Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain
Menu Skip to content Home Jalan HidupKu Link Sahabat Profil Aturan Pergaulan Pria dan Wanita Menurut Islam Posted on April 24, 2012 by rischan
Fenomena Mencengangkan! Pada tahun 2006 Synovate melakukan penelitian tentang fenomena seks bebas di kalangan remaja. Penelitian dilakukan kepada 450 responden putra-putri usia 15-24 tahun di empat kota besar; Jakarta, Bandung, Medan dan Surabaya. Hasilnya cukup mencengangkan! Robby SusatyoManager Director Synovatemengemukakan data berikut ini:Sekitar 16 % remaja di empat kota itu mengaku sudah berhubungan intim saat berusia antara 13-15 tahun. 44 % responden lainnya mengaku mulai mencicipi seks sejak usia 16-18 tahun. Sampai disini kita dapat menghitung bahwa 50 % responden mengaku telah berhubungan seks saat mereka belum lagi lepas akil baligh. Sekitar 35 % responden mengaku mengenal seks pertama kali dari film porno. Sisanya mengaku mengetahui seks dari pengalaman sesama teman. 40 % responden mengaku pertama kali melakukan hubungan seks di rumah mereka; 26 % mengaku senang melakukannya di tempat kos; 26 % lainnya senang melakukannya di kamar hotel. Sangat memprihatinkan. Inilah yang terjadi pada sebagian remaja di negeri ini. Kita tidak tahu persis fakta sesungguhnya; namun tentu saja kita berharap mudah-mudahan kenyataan yang sebenarnya tidak separah yang dikemukakan hasil penelitian.Guna menekan dan mempersempit ruang gerak budaya permisifisme, menurut saya tidak ada pilihan lain, kecuali berusaha menegakkan dan menjungjung tinggi akhlak Islam. Untuk itu setiap kita hendaknya merasa bertanggung jawab untuk mewujudkannya.Rambu-rambu Islam tentang pergaulan Islam adalah agama yang syamil (menyeluruh) dan mutakamil (sempurna). Agama mulia ini diturunkan dari Allah Sang Maha Pencipta, Yang Maha Mengetahui tentang seluk beluk ciptaan-Nya. Dia turunkan ketetapan syariat agar manusia hidup tenteram dan teratur.Diantara aturan yang ditetapkan Allah SWT bagi manusia adalah aturan mengenai tata cara pergaulan antara pria dan wanita. Berikut rambu-rambu yang harus diperhatikan oleh setiap muslim agar mereka terhindar dari perbuatan zina yang tercela:Pertama, hendaknya setiap muslim menjaga pandangan matanya dari melihat lawan jenis secara berlebihan. Dengan kata lain hendaknya dihindarkan berpandangan mata secara bebas. Perhatikanlah firman Allah berikut ini,Katakanlah kepada laki-laki yang beriman; hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih baik bagi merekakatakanlah kepada wanita-wanita yang beriman; hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya (QS. 24: 30-31).Awal dorongan syahwat adalah dengan melihat. Karena itu jagalah mata agar terhindar dari tipu daya syaithan. Tentang hal ini Rasulullah bersabda,Wahai Ali, janganlah engkau iringkan satu pandangan (kepada wanita yang bukan mahram) dengan pandangan lain, karena pandangan yang pertama itu (halal) bagimu, tetapi tidak yang kedua! (HR. Abu Daud).Kedua, hendaknya setiap muslim menjaga auratnya masing-masing dengan cara berbusana islami. Secara khusus bagi wanita Allah SWT berfirman,dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya (QS. 24: 31).Dalam ayat lain Allah SWT berfirman, Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan anak-anak perempuanmu dan juga kepada istri-istri orang mumin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, sehingga tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (QS. 33: 59)Dalam hal menjaga aurat, Nabi menegaskan sebuah tata krama yang harus diperhatikan, beliau bersabda:Tidak dibolehkan laki-laki melihat aurat (kemaluan) laki-laki lain, begitu juga perempuan tidak boleh melihat kemaluan perempuan lain. Dan tidak boleh laki-laki berkumul dengan laki-laki lain dalam satu kain, begitu juga seorang perempuan tidak boleh berkemul dengan sesama perempuan dalam satu kain. (HR. Muslim)Ketiga, tidak berbuat sesuatu yang dapat mendekatkan diri pada perbuatan zina (QS. 17: 32) misalnya berkhalwat (berdua-duaan) dengan lawan jenis yang bukan mahram.Nabi bersabda, Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah berkhalwat dengan seorang wanita (tanpa disertai mahramnya) karena sesungguhnya yang ketiganya adalah syaithan (HR. Ahmad).Keempat, menjauhi pembicaraan atau cara berbicara yang bisa membangkitkan selera. Arahan mengenai hal ini kita temukan dalam firman Allah,Hai para istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti perempuan lain jika kamu bertaqwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara hingga berkeinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya. Dan ucapkanlah perkataan yang maruf. (QS. 33: 31)Berkaitan dengan suara perempuan Ibnu Katsir menyatakan, Perempuan dilarang berbicara dengan laki-laki asing (non mahram) dengan ucapan lunak sebagaimana dia berbicara dengan suaminya. (Tafsir Ibnu Katsir, jilid 3)Kelima, hindarilah bersentuhan kulit dengan lawan jenis, termasuk berjabatan tangan sebagaimana dicontohkan Nabi saw,Sesungguhnya aku tidak berjabatan tangan dengan wanita. (HR. Malik, Tirmizi dan Nasai).Dalam keterangan lain disebutkan, Tak pernah tangan Rasulullah menyentuh wanita yang tidak halal baginya. (HR. Bukhari dan Muslim).Hal ini dilakukan Nabi tentu saja untuk memberikan teladan kepada umatnya agar melakukan tindakan preventif sebagai upaya penjagaan hati dari bisikan syaithan. Wallahu alam.Selain dua hadits di atas ada pernyataan Nabi yang demikian tegas dalam hal ini, beliau bersabda: Seseorang dari kamu lebih baik ditikam kepalanya dengan jarum dari besi daripada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya. (HR. Thabrani).Keenam, hendaknya tidak melakukan ikhtilat, yakni berbaur antara pria dengan wanita dalam satu tempat. Hal ini diungkapkan Abu Asied, Rasulullah saw pernah keluar dari masjid dan pada saat itu bercampur baur laki-laki dan wanita di jalan, maka beliau berkata: Mundurlah kalian (kaum wanita), bukan untuk kalian bagian tengah jalan; bagian kalian adalah pinggir jalan (HR. Abu Dawud).Selain itu Ibnu Umar berkata, Rasulullah melarang laki-laki berjalan diantara dua wanita. (HR. Abu Daud).Dari uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa pria dan wanita memang harus menjaga batasan dalam pergaulan. Dengan begitu akan terhindarlah hal-hal yang tidak diharapkan. Tapi nampaknya rambu-rambu pergaulan ini belum sepenuhnya difahami oleh sebagian orang. Karena itu menjadi tanggung jawab kita menasehati mereka dengan baik. Tentu saja ini harus kita awali dari diri kita masing- masing.Semoga Allah senantiasa membimbing kita dan menjauhkannya dari perbuatan tercela dan perbuatan yang tidak terpuji. Amin. sumber:Maraji:Modul Paket Studi Islam Khairu Ummah, Drs. Ahmad Yani, LPPD Khairu Ummah: Jakarta Pusat Etika Islam, Miftah Faridl, Pustaka: BandungTarbiyatun Nisa, Ishlah No. 2/Th. I/Syawal 1413 H
Etika Pergaulan Remaja dalam Pandangan Islam 22 November 2010 | komentar (31) Berbicara tentang remaja selalu mendapat tanggapan yang beraneka ragam. Sayangnya, sekarang ini kesan yang ada dalam benak masyarakat justru cenderung kebanyakan negatif. Dimulai dari perkelahian antar pelajar, pornografi, kebut-kebutan, tindakan kriminal seperti pencurian dan perampasan barang orang lain, pengedaran dan pesta obat-obat terlarang, bahkan yang sekarang lagi heboh adalah dampak pergaulan bebas yang semakin mengkhawatirkan. Apalagi sekarang terpaan media informasi di abad millennium ini semakin merambah dengan cepat. Di daerah yang tidak diduga sekalipun bahkan terpencil ada saja tempat untuk pemutaran film-film porno. Rental VCD bertebaran di setiap tempat, belum lagi media cetak yang demikian bebas mengumbar informasi sensual dan kemesuman Satu masalah yang perlu mendapat perhatian serius adalah bebasnya hubungan antar jenis diantara pemuda yang nantinya menjadi tonggak pembaharuan. Islam sangat memperhatikan masalah ini dan banyak memberikan rambu-rambu untuk bisa berhati-hati dalam melewati masa muda. Suatu masa yang akan ditanya Allah di hari kiamat diantara empat masa kehidupan di dunia ini. Islam telah mengatur etika pergaulan remaja. Perilaku tersebut merupakan batasan-batasan yang dilandasi nilai-nilai agama. Oleh karena itu perilaku tersebut harus diperhatikan, dipelihara, dan dilaksanakan oleh para remaja. Perilaku yang menjadi batasan dalam pergaulan adalah : 1. Menutup Aurat Islam telah mewajibkan laki-laki dan perempuan untuk menutup aurot demi menjaga kehormatan diri dan kebersihan hati. Aurot merupakan anggota tubuh yang harus ditutupi dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang yang bukan mahramnya terutama kepada lawan jenis agar tidak boleh kepada jenis agar tidak membangkitkan nafsu birahi serta menimbulkan fitnah. Aurat laki-laki yaitu anggota tubuh antara pusar dan lutut sedangkan aurat bagi wanita yaitu seluruh anggota tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan.Di samping aurat, Pakaian yang di kenakan tidak boleh ketat sehingga memperhatikan lekuk anggota tubuh, dan juga tidak boleh transparan atau tipis sehingga tembus pandang. 