Kebudayaan Daerah Jawa Barat
Kebudayaan Daerah Jawa Barat
%elas arah dan tu%uannya. 8au diba*a kemana Kebudayaan )unda /dan 7irebon2
tersebut=
Budaya*an F.). :endra se*aktu berlangsungnya Kongres Kebudayaan
&@ di +akarta, 2 9ktober A 3 $o5ember 11, mengemukakan bah*a setidaknya
ada tu%uh daya hidup yang harus dimiliki oleh sebuah kebudayaan. Pertama,
kemampuan berna,as. Kedua, kemampuan mencerna. Ketiga, kemampuan
berkoordinasi dan berorganisasi. Keempat, kemampuan beradaptasi. Kelima,
kemampuan mobilitas. Keenam, kemampuan tumbuh dan berkembang. Ketu%uh,
kemampuan regenerasi. Kemampuan berna,as dalam kebudayaan dimaknai
sebagai kemampuan untuk mengolah ha*a men%adi prana, men%aga kebersihan
udara, mengharmonikan kegiatan kehidupan dengan irama na,as, serta
menghilangkan hal'hal yang menimbulkan ketegangan pada pikiran yang berarti
menimbulkan kesesakan pada na,as kehidupan. Kemampuan mencerna dimaknai
sebagai kemampuan untuk mencernakan berbagai pengalaman dalam kehidupan.
Kemampuan berkoordinasi dan berorganisasi dimaknai sebagai kemampuan
berinteraksi secara sosial. Kemampuan beradaptasi dimaknai sebagai kemampuan
kesadaran untuk secara kreati, mengatasi tantangan keadaan, tantangan Caman,
dan tantangan berbagai ragam pergaulan. Kemampuan mobilitas dimaknai sebagai
kemampuan untuk dengan kreati, menciptakan mobilitas sosial, politik, dan
ekonomi, baik yang bersi,at horiContal maupun 5ertikal. Kemampuan tumbuh
dan berkembang diartikan sebagai kemampuan kesadaran untuk selalu ma%u,
selalu bertambah luas dan dalam *a*asannya selalu mena*arkan paradigma'
paradigma yang segar dan baru. Kemampuan regenerasi dimaknai sebagai
kemampuan untuk mendorong munculnya generasi baru yang kreati, dan
produkti,.
Di samping daya hidup, unsur lain lagi yang %uga penting dalam suatu
kebudayaan adalah mutu hidup. 8utu hidup bukanlah merupakan kesempurnaan
tetapi lebih dimaknai sebagai ke*a%aran. Adapun ke*a%aran dalam hidup manusia
merupakan harmoni tiga mustika, yakni, tanggung %a*ab kepada ke*a%iban,
idealisme, dan spontanitas. 6anggung %a*ab kepada ke*a%iban dimaknai sebagai
sebuah kesadaran untuk selalu melaksanakan ke*a%iban'ke*a%iban secara penuh
sesuai dengan tanggung %a*ab sosialnya. &dealisme dimaknai sebagai rumusan
sikap hidup seseorang di dalam menempuh padang dan hutan belantara
kehidupan. &dealisme sekaligus merupakan sumber kepuasan batin seseorang.
)pontanitas dimaknai sebagai ungkapan naluri dan intuisi manusia. 6anpa
spontanitas akan menyebabkan hidup men%adi kering dan hambar.
Kalaulah kemudian tu%uh daya hidup kreasi :endra digunakan untuk
mengelaborasi kebudayaan )unda /dan 7irebon2 kontemporer maka setidaknya
ada empat daya hidup yang perlu dicermati dalam kebudayaan )unda /dan
7irebon2, yaitu, kemampuan beradaptasi, kemampuan mobilitas, kemampuan
tumbuh dan berkembang, serta kemampuan regenerasi. Kemampuan beradaptasi
kebudayaan )unda /dan 7irebon2, terutama dalam merespon berbagai tantangan
yang muncul, baik dari dalam maupun dari luar, dapat dikatakan memperlihatkan
tampilan yang kurang begitu menggembirakan.
