PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS WONOKERTO JUNI 2014
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Departemen kesehatan menggunakan strategi Menggerakkan dan Memberdayakan Masyarakat Untuk Hidup Sehat dalam mencapai visi Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat. Sejalan dengan strategi Depkes tersebut, paradigma kesehatan di Indonesia berfokus pada peningkatan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Kemandirian masyarakat dalam menangani masalah kesehatannya menjadi tujuan utama perawatan kesehatan di komunitas, yang sejalan pula dengan tema hari kesehatan sedunia Bekerja bersama untuk kesehatan (Working together for health). Pemberdayaan keluarga dan komunitas adalah salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatannya (Depkes RI, 2008). Pada langkah lebih lanjut dalam meningkatkan kemandirian masyarakat, Departemen Kesehatan telah merumuskan suatu visi dalam rangka mencapai tujuan tersebut.Visinya adalah Departemen Kesehatan Itu Adalah Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat, dengan Misi Membuat Masyarakat Sehat. Strateginya antara lainmenggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakatterhadap pelayanan yang berkualitas, meingkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasikesehatan, serta meningkatkan pembiayaan kesehatan. Dengan demikian, sasaran terpenting adalahPada Akhir Tahun 2015, Seluruh Desa Telah Menjadi Desa Siaga(Depkes RI, 2008). Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian bencana, termasuk didalamnya gangguan jiwa, dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong, menuju Desa Siaga. Desa Siaga Sehat Jiwa merupakan satu bentuk pengembangan dari pencanangan Desa Siaga yang bertujuan agar masyarakat ikut berperan serta dalam mendeteksi pasien gangguan jiwa yang belum terdeteksi, dan membantu pemulihan pasien yang telah dirawat di rumah sakit, serta siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat (Dinkes Prov. Jawa Timur, 2008; CMHN, 2005). Piramida pelayanan kesehatan jiwa yang ditetapkan oleh direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa Depkes menjabarkan bahwa pelayanan kesehatan jiwa berkesinambungan dari komunitas ke rumah sakit dan sebaliknya. Pelayanan kesehatan jiwa dimulai di masyarakat dalam bentuk pelayanan kemandirian individu dan keluarganya, pelayanan oleh tokoh masyarakat formal dan nonformal diluar sektor kesehatan, pelayanan oleh Puskesmas dan pelayanan kesehatan utama, pelayanan di tingkat kabupaten/kota dalam bentuk kunjungan ke masyarakat, pelayanan di rumah sakit umum dalam bentuk unit rawat jalan dan inap serta pelayanan rumah sakit jiwa. Masalah kesehatan terutama gangguan jiwa saat ini angka insidennya masih tinggi. Berdasarkan hasil survei kesehatan mental rumah tangga (SKMRT) tahun 1995 menemukan bahwa 185 dari 1000 penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan jiwa. Hasil SKRT 1995 menunjukkan, gangguan mental emosional pada usia 15 tahun ke atas adalah 140 per 1.000 penduduk dan 5-14 tahun sebanyak 104 per 1.000 penduduk (Maramis, 2006). Masyarakat yang mampu mengatasi masalah kesehatan jiwa tersebut menjadi salah satu jawaban untuk mencegah timbulnya kejadian gangguan jiwa.Masyarakat diharapkan mampu merawat anggota keluarga yang sudah sakit (menderita gangguan jiwa), dan mampu mencegah terjadinya gangguan jiwa baru dari masyarakat yang beresiko terjadi gangguan jiwa. Penanganan yang tepat terhadap penderita gangguan jiwa dan masyarakat yang beresiko akan dapat menekan terjadinya kejadian gangguan jiwa (CMHN, 2005). Puskesmas Wonokerto merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten Malang yang berada di Kecamatan Bantur. Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Wonokerto pada tahun 2013 tercatat 36.538 jiwa yang tersebar di 5 Desa yaitu Desa Rejosari, Pringgodani, Wonokerto, Rejoyoso, dan Karangsari(Puskesmas Wonokerto, 2013). Dimana luas pemukiman desa Rejosari adalah 231,7 hektar, memiliki batas wilayah sebelah utara Desa Sumberejo, Selatan Desa Bantur, sebelah Desa Pringgodani, dan timur Desa Sumberejo. Menurut hasil analisa data interaksi yang telah dilakukan didapatkan informasi bahwa pada tahun 2013 ditemukan wanita bunuh diri tenggelam di dalam sumur, jumlah pasien gangguan jiwa yang terdata sampai saat ini adalah 10 pasien saja yang terdata,, selain itu masih terdapat pula warga yang masih di pasung. Dalam kaitannya dengan kasus ini, peran perawat sebagai pemberi layanan kesehatan dan advokat yang menjamin hak pasien jiwa untuk mendapatkan hak yang sama seperti masyarakat pada umumnya. Perawat CMHN sebagai tenaga kesehatan dengan spesialisasi masalah jiwa yang bekerja di masyarakat dan bersama masyarakat, harus mempunyai kemampuan melibatkan peran serta masyarakat; terutama tokoh masyarakat, dengan cara melatih para tokoh masyarakat untuk menjadi kader kesehatan jiwa. Hal ini diperlukan agar masyarakat dekat dengan pelayanan kesehatan jiwa sehingga individu yang sehat jiwa tetap sehat, individu yang berisiko dapat dicegah tidak mengalami gangguan jiwa dan yang mengalami gangguan jiwa dapat sembuh atau mandiri (minimal 50%) dan dapat dilanjutkan perawatannya oleh kader kesehatan jiwa. Untuk dapat mendata keluarga sehat jiwa, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa diperlukan bantuan kader kesehatan jiwa. Dengan cara ini diharapkan seluruh masalah kesehatan jiwa dapat diselesaikan. Strategi yang digunakan adalah Desa Siaga Sehat Jiwa dengan memberdayakan kader kesehatan jiwa. Kader kesehatan jiwa berperan penting di masyarakat karena kader dapat membantu masyarakat mencapai kesehatan mental yang optimal melalui penggerakan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mental serta pemantauan kondisi kesehatan penderita gangguan jiwa di lingkungannya. Penderita gangguan jiwa sebenarnya tidak serta merta kehilangan produktifitasnya. Apabila mendapatkan perawatan dengan baik, penderita gangguan jiwa tersebut dapat menjalankan kegiatan sehari hari dan berpenghasilan (produktif) seperti anggota masyarakat yang lain. Hal tersebut berbeda apabila penderita tersebut tidak mendapatkan perawatan yang memadai sehingga harus dirawat di Rumah Sakit dan kelhilangan produktifitasnya.Kegiatan kesehatan jiwa masyarakat (keswamas) merupakan kegiatan yang tepat untuk dapat memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat tersebut dapat merawat penderita gangguan jiwa tetap berada di masyakarat tanpa kehilangan produktifitasnya. Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, sekiranya perlu penatalaksanaan lebih lanjut terkait masalah kesehatan jiwa di Kecamatan Bantur khususnya di wilayah kerja Puskesmas Bantur, karena hal ini terkait juga dengan proses rujukan pasien ke Rumah Sakit Jiwa Lawang, Program Pengawasan Minum Obat Pasien, dan Poli Jiwa yang masih dalam tahapan perencanaan lebih lanjut. Oleh karena itu program Desa Siaga Sehat Jiwa patut untuk diajukan sebagai salah satu program Puskesmas di wilayah kerja Kecamatan Bantur.