2. Menjauhi perbuatan zina Pergaulan antara laki-laki dengan perempuan di perbolehkan sampai pada batas tidak membuka peluang terjadinya perbuatan dosa. Islam adalah agama yang menjaga kesucian, pergaulan di dalam islam adalah pergaulan yang dilandasi oleh nilai-nilai kesucian. Dalam pergaulan dengan lawan jenis harus dijaga jarak sehingga tidak ada kesempatan terjadinya kejahatan seksual yang pada gilirannya akan merusak bagi pelaku maupun bagi masyarakat umum. Dalam Al-Quran Allah berfirman dalam Surat Al-Isra ayat 32: Dan janganlah kamu mendekati zina, Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk Dalam rangka menjaga kesucian pergaulan remaja agar terhindar dari perbuatan zina, islam telah membuat batasan-batasan sebagai berikut : Laki-laki tidak boleh berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahramnya. Jika laki-laki dan perempuan di tempat sepi maka yang ketiga adalah syetan, mula-mula saling berpandangan, lalu berpegangan, dan akhirnya menjurus pada perzinaan, itu semua adalah bujuk rayu syetan.Laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim tidak boleh bersentuhan secara fisik. Saling bersentuhan yang dilarang dalam islam adalah sentuhan yang disengaja dan disertai nafsu birahi. Tetapi bersentuhan yang tidak disengaja tanpa disertai nafsu birahi tidaklah dilarang.Tata Cara Pergaulan Remaja Semua agama dan tradisi telah mengatur tata cara pergaulan remaja. Ajaran islam sebagai pedoman hidup umatnya, juga telah mengatur tata cara pergaulan remaja yang dilandasi nilai-nilai agama. Tata cara itu meliputi : a. Mengucapkan Salam Ucapan salam ketika bertemu dengan teman atau orang lain sesama muslim, ucapan salam adalah doa. Berarti dengan ucapan salam kita telah mendoakan teman tersebut. b. Meminta Izin Meminta izin di sini dalam artian kita tidak boleh meremehkan hak-hak atau milik teman apabila kita hendak menggunakan barang milik teman maka kita harus meminta izin terlebih dahulu c. Menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda Remaja sebagai orang yang lebih muda sebaiknya menghormati yang lebih tua dan mengambil pelajaran dari hidup mereka. Selain itu, remaja juga harus menyayangi kepada adik yang lebih muda darinya, dan yang paling penting adalah memberikan tuntunan dan bimbingan kepada mereka ke jalan yang benar dan penuh kasih sayang. d. Bersikap santun dan tidak sombong Dalam bergaul, penekanan perilaku yang baik sangat ditekankan agar teman bisa merasa nyaman berteman dengan kita. Kemudian sikap dasar remaja yang biasanya ingin terlihat lebih dari temannya sungguh tidak diterapkan dalam islam bahkan sombong merupakan sifat tercela yang dibenci Allah. e. Berbicara dengan perkataan yang sopan Islam mengajarkan bahwa bila kita berkata, utamakanlah perkataan yang bermanfaat, dengan suara yang lembut, dengan gaya yang wajar . f. Tidak boleh saling menghina Menghina / mengumpat hukumnya dilarang dalam islam sehingga dalam pergaulan sebaiknya hindari saling menghina di antara teman. g. Tak boleh saling membenci dan iri hati Rasa iri akan berdampak dapat berkembang menjadi kebencian yang pada akhirnya mengakibatkan putusnya hubungan baik di antara teman. Iri hati merupakan penyakit hati yang membuat hati kita dapat merasakan ketenangan serta merupakan sifat tercela baik di hadapan Allah dan manusia. h. Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat Masa remaja sebaiknya dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang positif dan bermanfaat remaja harus membagi waktunya efisien mungkin, dengan cara membagi waktu menjadi 3 bagian yaitu : sepertiga untuk beribadah kepada Allah, sepertiga untuk dirinya dan sepertiga lagi untuk orang lain. i. Mengajak untuk berbuat kebaikan Orang yang memberi petunjuk kepada teman ke jalan yang benar akan mendapatkan pahala seperti teman yang melakukan kebaikan itu, dan ajakan untuk berbuat kebajikan merupakan suatu bentuk kasih sayang terhadap teman. Demikian beberapa tata cara pergaulan remaja yang dilandasi nilai-nilai moral dan ajaran islam. Tata cara tersebut hendaknya dijadikan pedoman bagi remaja dalam bergaul dengan teman-temannya.Mudah-mudahan ini bisa kita jadikan renungan atau muhasabah Riyanto Blog blog.re.or.id > General > KRISIS AKHLAK UMMAT ISLAM KRISIS AKHLAK UMMAT ISLAM General category
Sesungguhnya engkau berada pada akhlaq yg agung
Muqoddimah Melihat perkembangan terakhir ummat Islam di Indonesia tergambar dgn jelas betapa merosotnya akhlaknya sebagian ummat Islam. Dekadensi moral terjadi terutama dikalangan remaja. Sementara pembendungannya masih berlarut-larut dan dgn konsep yg tidak jelas.
Rusaknya moral ummat tidak terlepas dari upaya jahat dari pihak luar ummat yg dgn sengaja menebarkan berbagai penyakit moral dan konsepsi agar ummat loyo dan berikutnya tumbang. Sehingga yg tadinya mayoritas menjadi minoritas dalam kualitas. Keadaan semakin buruk ketika pihak aparat terlibat dan melemahnya peran ulama` dan tokoh masyarakat.
Padahal nilai suatu bangsa sangat tergantung dari kualitas akhlak-nya seperti dikemukakan penyair Mesir Syauki Bik Suatu bangsa sangat ditentukan kualita akhlak-nya jika akhlak sudah rusak hancurlah bangsa tersebut.
Hampir semua sektor kehidupan ummat mengalami krisis akhlak. Para mengalami pertikaian internal dan merebutkan vested interest dan jarang terkooptasi oleh kekuasaan yg dzalim. Para ulama`nya mengalami kemerosotan moral sehingga tidak lagi berjuang utk kepentingan ummat tetapi hanya kepentingan sesaat; mendukung status quo. Para pengusahanya melarikan diri dari tanggung jawab zakat infaq dan sedekah sehingga kedermawanan menjadi macet dan tidak jarang berinteraksi dgn sistem ribawi serta tidak mempedulikan lagi cara kerja yg haram atau halal. Para siswa dan mahasiswa terlibat banyak kasus pertikaian narkoba dan kenakalan remaja lainnya.
Kaum wanita muslimah terseret jauh kepada peradaban Barat dgn slogan kebebasan dan emansipasi yg berakibat kepada rusaknya moral mereka maka tak jarang mereka menjadi sasaran manusia berhidung belang dan tak jarang dijadikan komoditi murahan . Dan berbagai macam lapisan masyarakat muslim termasuk persoalan kaum miskin yg kurang sabar sehingga menjadi obyek garapan pihak lain termasuk seperti bentuk nyatanya pemurtadan semisal kristenisasi.
Pengertian akhlak Secara etimotogi bahasa akhlak dari akar bahasa Arab khuluk yg berarti tabiat muruah kebiasaan fithrah naluri dll . Secara epistemologi Syari berarti seperti dikatakan Al Ghozali akhlak adl sesuatu yg menggambarkan tentang perilaku seseorang yg terdapat dalam jiwa yg baik yg darinya keluar perbuatan secara mudah dan otomatis tanpa terpikir sebelumnya. Dan jika sumber perilaku itu didasari oleh perbuatan yg baik dan muliayang dapat dibenarkan oleh akal dan syariat maka ia dinamakan akhlak yg mulia nammun jika sebaliknya maka ia dinamakan akhlak yg tercela
Memang perlu dibedakan antara akhlak dan moral. Karena akhlak lbh didasari oleh faktor yg melibatkan kehendak sang pencipta sementara moral lbh penekanannya pada unsur manusiawinya. Sebagai contoh mengucapkan selamat natal kepada non muslim secara akhlak tidak dibenarkan tetapi secara moral itu biasa-biasa saja.
Sentral Akhlak Akhlak secara teoritis memang indah tapi secara praktek memerlukan kerja keras. Oleh krn itu Allah SWT mengutus Nabi SAW-Nya utk memberi contoh akhlak mulia kepada manusia.Pekerjaan itu dilakukan oleh Nabi SAW sebaik mungkin sehingga mendapat pujian dari Allah SWT Sesungguhnya engkau berada pada akhlak yg agung . Bahkan Rasulullah SAW sendiri bersabda Aku diutus utk menyempurnakan Akhlak. Lebih dari itu beliau menempatkan muslim yg paling tinggi derajatnya adl yg paling baik akhlaknya. Sesempurna-sempurna iman seseorang mukmin adl mereka yg paling bagus akhlaknya
Maka tak heran Aisyah mendiskripsikan Rasulullah SAW sebagai Al Qur`an berjalan ; Akhlak Rasulullah SAW adl Al Qur`an.
Cakupan Akhlak Mulia Dimensi akhlak dalam Islam mencakup beberapa hal yaitu ; Akhlak kepada Allah SWT dgn cara mencintai-Nya mensyukuri nimat-Nya malu kepada-Nya utk berbuat maksiat selalu bertaubat bertawakkal takut akan adzab-Nya dan senantiasa berharap akan rahmat-Nya. Akhlak kepada Rasulullah SAW dgn cara beradab dan menghormatinya mentaati dan mencintai beliau menjadi kaumnya sebagai perantara dalam segala aspek kehidupan banyak menyebut nama beliau menerima seluruh ajaran beliau menghidupkan sunnah-sunnah beliau dan lbh mencintai beliau daripada diri kita sendiri anak kita bapak kita dll. Akhlak terhadap Al Qur`an dgn cara membacanya dgn khusyuk tartil dan sesempurna mungkin sambil memahaminya menghapalnya dan mengamalkannya dalam kehidupan riil. Akhlak kepada makhluk Allah SWT mulai diri sendiri orangtua kerabat handaitaulan tetangga dan sesama mukmin sesuai dgn tuntunan Islam. Akhlak kepada orang non muslim dgn cara membenci kekafiran mereka tetapi tetap berbuat adil kepada mereka berupa membalas kekejaman mereka atau memaafkannya dan berbuat baik kepada mereka secara manusiawi selama hal itu tidak bertentangan dgn syariat Islam dan mengajak mereka kepada Islam. Akhlak terhadap makhluk lain termasuk kepada menyayangi binatang yg tidak mengganggu menjga tanaman dan tumbuh-tumbuhan dan melestarikannya dll.