Dari ,akta se%arah terlihat bah*a persentuhan urang )unda /dan 7irebon2
dengan berbagai budaya asing memperlihatkan dengan %elas tentang ter%adinya
1-
mondialisasi di +a*a Barat. Dengan demikian, mondialisasi atau yang sekarang
lebih dikenal dengan istilah globalisasi bukanlah merupakan pengalaman baru.
Banyak hal positi, yang diperoleh urang )unda /dan 7irebon2 selama era
mondialisasi. $amun dibalik dampak positi,, mondialisasi di +a*a Barat
menggambarkan pula tentang rentannya kebudayaan )unda /dan 7irebon2 dalam
menghadapi realitas yang ter%adi.
:entannya daya hidup kebudayaan )unda /dan 7irebon2 dalam
menghadapi tantangan perkembangan Caman, diakui atau tidak, %uga ter%adi saat
urang )unda /dan 7irebon2 memasuki era globalisasi de*asa ini. Di era
globalisasi de*asa ini, kebudayaan )unda /dan 7irebon2 tampak mengalami
tantangan yang serius. $amun, untuk men%a*ab tantangan tersebut, kebudayaan
)unda /dan 7irebon2 seperti kehilangan energi dan daya hidupnya. :ealitas
tersebut, sebagaimana realitas yang ter%adi semasa mondialisasi di era penetrasi
Barat bisa %adi diakibatkan karena tidak %elasnya postur dan pro,il tentang
kebudayaan )unda /dan 7irebon2 serta secara otomatis belum membuminya
kebudayaan )unda /dan 7irebon2 di kalangan urang )unda kebanyakan. +adinya,
urang )unda /dan 7irebon2 seperti teralienasikan dari kebudayaannya sendiri.
Keteralienasian ini bahkan sering pula diikuti oleh keengganan urang )unda /dan
7irebon2 untuk mengakui dirinya sebagai bagian dari kebudayaan )unda /dan
7irebon2 atau merepresentasikan diri sebagai urang )unda /dan 7irebon2.
Apabila kemampuan beradaptasi Kebudayaan )unda /dan 7irebon2
memperlihatkan tampilan yang kurang begitu menggembirakan maka hal itu
se%alan pula dengan kemampuan mobilitasnya. Kemampuan Kebudayaan )unda
/dan 7irebon2 untuk melakukan mobilitas, baik 5ertikal maupun horisontal, dapat
dikatakan sangat lemah. 9leh karenanya, %angankan di luar komunitas )unda /dan
7irebon2, di dalam komunitas )unda /dan 7irebon2 sendiri, kebudayaan )unda
/dan 7irebon2 seringkali men%adi tampak asing. 8eskipun ada unsur Kebudayaan
)unda /dan 7irebon2 yang memperlihatkan kemampuan untuk bermobilitas, baik
secara horisontal maupun 5ertikal, tetapi secara umum kemampuan Kebudayaan
)unda /dan 7irebon2 untuk bermobilitas dapat dikatakan masih rendah sehingga
kebudayaan )unda /dan 7irebon2 tidak sa%a tampak %alan di tempat tetapi %uga
ber%alan mundur.
Berkaitan erat dengan dua kemampuan terdahulu, kemampuan tumbuh dan
berkembang Kebudayaan )unda /dan 7irebon2 %uga dapat dikatakan
memperlihatkan tampilan yang kurang begitu menggembirakan. +angankan
berbicara paradigma'paradigma baru, itikad untuk melestarikan apa yang telah
dimiliki sa%a dapat dikatakan sangat lemah. )ebagai contoh, men%adi sebuah
pertanyaan besar, komunitas )unda /dan 7irebon2 yang sebenarnya kaya dengan
,olklor, seberapa %auh telah berupaya untuk tetap melestarikan ,olklor tersebut
agar tetap #membumi( dengan masyarakat )unda /dan 7irebon2. Kalaulah upaya
untuk #membumikan( harta pusaka sa%a tidak ada bisa dipastikan paradigma baru
untuk membuat ,olklor tersebut agar sanggup berkompetisi dengan kebudayaan
luar pun bisa %adi hampir tidak ada atau bahkan mungkin, belum pernah
terpikirkan sama sekali. Biarlah ,olklor tersebut men%adi kenangan masa lalu
urang )unda /dan 7irebon2 dan biarkanlah ,olklor tersebut ikut terkubur
selamanya bersama para pendukungnya, begitulah barangkali ucap urang )unda
11
/dan 7irebon2 yang tidak berdaya dalam mera*at dan memberdayakan *arisan
leluhurnya.
