key) Text
Lintang_Kiri_Atas Text


Pertemuan Ilmiah Tahunan I
Teknik Geodesi - ITS, Surabaya, 13 Oktober 2004




Kadaster Laut Dalam Perspektif Pemetaan Batas Pantai dan Laut Terkait dengan Perundangan Otonomi Daerah
95
Bujur_Kiri_Atas Text
Lintang_Kanan_Bawah Text
Bujur_Kanan_Bawah Text

Tabel Eksploitasi :
Field Type
Nama (Foreign Key) Text
Eksploitasi Text

Tabel Potensi :
Field Type
Nama (Foreign Key) Text
Potensi Text
Nilai Text



Relasi Entitas









Pertemuan Ilmiah Tahunan I
Teknik Geodesi - ITS, Surabaya, 13 Oktober 2004




Kadaster Laut Dalam Perspektif Pemetaan Batas Pantai dan Laut Terkait dengan Perundangan Otonomi Daerah
96


Perancangan Tampilan




Perancangan Report
























Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan
Kadaster Laut Dalam Perspektif Pemetaan Batas Pantai dan Laut Terkait dengan Perundangan Otonomi Daerah


Kadaster Laut Dalam Perspektif Pemetaan Batas Pantai dan Laut Terkait dengan

Hasil
Ekosistem diatas perlu
diinventarisasi dalam suatu bentuk
Integrasi data berupa sebuah Sistem
Informasi Pulau Kecil dan Kepulauan.
Diharapkan dengan terintegrasinya
berbagai informasi diatas dapat
menunjang kebijakan-kebijakan yang
akan diambil untuk pembangunan.

Saran
Software ini hendaknya dibawa
oleh peneliti/Angkatan Laut yang
mempunyai kemampuan menjelajah
seluruh Indonesia untuk inventarisasi
pulau.

Kritik dan saran serta usul
pengembangan software dapat
dialamatkan ke : adri@gabrielsooai.com
Perundangan Otonomi Daerah
97

Anda mungkin juga menyukai