Krisis Akhlak Apabila norma-norma akhlak mulia tidak dijalankan dgn baik bahkan cenderung dilanggar maka akan terjadi apa yg dinamakan krisis akhlak. Sebagai contoh kami kemukakan data-data terjadinya perusakan akhlak terutama kepada para remaja berupa narkoba shabu-shabu putow heroin ganja ecstasi morphin dll. Sasarannya mulai dari anak- anak sekolah dasar sampai perguruan tinggi dari pengangguran sampai artis. Pengaruh buruk yg diperoleh adl dapat merusak hati dan otak meskipun pada tahap awal sipecandu merasa segar gembira fly tidak tidur dan merasa berani. Police watch Indonesia suatu LSM yg memantau keterlibatan polisi dalam jaringan penyimpangan menyebutkan bahwa 42% kasus narkoba terjadi dijakarta 58% terjadi diJawa Barat Bali Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur dan Sumatra Barat. Jakarta Barat kawasan terbesar kasus narkoba krn dikawasan itu banyak terdapat tempat maksiat sisanya di Jakarta Pusat Jakarta Utara dan Jakarta Timur . Bahkan telah merambat kekota-kota kecil dan kampung-kampung. Pembentengan dari krisis Akhlak Tentunya ummat Islam tidak berjaya kalau melepaskan ajaran Islam dalam kehidupan mereka. Makanya mereka harus kembali menghidupkan Islam sebagaimana yg telah dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya Imam Malik pernah meriwayatkan Artinya Tidaklah berjaya akhir dari ummat ini melainkan berpegang dgn apa yg dipegang generasi pertama. Kita harus kembali menghidupkan masjid sebagai pusat kegiatan ummat Islam. Memperkuat daya tahan rumah tangga dari ancaman dekadensi moral termasuk film-film ysng bobrok menjaga disiplin dan keamanan sekolah serta memberikan lingkungan materi agama yg cukup serta menjaga daya tahan lingkungan masyarakat dari berbagai arus perusakan dan penyesatan sekaligus mengaktifkan pemerintah utk membentengi masyarakat dari berbagai bentuk kemaksiatan. Wallahu A`lam. Oleh Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia ( ) (sumber file al_islam.chm Kamis, 21 Januari 2010 tugas UAS Urgensi Pendidikan akhlak bagi remaja URGENSI PENDIDIKAN AKHLAK BAGI REMAJA
MAKALAH
Diajukan sebagai salah satu tugas Mata kuliah Tekhnik Penulisan Karya Ilmiah
Dosen Pembimbing : Mulyawan S. Nugraha, , M.Ag, M.Pd
Disusun Oleh : Irda Winiar NIM.0891.01.1048
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SUKABUMI (STAIS) Jl. Veteran I No. 36 Telp. (0266) 225 464 SUKABUMI 2009
BAB I PENDAHULUAN 1. LATARBELAKANG MASALAH Remaja adalah asset berharga untuk menggapai sebuah Negara yang kuat. Ada peribahasa arab yang mengatakan Remaja adalah pemimpin di masa depan. Dengan itu kita ketahui bahwa kunci masa depan terletak di tangan remaja.Sebagai calon pemimpin, remaja dituntut memiliki pemikiran yang cerdas serta sikap atau akhlak yang baik. Dewasa ini, bukan rahasia umum lagi bahwa remaja kita banyak dipengaruhi oleh globalisasi. Globalisasi menurut mereka adalah dimana mereka dengan bebas melakukan apapun yang mereka ingin lakukan. Pada masa remaja inilah manusia selalu ingin mencoba hal-hal baru, tidak penting itu baik atau buruk bagi mereka; cukup dengan penilaian bahwa mereka tidak ketinggalan zaman. Sehingga banyak dikalangan remaja terjerumus pergaulan bebas,diantaranya pemakaian obat-obatan terlarang hingga melakukan seks bebas. Ironis memang, tetapi inilah kenyataan objektif dalam kehidupan dikalangan remaja. Tentu saja masalah ini tidak berdiri sendiri, tetapi banyak faktor yang menjadi penyebabnya, yang antara lain karena keluarga yang broken home, kurangnya pendidikan agama, miskinnya pendidikan akhlak, atau karena kesalahan memilih teman. Pembentukan budi pekerti yang baik adalah tujuan utama dalam pendidikan Islam. Karena dengan budi pekerti itulah tercermin pribadi yang mulia, sedangkan pribadi yang mulia itu adalah pribadi yang utama yang ingin dicapai dalam mendidik anak dalam keluarga. Namun sayangnya, tidak semua orang tua mampu melakukannya.
Oleh karena itu, pendidikan akhlak bagi remaja harus diberikan kepada para remaja agar mereka tidak salah melangkah dan mempunyai fondasi yang kuat dalam pemahaman mereka untuk meraih masa depan mereka dan bisa memberikan yang terbaik bagi agama dan Negara.
2. RUMUSAN MASALAH 1. Apa konsep dari pendidikan Akhlak ? 2. Apa konsep dari remaja itu ? 3. Bagaimana bentuk karakteristik remaja ? 4. Faktor apa saja yang mempengaruhi akhlak remaja? 5. Apa urgensi pendidikan akhlak bagi remaja ?
3. TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui konsep mengenai pendidikan Akhlak. 2. Untuk mengetahui konsep mengenai remaja. 3. Untuk menganalisa bentuk karakteristik remaja. 4. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak remaja. 5. Untuk menjelaskan urgensi pendidikan akhlak bagi remaja.
4. SISTEMATIKA PENULISAN Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah-masalah yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Adapun sistematika penulisan makalh ini meliputi tiga bab, yaitu : BAB I : Pendahuluan , akan membahas tentang latarbelakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, sistematika penulisan. BAB II : Urgensi Pendidikan Akhlak bagi Remaja, akan membahas tentang konsep pendidikan akhlak, konsep remaja, karakteristik masa remaja, factor yang mempengaruhi akhlak remaja, pengaruh pendidikan agama terhadap akhlak remaja, serta urgensi pendidikan akhlak bagi remaja. BAB III: Penutup, akan membahas mengenai simpulan dan saran.
BAB II URGENSI PENDIDIKAN AKHLAK BAGI REMAJA 1. Konsep Pendidikan Akhlak Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam,yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ini dapat memahami, menghayati,mengamalkan ajaran agama Islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akherat (Zakiyah Darajat, dkk, 1992: 86). Crow (dalam Supriyatno, 2001) mengatakan bahwa pendidikan diinterpretasikan dengan makna untuk mempertahankan individu dengan kebutuhan-kebutuhan yang senantiasa bertambah dan merupakan suatu harapan untuk dapat mengembangkan diri agar berhasil serta untuk memperluas, mengintensifkan ilmu pengetahuan dan memahami elemen- elemen yang ada disekitarnya. Pendidikan juga mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai akibat dari partisipasi individu dalam pengalaman-pengalaman dan belajar. Pendidikan merupakan pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sikapnya (Thompson, 1993). Sedangkan Darnelawati (1994) berpendapat bahwa pendidikan formal adalah pendidikan di sekolah yang berlangsung secara teratur dan bertingkat mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat. Tujuan pendidik adalah untuk memperkaya budi pekerti, pengetahuan dan untuk menyiapkan seseorang agar mampu dan trampil dalam suatu bidang pekerjaan tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya. Akhlak dapat ditafsirkan sebagai budi pekerti dan sifat-sifat mulia. Setiap orang seharusnya mempunyai akhlak atau sifat-sifat yang baik dan mulia karena dengan berbudi pekerti manusia akan dapat hidup dengan aman dan bahagia dan sudah semestinya kebahagiaan perlu dimiliki oleh semua orang kerana keadaan itu adalah fitrah manusia itu sendiri. Rangkaian di antara iman, ilmu, akhlak dan amal mestilah ada pada semua manusia karena keempat perkara tersebutsaling berkaitan di antara satu sama lain. Akhlak amat penting kerana Rasulullah s.a.w. sendiri telah diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Hal ini telah dinyatakan dalam sabda Rasulullah s.a.w. yang artinya: "Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (Riwayat Bukhari). Berdasarkan hal ini, jelaslah bahwa ketinggian ilmu tidak memadai kerana terdapat ramai orang yang berilmu tetapi akhlaknya rendah. Begitu juga dengan iman dan amal. Keempat- empat perkara ini mesti digabungkan dan hendaklah mempunyai nilai kualiti yang tinggi. Akhlak merupakan salah satu ajaran asas agama Islam sehingga Rasulullah s.a.w. pernah mendefinisikan agama itu dengan akhlak yang baik. Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan hasil daripada ibadah kepada Allah S.W.T. seperti solat, puasa, zakat dan haji. Hal ini dijelaskan dalam al-Quran seperti berikut: Firman Allah S.W.T.:
Artinya : Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Surat Al- Ankabut :45) Peranan akhlak dalam menentukan pribadi seseorang tidak boleh diragukan lagi. Proses pembentukannya adalah selaras dengan perkembangan jiwa seseorang itu. Untuk membentuk akhlak yang baik memang sulit tetapi setiap Muslim itu seharusnya berusaha ke arah membentuk kesempurnaan akhlak seperti yang dituntut oleh agama Islam. Sedangkan Akhlak menurut Muhammad bin Ilaan Ash-Shadieqy (1971: 76) adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa. Dari jiwa itu timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah(tanpa ada dorongan dari orang lain). Al-Qurthuby (1913) berpendapat bahwa akhlak adalah Suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab kesopanannya disebut akhlak, karena perbuatan itu termasuk bagian dari kejadiannya. Dari konsep kedua kata di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman lebih tinggi mengenai adab kesopanan dalam perbuatan yang dilakukan.