Berkenaan dengan kemampuan regenerasi, Kebudayaan )unda /dan
7irebon2 pun tampaknya kurang membuka ruang bagi ter%adinya proses tersebut,
untuk tidak mengatakan anti regenerasi. Budaya #kumaha akang(, #mangga
tipayun(, yang demikian kental melingkupi kehidupan sehari'hari urang )unda
men%adi salah satu penyebab rentannya budaya )unda dalam proses regenerasi.
Akibatnya, %adilah budaya )unda gagap dengan regenerasi. <enerasi'generasi
baru urang )unda seperti tidak diberi ruang terbuka untuk berkompetisi dengan
sehat, hanya dikarenakan kentalnya senioritas serta #terlalu ma%unya( pemikiran
para generasi baru, yang seringkali bertentangan dengan pakem'pakem yang
dimiliki generasi sebelumnya.
Bila pengamatan terhadap daya hidup Kebudayaan )unda /dan 7irebon2
melahirkan temuan'temuan yang cukup memprihatinkan, maka hal yang sama
%uga ter%adi manakala tiga mustika mutu hidup kreasi :endra digunakan untuk
men%ela%ahi Kebudayaan )unda /dan 7irebon2, baik itu mustika tanggung %a*ab
terhadap ke*a%iban, mustika idealisme maupun mustika spontanitas. ;emahnya
tanggung %a*ab terhadap ke*a%iban tidak sa%a diakibatkan oleh minimnya ruang'
ruang serta kebebasan untuk melaksanakan ke*a%iban secara total dan
bertanggung %a*ab tetapi %uga oleh lemahnya kapasitas dalam melaksanakan suatu
ke*a%iban. .edonisme yang kini melanda kebudayaan )unda /dan 7irebon2 telah
mampu menggeser parameter dalam melaksanakan suatu ke*a%iban. Untuk
melaksanakan suatu ke*a%iban tidak lagi didasarkan atas tanggung%a*ab yang
dimilikinya tetapi lebih didasarkan atas seberapa besar materi yang akan
diperolehnya apabila suatu ke*a%iban dilaksanakan. Bila ukuran ke*a%iban sa%a
sudah bergeser pada hal'hal yang bersi,at materi, %anganlah berharap bah*a di
dalamnya masih ada apa yang disebut mustika idealisme. Para hedonis dengan
kekuatan materi yang dimilikinya, senga%a atau tidak senga%a, semakin
memupuskan idealisme dalam kebudayaan )unda /dan 7irebon2. Akibatnya,
%adilah betapa sulitnya komunitas )unda /dan 7irebon2 menemukan sosok'sosok
yang beker%a dengan penuh idealisme dalam mema%ukan kebudayaan )unda /dan
7irebon2.
Berpi%ak pada kondisi lemahnya daya hidup dan mutu hidup kebudayaan
)unda /dan 7irebon2, timbul pertanyaan besar, apakah permasalahan yang
sebenarnya tengah dihadapi kebudayaan )unda /dan 7irebon2= Untuk men%a*ab
ini banyak argumen bisa dikedepankan. 6api beberapa di antaranya yang
tampaknya bisa diangkat ke permukaan sebagai ,aktor berpengaruh paling besar
adalah karena ketiadaan strategi dalam mengembangkan kebudayaan )unda /dan
7irebon2> lemahnya tradisi, baca, tulis , dan lisan /baca, berbeda pendapat2 di
kalangan komunitas )unda /dan 7irebon2> serta belum adanya ,ormulasi yang
%elas tentang kebudayaan )unda /dan 7irebon2.
