Anda di halaman 1dari 3

Definisi

Limbah cair merupakan sisa pembuangan yang dihasilkan dari suatu proses yang
sudah tidak dipergunakan lagi. Kegiatan-kegiatan yang berpotensi sebagai penghasil limbah
cair antara lain kegiatan industri, rumah tangga, peternakan, dan pertanian. Jumlah limbah
cair dari kegiatan industri mencapai 30% (Hambali, 2007).
Limbah cair industri adalah limbah cair yang sebagian besar terdiri dari buangan
industri (Soeparman, 2001).

Penanganan Limbah Cair
Penanganan limbah cair meliputi berbagai proses, yakni penyaluran, pengumpulan,
pengolahan limbah cair, serta pembuangan lumpur yang dihasilkan. Penanganan limbah cair
menjadi isu penting karena menimbulkan masalah pencemaran lingkungan, baik kontaminasi
sungai, kontaminasi air permukaan, maupun kontaminasi air tanah yang diakibatkan oleh
limbah cair rumah tangga, pertanian, atau industri (Soeparman, 2001).
Pembuangan limbah cair secara langsung ke badan air akan menimbulkan masalah
kesehatan sehingga perlu dibangun fasilitas pengolahan limbah cair. Saat ini, industri
diwajibkan membangun Instalasi Pengolah Limbah Cair (IPAL), baik secara sendiri-sendiri
(on site) maupun terpusat (off site). Aspek kesehatan masyarakat menghendaki limbah cair
yang terolah tidak akan menimbulkan masalah pencemaran air permukaan, pencemaran
sumber air minum, kehidupan akustik, dan gangguan kesehatan manusia (Soeparman, 2001).
Tahap awal penanganan limbah cair adalah proses penyaluran dan pengumpulan.
Proses ini meliputti sistem perpipaan, sistem penyambungan pipa ke saluran pengumpul,
sistem penyaluran limbah cair dan kelengkapannya, seperti lubang pemeriksa (manhole) serta
pemompaan. Tahap berikutnya adalah pengolahan yang dimulai dari tahap pengolahan
pendahuluan (pretreatment), pengolahan tahap pertama (primary treatment), pengolahan
tahap kedua (secondary treatment), pengolahan tahap ketiga (tertiary treatment), dan
pengolahan lumpur (sludge disposal) (Soeparman, 2001).

Pengolahan Limbah Cair
Pengolahan limbah cair dibutuhkan untuk menghilangkan kandungan nutrien, bahan
kimia beracun, senyawa yang tidak dapat diuraikan secara biologis (non degradable), dan
padatan terlarut.
Proses pengolahan limbah cair umumnya dibagi menjadi empat yaitu
1. Pengolahan Pendahuluan
Pengolahan pendahuluan digunakan untuk memisahkan padatan kasar,
mengurangi ukuran padaran, memisahkan minyak atau lemak, dan proses
menyetarakan fluktuasi aliran limbah pada bak penampung
2. Pengolahan tahap pertama
Pengolahan tahap pertama bertujuan untuk mengurangi kandungan padatan
tersuspensi melalui proses pengendapan (sedimentation). Pada proses pengendapan,
partikel padat dibiarkan mengendap ke dasar tangki. Bahan kimia biasanya
ditambahkan untuk menetralisasi dan meningkatkan kemampuan pengurangan
padatan tersuspensi. Pengurangan padatan pada tahap awal ini selanjutnya akan
membantu mengurangi beban pengolahan tahap kedua (Soeparman, 2001).
3. Pengolahan tahap kedua
Pengolahan tahap kedua berupa aplikasi proses biologis yang bertujuan untuk
mengurangi zat organik melalui mekanisme oksidasi biologis. Proses biologis yang
dipilih berdasarkan atas pertimbangan kuantitas limbah cair yang masuk unit
pengolahan, kemampuan penguraian zat organik yang ada pada limbah tersebut, serta
tersedianya lahan. Unit yang biasa digunakan pada tahap kedua berupa saringan tetes
(trickling filter), unit lumpur aktif, dan kolam stabilisasi (Soeparman, 2001).
4. Pengolahan tahap ketiga
Pengolahan tahap ketiga atau pengolahan lanjutan dilakukan untuk
menghilangkan kontaminan tertentu ataupun menyiapkan limbah cair tersebut untuk
pemanfaatan kembali. Pengolahan tahap ini difungsikan sebagai upaya meningkatkan
kualitas limbah cair dari pengolahan tahap kedua agar dapat dibuang ke badan air
penerima dan penggunaan kembali efluen tersebut (Soeparman, 2001).
Pengolahan tahap ketiga dibutuhkan untuk menurunkan kandungan BOD
(Biological Oxygen Demand) dan menghilangkan senyawa fosfor dengan bahan kimia
sebagai koagulan, menghilangkan senyawa nitrogen melalui proses ammonia
stripping menggunakan udara atau nitrifikasi-denitrifikasi dengan memanfaatkan
reaktor biologis, menghilangkan sisa bahan organik dan senyawa penyebab warna
melalui proses absorpsi menggunakan karbon aktif, menghilangkan padatan terlarut
melalui proses pertukaran ion, osmosis balik, maupun elektro-dialisis (Soeparman,
2001).

Daftar Pustaka
Hambali, Erliza. 2007. Teknologi Bioenergi Cetakan Pertama. Jakarta : AgroMedia Pustaka.
Hal. 61
Soeparman, H.M. 2001. Pembuangan tinja dan limbah cair. Jakarta : EGC.
Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC.



Limbah cair merupakan salah satu jenis sampah. Adapun sampah (waste) adalah zat-zat
atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik yang berasal dari rumah maupun sisa-
sia proses industri. Secara umum limbah cair dapat dibagi menjadi (Chandra, 2006) :
1. Human excreta (feses dan urine)
2. Sewage (air limbah)
3. Industrial waste (bahan buangan dari sisa proses industri).

Limbah industri (industrial waste) yang berbentuk cair dapat berasal dari pabrik yang
biasanya banyak menggunakan air pada proses produksinya. Selain itu, limbah cair juga
dapat berasal dari bahan baku yang mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya,
air harus dibuang. Limbah cair industri mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan
berbahaya yang dikenal sebagai B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan
sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi mempunyai potensi untuk
mencemarkan dan merusak kehidupan dan sumber daya (Chandra, 2006).
Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan limbah ini bergantung pada jenis dan
karakteristiknya, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Mengingat sifat,
karakteristik dan akibat yang ditimbulkan limbah di masa sekarang maupun di masa yang
akan datang, diperlukan langkah-langkah pencegahan maupun penanggulangan secara efektif
(Chandra, 2006).
Air limbah yang telah tercemar memberikan ciri yang dapat diidentifikasi secara visual
maupun melalui pemeriksaan laboratorium. Identifikasi secara visual dapat diketahui melalui
kekeruhan, warna, air, rasa, bau yang ditimbulkan; sementara identifikasi secara laboratorium
ditandai dengan terjadinya perubahan sifat kimia karena air telah mengandung bahan kimia
yang beracun dan berbahaya dalam konsentrasi yang melebihi batas yang dianjurkan
(Chandra, 2006).

Anda mungkin juga menyukai