1.2 Tujuan Kegiatan I. Tujuan Umum Tujuan dari kegiatan pembentukan Desa Siaga Sehat Jiwa di Desa Rejosariadalah : 1) Terbentuknya desa siaga sehat jiwa yang anggotamasyarakatnya mampu merawat anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa secaramandiri melalui penerapan konsep dan prinsip manajemen keperawatan kesehatan jiwa komunitas dan aplikasi asuhan keperawatan kesehatan jiwa komunitas. 2) Terbentuknya poli jiwa di Puskesmas Wonokerto sebagai salah satu media yang memfasilitasi perawatan warga dengan gangguan jiwa II. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam kegiatan pembentukan Desa Siaga Sehat Jiwa di Desa Rejosariadalah : 1) Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan jiwa yang terkait dengan manajemen keperawatan kesehatan jiwa komunitas di Desa Rejosari, Kecamatan Bantur. 2) Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah masalah pelayanan kesehatan jiwa yang terkait dengan manajemen keperawatan kesehatan jiwa komunitas di Desa Rejosari, Kecamatan Bantur. 3) Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang telah ditetapkan 4) Mengusulkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang bersifat teknis operasional bagi komunitas di Desa Rejosari, Kecamatan Bantur.
1.3 Manfaat Kegiatan 1. Bagi Puskesmas, manfaat dari pembentukan desa siaga sehat jiwa ini adalah membantu menyelesaikan masalah khususnya terkait dengan kesehatan jiwa secara operasional dari aspek manajemen pelayanan keperawatan tertentu, sehingga diharapkan dapat membantu puskesmas untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan jiwa masyarakat, yang akhirnya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. 2. Bagi Rumah Sakit Radjiman Widyodiningrat Lawang, manfaat dari pembentukan desa siaga sehat jiwa ini adalah sebagai salah satu implementasi dari visi dan misi Rumah Sakit Radjiman Widyodiningrat Lawangmelalui program kerja di Unit Kesehatan Jiwa Masyarakat. 3. Bagi Desa Rejosari, Kecamatan Bantur pembentukan Desa Siaga Sehat jiwa ini adalah membantu menyelesaikan masalah yangterjadi di masyarakat, khususnya kesehatan jiwa sehingga dapat mendukung terbentuknyaDesa Siaga Sehat Jiwa. 4. Bagi masyarakat, manfaat dari pembentukan Desa Siaga Sehat Jiwa ini adalah menambahwawasan dan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan jiwa. Masyarakat menjadi siagaterhadap munculnya masalah kesehatan jiwa di masyarakat.
1.4 Strategi Pelaksanaan Pelaksanaan berlangsung selama 3 minggu (2 Juni-21 Juni 2014) dengan jadwal sebagai berikut : Hari Kegiatan Pembicara/ Petugas Minggu 1 Kunjungan ke Kepala Desa: 1. Perkenalan tim dengan perangkat desa dan tokoh masyarakat 2. Penjelasan maksud dan tujuan kegiatan 3. Pendataan data Demografi 4. Pembagian desa kelolaan - Perangkat Desa - Preseptor akademik - Presepti Desa Analisis data pasien gangguan jiwa dan resiko di desa Rejosari secara door to door Presepti Puskesmas 1. Perkenalan tim dengan perangkat desa dan tokoh masyarakat 2. Penjelasan maksud dan tujuan kegiatan Presepti Internal Tim : 1. Persiapan internal tim untuk membentuk Desa Siaga Sehat Jiwa - Persepti
Minggu 2 Kegiatan pelatihan deteksi dini keluarga sehat jiwa di dua desa yang akan dibuka (desa Bantur dan Bandungrejo) Susunan acara : 1. Pembukaan 2. Mengidentifikasi tokoh masyarakat yang akan dilatih sebagai kader kesehatan jiwa dengan menggunakan kuisioner 3. Pelatihan Kader Kesehatan Jiwa dengan materi: a. Konsep Desa Siaga Sehat Jiwa b. Deteksi keluarga sehat, keluarga beresiko masalah psikososial, dan kelompok keluarga dengan gangguan jiwa di masyarakat Presepti Tokoh Masyarakat Preseptor klinik
c. Mekanisme rujukan kasus masalah psikososial atau gangguan jiwa yang ada di masyarakat d. Cara menggerakkan pasien untuk TAK dan rehabilitasi e. Cara melakukan kunjungan rumah pasien mandiri f. Cara pendokumentasian kegiatan kader kesehatan jiwa Desa Validasi data pasien gangguan jiwa dan resiko di desa secara door to door Presepti (Desa) Mengambil data deteksi dini keluarga sehat jiwa yang sudah disebar di kader per posyandu Mengolah data deteksi dini keluarga sehat jiwa yang sudah diisi kader per posyandu - Presepti Desa Validasi data pasien gangguan jiwa dan resiko di secara door to door - Presepti Puskesmas Mendeteksi pasien yang datang ke Puskesmas dengan gangguan psikososial dan gangguan jiwa - Presepti (Desa) 1. Deteksi keluarga dengan metode door to door 2. Perencanaan Strategi Asuhan Keperawatan 3. Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas - Prsepti (Desa) Mengambil data deteksi dini keluarga sehat jiwa yang sudah disebar di kader per posyandu di kedua dusun Mengolah data deteksi dini keluarga sehat - Presepti jiwa yang sudah diisi kader per posyandu (Desa dan Puskesmas) Supervisi dari pihak kampus terkait program komunitas jiwa serta asuhan keperawatan jiwa pasien kelolaan Presepti Preseptor akademik Preseptor klinik Minggu ke-3 Puskesmas Mendeteksi pasien yang datang ke Puskesmas dengan gangguan psikososial dan gangguan jiwa - Presepti (Desa) Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas Evaluasi Hasil Kegiatan Pelatihan - Presepti Presepti Analisa Data Pemetaan Presentasi Laporan Kegiatan CMHN di tingkat Kecamatan Bantur Launching Poli jiwa dari pihak Puskesmas kepada pihak Kecamatan an Kelurahan Persepti Aparat Desa Aparat Kecamatan Pihak puskesmas Perwakilan Kader Kesehatan Jiwa masing masing desa Preseptor akademik Preseptor klinik Presepti Penutupan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Desa Siaga Desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri (Depkes RI, 2006).Menurut Bambang Hartono (Kepala Pusat Promosi Kesehatan) Desa Siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan mencegah serta mengatasi masalah masalah kesehatan