2. Konsep Remaja Sebenarnya masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak- kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa. Anak-anak jelas kedudukannya, yaitu yang belum dapat hidup sendiri, belum matang dari segala segi, tubuh masih kecil, organ- organ belum dapat menjalankan fungsinya secara sempurna, kecerdassan, emosi dan hubungan sosial belum selesai pertumbuhannya. Hidupnya masih bergantung pada orang dewasa, belum dapat diberi tanggng jawab atas segala hal. Dan mereka menerima kedudukan seperti itu. Karena itulah maka ahli-ahli jiwa tidak mempunyai kata sepakat tentang betapa panjangnya masa remaja tersebut, maka mereka hanya sepakat dalam penentuan permulaan masa remaja, yaitu dengan dimulainya kegoncangan, yang ditandai dengan datangnya Haid (menstruasi) pertama bagi wanita, dan Mimpi pada pria.kejadian yang menentukan ini tidak sama antara satu anak dengan anak yang lainnya, ada yang dimulai pada umur 12 Tahun, tapi ada pula yang baru berumur 11 Tahun. Tapi secara rata-rata terjadi pada umur 13 Tahun sebagai permulaan masa remaja (Adolesen) sedangkan akhir masa remaja itu, bermacam-macam seperti yang kita terangkan diatas , ahli-ahli tidak sepakat dalam hal ini. Ada yang mengatakan berumur 15 tahun, ada pula yang mengatakan berumur 18 tahun, bahkan dalam bidang kemantapan beragama umur itu oleh ahli jiwa di perpanjang lagi sampai 24 atau 25 tahun. Batas-batas umur yang bermacam-macam itu baik yang berumur 15, 18, 21, maupun 25 tahun adalah wajar dan cocok bagi masing-masing masyarakat,sesuai dengan nilai dan ukurannya sendiri. Kendatipun bermacam-macam umur yang di tentukan sebagai batas yang menentukan masa remaja, namun pada umumnya para ahli mengambil patokan antara 13-21 tahun adalah umur remaja. Sedang yang khususnya mengenai perkembangan jiwa agama dapat diperpanjang menjadi 13-24 tahun. Masa remaja adalah masa penuh masa kegoncangan jiwa, berada dalam masa peralihan diatas jembatan goyang, yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh keberuntungan, dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri. Kendatipun masa remaja itu tidak ada batas umur yang tegas, yang apat ditujukan, namun dapat kita kira-kirakan dan perhitungkan sesuai dengan masyarakat lingkugan remaja itu sendiri. Kendtipun besar ataupun kecil kegoncangan yang dialami oleh remaja-remaja dari berbagai tingkat masyarakat, namun dapat dipastikan bahwa kegoncangan remaja itu ada terjadi. Dalam kondisi jiwa yang demikian, agama mempunyai peranan penting dalam kehidupan remaja. Memang, kadang-kadang kita melihat keyakinan remaja terombang ambing, tidak tetap, bahkan kadang-kadang berubah, sesuai dengan perubahan perasaan yang dilaluinya. Suatu hal yang tidak bisa disangkal, adalah bahwa remaja-remaja itu secara potensial telah beragama. Masa remaja sebagai periode perkembangan yang paling penting bagi individu pada kenyataannya merupakan suatu periode yang sarat dengan perubahan dan rentan munculnya masalah. Meskipun demikian adanya pemahaman yang baik serta penanganan yang tepat terhadap remaja merupakan faktor penting bagi keberhasilan remaja di kehidupan selanjutnya, mengingat masa ini merupakan masa yang paling menentukan. Selain itu perlu adanya kerjasama dari remaja itu sendiri, orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang terkait agar perkembangan remaja di bidang pendidikan terutama pendidikan akhlak dan bidang-bidang lainnya dapat dilalui secara terarah, sehat dan bahagia.
3. Karakteristik Masa Remaja Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini memiliki karakterisitik yang khas jika dibanding dengan periode-periode perkembangan lainnya. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut: a. Masa remaja adalah periode yang penting Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki dampak langsung dan dampak jangka panjang dari apa yang terjadi pada masa ini. Selain itu, periode ini pun memiliki dampak penting terhadap perkembangan fisik dan psikologis individu, dimana terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang cepat dan penting. Kondisi inilah yang menuntut individu untuk bisa meynesuaikan diri secara mental dan melihat pentingnya menetapkan suatu sikap, nilai-nilai dan minat yang baru.
b. Masa remaja adalah masa peralihan Periode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifat-sifat kekanakkanakannya dan harus mempelajari pola-pola perilaku dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan meninggalkan pola-pola perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam periode ini, seringkali seseorang merasa bingung dan tidak jelas menangani peran yang dituntut oleh lingkungan. Misalnya, pada saat individu menampilkan perilaku anak-anak maka mereka akan diminta untuk berperilaku sesuai dengan usianya, namun pada kebalikannya jika individu mencoba untuk berperilaku seperti orang dewasa sering dikatakan bahwa mereka berperilaku terlalu dewasa untuk usianya.
c. Masa remaja adalah periode perubahan Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat, perubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat. Terdapat lima karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini yaitu, (1) peningkatan emosionalitas, (2) perubahan cepat yang menyertai kematangan seksual, (3) perubahan tubuh, minat dan peran yang dituntut oleh lingkungan yang menimbulkan masalah baru, (4) karena perubahan minat dan pola perilaku maka terjadi pula perubahan nilai, dan (5) kebanyakan remaja merasa ambivalent terhadap perubahan yang terjadi. d. Masa remaja adalah usia bermasalah Pada periode ini membawa masalah yang sulit untuk ditangani baik bagi anak laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan oleh dua lasan yaitu : pertama,pada saat anak-anak paling tidak sebagian masalah diselesaikan oleh orang tua atau guru, sedangkan sekarang individu dituntut untuk bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Kedua, karena mereka dituntut untuk mandiri maka seringkali menolak untuk dibantu oleh orang tua atau guru, sehingga menimbulkan kegagalan-kegagalan dalam menyelesaikan persoalan tersebut. e. Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri Pada periode ini, konformitas terhadap kelompok sebaya memiliki peran penting bagi remaja. Mereka mencoba mencari identitas diri dengan berpakaian, berbicara dan berperilaku sebisa mungkin sama dengan kelompoknya. Salah satu cara remaja untuk meyakinkan dirinya yaitu dengan menggunakan simbol status,seperti mobil, pakaian dan benda-benda lainnya yang dapat dilihat oleh orang lain. f. Masa remaja adalah usia yang ditakutkan Masa remaja ini seringkali ditakuti oleh individu itu sendiri dan lingkungan.Gambaran- gambaran negatif yang ada dibenak masyarakat mengenai perilaku remaja mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan remaja. Hal ini membuat para remaja itu sendiri merasa takut untuk menjalankan perannya dan enggan meminta bantuan orang tua atau pun guru untuk memecahkan masalahnya.
g. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis Remaja memiliki kecenderungan untuk melihat hidup secara kurang realistis,mereka memandang dirinya dan orang lain sebagaimana mereka inginkan dan bukannya sebagiai dia sendiri. Hal ini terutama terlihat pada aspirasinya, aspiriasi yang tidak realitis ini tidak sekedar untuk dirinya sendiri namun bagi keluarga,teman. Semakin tidak realistis aspirasi mereka maka akan semakin marah dan kecewa apabila aspirasi tersebut tidak dapat mereka capai. h. Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap dewasa secara hukum,mereka merasa cemas dengan stereotype remaja dan menciptakan impresi bahwa mereka mendekati dewasa. Mereka merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang dewasa sringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan status orang dewasa seperti merokok, minum, menggunakan obat-obatan bahkan melakukan hubungan seksual.
