Anda di halaman 1dari 6

PERBAIKAN GENOTIP TANAMAN LADA (Piper sp)

Lada atau nama latin nya Piper sp adalah tanaman rempah yang biasa di
hasilkan di daerah tropis. Lada merupakan komoditas ekspor yang cukup penting
untuk dikembangkan dengan nilai devisa yang diperoleh sebesar US$89,197 juta
(Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan 2004).
Indonesia merupakan pemasok lada terbesar kedua di dunia setelah India.
Salah satu masalah dalam pengembangan lada adalah serangan penyakit yang
disebabkan oleh Phytophthora capsici, sementara varietas lada yang tahan
penyakit tersebut belum ditemukan.
Penyakit busuk pangkal batang (root rot) yang disebabkan oleh Phytophtora
capsici Linn. Merupakan masalah utama dalam budi daya tanaman lada
( Piper nigrum Linn). Menurut Semangun (1991), penyakit ini dapat
menimbulkan kerugian sampai 52% dari produksi lada. Selain menyerang pangkal
batang, penyakit ini juga dapat menyerang akar, daun, dan buah (Kasim 1987).
Menanam tanaman yang tahan terhadap penyakit merupakan salah satu cara untuk
memecahkan masalah tersebut. Namun demikian, sifat ketahanan terhadap
penyakit busuk pangkal batang hanya terdapat pada spesies liar (Piper colibrinum)
yang sulit dipindahkan ke lada budi daya melalui hibridisasi seksual karena
adanya inkompatibilitas secara genetik. Pemindahan sifat ketahanan ke tanaman
lada budi daya dapat dilakukan melalui hibridisasi somatik dengan metode fusi
protoplas (Husni et al.1997a). Metode tersebut dapat digunakan untuk
menghasilkan kalus hasil fusiprotoplas liar dengan protoplas lada budi daya.
Namun demikian, kalus yang dihasilkan dari fusi belum dapat diregenerasi
membentuk tunas.
Selain metode fusi protoplas metode lain yang dapat digunakan untuk
mendapatkan sifat tahan diantaranya adalah metode seleksi in vitro. Metode se-
leksi in vitro pada beberapa tanaman telah digunakanuntuk meningkatkan sifat
tahan baik ketahanan terhadap faktor biotik dan abiotik (Stavarek dan Rains
1984; Ahlowalia 1986). Menurut Van den Bulk (1991), metode seleksi in vitro
sangat efektif karena perubahan yang terjadi lebih terarah pada sifat yang
diinginkan. Pada metode seleksi ini dapat dilakukan menggunakan toksin atau
filtrat dari patogen sasaran sebagai agen penapis ( selecting agent) pada sel yang
mengalami mutasi akibat perlakuan in vitro atau berasaldari satu atau beberapa sel
dari kalus yang dihasilkan. Dengan metode ini dapat diperoleh korelasi positif
antara sifat ketahanan terhadap toksin atau filtrat denganketahanan terhadap
penyakit. Protoplas, sel tunggal,kalus, dan jaringan dapat digunakan sebagai
bahan keragaman dalam metode ini.
Sifat ketahanan terhadap penyakit terdapat pada lada liar, seperti Piper
colibrinum, P. hirsutum, P. aurifolium, dan P. cubeba (Kasim 1997).
Pemindahan sifat ketahanan terhadap penyakit dari lada liar ke lada budi daya
secara seksual sulit dilakukan. Untuk mengatasi masalah tersebut telah dilakukan
fusi protoplas. Melalui fusi protoplas, sel hibrida dapat memanfaatkan gabungan
sitoplasma dari kedua tetuanya. Di samping itu, sifat lainnya yang berasal dari
sitoplasma tetua jantan ikut diperoleh.
Langkah langkah perbaikan sifat Lada (Piper sp) melalui fusi protoplas
sebagai berikut:
Langkah awal yang menentukan keberhasilan fusi protoplas adalah
mendapatkan protoplas kedua tetua dengan densitas yang tinggi. Penghancuran
dinding sel dengan menggunakan enzim selulase dikombinasikan dengan
macerozim dapat menghasilkan protoplas dengan struktur yang sempurna dan
densitas yang tinggi. Kombinasi selulase R-10 2% dan macerozim 0,50% dalam
larutan CPW menghasilkan protoplas yang paling banyak, baik untuk lada liar
maupun lada budi daya.
Untuk fusi digunakan PEG 6000 konsentrasi 30% selama 25 menit.
Protoplas yang telah mengalami fusi ditunjukkan dengan volume protoplas yang
makin besar. Keberhasilan protoplas yang mengalami fusi masih rendah, yaitu
20%. Setelah fusi, sel hibrida dikulturkan pada beberapa formulasi media. Koloni
mikrokalus dapat diperoleh dengan menambahkan sukrosa 3% pada media LV
+ ABA 0,01 mg/l + casein hidrolisat 50 mg/l + BA (4,50 mg/l).
Koloni sel tidak terbentuk pada media dengan sukrosa 2%. Untuk
mendorong pertumbuhan mikrokalus dan regenerasinya maka mikrokalus
disubkultur pada media baru . Pada media baru tersebut, mikrokalus berhasil
tumbuh dan berwarna hijau. Perubahan warna dari putih menjadi hijau
menandakan klorofil mulai terbentuk yang dibutuhkan untuk regenerasi koloni
mikrokalus. Untuk lebih memacu pertumbuhan, di atas media padat dapat diberi
selapis tipis media cair MS + 2,4 D 2 mg/l + thidiazuron 0,10 mg/l. Setelah
pemberian media tersebut, koloni baru mulai terbentuk dan kalus tumbuh dengan
cepat yang ditandai dengan penambahan ukuran koloni.