2.2 Desa Siaga Sehat Jiwa Desa yang memiliki kesiapan di bidang kesehatan ,di mana desa yang penduduknya memiliki sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan secara mandiri. Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau, dan mampu untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan secara mandiri.Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau, dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian bencana, dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong menuju Desa Sehat. Desa Siaga Sehat Jiwa adalah bagian terintegrasi dari Desa Siaga, yang penduduknya memiliki sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa secara mandiri (Keliat dkk, 2007)
2.3 Tujuan Desa Siaga 1. Tujuan umum : terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap masalah masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan kesehatan) di desanya 2. Tujuan khusus : 1) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan dan menerapkan perilaku hidup sehat 2) Meningkatnya kemampuan dan kemuan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan 3) Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap resiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dan lainnya) 4) Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa 5) Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat 6) Meningkatnya kemandirian masyarakat dea dalam pembiayaan kesehatan 7) Meningkatnya dukungan dan peran aktif para pemangku kepentingan dalam mewujudkan kesehatan masyarakat desa (Dinkes Prov. Jawa Timur, 2008).
2.4 Kriteria Desa Siaga a. Ada forum masyarakat desa (FMD) b. Adanya pelayanan kesehatan dasar (Polindes, Pustu, Bidan, Praktek Swasta, dokter praktek) c. Adanya Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu dan Poskesdes d. Adanya pengamatan kesehatan yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat seperti masalah kesehatan penyakit menular, keluarga keluarga yang gangguan jiwa. e. Ada pembinaan dari puskesmas yang mampu memberikan pelayanan kegawatdaruratan bagi ibu dan bayi f. Ada sistem siaga bencana oleh masyarakat g. Ada pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat h. Mempunyai lingkungan yang sehat i. Masyarakat berperilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS)(Dinkes Prov. Jawa Timur, 2008)
2.5 Indikator Keberhasilan Desa Siaga 1. Indikator Masukan (I nput) Indikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan dalam rangka pengembangan Desa Siaga yaitu ada/tidaknya Forum Masyarakat Desa; ada/tidaknya Poskesdes dan sarana bangunan serta perlengkapannya; ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat; ada/tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan).
2. Indikator Proses Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di suatu desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga yaitu frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa, berfungsi/tidaknya Poskesdes, berfungsi/tidaknya UKBM yang ada, berfungsi/tidaknya sistem kegawatdaruratan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana; berfungsi/ tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat.
3. Indikator Keluaran (Output) Indikator keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai di suatu desa dalam rangka pengembanagn Desa Siaga yaitu cakupan pelayanan kesehatan dasar Poskesdes, cakupan pelayanan UKBM UKBM lain, jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan.
4. Indikator Dampak Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dan hasil kegiatan di desa dalama rangka pengembangan desa Siaga yaitu jumlah penduduk yang menderita sakit, jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa (Depkes RI, 2006)
2.6 Program Desa Siaga Sehat Jiwa Departemen Kesehatan berupaya untuk memfasilitasi percepatan pencapaian derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi seluruh penduduk dengan mengembangkan kesiap-siagaan di tingkat desa. Desa-desa yang memiliki kesiapan di bidang kesehatan diberi nama Desa Siaga. Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian bencana, termasuk juga gangguan jiwa, dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong, menuju desa sehat.
1. Visi Visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat 2019. Kecamatan sehat 2019 merupakan gambaran kesehatan masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yang ditandai lingkungan sehat dengan penduduknya yang perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Desa Siaga Sehat Jiwa yang merupakan suatu pelayanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas yang mempunyai visi memelihara kesehatan jiwa masyarakat dan mengoptimalkan kemampuan hidup pasien gangguan jiwa yang ada di masyarakat sesuai dengan kemampuannya dengan memberdayakan keluarga dan masyarakat.
2. Misi pelayanan Misi pelayanan keperawatan kesehatan di Desa Siaga Sehat Jiwa adalah pengembangan dan pemberdayaan masyarakat untuk mencapai masyarakat sehat jiwa melalui pengembangan program CMHN dan pembentukan kader kesehatan jiwa.