Ketiadaan strategi kebudayaan yang benar dan tahan u%i dalam
mengembangkan kebudayaan )unda /dan 7irebon2 tampak dari tidak adanya
#pegangan bersama( yang lahir dari suatu proses yang mengedepankan prinsip'
prinsip keadilan tentang upaya melestarikan dan mengembangkan secara lebih
berkualitas Kebudayaan )unda /dan 7irebon2. Kebudayaan )unda /dan 7irebon2
12
tampaknya dibiarkan berkembang secara liar, tanpa ada upaya sungguh'sungguh
untuk memandunya agar selalu berada di #%alan yang lurus(, khususnya manakala
harus berhadapan dengan kebudayaan'kebudayaan asing yang galibnya
terorganisir dengan rapi serta memiliki kemasan menarik.
Berbagai unsur Kebudayaan )unda /dan 7irebon2 yang sebenarnya sangat
potensial untuk dikembangkan, bahkan untuk di%adikan model kebudayaan
nasional dan kebudayaan dunia tampak tidak mendapat sentuhan yang memadai.
Ambilah contoh, berbagai makanan tradisional yang dimiliki urang )unda /dan
7irebon2, mulai dari lotek, karedok, tahu ge%rot, ba%igur, bandrek, surabi, colenak,
*a%it, borondong, kolontong, ranginang, opak, hingga yang lagi naik daun, ubi
7ilembu, apakah ada strategi besar dari pemerintah daerah untuk mengemasnya
dengan lebih bertanggung %a*ab agar bisa diterima komunitas yang lebih luas.
Kalau Kolonel )anders mampu mengemas ayam men%adi demikian mendunia,
mengapa urang )unda tidak mampu melahirkan 8ang U%ang, Kang Duyeh,
ataupun Bi ?ha dengan kemasan'kemasan makanan tradisional )unda yang %uga
mendunia. 9leh karenanya, bila strategi kebudayaan benar'nenar telah dimiliki
oleh Kebudayaan )unda /dan 7irebon2 bisa %adi urang )unda akan dengan bangga
menemukan tempat'tempat makanan #enggal sayagi(, seperti ;otek 7ilentah,
Karedok )ingaparna, Fa%it 7ililin, Borondong 8a%alaya, Bandrek Pangalengan,
Ba%igur Bogor, atau 9pak 8a%alengka.
;emahnya budaya baca, tulis, dan lisan ditenggarai %uga men%adi penyebab
lemahnya daya hidup dan mutu hidup Kebudayaan )unda /dan 7irebon2.
;emahnya budaya baca telah menyebabkan lemahnya budaya tulis. ;emahnya
budaya tulis pada komunitas )unda /dan 7irebon2 secara tidak langsung
merupakan representasi pula dari lemahnya budaya tulis dari bangsa &ndonesia.
Dakta paling menon%ol dari semua ini adalah minimnya karya'karya tulis tentang
Kebudayaan )unda /dan 7irebon2 ataupun karya tulis yang ditulis oleh urang
)unda dan 7irebon. Dalam kaitan ini, upaya Gayasan :ancage untuk memberikan
penghargaan dalam tradisi tulis perlu mendapat dukungan dari berbagai elemen
urang )unda /dan 7irebon2. )ayangnya, hingga saat ini pertumbuhan tradisi tulis
pada urang )unda /dan 7irebon2 masih tetap terbilang rendah.
Budaya lisan dalam Kebudayaan )unda /dan 7irebon2 sebenarnya
merupakan budaya yang telah lama akrab dengan komunitas )unda /dan 7irebon2,
bahkan usianya %auh lebih tua dibandingkan dengan budaya baca dan tulisan.
$amun budaya lisan dalam pengertian kapasitas untuk mengemukakan pendapat
serta ber%i*a besar dalam menghadapi pendapat yang berbeda masih merupakan
barang yang masih amat sangat langka dalam Kebudayaan )unda /dan 7irebon2.
6radisi lisan )unda /dan 7irebon2 tampaknya baru mampu menghargai
komunikasi model monolog dan bukannya dialog. Akibatnya kemampuan untuk
menyampaikan pendapat dan menerima pendapat yang berbeda dalam
Kebudayaan )unda /dan 7irebon2 merupakan barang yang teramat me*ah.
