Anda di halaman 1dari 5

I.

PENDAHULUAN


1.1. LATAR BELAKANG

Kebutuhan BBM mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan
kebutuhan masyarakat akan bahan bakar ini untuk kegiatan transportasi,
aktivitas industri, PLTD, aktivitas rumah tangga dan sebagainya.
Berdasarkan data Automotive Diesel Oil, konsumsi bahan bakar minyak di
Indonesia sejak tahun 1995 telah melebihi produksi dalam negeri dan
diperkirakan dalam kurun waktu 10 15 tahun lagi, cadangan minyak
Indonesia akan habis. Perkiraan ini terbukti karena sering terjadi
kelangkaan BBM di beberapa daerah di Indonesia .
Berbagai upaya diversifikasi energi perlu dilakukan untuk mengatasi
kelangkaan BBM di Indonesia. Salah satu upaya diversifikasi energi
adalah melalui penyediaan bahan bakar energi yang dapat diperbaharui
seperti biodiesel yang dapat dihasilkan dari minyak nabati seperti minyak
kelapa, minyak kelapa sawit dan minyak jarak pagar. Biodiesel digunakan
2

sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak diesel/solar. Penggunaan
minyak kelapa dan minyak kelapa sawit sebagai biodiesel dapat
mengganggu stok minyak makan nasional, kebutuhan industri oleokimia
dan ekspor CPO. Biodiesel yang dihasilkan dari minyak kelapa dan
minyak kelapa sawit memiki harga yang lebih tinggi dibandingkan minyak
diesel dari bahan bakar fosil. Pemanfaatan minyak jarak pagar sebagai
biodisel memberikan peluang yang besar karena minyak jarak pagar tidak
dapat dikonsumsi sebagai minyak makan (non edible oil).
Penelitian tentang alkoholisis minyak nabati telah dilakukan oleh beberapa
peneliti sejak tahun 1979, antara lain Farris pada tahun 1979, melakukan
penelitian tentang alkoholisis minyak kacang kedelai dan metanol dengan
katalis NaOCH
3
2 % dari berat minyak, rasio reaktan metanol : minyak, 6
: 1, temperatur 110
o
C, konversi yang dihasilkan kurang lebih 79 % dalam
waktu 60 menit.. Kemudian Noureddin dan Zhu pada tahun 1997 meneliti
alkoholisis minyak kacang kedelai dan metanol dengan katalis H
3
PO
4
pada
rasio reaktan metanol : minyak, 6 : 1, katalis 2 % dari voluime minyak,
temperatur 70
o
C, dan menghasilkan metil ester dengan konversi berkisar
68 %. Selanjutnya pada tahun 1999 Kusmiyati meneliti alkoholisis minyak
biji kapuk dan metanol dengan katalis zeolit aktif, hasil yang relatif baik
diperoleh pada rasio reaktan metanol : minyak, 6 :1, temperatur 130
o
C,
konversi mencapai kurang lebih 64 % dalam waktu 60 menit.
3

Tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas L.) sudah banyak diteliti dan
dikembangkan, terutama berkaitan dengan kemampuannya untuk tumbuh
dan berkembang di lahan kering. Selain itu minyak jarak pagar bersifat
non-edible sehingga penggunaanya sebagai bahan bakar tidak bersaing
dengan minyak pangan. Tanaman jarak pagar menghasilkan biji yang
memiliki kandungan minyak sekitar 30 50 %. Minyak jarak pagar
mengadung 16 18 atom karbon per molekul sedangkan minyak bumi
sebagai bahan baku minyak diesel mengadung 8 10 atom karbon.
Kandungan atom karbon yang lebih besar pada minyak jarak pagar
mengakibatkan viskositas minyak jarak pagar lebih tinggi (lebih kental)
bila dibandingkan dengan viskositas minyak bumi. Minyak jarak pagar
memiliki daya pembakaran yang masih rendah untuk dapat digunakan
sebagai bahan bakar (biodiesel). Proses transesterifikasi dapat digunakan
untuk menurunkan viskositas minyak jarak pagar dan meningkatkan daya
pembakarannya sehingga sesuai dengan standar minyak diesel untuk
kendaraan bermotor. Proses transesterifikasi minyak jarak dilakukan
dengan menggunakan alkohol untuk mengubah trigliserida menjadi metil
ester (biodiesel) dan gliserol.
Minyak nabati memiliki nilai kalor yang hampir sama dengan bahan bakar
konvensional, namun penggunaan secara langsung sebagai bahan bakar
masih menemui kendala. Minyak nabati memiliki viskositas jauh lebih
4

besar dari minyak diesel, hal ini menghambat proses injeksi dan
mengakibatkan pembakaran yang tidak sempurna. Penggunaan minyak
nabati sebagai bahan bakar juga meninggalkan residu karbon pada
injektor.
Upaya untuk mengurangi viskositas minyak nabati antara lain dengan
pengenceran minyak dengan pelarut, emulsifikasi, pirolisis, dan
transesterifikasi. Transesterifikasi adalah cara yang paling banyak
dilakukan karena tidak membutuhkan energi dan suhu yang tinggi. Reaksi
ini akan menghasilkan metil atau etil ester, tergantung dengan jenis
alkohol yang direaksikan. Jika direaksikan dengan metanol, akan
terbentuk metil ester, sedangkan jika direaksikan dengan etanol akan
terbentuk etil ester. Metil atau etil ester ini memiliki viskositas rendah dan
nilai kalor yang mendekati bahan bakar konvensional.
Biodiesel dapat digunakan baik secara murni maupun dicampur dengan
minyak diesel pada mesin kendaraan tanpa mengalami modifikasi mesin.
Biodiesel bersifat lebih ramah lingkungan dan dapat diperbaharui
(renewable) dapat terurai (biodegradable), memiliki sifat pelumasan
terhadap piston karena termasuk kelompok minyak tidak mengering,
mampu mengeliminasi efek rumah kaca dan kontinuitas ketersediaan
bahan baku terjamin. Biodiesel bersifat ramah lingkungan karena
menghasilkan emisi gas buang yang jauh lebih baik dibandingkan minyak
5

diesel/solar, yaitu bebas sulfur, bilangan asap rendah dan angka cetana
antara 57-62, terbakar sempurna dan tidak beracun.


1.2. Tujuan

1. Mendapatkan data perbandingan antara proses transesterifikasi satu
tahap dan dua tahap pada pembuatan biodiesel dari minyak jarak pagar
(Jatropha curcas L.).
2. Mendapatkan molar rasio metanol/minyak dan suhu reaksi yang dapat
menghasilkan metil ester terbaik.

Anda mungkin juga menyukai