3. Strategi pelayanan Untuk mencapai visi dan misi desa siaga sehat jiwa maka strategi yang disiapkan adalah penyusunan dan pelaksanaan beberapa program/kegiatan kesehatan jiwa (CMHN) di desa siaga sehat jiwa. Fokus utama program CMHN di desa siaga adalah :
a. Kegiatan perawat CMHN. 1) Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok masyarakat yang sehat : Keluarga dengan bayi Keluarga dengan kanak-kanak Keluarga dengan usia pra sekolah Keluarga dengan usia sekolah Keluarga dengan remaja Keluarga dengan dewasa muda Keluarga dengan dewasa Keluarga dengan lanjut usia 2) Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok pasien yang risiko masalah psikososial : Kehilangan bentuk, struktur, fungs tubuh Kehilangan/perpisahan dengan orang dicintai, pekerjaan, tempat tinggal, sekolah, harta benda 3) Pendidikan kesehatan jiwa bagi kelompok pasien yang mengalami gangguan jiwa : Pasien dengan Perilaku kekerasan Pasien dengan Isolasi sosial Pasien dengan Harga diri rendah Pasien dengan Halusinasi Pasien dengan Kurang Perawatan Diri 4) Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) bagi pasien gangguan jiwa mandiri 5) Kegiatan rehabilitasi bagi pasien gangguan jiwa mandiri 6) Asuhan keperawatan untuk keluarga pasien gangguan jiwa . b. Kegiatan Kader Kesehatan Jiwa : 1) Mendeteksi keluarga di Desa Siaga Sehat Jiwa: sehat, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa 2) Menggerakkan keluarga sehat untuk penyuluhan kesehatan jiwa sesuai dengan usia 3) Menggerakkan keluarga risiko untuk penyuluhan risiko masalah psikososial 4) Menggerakkan keluarga gangguan jiwa untuk penyuluhan cara merawat 5) Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok dan Rehabilitasi 6) Melakukan kunjungan rumah pada pasien gangguan jiwa yang telah mandiri 7) Merujuk pasien gangguan jiwa ke perawat CMHN 8) Mendokumentasikan semua kegiatan 9) Melaporkan hasil survei Kegiatan diatas dilakukan secara bergiliran dalam satu bulan. Minggu kedua : kegiatan nomor 1, 6, 7,8 Minggu ketiga : kegiatan nomor 1, 6, 7,8, 9
Latihan 1
(Keliat dkk, 2011). 2.7 Deteksi Keluarga Di Desa Siaga Sehat Jiwa Salah satu peran dan fungsi kader kesehatan jiwa adalah mendeteksi seluruh keluarga yang ada di desa siaga sehat jiwa. 1) Pengertian Deteksi adalah kemampuan kader kesehatan jiwa untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa keluarga yang tinggal di desa siaga sehat jiwa. Hasil deteksi adalah sehat jiwa, risiko masalah psikososial dan gangguan jiwa.
2) Tujuan Melalui deteksi diperoleh gambaran tentang kesehatan jiwa satu wilayah yang ditunjukkan melalui : a. Jumlah keluarga yang sehat jiwa b. Jumlah keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial c. Jumlah keluarga yang mempunyai pasien gangguan jiwa 3) Pelaksanaan kegiatan a. Persiapan 1) Kader mempelajari buku pedoman deteksi keluarga 2) Kader mempelajari tandatanda orang/keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial atau orang/keluarga yang mengalami gangguan jiwa 3) Kader mengidentifikasi orang/keluarga yang diduga mengalami risiko masalah psikososial atau gangguan jiwa 4) Melakukan kontrak/janji untuk bertemu dengan pasien dan keluarga
b. Pelaksanaan 1) Setiap dusun memiliki 2 orang kader kesehatan jiwa 2) Setiap kader mengelola setengah dari jumlah keluarga di dusun (kader membagi habis jumlah keluarga di dusun untuk di kelola bersama) 1. Siapa yang harus bertanggungjawab terhadap kesehatan mental masyarakat ? bagaimana cara bp/ibu meningkatkan kesehatan mental keluarga dan masyarakat di lingkungan sekitar bp/ibu ? 2. Dapatkah bp/ibu membayangkan bila salah seorang tetangga dekat bp/ibu mengalami masalah kejiwaan ? Apa yang akan bp/ibu lakukan ? 3. Bila ada tetangga yang baru pulang dari rumah sakit jiwa, apa yang akan bp/ibu lakukan ? 3) Kader menilai kesehatan jiwa tiap keluarga yang tinggal di wilayahnya dengan cara wawancara dan pengamatan sesuai dengan petunjuk pada buku pedoman deteksi keluarga Untuk menilai perilaku yang menunjukkan adanya risiko masalah psikososial atau gangguan jiwa maka kader kesehatan perlu mengetahui tanda tanda/perilaku yang menunjukkan individu tersebut risiko masalah psikososial atau gangguan jiwa (tabel 3.1 dan tabel 3.2) 4) Berdasarkan penilaian yang dilakukan kader mengelompokkan keluarga yang tinggal diwilayahnya menjadi 3 kelompok : a) Kelompok keluarga sehat adalah keluarga yang tinggal di wilayah kerja kader dan tidak menunjukkan perilaku menyimpang; baik risiko masalah psikososial (lihat tabel 1) maupun gangguan j NM,iwa (lihat tabel 2) b) Kelompok keluarga yang berisiko masalah psikososial adalah keluarga yang tinggal di wilayah kerja kader yang mempunyai kondisi sesuai tabel 1 c) Kelompok keluarga yang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa adalah keluarga yang tinggal di wilayah kerja kader dan mempunyai anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (perilaku seperti pada tabel 2)
c. Pelaporan 1) Kader mencatat nama seluruh keluarga yang tinggal di wilayahnya 2) Kader mencatat data data keluarga yang mempunyai risiko masalah psikososial 3) Kader mencatat data data keluarga yang mengalami gangguan jiwa 4) Hasil penghitungan jumlah keluarga untuk masing masing kelompok dicatat 5) Hasil pencatatan disampaikan pada perawat CMHN yang bertanggungjawab(Keliat dkk, 2011)
2.8 Karakteristik Keluarga yang Berisiko Mengalami Masalah Psikososial, Gangguan Jiwa dan Sehat Jiwa a. Risiko terjadinya masalah psikososial Tabel 1 Risiko masalah psikososial NO FAKTOR RISIKO 1 2 3 4 5
Kehilangan anggota keluarga, atau orang yang dicintai Kehilangan pekerjaan, Kehilangan harta benda, Kehilangan anggota tubuh Penyakit fisik kronis : Hipertensi , TBC, DM, Jantung, Ginjal, Rhematik Hamil dan pospartum
b. Gangguan jiwa Gangguan jiwa adalah kelainan perilaku yang disebabkan oleh rusaknya fungsi jiwa (ingatan, pikiran, penilaian/persepsi, komunikasi, aktivitas, motivasi, belajar) sehingga menyebabkan adanya hambatan dalam melakukan fungsi sosial (interaksi/bergaul).Penyebab gangguan jiwa adalah ketidakmampuan seseorang beradaptasi dengan masalah.Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja dan dimana saja. Perilaku yang menunjukkan seseorang mengalami gangguan jiwa adalah sangat beragam (lihat table 2) (Keliat dkk, 2011).