4. Faktor yang mempengaruhi Akhlak Remaja 1. Faktor Keluarga Keluarga merupakan kunci utama dari pembentukan akhlak remaja. Menurut Zuhairini dkk (1995: 182) bahwa pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama, tempat anak didik pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tua atau anggota keluarga lainnya. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang masih muda, karena pada usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidikan (orang tua dan anggota lain). 2. Kurangnya pendidikan dan pemahaman terhadap ajaran agama. Sebagai model seharusnya orang tua memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga. Sikap dan perilaku orang tua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Oleh karena itu Islam mengajarkan kepada orang tua agar selalu mengajarkan sesuatu yang baik-baik saja kepada anak mereka. Salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Abdur Razzaq Said bin Mansur yang terdapat dalam buku Abdullah Nasikh Ulwani (1999: 186) Pembentukan budi pekerti yang baik adalah tujuan utama dalam pendidikan Islam. Karena dengan budi pekerti itulah tercermin pribadi yang mulia, sedangkan pribadi yang mulia itu adalah pribadi yang utama yang ingin dicapai dalam mendidik anak dalam keluarga. Namun sayangnya, tidak semua orang tua mampu melakukannya. Buktinya dalam kehidupan di masyarakat sering ditemukan anak-anak nakal dengan sikap dan perilaku yang tidak hanya terlibat dalam perkelahian, tetapi juga terlibat dalam pergaulan bebas,perjudian, pencurian, narkoba, dan sebagainya. 3. Faktor Lingkungan Sekitar Lingkungan sekitar tempat remaja tumbuh dan menyerap segala bentuk aktifitas yang dilakukan. Apabila lingkungan tempat tumbuh itu sudah tercemar oleh hal-hal negatif yang bisa merusak akhlak remaja, maka tentu akhlak remaja tersebut tidak akan menjadibaik karena pengaruh dari lingkungan sekitarnya. 4. Faktor Teman Sebaya. Manusia dikenal dengan siapa dia bergaul atau berteman.Maka teman sebaya adalah cermin dari diri kita sendiri.Remaja akan mudah dipengaruhi oleh teman sebaya, karena yang sering mereka temui dalam kegiatan sehari-hari adalah teman sebaya. Selain itu, teman sebaya merupakan tempat para remaja berkeluh kesah (curhat), saling berbagi pengalaman 5. Faktor Media Massa atau tekhnologi. Dewasa ini tekhnologi menjadi tren atau sebuah mode,orang yang tidak mengenal tekhnologi dianggap gaptek. Dan tekhnologi ini juga sangatberpengaruh terhadap akhlak remaja. 5. Pengaruh Pendidikan Agama Terhadap Akhlak Dalam Pendidikan Agama Islam, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk mengembangkan intelektualitas dalam arti bukan hanya meningkatkan kecerdasan saja, melainkan juga mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia, yang mencakup aspek keimanan, moral atau mental, prilaku dan sebagainya. Pembinaan kepribadian atau jiwa utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh lingkungan khususnya pendidikan. Sasaran yang ditempuh atau dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak yang mulia dan tingkat kemulian akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimanan. Dalam pembentukan akhlak siswa, hendaknya setiap guru menyadari bahwa dalam pembentukan akhlak sangat diperlukan pembinaan dan latihan-latihan akhlak pada siswa bukan hanya diajarkan secara teoritis, tetapi harus diajarkan ke arah kehidupan praktis. Agama sebagai unsur esensi dalam kepribadian manusia dapat member peranan positif dalam perjalanan kehidupan manusia, selain kebenarannya masih dapat diyakini secara mutlak. Dalam hal pembentukan akhlak remaja, pendidikan agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupannya. Pendidikan agama berperan sebagai pengendali tingkah laku atau perbuatan yang terlahir dari sebuah keinginan yang berdaran emosi. Jika ajaran agama sudah terbiasa dijadikannya sebagai pedoman dalam kehidupannya sehari-hari dan sudah ditanamkannya sejak kecil, maka tingkah lakunya akan lebih terkendali dalam menghadapi segala keinginankeinginannya yang timbul. 6. Urgensi Pendidikan Akhlak Bagi Remaja Urgensi dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki keutamaan (al-fadhilah). Berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat, keadaan, pelajaran, aktifitas, merupakan sarana pendidikan akhlak. Dan setiap pendidik harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak di atas segala-galanya. Barmawie Umary dalam bukunya materi akhlak menyebutkan bahwa tujuan berakhlak adalah hubungan umat Islam dengan Allah SWT dan sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis. Sedangkan Omar M. M.Al-Toumy Al-syaibany, tujuan akhlak adalah menciptakan kebahagian dunia dan akhirat, kesempurnaan bagi individu dan menciptakan kebahagian, kemajuan, kekuataan dan keteguhan bagi masyarakat. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan akhlak pada prisnsipnya adalah untuk mencapai kebahagian dan keharmonisan dalam berhubungan dengan Allah SWT, di samping berhubungan dengan sesama makhluk dan juga alam sekitar, hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna serta lebih dari makhluk lainnya. Pendidikan agama berkaitan erat dengan pendidikan akhlak, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Sebab yang baik adalah yang dianggap baik oleh agama dan yang buruk adalah apa yang dianggap buruk oleh agama. Sehingga nilai-nilai akhlak, keutamaan akhlak dalam masyarakat Islam adalah akhlak dan keutamaan yang diajarkan oleh agama. BAB III PENUTUP A. SIMPULAN 1. Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya. Akhlak dapat ditafsirkan sebagai budi pekerti dan sifat-sifat mulia. Setiap orang seharusnya mempunyai akhlak atau sifat-sifat yang baik dan mulia karena dengan berbudi pekerti manusia akan dapat hidup dengan aman dan bahagia dan sudah semestinya kebahagiaan perlu dimiliki oleh semua orang kerana keadaan itu adalah fitrah manusia itu sendiri. Rangkaian di antara iman, ilmu, akhlak dan amal mestilah ada pada semua manusia karena keempat-empat perkara tersebut saling berkaitan di antara satu sama lain. Dari konsep kedua kata di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman lebih tinggi mengenai adab kesopanan dalam perbuatan yang dilakukan. 2. Konsep Remaja Masa remaja sebagai periode perkembangan yang paling penting bagi individu pada kenyataannya merupakan suatu periode yang sarat dengan perubahan dan rentan munculnya masalah. Meskipun demikian adanya pemahaman yang baik serta penanganan yang tepat terhadap remaja merupakan faktor penting bagi keberhasilan remaja di kehidupan selanjutnya, mengingat masa ini merupakan masa yang paling menentukan. Selain itu perlu adanya kerjasama dari remaja itu sendiri, orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang terkait agar perkembangan remaja di bidang pendidikan terutama pendidikan akhlak dan bidang-bidang lainnya dapat dilalui secara terarah, sehat dan bahagia. 3. Karakteristik Masa Remaja a. Masa remaja adalah periode yang penting b. Masa remaja adalah masa peralihan c. Masa remaja adalah periode perubahan d. Masa remaja adalah usia bermasalah e. Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri f. Masa remaja adalah usia yang ditakutkan g. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis h. Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa 4. Faktor yang mempengaruhi akhlak remaja 1. Faktor Keluarga 2. Kurangnya pendidikan dan pemahaman terhadap ajaran agama 3. Faktor Lingkungan Sekitar 4. Faktor Teman Sebaya 5. Faktor Media Massa atau tekhnologi 5. Pengaruh Pendidikan Agama terhadap Akhlak Remaja Dalam hal pembentukan akhlak remaja, pendidikan agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupannya. Pendidikan agama berperan sebagai pengendali tingkah laku atau perbuatan yang terlahir dari sebuah keinginan yang berdaran emosi. Jika ajaran agama sudah terbiasa dijadikannya sebagai pedoman dalam kehidupannya sehari-hari dan sudah ditanamkannya sejak kecil, maka tingkah lakunya akan lebih terkendali dalam menghadapi segala keinginankeinginannya yang timbul. 6. Urgensi Pendidikan Akhlak bagi Remaja Urgensi dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki keutamaan (al-fadhilah). Berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat, keadaan, pelajaran, aktifitas, merupakan sarana pendidikan akhlak. Dan setiap pendidik harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak di atas segala-galanya. B. SARAN Pembahasan pendidikan akhlak remaja dalam makalah yang kami susun memang terbatas. Oleh karena itu, pembaca hendaknya mecari referensi yang lain untuk melengkapi informasi tentang urgensi pendidikan akhlak bagi remaja. Dan kami pun senantiasa menunggu saran dari para pembaca, khususnya dosen mata kuliah TPKI yang tujuannya tiada lain untuk perbaikan penyusunan makalah selanjutnya yang lebih baik. Jumat, 08 Januari 2010 KENAKALAN REMAJA BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kenakalah remaja adalah salah satu problem yang senantiasa selalu muncul di tengah- tengah masyarakat. Masalah tersebut hidup, berkembang dan membawa akibat tersendiri sepanjang masa. Keadaan masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar sekarang ini sudah sangat mengkhawatirkan. Kejujuran atau kebenaran, keadilan dan keberanian untuk mengakui suatu kebenaran telah banyak dikalahkan oleh penyelewengan-penyelewengan baik yang terlihat ringan maupun berat. Belakang ini banyak didengar keluhan-keluhan orang tua pendidik dan orang-orang yang berkecimpung di bidang agama, sosial, bahwa anak-anak remaja terutama yang sedang berumur belasan tahun dan mulai menginjak usia remaja banyak yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, senang berbuat keonaran (tawuran), maksiat dan hal-hal yang mengganggu ketertiban umum. Kenakalan-kenakalan atau kerusakan-kerusakan moril atau akhlak-akhlak tersebut tidak hanya menggelisahkan dirinya sendiri. Salah satu factor penyebab terjadinya kemerosotan moral atau akhlak masyarakat, khususnya di kalangan remaja adalah tidak tertanamnya nilai-nilai ajaran agama dalam segala perilaku kehidupannya. Internalisasi nilai-nilai anak pada kahikatnya tidak dapat berlangsung dengan sendirinya. Proses internailsasi tersebut memiliki media baku yang tidak dapat dikesampingkan. Oleh keberadaan makalah ini mudah-mudahan dapat menjadi sumbangsih dalam memperkaya pengetahuan kita.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, untuk memudahkan dalam penyusunan makalah ini, penulis menyusun beberapa pertanyaan yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana strategi penganggulangan kenakalan remaja ? 2. Sejauh mana pengaruh lingkungan terhadap remaja ? 3. Bagaimana upaya penanggulangan kenakalan remaja dalam persfektif Islam ?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penyusunan makalah ini antara lain : 1. Untuk mengetahui strategi penanggulangan kenakalan remaja 2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap remaja 3. Untuk mengetahui upaya penanggulangan kenakalan remaja dalam perspektif Islam.
D. Manfaat Penelitian Karya ilmiah ini bermanfaat sebagai : 1. Langkah nyata sebagai masyarakat berbudaya dan beragama Islam dalam mencegah kenakalan remaja dengan menggunakan perspektif Islam. 2. Bahan kajian untuk semua orang, agar kita selalu mengontrol terhadap semua tingkah laku yang dilakukan oleh para remaja di lingkungan. 3. Sumber pendidikan bahwa para remaja masih rentan dalam pergaulannya dan memerlukan perhatian, terutama dari keluargannya.
BAB II KAJIAN TEORI
Pada Bab II akan dijelaskan mengenai, Eksistensi Remaja menurut Islam, Islam dan Kehidupan Sosial, dan Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Kenakalan Remaja.
