Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

FARMASI KOMUNITAS DAN KLINIS





Oleh :
RAFKY PUTRA
1011014034
KELAS D


FAKULTAS FARMASI
UNIVRSITAS ANDALAS



Resume Artikel tentang Farmasi Komunitas dan Klinis dengan judul Pemerintah Melupakan Fungsi
Apoteker.
Apoteker sebagai tenaga kefarmasian yang tergabung dalam tenaga kesehatan di Indonesia
mempunyai peran penting dalam uapaya kesehatan masyarakat Indonesia. Peran apoteker dalam
kesehatan masayarakat telah diperbaharui kembali dengan adanya PP 51 tahun 2009. Paradigma
farmasis yang telah beralih dari drug oriented ke patien oriented telah menjadi bukti bahwa peran
apoteker sebagai tenaga kesehatan perlu mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat
Apoteker telah lama berperan dalam kesehatan masyarakat Indonesia yang dibuktikan
dengan adanya sebuah organisasi profesi apoteker yang dinamakan dengan IAI (Ikatan Apoteker
Indonesia). Peran IAI telah membantu farmasis bergerak bersama dengan profesi kesehatan lain
Dalam Rakernas yang digelar di Jakarta pada tanggal 15-16 Februari dan diikuti oleh
apoteker dari seluruh Indonesia, IAI memberikan beberapa catatan kritis atas kinerja apoteker
dalam dunia kesehatan belakangan ini. Dan salah satu kesimpulan penting dari Rakernas ini adalah
perlunya dilakukan dialog dengan pemerintah untuk memastikan peranan apoteker di dalam
perangkat penunjang keberhasilan pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Semesta mendapatkan porsi
yang layak
Dalam Peraturan Presiden (Perpres) No 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, Dani
menjelaskan, yang dihitung dalam proporsi reimbursement yang dilakukan oleh BPJS terhadap
klaim dari pelayanan kesehatan hanyalah porsi harga obat, penggunaan alat medis dan jasa dokter
saja. Jasa apoteker tidak diperhitungkan di dalamnya, ujarnya.

Padahal, berdasarkan pasal 108 UU No.36/2009 tentang Kesehatan, segala pelayanan
kesehatan yang berhubungan dengan obat harus dilakukan oleh seorang apoteker. Dani juga
menjelaskan bahwa secara profesi, apoteker dapat menunjang hasil diagnosa dari dokter dengan
memberikan pendapat dari segi efektifitas pengobatan dan kinerja dari obat itu sendiri
Dalam menyongsong peraturan baru kesehatan Indonesia, maka perlu sinergisitas antara
semua profesi kesehatan terutama komunikasi antar dokter dengan apoteker. Peran apoteker
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Untuk itu diperlukan seorang
apoteker yang tidak hanya andal dalam SDM, tetapi juga ramah kepada masyarakat.






Pemerintah Melupakan Fungsi Apoteker
Senin, 25 Februari 2013 | 17:24 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) menilai, pemerintah telah melupakan
peran penting apoteker, terutama dalam menyusun kerangka infrastruktur ke arah pelayanan
kesehatan semesta seperti diamanatkan di dalam Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN).

Dalam Rakernas yang digelar di Jakarta pada tanggal 15-16 Februari dan diikuti oleh apoteker dari
seluruh Indonesia, IAI memberikan beberapa catatan kritis atas kinerja apoteker dalam dunia
kesehatan belakangan ini. Dan salah satu kesimpulan penting dari Rakernas ini adalah perlunya
dilakukan dialog dengan pemerintah untuk memastikan peranan apoteker di dalam perangkat
penunjang keberhasilan pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Semesta mendapatkan porsi yang
layak.