Tabel 2 Perilaku yang menunjukkan tanda gangguan jiwa NO CIRI PERILAKU 1 2
3 4 5 6 7 8 9 10 Sedih berkepanjangan dalam waktu lama Kemampuan melakukan kegiatan sehari hari (kebersihan, makan, minum, aktivitas) berkurang Motivasi untuk melakukan kegiatan menurun (malas) Marah marah tanpa sebab Bicara atau tertawa sendiri Mengamuk Menyendiri Tidak mau bergaul Tidak memperhatikan penampilan/kebersihan diri Mengatakan atau mencoba bunuh diri
Latihan 1 : Diskusikan dengan teman kelompok dan fasilitator pertanyaan dibawah ini.
c. Sehat Jiwa Keluarga yang sehat jiwa adalah keluarga yang anggota keluarganya tidak ada gangguan jiwa atau risiko masalah psikososial.Semua hasil deteksi dimasukkan dalam buku deteksi keluarga, kemudian dimasukkan di buku penyuluhan, dimana kelompok sehat jiwa dibagi dalam kelompok, demikian pula risiko dan gangguan jiwa (Keliat dkk, 2011).
2.9 Menggerakkan Kelompok Keluarga Sehat Untuk Penyuluhan Kesehatan 1. Pengertian Penggerakkan kelompok keluarga sehat adalah kegiatan memobilisasi keluarga yang sehat untuk mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan jiwa oleh perawat CMHN yang dilakukan dua minggu sekali.
2. Tujuan Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong keluarga sehat agar menghadiri penyuluhan kesehatan yang akan dilaksanakan 3. Pelaksanaan kegiatan a. Persiapan 1) Kader mengidentifikasi keluarga sehat jiwa yang akan mengikuti penyuluhan; sesuai dengan topik penyuluhan (misalnya keluarga dengan anak bayi) 2) Kader menyampaikan/mengundang keluarga yang menjadi sasaran penyuluhan 1 minggu sebelum kegiatan penyuluhan 1. Identifikasi apakah ada tetangga bp/ibu yang mempunyai perilaku seperti tertulis pada tabel 1 dan 2 ? 2. Bagaimana cara bp/ibu menilai perilaku seseorang yang termasuk sehat jiwa, berisiko mengalami masalah psikososial dan gangguan jiwa 3. Perlihatkan cara bp/ibu dalam mendeteksi adanya masalah psikososial atau gangguan jiwa 4. Sebagai kader apa yang dapat bp/ibu lakukan untuk menolong mereka? 3) Kader mengingatkan peserta penyuluhan satu hari sebelumnya untuk hadir penyuluhan 4) Kader mengingatkan peserta penyuluhan untuk hadir satu jam sebelum penyuluhan 5) Kader mempersiapkan daftar hadir peserta penyuluhan 6) Kader mempersiapkan tempat penyuluhan
b. Pelaksanaan 1) Mengingatkan peserta untuk mengikuti penyuluhan 2) Mengumpulkan peserta penyuluhan 3) Mendampingi perawat CMHN yang memberikan penyuluhan 4) Memotivasi peserta untuk bertanya c. Pelaporan 1) Membuat laporan topik/judul penyuluhan dan kehadiran peserta (lihat buku pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa)(Keliat dkk, 2011).
2.10 Penggerakan Kelompok Keluarga yang Berisiko Mengalami Masalah Psikososial untuk Penyuluhan Kesehatan 1. Pengertian Penggerakkan kelompok keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial adalah kegiatan memobilisasi keluarga yang mengalami risiko maslah psikososial untuk mengikuti penyuluhan kesehatan oleh perawat CMHN yang dilakukan dua minggu sekali. 2. Tujuan Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong keluarga yang risiko masalah psikososial untuk menghadiri penyuluhan kesehatan yang akan dilaksanakan
3. Pelaksanaan kegiatan b. Persiapan 1) Kader mengidentifikasi keluarga berisiko masalah psikososial (lihat tabel 1) untuk mengikuti penyuluhan 2) Kader menyampaikan/mengundang keluarga yang menjadi sasaran penyuluhan 1 minggu sebelum kegiatan penyuluhan 3) Kader mengingatkan peserta penyuluhan 1 hari sebelumnya untuk hadir penyuluhan 4) Kader mengingatkan peserta penyuluhan untuk hadir 1 jam sebelum penyuluhan 5) Kader mempersiapkan daftar hadir peserta penyuluhan 6) Kader mempersiapkan tempat penyuluhan c. Pelaksanaan 1) Mengingatkan peserta untuk mengikuti penyuluhan 2) Mengumpulkan peserta penyuluhan 3) Mendampingi perawat CMHN yang memberikan penyuluhan 4) Memotivasi peserta untuk bertanya d. Pelaporan 1) Membuat laporan topik/judul penyuluhan dan kehadiran peserta (lihat buku pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa)(Keliat dkk, 2011).