A. Eksistensi Remaja Menurut Islam Manusia adalah makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang. Manusia mengalami perumbuhan dari mulai dikandung, dilahirkan kemudian tumbuh dan terus tumbuh sampai akhirnya menjadi lemah dan meninggal. Tahapan-tahapan perumbuhan tersebut itu dikelompokkan kepada pase-pase tertentu yaitu : masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa dan tua. Masa remaja adalah masa yang penuh kontradiksi. Sebagian orang mengatakan masa remaja adalah masa energik, heroic, dinamis, kritis dan masa yang paling indah, tetapi ada pula yang menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa badai dan topan, masa rawan dan masa nyentrik. Pengertian remaja menurut Zakiyah Daradjat (1975:35), remaja adalah suatu remaja dari umur manusia yang paling banyak mengalami perubahan, sehingga membawanya pindah dari masa anak-anak menuju kepada dewasa. Biasanya terjadi pada umur 13-14 tahun. Demikian pula menurut Yodho Purwoko, bahwa : remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahapan ini merupakan tahap yang kritis, karena merupakan tahap transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini gejolak darah mudanya sedang bangkit, keinginan untuk mencari jati diri dan mendapatkan pengakuan dari keluarganya serta lingkungan sedang tinggi-tingginya (Yudho Purwoko, 2001:7). Dari pengertian di atas maka dapat dianalisa bahwa remaja adalah masa peralihan dari usia anak menuju usia dewasa atau sering dikatakan masa puberitas. Masa remaja menurut kesepakatan para ahli berlangsung antara 13-21 tahun. Remaja merupakan generasi penerus, remaja yang akan melanjutkan dan akan menggantikan generasi tua dalam kehidupan ini. Mereka dituntut untuk memiliki pengetahuan, baik pengetahuan umum maupun pengetahuan agama. Dalam kehidupan masyarakat, remaja merupakan cikal bakal penerus bangsa ini, karena itu remaja dituntut berpendidikan dan mempunyai wawasan yang luas dalam berbagai bidang. Sejarah membuktikan bahwa berdirinya republik ini adalah hasil jerih payah perjuangan, dirintis dan dipelopori oleh sebagian besar pemuda pada waktu itu. Salah satunya dalah upaya para pemuda Indonesia untuk bersatu tanpa membedakan agama, ras dan suku bangsa untuk memerdekakan negeri ini yaitu dengan adanya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Remaja hendaknya menjadi seorang yang beriman, kuat, yang dapat memecahkan berbagai problem yang dihadapinya. Remaja yang kuat jasmani dan rohaninya dalam menghadapi berbagai macam persoalan hidup, akan menjadi orang yang selalu berguna bagi agama, nusa dan bangsanya. Remaja yang hanya membangga-banggakan atau menonjol-nonjolkan orang tuanya. Apalagi dirinya sendiri penuh dengan problem yang tidak bisa diatasinya, bahkan menjadi remaja yang nakal, maka remaja yang seperti inilah yang dikhawatirkan mereka itu tidak bisa melanjutkan perjuangan dan pembangunan masyarakat dan bangsanya. Dan dikhawatirkan pula mereka itu menjadi pengacau dan perusak bagi masyarakat nusa dan bangsanya. Inilah yang menjadi kekhawatiran para pemimpin, para tokoh masyarakat, ulama kyai, ustadz dan kalangan lainnya.
B. Islam dan Kehidupan Sosial Menurut sistem sosial dalam Islam terdapat beberapa prinsif yang harus disadari agar setiap orang dapat menyelenggarakan hubungan kemanusiaan dalam masyarakat. Salah satu prinsif yang harus disadari tersebut adalah kehormatan manusia. Menurut H. Ahmad Basyir (1991:105), mengatakan bahwa pergaulan antar manusia harus selalu memperhatikan nilai kehormatan manusia, manusia berkehormatan berarti manusia berharga diri. Manusia akan merasa tersinggung harga dirinya jika menghadapi perlakuan yang tidak sesuai dengan kehormatannya. Dari hal di atas diperoleh satu pedoman bahwa dalam pelaksanaan hidup bermasyarakat, masing-masing orang harus mampu menjaga kehormatan orang lain. Setiap orang tertentu menginginkan agar dirinya diperlakukan secara manusiawi dan hal ini juga bisa terwujud jika dia bersifat manusiawi terhadap orang lain. Tujuan ajaran Islam cara berkelompok kemasyarakatan adalah dapat terwujudnya ukhuwah islamiyah yang erat dan kehidupan sosial yang kokoh. Sedangkan secara perorangan, manusia ialah makhluk yang memiliki kecenderungan hawa nafsu dalam hal ini manusia mempunyai keinginan terhadap lawan jenis, kekayaan, jabatan, sebagai perhiasan dunia. Kecenderungan-kecenderungan tersebut pada akhirnya akan menimbulkan berbagai problem sosial, antara lain perkosaan dan perjinahan, pencurian dan penipuan, serta pembunuhan. Kecenderungan-kecenderungan hawa nafsu yang menimbulkan problem sosial tidak hanya dilakukan oleh kelompok-kelompok dzolim tertentu, akan tetapi terjadi di seluruh lapisan masyarakat baik dalam hal tingkatan sosial, ekonomi, pangkat, derajat keturunan dan batasan usia. Dalam menuruti kecenderungan hawa nafsu, kelompok remaja ikut berperan. Dewasa ini kenakalan remaja bukan hanya menjadi problem remaja semata, akan tetapi telah mengancam prinsif-prinsif Syariat Islamiyah ; yang berarti pula memutus hubungan Ukhuwah- Islamiyah dan melemahkan ikatan jamaah Islam yang kokoh.
C. Faktor-faktor yang dapat Mempengaruhi Kenakalan Remaja Usia remaja adalah usia yang penuh keriangan, tawa dan canda menjadi miliknya. Dunia bersemi dan gumpalan psikologis pancaroba, menjadi ciri khasnya. Pemaksaan terhadap remaja berarti petaka bagi kehidupan, penyair Khalil Gibran, menasehati Jangan kau bentuk pikirannya, secara maknawi dunia remaja berdahapan langsung dengan sebuah kemapanan yang angkuh. Memang mereka diharapkan menjadi pewaris masa depan. Cuma dalam sambung rasa, nyaris tidak pernah menyentuh asporasi kaum remaja. Lantas, mereka mencari seluruhnya sendiri. Celakanya dunia yang semakin global ini, menjanjikan sebuah fenomena cultural yang konon hasil rekayasa moderenisasi yang merangsang sahwat serta menjadikan hidup konsumtif dan hiburan yang menggairahkan. Lalu remaja yang tak mendapat suasana Home Sweet Home atau Broken Home , berkiprah dalam duniannya sendiri, terlepas dari kontektual nilai-nilai yang berlaku umum kita menyebutnya dengan Kenakalan remaja. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kenakalan remaja adalah : 1. Keadaan keluarga Sebagian besar remaja dibesarkan oleh keluarga, disampig kenyataan menunjukkan bahwa di dalam keluarga remaja mendapat kasih sayang. Pendidikan dan perbuatan yang pertama kali merupakan lingkungan. Terdekat di dalam mendidik anak dengan demikian berarti seluk beluk kehidupan keluarga memiliki pengaruh yang paling mendasar dalam perkembangan anak. Pihak orang tua dan lingkungan keluarga sebagai faktor utama dan pertama adalah unit sosial terkecil harus mampu memberikan pondasi primer bagi perkembangan anak remaja sedang lingkungan sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa terhadap perkembangan anak. Karena itu baik buruknya struktur keluarga dan masyarakat cukup memberikan pengaruh terhadap baik dan buruknya perkembangan kepribadian si anak. Begitu juga mereka juga melihat tetangga, saudara-saudaranya hidup dalam pengangguran dan ketidakpastian setelah selesai belajar. Hal ini juga menghantui jiwa dan pikiran mereka. Sementara itu tempat-tempat hiburan yang menggiurkan serta film video import maupun lokal yang merangsang yang menjurus kekerasan, juga tempat-tempat keramaian (pertokoan, swalayan) yang mereangsang untuk hidup konsumtif (terutama kota metropolitan) membuat remaja menjadi consumer tingkat dunia, tetapi lumpuh dalam segi kreatifitas dan produktifitas. Padahal ekonomi minim, kontrol iman yang lemah, rasa gengsi yang tinggi. Akibatnya mereka berbuat jalan apa saja atau menghalalkan berbagai cara yang penting kebutuhan semua itu tercapai. 2. Keadaan sekolah Proses interaksi di sekolah dalam kenyataan bukan hanya memiliki aspek sosiologis yang positif akan tetapi juga membawa akibat lain yang menjadikan anak bersikap negative selain itu sering terjadi perlakuan kurang yang mencerminkan ketidak adilan seperti sanksi-sanksi yang sama sekali tidak menunjang tercapainya pendidikan atau tidak langsung terdapa anak, sehingga dapat menimbulkan kenakalan temaja. 3. Keadaan Masyarakat Perubahan-perubahan masyarakat yang berlangsung secara cepat dan ditandai dengan peristiwa-peristiwa yang menegangkan seperti persaingan di bidang perekonomian, pasilitas rekreasi yang berpariasi. Pada garis besarnya memiliki korelasi relefan dengan adanya kejahatan pada umumnya, termasuk di dalamnya kenakalan remaja, lingkungan yang sehat, tentram dan damai akan membawa pada dampak positif bagi anggota masyarakat. Semakin banyak pengalaman remaja dalam hidup ini, semakin bertambah kesadarannya terhadap problema sosial ekonomi dan politik. Pandangannya terhadap masalah-masalah masyarakat berubah dari pandangan subjektif menjadi objektif dan kemanusiaan. Mula- mula ia merasakan tanggung jawab terhadap kelompoknya, kemudia meluas kepada masyarakat yang lebih luas lagi. Kadang-kadang remaja merasa bahwa problema orang lain, seolah-olah problemanya sendiri sehingga ia berusaha untuk memberikan pertolongan. Kadang-kadang ia membantu orang lain secara aktif, lebih-lebih lagi apabila ia merasa, bahwa penderitaan yang dialami oleh masyarakat itu, adalah atas tanggung jawab peraturan yang berlaku dalam Negara. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah metode studi pustaka. Yang pelaksanaan penyusunannya melalui pengkajian buku-buku pustaka yang mempunyai keterkaitan dengan masalah yang dibahas, sehingga diharapkan data atau keterangan yang terkumpul akurat dan menyakinkan sebagai bahan penulisan. Penulis juga menjadikan Desa Kadipaten tempat tinggal penulis sebagai tempat diadakannya penelitian dengan alasan supaya lebih mudah. BAB IV PEMBAHASAN
Pada Bab IV akan dijelaskan mengenai, Strategi Penanggulangan Kenakalan Remaja, Pengaruh Lingkungan Terhadap Kenakalan Remaja, dan Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja dalam Persfektif Islam di Desa Kadiapten Kecamatan Kadipaten.