Padahal, kapasitas untuk mengemukakan pendapat dan menerima pendapat yang
berbeda ini men%adi salah satu dasar bagi munculnya daya hidup dan mutu hidup
kebudayaan yang berkualitas. Kapasitas mengemukakan pendapat pada dasarnya
merupakan representasi dari kemampuan berna,as dan mencerna, sementara
kapasitas menerima dengan %i*a besar pendapat yang berbeda lebih merupakan
13
representasi dari kemampuan berkoordinasi dan berorganisasi, kemampuan
beradaptasi, kemampuan mobilitas, kemampuan tumbuh dan berkembang, serta
kemampuan regenerasi.
Ketidak%elasan ,ormulasi kebudayaan )unda /dan 7irebon2 menyebabkan
kaburnya pro,il dan postur kebudayaan )unda /dan 7irebon2. Untuk itu, %elas
diperlukan upaya yang serius untuk mem,ormulasikan tentang kebudayaan )unda
/dan 7irebon2. Dormulasi kebudayaan )unda /dan 7irebon2 dimaksud tentu tidak
hanya sekedar mencakup bahasa dan kesenian, tetapi %uga meliputi sistem dan
organisasi kemasyarakatan, sistem mata pencaharian hidup, sistem pengetahuan,
sistem religi, serta sistem teknologi, peralatan, dan perlengkapan hidup.
)elan%utnya, ,ormulasi kebudayaan )unda /dan 7irebon2 harus diikuti pula dengan
langkah'langkah strategis untuk membumikannya di kalangan urang )unda /dan
7irebon2. +anganlah sampai ,ormulasi kebudayaan )unda /dan 7irebon2 yang
dihasilkan nanti hanya sebatas men%adi *acana di atas kertas atau hanya men%adi
milik eksklusi, golongan atau kelompok tertentu.
Dormulasi kebudayaan )unda /dan 7irebon2 akan semakin terasa
urgensinya bila mengingat bah*a tantangan yang dihadapi oleh urang )unda /dan
7irebon2 kini men%adi bertambah berat dengan semakin terbukanya +a*a Barat
oleh prasarana transportasi, baik darat /tol 7ipularang2 maupun udara
/penerbangan langsung dari Bandung ke berbagai kota di luar negeri2. 8elalui
,ormulasi dan pembumian kebudayaan )unda /dan 7irebon2 diharapkan urang
)unda /dan 7irebon2 akan kembali tersadarkan tentang kebudayaan yang
dimilikinya sehingga memiliki filter yang kuat dalam menyikapi derasnya
pengaruh yang dihadapinya. Bahkan, lebih dari itu akan melahirkan sense of
belonging dan sense of pride terhadap kebudayaan )unda /dan 7irebon2 serta
tentang %ati dirinya sebagai urang )unda /dan 7irebon2
Bagi ranah politik, khususnya pemerintah propinsi, ,ormulasi kebudayaan
)unda /dan 7irebon2 diharapkan pula akan mampu menampung kebutuhan akan
%a*aban /response2 bagi sebuah tantangan /challenge2 di depan berupa
kecenderungan kembalinya pembagian *ilayah administrasi pemerintahan
*arisan abad ke'1, sehubungan dengan kuatnya hembusan angin otonomi
daerah. Pembagian *ilayah +a*a bagian Barat atas empat *ilayah karesidenan
sebagaimana diumumkan :a,,les tanggal 1- Agustus 11", yakni Banten,
BuitenCorg /Bogor2, 7irebon, dan Priangan, sadar atau tidak sadar, sepertinya
akan berulang kembali /setelah dimulai oleh Banten dan kini riak'riaknya sudah
muncul di 7irebon dan Bogor2, meskipun kemasannya bukan lagi karesidenan
tetapi propinsi. 8anakala realitas tersebut benar'benar muncul ke permukaan,
tanpa antisipiasi yang matang, bisa %adi banyak kemungkinan yang akan muncul
tentang perkembangan kebudayaan )unda /dan 7irebon2. Akan semakin menguat
atau %ustru akan semakin memudar. Dengan adanya ,ormulasi kebudayaan )unda
/dan 7irebon2 diharapkan perkembangan yang tidak menggembirakan dapat
dihindari.
1!
