Anda di halaman 1dari 3

Acara 1

Tujuan :
1. Mengenal sifat-sifat lumpur pemboran seperti densitas, viskositas, dll.
2. Menghitung persentase sand content yang tercampur dalam sistem lumpur pemboran.
3. Menentukan kadar minyak dan padatan yang terdapat dalam lumpur bor.
4. Menganalisa cara menanggulangi sand content yang terlalu besar.

Kesimpulan :
1. Densitas yang terlalu tinggi dapat menyebabkan lost circulation, sementara
densitas yang terlalu rendah dapat menyebabkan kick.
2. Persentase lumpur dasar pada awalnya 0.50 % saat ditambahkan dengan additive
berupa calcium carbonate, persentasenya bertambah sebesar 0.25 % menjadi
0.75%.
3. Kadar minyak yang ideal dalam lumpur bor berkisar antara 15-20 %.
4. Sand content sangat berhubungan dengan densitas lumpur, cara mengatasinya
adalah dengan proses pembersihan menggunakan Conditioning Equipment seperti
Shale Shaker, Degasser, Desander dan Desilter.

Acara 2
Tujuan :
1. Menentukan viskositas lumpur pemboran dengan metode Marsh Funnel.
2. Melakukan pengukuran Gel Strength dengan alat Fann VG Meter.
3. Mengetahui penyebab perbedaan harga GS 10 detik dengan GS 10 menit.
4. Menganalisa pengaruh penambahan thinner dan thickner pada lumpur
pemboran.

Kesimpulan :
1. Viskositas yang diukur dengan Marsh Funnel adalah waktu dalam detik yang
dibutuhkan oleh 0.9463 liter lumpur untuk mengalir keluar dari corong.
2. Harga Gel Strength pada 10 detik atau 10 menit didapat dari gerakan rotor
pada kecepatan 3 RPM.
3. Melalui data GS 10 detik dan GS 10 menit menjelaskan bahwa Gel Strength
berbanding lurus dengan waktu. Artinya jika waktu yang diberikan lebih
lama maka gel strength akan semakin tinggi dan sebaliknya.
4. Dengan penambahan dextrid sebagai thickner akan menaikkan viskositas dan
gel strength, sedangkan dengan penambahan bentonite sebagai thinner akan
menurunkan viskositas dan gel strength.

Acara 3
Tujuan :
1. Mengenal dan memahami peralatan dan prinsip kerja filter press.
2. Menghitung volume filtrate yang dihasilkan oleh lumpur.
3. Mengetahui hubungan antara filtrasi dan pembentukan mud cake.
4. Mempelajari cara penanggulangan filtrasi dan mud cake.

Kesimpulan :
1. Filter press merupakan alat yang digunakan dalam mencatat volume
filtrate lumpur dengan mengalirkan udara bertekanan 100 psi.
2. Volume filtrate pada lumpur merupakan volume yang tertampung pada
gelas ukur dan sebagai fungsi waktu pada pengamatan selama 30 menit.
3. Filtrasi dan mud cake saling berkaitan erat, Filtration loss yang terlalu
besar akan menyebabkan pembentukan mud cake yang semakin tebal.
4. Pada percobaan ini, Dextrid, Bentonite dan Quebracho merupakan fluid
loss control agent yang berperan dalam mengontrol fluid loss.

Acara 4
Tujuan :
1. Memahami pentingnya menganalisa kimia lumpur pemboran.
2. Menentukan pH, alkalinitas, kesadahan total dan kandungan ion-ion
yang terdapat dalam lumpur.
3. Memahami metode titrasi sebagai metode utama dalam analisa kimia
lumpur bor.
4. Mengetahui besarnya pemakaian volume H
2
SO
4
dan EDTA untuk
menitrasi sampel lumpur yang dianalisa kimia.

Kesimpulan :
1. Analisa sifat kimia lumpur pemboran digunakan untuk menganalisa
dampak yang terjadi pada lumpur pemboran itu dilihat dari sisi kimiawi
dan relasinya terhadap sifat fisik lumpur pemboran, peralatan pemboran
maupun formasi yang mengalami kontak dengan lumpur pemboran.
2. Setelah dilakukan perhitungan didapat alkalinitas sebesar 22.667 epm,
kesadahan total 0.333 epm, konsentrasi ion Cl
-
236. 667 ppm, ion besi
(I) 781.9 ppm dan ion besi (II) 558.5 ppm.
3. Metode utama yaitu titrasi dengan membandingkan larutan sampel
dengan larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standart).
4. H
2
SO
4
yang dipakai pada titrasi alkalinitas sebanyak 3.4 ml sedangkan
larutan EDTA pada kesadahan total sebanyak 0.05 ml.

Acara 6
Tujuan :
1. Mengetahui tujuan dari dilakukannya pengukuran MBT (Methylene Blue
Test).
2. Mengetahui hubungan swelling dengan KTK.
3. Menentukan cara untuk mengantisipasi terjadinya swelling.
4. Membandingkan 2 Bentonite yang berbeda yaitu Indobent dan Baroid.

Kesimpulan :
1. Melalui Methylene Blue Test (MBT) dapat ditentukan kapasitas tukar
kation (KTK) yang merupakan kemampuan clay dalam mengikat kation
dari suatu larutan.
2. KTK berbanding lurus dengan peristiwa clay swelling, jika nilai KTK
besar maka kemungkinan swelling makin besar juga.
3. Untuk mengantisipasi terjadinya swelling dengan menggunakan oil
based mud.
4. Pada hasil percobaan, harga KTK Bentonite Indobent yaitu 75 meq / 100
gr sedangkan Baroid 48 meq / 100 gr. Dari data ini dapat disimpulkan
bahwa Bentonite Baroid KTK nya lebih kecil dari Bentonite Indobent
sehingga kemungkinan terjadinya swelling pada Baroid ini lebih kecil
dari Indobent.

Anda mungkin juga menyukai