2.11 Penggerakan Kelompok Keluarga Gangguan Jiwa Untuk Penyuluhan Kesehatan, TAK Dan Rehabilitasi 1. Pengertian Penggerakkan kelompok keluarga yang mempunyai gangguan jiwa adalah kegiatan memobilisasi keluarga untuk mengikuti kegiatan penyuluhan oleh perawat CMHN yang dilakukan dua minggu sekali. 2. Tujuan Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong keluarga yang mempunyai gangguan jiwa untuk menghadiri penyuluhan kesehatan jiwa. Pelaksanaan kegiatan a. Persiapan 1) Kader mengidentifikasi keluarga yang mempunyai gangguan jiwa yang akan mengikuti penyuluhan 2) Kader menyampaikan/mengundang keluarga yang menjadi sasaran penyuluhan1 minggu sebelum kegiatan penyuluhan 3) Kader satu hari sebelumnya mengingatkan keluarga yang menjadi sasaran penyuluhan untuk hadir 4) Kader mengingatkan keluarga untuk hadir 1 jam sebelum penyuluhan 5) Kader mempersiapkan daftar hadir peserta penyuluhan, 6) Kader mempersiapkan tempat penyuluhan, b. Pelaksanaan 1. Mengingatkan keluarga untuk mengikuti penyuluhan 2. Mengumpulkan peserta penyuluhan 3. Mendampingi perawat CMHN yang memberikan penyuluhan 4. Memotivasi peserta untuk aktif mengikuti penyuluhan dan mengajukan pertanyaan c. Pelaporan Membuat laporan kegiatan penyuluhan serta kehadiran peserta (lihat buku pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa) Latihan 2 (Keliat dkk, 2011)
2.12 Penggerakan Kelompok Pasien Gangguan Jiwa Untuk Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) dan Rehabilitasi 1. Pengertian Penggerakkan kelompok pasien gangguan jiwa adalah kegiatan memobilisasi pasien untuk mengikuti kegiatan TAK dan Rehabilitasi oleh perawat CMHN yang dilakukan dua minggu sekali. 2. Tujuan Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memotivasi dan mendorong pasien gangguan jiwa untuk mengikuti TAK dan Rehabilitasi. 3. Pelaksanaan kegiatan a. Persiapan 1) Kader bersama perawat CMHN mengidentifikasi pasien gangguan yang akan mengikuti TAK dan rehabilitasi 2) Kader bersama perawat CMHN menyampaikan rencana TAK dan Rehabilitasi 3) Kader bersama keluarga memfasilitasi kebutuhan (alat dan bahan) rehabilitasi 4) Kader mengundang pasien dan keluarga yang akan mengikuti TAK untuk hadir 5) Kader mengundang pasien yang akan mengikuti TAK untuk hadir 1. Peragakan bagaimana bp/ibu mengundang keluarga untuk mengikuti penyuluhan 2. Peragakan bagaimana bp/ibu mengingatkan peserta untuk mengikuti penyuluhan 6) Kader mengingatkan pasien dan keluarga untuk hadir pada kegiatanTAK dan rehabilitasi yang akan dilaksanakan 7) Kader mempersiapkan daftar hadir peserta kegiatan (TAK dan rehabilitasi) 8) Kader mempersiapkan tempat pelaksanaan kegiatan TAK dan rehabilitasi b. Pelaksanaan 1) Mengumpulkan peserta TAK dan rehabilitasi 2) Mendampingi perawat CMHN yang melakukan kegiatan (TAK dan rehabilitasi) 3) Kader memotivasi peserta untuk aktif mengikuti kegiatan (TAK dan rehabilitasi) c. Pelaporan Membuat laporan kegiatan TAK dan rehabilitasi serta kehadiran peserta (lihat buku pegangan kader :TAK dan Rehabilitasi) (Keliat dkk, 2011). 2.13 Kunjungan Rumah 1. Pengertian Kunjungan rumah adalah kunjungan kader kesehatan jiwa ke keluarga yang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa dan telah dirawat oleh perawat CMHN dan telah mandiri.Kunjungan dilakukan 2 minggu sekali.Saat melakukan kunjungan rumah, kader melakukan penilaian terhadap kemampuan pasien gangguan jiwa dan keluarga dalam perawatan pasien (lihat buku panduan supervisi kader).