A. Srtategi Penanggulangan Kenakalan Remaja Masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Remaja mempunyai keinginan yang besar untuk mencoba sesuatu yang baru. Keinginan tersebut kurang diperhitungkan untung ruginya atau dampak positif dan negatifnya. Dengan demikian kehidupan remaja sangat penting dan strategis karena dapat menentukan kemajuan bangsa dan Negara. Hal ini terjadi seiring dengan angan-angannya yang tinggi. Sementara emosinya belum stabil, mudah terpengaruh oleh hal-hal yang sepele atau yang menarik bagi dirinya. Remaja merupakan harapan bangsa dan Negara, cerah mendungnya suatu bangsa dan Negara tergantung kepada remaja saat ini. Kehidupan remaja merupakan masa yang paling indah, pada masa remaja ini dapat merasakan manisnya kehidupan kebenaran menjalani kehidupan dimulai pada masa remaja mereka bebas memilih teman yang disenangni, menentukan hoby atau remaja bebas menentukan gaya hidupnya sendiri. Perilaku menyimpang sebagian remaja dan pemuda kita dewasa ini sering semata dipikulkan pada lembaga pendidikan formal. Dalam keluarga menunjukkan hasil yang baik, maka diprediksikan mereka akan membawa warna baik pada pranata barunya. Karenanya, ketika kita menghadapi masalah kenakalan remaja, maka kita selayaknya mengadakan Retrospeksi terhadap peran keluarga dalam Mencetak watak anak yang berbudi mulia. Untuk selanjutnya mencarikan solusi yang tepat guna mencegah munculnya wabah penyimpangan remaja yang kian hebat. Dalam menyampaikan ajaran dan nilai-nilai kepada remaja perlu keterlibatan semua pihak. Baik itu guru, orang uta, pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Hal ini penting dilakukan karena remaja hidup dan berkembang dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sekitarnya. Dalam prakteknya, remaja membutuhkan idola panutan, teladan atau contoh konkrit dalam berperilaku. Ini penting mengingat remaja belum mempunyai kriteria dan indicator yang jelas. Bagaimana seharusnya berbuat, sehingga yang dilakukan relative lebih banyak bersifat coba-coba. Selain dalam pendidikan formal dan pendidikan agama lebih leluasa diberikan dalam pondok pesantren. Dalam pondok pesantren tumbuh suasana dan lingkungan hidup yang religius. Dengan lingkungan yang religius diharapkan dapat mempertebal keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Setelah keluar dari pondok pesantren, remaja berkembang sebagai tokoh agama yang handal di masa depannya.
B. Pengaruh Lingkungan Terhadap Kenakalan Remaja. Para remaja tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang berhubungan dengan pribadi mereka saja, akan tetapi juga yang menyangkut dengan keadaan lingkungan mereka. Mereka merasa tidak senang melihat tata tertib yang ada di lingkungan kurang baik, mereka pasti gelisah melihat kotor dan rusaknya jalan-jalan di tempat mereka tinggal tersebut. Hal ini adalah akibat bertumbuhnya perhatian dan sikap sosial pada mereka sendiri. Kepribadian seseorang dapat terbentuk dalam kelompok. Mereka adalah orang tua dan anggota keluarga lainnya. Semakin besar si anak, semakin bertambah kebutuhannya untuk menggabung kepada kelompok yang berada di luar keluarganya. Yaitu kelompok anak-anak lain, supaya dia dapat memenuhi keinginannya untuk bermain. Bermain dengan orang dewasa dalam keluarga, lingkungan, orang-orang itu akan bertambah luasnya pergaulan itu, mulailah muncul persoalan-persoalan akibat perbedaan pembinaan kepribadian kelompok itu dan berlainannya tingkat budaya ekonomi dan sosial masing-masingnya. Maka problema ini, mungkin menggelisahkan remaja, karena ia menghambat keinginan remaja. Untuk memperkuat hubungan dengan anggota kelompok itu, terutama dalam periode umur ini, remaja cenderung untuk menjauh dari rumah dan ingin terlepas dari campur tangan orang tua dan orang dewasa lainnya dalam lingkungan keluarga. Pengaruh lingkungan terhadap seorang remaja bisa saja bersifat khusus yang merupaka sebuah faktor extern akibat dari lingkungan orang tua atau keluarga seorang remaja mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang negatif kemudian kurang dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan, pemenuhan kebutuhan pokok yang tak seimbang dengan keinginan anak, rasa cinta kasih sayang yang tidak merata terhadap anak. Kesibukan orang tua sehingga anaknya tak terbina, kehendaknya tidak dipenuhi dan kurang disalurkan secara wajar, kurang diberikan rasa bertanggung jawab. Disamping pembinaan orang tua di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat pun memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembinaan memiliki konstribusi yang sangat besar berada di lingkungan masyarakat.
C. Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja dalam Perspektif Islam Ditinjau dari nilai-nilai luhur di dalam Islam yang menyolok antara berabgai aliran filsafat terdapat dalam pembentukan konsep nilai yang paling pundamental, yakni : kebaikan yang paling utama dalam kewajiban seseorang ialah mencari kesenangan sebagai tujuan hidupnya. Menurut Hedoniusme yang dipandang sebagai perbuatan baik adalah perbuatan-perbuatan yang mendatangkan kelejatan atau rasa nikmat. Aliran Hedonisme terbagi menjadi dua cabang : Hedonisme Egoistik dan Hedonisme Universalistik. Hedonisme Egoistik menilai sesuatu yang baik adalah perbuatan yang bertujuan untuk mendatangkan kelejatan atau kesenangan terbesar terhadap diri sendiri secara individual. Sedangkan yang dimaksud Hedonisme Universalistik menilai sesuatu yang baik adalah hal-hal yang bertujuan untuk mewujudkan kelejatan atau kesenangan umum terbesar. Banyak hal yang dapat dilakukan dalam rangka usaha penanggulangan kenakalan remaja baik oleh orang tua, masyarakat, guru dan pemerintah. Tindakan penanggulangan kenakalan remaja itu antara lain sebagai berikut : 1. Tindakan preventif (pencegahan) yang dilakukan, antara lain : a. Peningkatan kesejahteraan keluarga b. Perbaikan dalam lingkungan. c. Mendirikan klinik bimbingan psikologis dan edukatif untuk memperbaiki tingkah laku para remaja. d. Menyediakan tempat rekreasi yang sehat bagi remaja. e. Membentuk badan kesehatan pada anak remaja. f. Mendirikan sekolah bagi anak gembel (miskin). g. Mengadakan pengadilan anak remaja. h. Menyusun undang-undang khusus untuk pelanggaran yang dilakukan para remaja. 2. Tindakan hukuman bagi anak remaja, Delinkuen (jahat) Menghukum mereka sesuai dengan perbuatannya, sehingga dianggap adil dan bisa menggugah berfungsinya hati nuraninya sendiri untuk hidup susila dan mandiri. 3. Tindakan Kuratif (penyembuhan) bagi usaha penyembuhan anak delinekuen diantaranya : a. Menghilangkan sebab musabab timbulnya kejahatan remaja, baik yang bersifat pribadi, famili, sosial ekonomis dan cultural. b. Melakukan perubahan lingkungan dan memberikan fasilitas yang diperlukan bagi perkembangan jasmani dan rohani yang sehat bagi para remaja. c. Memindahkan anak-anak nakal ke sekolah atau ke tengah lingkungan yang baik. d. Memberikan latihan bagi remaja untuk hidup teratur, tertib dan disiplin. e. Mengingatkan program-program keorganisasian remaja. f. Memperbanyak lembaga pelatihan kerja, dengan program kegiatan pembangunan. g. Mendirikan klinik psikologis untuk meringankan dan memecahkan konplik emosional dan gangguan kejiwaan lainnya. BAB V PENUTUP
Pada bab V akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran. A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa strategi penanggulangan remaja merupakan sebagian dari harapan bangsa dan Negara. Tetapi disamping itu remaja dihadapkan kepada berbagai rintangan, hambatan dan gangguan. Suasana dan lingkungan hidup yang religius diharapkan dapat mempertebal keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT. Perhatian remaja terhadap masalah lingkungan disebabkan oleh perumbuhan, perhatian mereka terhadap masalah-masalah sosial disamping keadaan lingkungannya hendak diperbaiki dan perkembangan pendidikan anak remaja sebagian besar berada di lingkungan masyarakat. Sebab lingkungan juga bisa mempengaruhi terhadap kenakalan remaja. Upaya penanggulangan kenakalan remaja dilakukan dengan cara preventif, tindakan hukuman dan tindakan kuratif dimana faktor yang paling penting mempengaruhi manusia ialah kemauan yang melahirkan tindakan yang konkrit dan para remaja harus mempunyai akhlak yang mulia dan berbudi pekerti yang luhur. Dengan agama, hidup menjadi terarah.