DA?TAR SUMBER
Al,ian, 6. &brahim. 14". )e%arah dan Permasalahan 8asa Kini, Pidato
Pengukuhan +abatan <uru Besar pada Dakultas )astra Uni5ersitas <ad%ah
8ada pada tanggal 12 Agustus 14".
At%a dan )aleh Danasasmita. 141. )anghyang )iksakanda $g KaresianH /$askah
)unda Kuno 6ahun 1"14 82. BandungH Proyek Pengembangan
Permuseuman +a*a Barat.
Danasasmita, )aleh, et.al. 143014!. :intisan Penelusuran 8asa )ilam )e%arah
+a*a Barat. ! @ols. BandungH Proyek Penerbitan )e%arah +a*a Barat
Pemerintah Propinsi Daerah 6ingkat & +a*a Barat.
Dienaputra, :eiCa D. 13. Kera%aan )unda Pa%a%aranH )tudi tentang )uksesi
Kepemimpinan di Kera%aan )unda Pa%a%aran. BandungH ;embaga
Penelitian Uni5ersitas Pad%ad%aran.
'''''''''''''''. 2--!. 7ian%urH Antara Priangan dan BuitenCorg /)e%arah 7ikal Bakal
7ian%ur dan Perkembangannya .ingga 1!22. BandungH Prolitera.
?kad%ati, ?di ). 1"a. Kebudayaan )unda /)uatu Pndekatan )e%arah2. +akartaH
Pustaka +aya.
'''''''''''''''. 1"b. )unda, $usantara, dan &ndonesiaH )uatu 6in%auan )e%arah.
Pidato Pengukuhan +abatan <uru Besar Dalam &lmu )e%arah Dakultas
)astra Uni5ersitas Pad%ad%aran pada .ari )abtu, 11 Desember 1".
'''''''''''''''. 2--!. Kebangkitan Kembali 9rang )undaH Kasus Paguyuban
Pasundan 113'114. BandungH Kiblat Buku Utama.
+. .ageman 7C. 1413. #<eschiedenis der )oendalanden(, 6B<, B@&. Bata5ia.
Kern, :.A. 144. <eschiedenis der Preanger':egentschappen> Kort 95erCigt.
BandungH De @ries I Dabricius.
Kunto, .aryoto. 14!. Fa%ah Bandoeng 6empo Doeloe. BandungH <ranesia.
;ubis, $ina .., dkk. 2--3. )e%arah 6atar )unda. +ilid & dan &&. BandungH
;embaga Penelitian Uni5ersitas Pad%ad%aran.
;. Pronk. 12. De bestuursreorganisatie'8ullemeister op +a5a en 8adoera en
haar beteekenis 5oor het heden. ;eidenH 8. Dubbeldeman.
1"
9tto 5an :ees, 9tto 5an. 144-. 95erCigt 5an de <eschiedenis der Preanger'
:egentschappen. Bata5ia.
:eitsma, ). A. 112. De Fegen in de Preanger. BandungH <. Kol,, I 7o.
'''''''''''''''. 124. Korte <eschiedenis der $ederlandsch'&ndische )poor en
6ram*egen. Felte5redenH <. Kol,, I 7o.
:oelcke, <ott,ried dan <ary 7rabb. 1!. All Around BandungH ?Jploring the
Fest +a5a .ighlands. BandungH Bandung )ociety ,or .eritage
7onser5ation.
:osidi, A%ip. 144. .urip FarasH Dua Panineungan. BandungH Pustaka Karsa
)unda.
)taatsblad 5an $ederlandsch'&ndie o5er het +aar 141!, $o. "!.
)taatsblad 5an $ederlandsch'&ndie o5er het +aar 111, $o. 1".
)taatsblad 5an $ederlandsch'&ndie o5er het +aar 12-, $o. 1"-.
6ourist <uide to BuitenCorg, the Preanger and 7entral +a5a. 113. Felte5redenH
9,,icial 6ourist Bureau.
@erslag der )taatsspoor'en 6ram*egen in $ederlandsch'&ndie +rg. 12".
Farnaen, )u*arsih et.al. 143. Pandangan .idup 9rang )unda. BandungH Bagian
Proyek Penelitian dan Pengka%ian Kebudayaan )unda /)undanologi2
Depdikbud.
11