2. Tujuan Melalui kunjungan rumah diperoleh informasi terkini tentang kemampuan pasien mengatasi masalahnya dan keterlibatan keluarga dalam perawatan pasien dirumah 3. Sasaran Sasaran kunjungan rumah kader adalah pasien dan keluarga yang mempunyai masalah harga diri rendah, menyendiri, mendengar suara-suara (halusinasi), mengamuk dan kurang merawat diri (lihat buku panduan supervisi kader), yang telah mandiri. 4. Pelaksanaan kegiatan a. Persiapan Persiapan yang harus dilakukan adalah : 1) Menyiapkan buku supervisi kader 2) Mempelajari isi buku 3) Melakukan perjanjian/kontrak dengan keluarga b. Pelaksanaan 1) Memberikan salam terapeutik 2) Melakukan perjanjian/kontrak 3) Mengobservasi perilaku pasien dan melakukan wawancara dengan pasien dan keluarga tentang kemampuan pasien 4) Menyampaikan pujian terhadap kemampuan pasien dan keluarga, 5) Membuat perjanjian untuk kunjungan pada minggu berikutnya dengan tujuan tertentu c. Pelaporan Tuliskan hasil observasi bp/ibu pada buku pegangan kader sesuai dengan kasus pasiennya (lihat buku pegangan kader : supervisi kader) Latihan 3
(Keliat dkk, 2011) 2.14 Rujukan Kasus 1. Pengertian Rujukan adalah mengirimkan pasien kepada perawat CMHN yang bertanggungjawab.Rujukan dilakukan jika saat supervisi/kunjungan rumah/deteksi keluarga kader menemukan : Pasien mengalami kemunduran perilaku; berdasarkan penilaian terhadap perilaku pasien saat kunjungan rumah (lihat buku pegangan kader : supervisi pasien) Pasien baru yang ditemukan 2. Tujuan Melalui rujukan, pasien gangguan jiwa mendapatkan perawatan yang lebih baik lagi 3. Pelaksanaan kegiatan a. Persiapan 1) Kader menyiapkan laporan kunjungan rumah/supervisi yang menunjukkan kemunduran perilaku pasien atau adanya masalah kesehatan baru 2) Kader mengisi format rujukan kasus b. Pelaksanaan 1. Peragakan bagaimana bp/ibu melakukan kunjungan rumah untuk menilai pasien yang menyendiri 2. Peragakan bagaimana bp/ibu melakukan kunjungan rumah untuk menilai pasien yang mendengar suara suara 3. Diskusikan hal hal yang sebaiknya dilakukan dan dihindari saat kunjungan rumah 1) Kader menyampaikan laporan hasil kunjungan rumah pada perawat CMHN 2) Kader memberikan surat rujukan pada perawat CMHN c. Pelaporan Tuliskan hasil observasi bp/ibu pada buku pegangan kader sesuai dengan kasus pasiennya (lihat buku pegangan kader : supervisi kader)
Latihan 2.15 Pendokumentasian Pengertian Pendokumentasian adalah menuliskan seluruh tindakan yang dilakukan kader (deteksi, penggerakkan, kunjungan rumah dan rujukan kasus) dengan menggunakan panduan pelaporan yang tersedia (buku pegangan kader kesehatan jiwa). Tujuan Melalui pendokumentasian yang dilakukan kader, diharapkan perkembangan kondisi kesehatan pasien dan keluarga serta seluruh kegiatan yang telah dilakukan di desa siaga sehat jiwa tercatat dengan baik Bentuk dokumentasi Bentuk dokumentasi laporan kader adalah : Buku pegangan kader : deteksi keluarga Buku pegangan kader : penyuluhan kesehatan jiwa Buku pegangan kader : supervisi pasien gangguan jiwa Surat rujukan (Keliat dkk, 2011)
1. Identifikasi kasus kasus yang membutuhkan rujukan 2. Peragakan bagaimana caranya bila bp/ibu melakukan rujukan kasus ke perawat CMHN
BAB III HASIL PENGKAJIAN
3.1 Pengkajian
Wonokerto Rejosari Pringgodani Karangsari Rejoyoso Wilayah Kec. Gondang Legi Wilayah Kec. Pagak Wilayah Kec. Gedangan K. Lesti B a l o n g S u k o s a r i K r s u k a G. Mas G .
G e b a n g G a m p in g a n Wonogiri G. Mojo S. Waluh S. Benda Krajan S e n g o n Jeding K u t u k a n B a l e w a r t i Krajan Keterangan : = Puskesmas Induk = Posyandu = Jalan = Batas Desa = Batas Kecamatan = Puskesmas Pembantu = Kantor Desa = KUD = Batas Dusun Desa Bandungrejo Desa Bantur
a. Gambaran Wilayah Luas Daerah : 231,7 hektar Terdiri dari 4 dusun: krajan, kutukan, balewarti, jeding Terdiri dari 73 RT Batas-batas wilayah: memiliki batas wilayah sebelah utara Desa Sumberejo, Selatan Desa Bantur, sebelah Desa Pringgodani, dan timur Desa Sumberejo.
b. Data Demografi Jumlah penduduk: 6.944 jiwa
3.1.1 Krajan 1 Data Kesehatan Jiwa NO. NAMA JENIS KELAMIN / USIA
Berdasarkan hasil pendataan oleh para kader dan setelah divalidasi ulang oleh mahasiswa CMHN, penduduk yang sehat berjumlah 559 orang, penduduk yang risiko psikososial 14 orang, dan terdapat 1 orang yang mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan hasil pendataan oleh para kader dan setelah divalidasi ulang oleh mahasiswa CMHN, penduduk yang sehat berjumlah orang, penduduk yang risiko psikososial 57 orang, dan terdapat 7 orang yang mengalami gangguan jiwa.