B. Saran Sebagai wujud perhatian dan kepeduliaan hendaklah kita semua berperan aktif dalam upaya mengkikis habis yang sedang terjadi di lingkungan masyarakat, dan semua itu adalah tanggung jawab kita bersama. Anak adalah tulang punggung bangsa yang akan meneruskan perjuangan ini, maka harus diisi, dididik dan dibina dengan ilmu, iman dan taqwa, sehingga menghasilkan benih generasi yang baik dan subur dan terciptalah masyarakat yang aman dan damai dan terteram. Mungkin hanya ini yang dapat penulis sarankan kepada adik-adik dan rekan-rekan pembaca. Semoga saja di dalam msyarakat dan di dalam diri kita, apa yang sudah disirat oleh penulis akan banyak manfaatnya untuk bekal di dalam meniti masa depan kita dan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi ktia semua.
Diposkan oleh abuzakky.blogspot.com di 02.42
DAFTAR PUSTAKA Atkinson & Atkinson. 1998. Pengantar Psikologi, edisi kesebelas. Batam : Interaksara. Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, cetakan ke-4. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.Daradjat, Zakiah, dkk. 1992. Ilmu Pendidikan Islam, cetakan ke-2.Jakarta:Bumi Aksara. AR, Zahruddin. 2004. Pengantar Ilmu Akhlak, cetakan ke-1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Ardani, Moh. 2005. Akhlak Tasawuf cetakan ke-2. PT. Mitra Cahaya Utama. Uhbiyati, Nur. 2008. Ilmu Pendidikan Islam cetakan ke-2 .Bandung: CV. Pustaka Setia pendidikan.infogue.com/ www.muslimdelft.nl/.../pendidikan-akhlak-antara-islam-dan-globalisasi risalahnur.com/ www.mail-archive.com/milis...com/msg00576.html Diposkan oleh irda winiar di 03.55 Hancurnya Moral-Akhlak Remaja Indonesia
a
Laporan Komisi Nasional Perlindungan Anak alias Komnas Anak dari survei yang dilakukannya tahun 2007 di 12 kota besar di Indonesia tentang perilaku seksual remaja sungguh sangat mengerikan. Hasilnya seperti yang diberitakan SCTV adalah, dari lebih 4.500 remaja yang disurvei, 97 persen di antaranya mengaku pernah menonton film porno. Sebanyak 93,7 persen remaja sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas mengaku pernah berciuman serta happy petting alias bercumbu berat dan oral seks. Yang lebih menyeramkan lagi, 62,7 persen remaja SMP mengaku sudah tidak perawan lagi. Bahkan, 21,2 persen remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi. Ini data tahun 2007, apalagi tahun 2008, pasti sudah bertambah lebih banyak lagi.
Tidakkah kita gelisah dan ngeri melihat data-data ini? Bukankah ini bukti nyata kehancuran bangsa? Jangan-jangan, anak-anak perempuan kita (SMP/SMA/Mahasiswa) yang tampak baik-baik di rumah, sudah tidak perawan. Itu kan bukan tidak mungkin. Apalagi kita tidak merasa menanamkan pendidikan akhlak agama pada mereka dan membebaskan pergaulannya, membebaskan mereka berpacaran dengan pacarnya. Tidak kah kita takut? Mau kemana bangsa ini? Mau kemana para remaja kita? Bukankah ini sebuah proses menuju kehancuran??? Sejarah umat manusia membuktikan, hancurnya sebuah bangsa dan peradaban bermula dari rusaknya moral di kalangan pemudanya, kemudian masyarakatnya, kemudian para pemimpinnya.
Lalu, buat para pembela pornografi atau penolak UU Pornografi, apa sih yang ada di fikirannya? Tidakkah mereka memiliki hati nurani? Benar-benar tidak bisa dimengerti. Apakah soal tektek bengek seperti definisi pornografi, soal kebebasan seni, soal adat yang tetap harus bugil, soal fantasi yang harus bebas hukum, soal hak otonomi tubuh yang nanti busuk dimakan cacing, lebih penting daripada kehancuran moral anak-anak kita, lebih penting dari hancurnya masa depan anak-anak kita? Lieurr!!
Rupanya terlalu banyak manusia hidupnya sudah tidak waras, kehilangan akal sehatnya, sudah tidak bisa berfikir logis dan sehat. Kebebasan liar memang merusak banyak hal!! Sangat berbahaya. Dan agama diturunkan Tuhan, UU dibuat oleh pemerintah, tak lain adalah untuk mengontrol dan mengendalikan kebebasan liar itu. Tapi anehnya, banyak manusia menolaknya. Mereka ingin tetap memilih, mengikuti dan menganut kebebasan itu!! Mereka ingin hancur dan membinasakan dirinya sendiri.[] Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Perilaku Menyimpang Pada Remaja Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya prilaku menyimpang dikalangan para remaja. Di antaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, longgarnya pegangan terhadap agama . Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragam mulai terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan seseorang peda ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya. Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturanya. Namun biasanya pengawasan masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam diri sendiri. Karen pengawasan masyarakat itu datang dari luar, jika orang luar tidak tahu, atau tidak ada orang yang disangka akan mengetahuinya, maka dengan senang hati orang itu akan berani melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum sosial itu. Dan apabila dalam masyarakat itu banyak ornag yang melakukuan pelanggaran moral, dengan sendirinya orang yangkurang iman tadi tidak akan mudah pula meniru melakukan pelanggaran-pelanggaran yang sama. Tetapi jika setiap orang teguh keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi adanya pengaewasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya dengan semakin jauhnya masyarakat dari agama, semakin sudah memelihara moral orang dalam masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana, karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran, hak, hukum dan nilai moral. Kedua, kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumahtangga, sekolah maupun masyarakat. Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan menurut semsetinya atau yang sebiasanya. Pembinaan moral dirumah tangga misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum mengertyi man auang benar dan mana yang salah, dan belum tahu batas-batas dan ketentuan moral yang tidak berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap baik untuk manumbuhkan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu. Pembinaan moral pada anak dirumah tangga bukan dengan cara menyuruh anak menghapalkan rumusan tentang baik dan buruk, melainkan harus dibiasakan. Zakiah Darajat mangatakan, moral bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja, tanpa membiasakan hidup bermoral dari sejak keci. Moral itu tumbuh dari tindakan kepada pengertian dan tidak sebaliknya. Seperti halnya rumah tangga, sekolahpun dapat mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral anak didik. Hendaknya dapat diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumuhan dan perkembangan mental dan moral anak didik. Di samping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan kecerdasan. Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak-anak, dimana pertumbuhan mantal, moral dan sosial serta segala aspek kepribadian berjalan dengan baik. Untuk menumbuhkan sikap moral yang demikian itu, pendidikan agama diabaikan di sekolah, maka didikan agama yang diterima dirumah tidak akan berkembang, bahkan mungkin terhalang. Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan dalam pembinaan moral. Masyarakat yanglebih rusak moralnya perelu segera diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita. Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral anak-anak. Terjadinya kerusakan moral dikalangan pelajar dan generasi muda sebagaimana disebutakan diatas, karena tidak efektifnnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling bertolak belakang, tidak seirama, dan tidak kondusif bagi pembinaan moral. Ketiga, dasarnya harus budaya materialistis, hedonistis dan sekularistis. Sekarang ini sering kita dengar dari radio atau bacaan dari surat kabar tentang anak-anak sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau polisi mengantongi obat-obat, gambar-gambar cabul, alat-alat kotrasepsi seperti kondom dan benda-banda tajam. Semua alat-alat tersebut biasanya digunakan untuk hal-hal yang dapat merusak moral. Namun gajala penyimpangan tersebut terjadi karena pola hidup yang semata-mata mengejar kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu dan tidak mengindahkan nilai-nilai agama. Timbulnya sikap tersebut tidak bisa dilepaskan dari derasnya arus budaya matrealistis, hedonistis dan sekularistis yang disalurkan melalui tulisan-tulisan,bacaan-bacaan, lukisan- lukisan, siaran-siaran, pertunjukan-pertunjukan dan sebagainya. Penyaluran arus budaya yang demikian itu didukung oleh para penyandang modal yang semata-mata mengeruk keuntungan material dan memanfaatkan kecenderungan para remaja, tanpa memperhatikan dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya arus budaya yang demikian diduga termasuk faktor yang paling besar andilnya dalam menghancurkan moral para remaja dan generasi muda umumnya. Keempat, belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah. Pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan (power), uang, teknologi, sumber daya manusia dan sebagainya tampaknya belum menunjukan kemauan yang sungguh-sunguh untuk melakuka pembinaan moral bangsa. Hal yang demikian semaikin diperparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang semata-mata mengejar kedudukan, peluang, kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara tidak mendidik, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang hingga kini belum adanya tanda-tanda untuk hilang. Mereka asik memperebutkan kekuasaan, mareri dan sebagainya dengan cara-cara tidak terpuji itu, dengan tidak memperhitungkan dampaknya bagi kerusakan moral bangsa. Bangsa jadi ikut- ikutan, tidak mau mendengarkan lagi apa yang disarankan dan dianjurkan pemerintah, karena secara moral mereka sudah kehiangan daya efektifitasnya. Sikap sebagian elit penguasa yang demikian itu semakin memperparah moral bangsa, dan sudah waktunya dihentikan. Kekuasaan, uang, teknologi dan sumber daya yang dimiliki pemerintah seharusnya digunakan untuk merumuskan konsep pembinaan moral bangsa dan aplikasinya secara bersungguh-sungguh dan berkesinambungan. Itulah diantara faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kemerosotan moral bangsa. Dan bagaimanakah stertegi pendidikan agama dan moral yang efektif untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas, tampak harus segera dirumuskan. Posted 20 Sep 2011 06:08 AM by admin in Perkembangan Peserta Didik Artikel ini disalin dari : http://blog.tp.ac.id/faktor-faktor-penyebab-timbulnya-perilaku- menyimpang-pada-remaja#ixzz2ZNzKHGrn