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN DALAM SOMAKLONAL VARIASI

Variasi somaklonal adalah keragaman genetik dari tanaman yang dihasilkan
melalui kultur sel, baik sel somatik seperti sel daun, akar, dan batang, maupun sel
gamet. Variasi tersebut dapat berasal dari keragaman genetik eksplan yang
digunakan atau yang terjadi dalam kultur jaringan. Variasi somaklonal yang
terjadi dalam kultur jaringan merupakan hasil kumulatif dari mutasi genetik pada
eksplan dan yang diinduksi pada kondisi in vitro. Keragaman ini dapat muncul
akibat penggandaan dalam kromosom (fusi, endomitosis), perubahan jumlah
kromosom (tagging dan nondisjunction), perubahan struktur kromosom,
perubahan gen, dan perubahan sitoplasma (Kumar dan Mathur, 2004).
Beberapa sifat tanaman dapat berubah akibat variasi somaklonal, namun
sifat lainnya tetap menyerupai induknya. Dengan demikian, variasi somaklonal
sangat memungkinkan untuk mengubah satu atau beberapa sifat yang diinginkan
dengan tetap mempertahankan karakter unggul lainnya yang sudah dimiliki oleh
tanaman induk. Perbaikan tanaman melalui variasi somaklonal telah banyak
dilakukan, antara lain untuk sifat ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik.
Cara tersebut bermanfaat bila dapat menambah komponen keragaman genetik
yang tidak ditemukan di alam serta mengubah sifat dari kultivar yang ada menjadi
lebih baik, terutama untuk tanaman yang diperbanyak secara vegetatif atau
menyerbuk sendiri (Ahloo-walia 1990).
Sama halnya dengan karya manusia pada umumnya, variasi somaklonal
yang dimunculkan dalam teknik kultur jaringan, selain memiliki kelebihan yang
sifatnya menguntukan juga terdapat kekurangan yang dapat menimbulkan
kerugian bagi manusia.

A. KEUNTUNGAN VARIASI SOMAKLONAL
Keragaman somaklonal menyebabkan keragaman yang luas dalam
morfologi. Keragaman somaklonal tidak mempengaruhi semua sifat dan tidak
selalu menguntungkan tetapi dalam seleksi kemungkinan dapat diperoleh varietas
yang berguna Misalnya peningkatan ketahanan terhadap herbisida, imidazilinone,
Helminthosporium sativum toleransi garam, juga terhadap pembekuan, kualitas
butir dan kandungan protein pada gandum, serta peningkatan ukuran biji dengan
kandungan protein yang tinggi pada padi (Hutami et al. 2006). Dalam propogasi
in vitro yang tidak menguntungkan adalah progeni tidak true to type biasanya
bernilai rendah.
Dibalik semua kelebihan tersebut kadang kadang juga ditemukan
pertumbuhan pisang hasil kultur jaringan yang abnormal atau yang lebih dikenal
dengan istilah variasi somaklonal atau offtype. Kelainan yang ditimbulkan oleh
tanaman offtype ini dapat ditemukan baik pada batang, daun, bunga maupun buah
pisang. Selain yang bersifat merugikan kelainan tanaman yang berasal dari
regenerasi in vitroini juga ada yang Somaclonal Variations and in vitroInduced
Mutation for Speeding Up Banana Breeding Program 157 menguntungkan.
Jika untuk mikro propagasi offtype tidak dikehendaki karena tidak sama
dengan tanaman aslinya, sebaliknya para ahli pemulia malah melihat kelainan
akibat kultur jaringan ini sebagai suatu peluang dalam perbaikan genetik tanaman
pisang.

B. KERUGIAN VARIASI SOMAKLONAL
Keragaman somaklonal memiliki aspek positif dan negatif. Keragaman
somaklonal dapat menghasilkan varietas yang berguna namun teknik ini sering
membingungkan karena tidak ada kepastian hasil dan keraguan tentang kestabilan
sifat dan kultivar somaklonal.
Variasi pada tingkat kromosom akan menyebabkan perubahan fenotipe
tanaman baik yang bersifat permanen maupun tidak permanen. Upaya
meningkatkan variasi sel somatik melalui kultur sel atau kalus banyak dilakukan
untuk mendapatkan galur galur mutan secara cepat. Galur galur mutan tersebut
antara lain ditujukan untuk: (1) mendapatkan tanaman yang mampu tumbuh pada
cekaman lingkungan seperti kadar Al tinggi, kadar garam yang tinggi, kekeringan
dll.(2) mendapatkan tanaman yang resisten terhadap hama, penyakit dan
herbisida, (3) memproduksi senyawa kimia tertentu (asam amino, metabolit
sekunder) dalam jumlah yang tinggi.








































TUGAS PAPER KULTUR JARINGAN
PERENCANAAN FUSI PROTOPLASMA
DAN KELEBIHAN KEKURANGAN
SOMAKLONAL









ADHI NURCHOLIS
K4309003
P BIOLOGI 2009 A







UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
2012

Anda mungkin juga menyukai