Saat ini, apoteker masih dilihat hanya sebagai penjual obat, atau bahkan pembantu penjual obat.
Padahal, apoteker merupakan profesi kesehatan yang penting dalam mendukung pemerintah
melaksanakan amanat UU SJSN, maka dari itu peranan dan fungsinya dalam tatanan SJSN pun
harus dipertimbangkan. Bukan sekedar dilihat hanya sebagai penjual obat, ungkap Dani melalui
siaran persnya di Jakarta, Senin (25/2/2013).

Saat ini, kami apoteker belum dilihat sebagai salah satu mitra profesi kesehatan di dalam SJSN,
tambah Dani.

Dalam Peraturan Presiden (Perpres) No 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, Dani
menjelaskan, yang dihitung dalam proporsi reimbursement yang dilakukan oleh BPJS terhadap
klaim dari pelayanan kesehatan hanyalah porsi harga obat, penggunaan alat medis dan jasa dokter
saja.

Jasa apoteker tidak diperhitungkan di dalamnya, ujarnya.

Padahal, berdasarkan pasal 108 UU No.36/2009 tentang Kesehatan, segala pelayanan kesehatan
yang berhubungan dengan obat harus dilakukan oleh seorang apoteker. Dani juga menjelaskan
bahwa secara profesi, apoteker dapat menunjang hasil diagnosa dari dokter dengan memberikan
pendapat dari segi efektifitas pengobatan dan kinerja dari obat itu sendiri.

Seringkali dokter kurang memahami mengenai reaksi obat yang satu dengan yang lainnya. Hal ini
merupakan materi yang dikuasai oleh seorang apoteker. Dengan adanya dialog interaktif antara
dokter dengan apoteker, tentunya masyarakatlah yang akan lebih diuntungkan. Rumah sakit juga
bisa lebih efektif dalam menyusun budget pembelian obatnya, jelas Dani lagi.


Perlu sinergi

Dani juga mengemukakan pentingnya sinergi antara apoteker dan dokter. Menurutnya, profesi
apoteker menguasai berbagai hal yang terkait dengan reaksi obat, molekul dan hal-hal lainnya yang
berhubungan dengan penatalaksanaan obat. Sedangkan bidang kedokteran mempelajari anatomi
tubuh manusia beserta penyakitnya. Komunikasi yang efektif antara kedua profesi ini dapat
memberikan masyarakat kepastian akan pelayanan kesehatan yang menyeluruh, tidak hanya dalam
diagnosanya saja tetapi juga molekul obat yang cocok untuk dirinya.

Bila saja ada sinergi antara dokter yang melakukan diagnosa atas penyakit dan apotekernya
mengenai obat yang kiranya cocok untuk kesehatan pasien, tentunya akan sangat membantu
masyarakat, jelas Dani.

Selain itu, tingkat rasionalitas penggunaan obat pun akan meningkat. Masyarakat tidak perlu
mengeluarkan banyak uang untuk membeli berbagai obat yang sebenarnya tidak diperlukan.
Kemudian akan ada mekanisme check and balance antara dokter dan apoteker untuk mencari obat
yang cocok.

Jadi bukan sekedar mengakomodasi pesan sponsor dari perusahaan farmasi, seperti yang sudah
sering disinyalir, tutur Dani.

Dani menjelaskan, jika profesi apoteker diberi peranan yang memadai dalam kerangka SJSN,
apoteker dapat membantu penghematan pengeluaran rumah sakit dalam hal pembelian dan
pengadaan obat. "Apoteker adalah profesi yang mempelajari mengenai obat-obatan. Kelebihan dan
kekurangan suatu molekul obat merupakan bidang yang dikuasai oleh apoteker. Karena itu, jika
apoteker diberi peran konsultatif dalam penatalaksanaan penyakit, kami akan dapat melakukan
penyortiran dari molekul-molekul obat yang lebih dibutuhkan oleh RS dengan mempelajari
demografi pasien yang berkunjung ke rumah sakit tersebut dan jenis penyakit yang sering ditangani
oleh RS tersebut, papar Dani.


Editor :
Asep Candra

Anda mungkin juga menyukai