3.1.2 Krajan III NO NAMA JENIS KELAMIN / USIA
RT
STATUS KETERANGAN Ganggu an Risiko 1. Sumaroh P/40 03 2. Richa P/13 03 3. Novita Sari P/17 03 Epilepsi 4. Sutiani P/62 01 5. Wagiman L/60 01 6. Wagirah P/57 01 7. Mistiarmi P/42 09 HT (berobat ke RS.Kanjuruhan) 8. Niti Ngatemun L/75 09 Hipertensi (berobat ke puskesmas) 9. Sumirah P/70 09 Diabetes (berobat ke Bidan) 10. Sutomo L/80 09 TBC (berobat Puskesmas) 11 Mukasan L/74 09 Hipertensi (berobat ke Puskesmas) 12 Semi P/56 09 13 Sumardi L/27 09 Hipertensi (berobat ke Puskesmas) 14 Buamin L/78 09 Asam urat (berobat ke Puskesmas) 15 Ngatminah P/75 09 Hipertensi (berobat ke RS.Kanjuruhan) 16 Slamet L/48 09 Retardasi Mental 17 Sutiah P/42 09 18 Suki L/67 09 19 Nawati P/76 01 20 Saunah P/70 07 Autisme 21 Misdi L/38 07 Darah tinggi / puskesmas 22 Tumini P/60 07 Darah Tinggi / Puskesmas 23 Resek P/60 07 Paru-paru / puskesmas 24 B. Tumirah P/80 07 Asam Urat / puskesmas 25 Sukawan L/46 07 Asam Urat dan agak tuna rungu 26 Eni P/36 07 Darah tinggi dan kencing manis / puskesmas 27 Saminem P/47 07 Darah tinggi / puskesmas 28 Wagiran L/69 07 Ibu hamil / bidan 29 Senanti P/68 08 Asam urat / puskesmas 30 Sriyatin P/40 08 Stroke / puskesmas 31 Ponimin L/42 08 Kehilangan orang yang disayangi (ayah) 32 Mianti P/60 08 Asam urat / petugas kesehatan 33 Sumliyah P/67 08 Tuna netra 34 Waginten P/78 08 Paru-paru / petugas kesehatan 35 Ida Lasmani P/31 08 Belum punya anak 36 Karto Tugiman L/69 08 Ditinggal meninggal bapaknya 37 Ginten P/71 08 Asam lambung (dr. Nunuk) 38 Satumah P/79 08 Asam urat / puskesmas 39 Siyono L/58 08 Jantung / dr. Paulina 40 B. Maini P/70 08 Ginjal / RSI 41 Sutrisno L/ 08 Stroke / RSI 42 Sukarmi P/38 08 Darah tinggi / petugas kesehatan 43 Amelia P/6 08 Epilepsi 44 Paidi L/73 08 Asma / puskesmas 45 Kenti P/36 08 Rematik / petugas kesehatan 46 Bundari P/65 06 47 Tunah P/38 06 48 B. Legimah P/70 06 49 Tini P/65 06 50 Minah P/80 06 51 Ponirah P/80 06 52 Tutik P/24 06 53 Samini P 06 54 Warti P/70 06 55 Crisye L/17 06 56 Tori P/65 05 57 Supiyah P/67 05 58 Muknurki min L/59 05 59 Saminem P/57 05 60 Yulianto L/21 05 61 Sutris L/45 02 62 Sriyani P/41 02 63 B.Lasiyem P/67 02 64 Mulyono L/46 02 65 Mistri P/47 18 66 Sunaim L/65 17 67 Kastin P/51 17 68 Suliyadi L/42 17 V 69 Winarsih P/40 17 70 Anggraini P/16 17 V 71 Satip L/54 17 72 Jeminem P/49 17 73 Ilaisah P/20 17 74 Darsono L/55 17 75 Kuseno L/65 17 76 Wakinem P/56 RT 17 RW 5
77 Mul Kamsun L/75 RT 17 RW 5
78 Miseni P/70 RT 17 RW 5
79 Sukiman L/72 RT 17 RW 5
80 Musini P/65 RT 17 RW 5
81 Supriadi L/50 RT 17 RW 5
82 Sri Mulyani P/44 RT 17 RW 5
83 Misti P/65 RT 17 RW 5
84 Kasnam L/70 RT 17 RW 5
85 Paimah P/40 RT 17 RW 5
86 Las kasihan L/45 RT 17 RW 5
87 Pujiendri P/34 RT 17 RW 5
88 Poniti P/70 RT 17 RW 5
89 Sanusi L/36 RT 17 RW 5
90 Munasid L/65 RT 17 RW 5
91 Lasiyah P/60 RT 17 RW 5
92 Poniyah P/80 RT 17 RW 5
93 Musiono L/50 RT 17 RW 5
94 Susanti P/22 RT 17 RW 5
Berdasarkan hasil pendataan oleh para kader dan setelah divalidasi ulang oleh mahasiswa CMHN, penduduk yang sehat berjumlah orang, penduduk yang risiko psikososial 85 orang, dan terdapat 9 orang yang mengalami gangguan jiwa.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 1. Jumlah pasien gangguan jiwa di Rejosari sebanyak XX orang dengan rincian dusun Krajan memiliki gangguan jiwa sebanyak XX orang, dusun Balewarti memiliki gangguan jiwa sebanyak XX orang, dusun Jeding memiliki gangguan jiwa sebanyak XX orang, dan dusun Kutukan memiliki gangguan jiwa sebanyak XX orang. 2. Pelatihan kader kesehatan jiwa dari masing masing posyandu yang ada di desa Rejosari telah dilakukan di Balai Desa Rejosari. Dari penilaian pre dan post test, setiap peserta penyuluhan mengalami peningkatan nilai yang cukup signifikan. 3. Telah di lakukan screening dengan mengunjungi langsung rumah warga (home visit) pada data yang telah di dapatkan dari kader masing-masing posyandu.
4.2 Rencana Tindak Lanjut 1. Validasi data pasien gangguan jiwa yang belum tervalidasi. 2. Follow up pasien gangguan jiwa yang sudah dikelola, terutama pasien pasung, pasien yang memperoleh obat, pasien yang baru memperoleh obat, dan pasien yang menolak pengobatan. 3. Home visit rutin pada pasien pasung untuk memberikan injeksi dan motivasi keluarga untuki pembebasan pasung. 4. Melakukan pencatatan mengenai data medikasi pasien, sehingga bisa diketahui dengan cepat pasien mana saja yang mendapat obat dan yang obatnya perlu diantar ke rumah. 5. Melakukan KIE kepada pasien untuk rutin kontrol dan mengambil obat di poli jiwa PKM Bantur. 6. Pendidikan kesehatan mengenai sehat jiwa pada kelompok sehat untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai gangguan jiwa 7. Pendidikan kesehatan mengenai depresi post partum, manajemen stres, serta penyakit-penyakit kronis pada kelompok resiko 8. Follow up data pasien dengan gangguan jiwa dan resiko gangguan jiwa. 9. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa , pasien psikososial dan pasien sehat yang belum dikelola. 10. Melakukan penyuluhan terhadap kelompok sehat dan psikososial. 11. Melakukan Terapi Aktivitas Kelompok RM dan pasien yang mengalami gangguan di desa Rejosari