Anda di halaman 1dari 16

1

MENINGITIS

A. Anatomi Selaput Otak

B. Fisiologi Selaput Otak
Otak dan sum-sum tulang belakangdiselimuti meningea yang
melindungi struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi
cairan serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:
1. Lapisan Luar (Durameter)
Durameter merupakan tempat yang tidak kenyal yang
membungkus otak, sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal dan
pembuluh darah. Durameter terbagi lagi atas durameter bagian luaryang
disebut selaput tulang tengkorak (periosteum) dan durameter bagian
dalam (meningeal) meliputi permukaan tengkorak untuk membentuk
falks serebrum, tentorium serebelum dan diafragma sella.
2. Lapisan Tengah (Arakhnoid)
Disebut juga selaput otak, merupakan selaput halus yang
memisahkan durameter dengan piameter, membentuk sebuah kantung
atau balon berisi cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf pusat.
Ruangan diantara durameter dan arakhnoid disebut ruangan subdural
yang berisi sedikit cairan jernih menyerupai getah bening. Pada ruangan
ini terdapatpembuluh darah arteri dan vena yang menghubungkan sistem
otak dengan meningen serta dipenuhi oleh cairan serebrospinal.
2

3. Lapisan Dalam (Piameter)
Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan
pembuluh darah kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang
banyak. Lapisan ini melekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti
gyrus dari otak. Ruangan diantara arakhnoid dan piameter disebut sub
arakhnoid. Pada reaksi radang ruangan ini berisi sel radang. Disini
mengalir cairan serebrospinalis dari otak ke sumsum tulang belakang.

C. Pengertian
Meningitis adalah infeksi cairan otak dan disertai proses peradangan
yang mengenai piameter, araknoid dan dapat meluas ke permukaan jarinag
otak dan medula spinalis yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa
yang terdapat secara akut dan kronis.
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang
mengelilingi otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri
atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada
sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis dibagi menjadi dua :
1. Meningitis purulenta Yaitu infeksi selaput otak yang disebabkan oleh
bakteri non spesifik yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau reaksi
purulen pada cairan otak. Penyebabnya adalah pneumonia, hemofilus
influensa, E. Coli.
2. Meningitis tuberkulosa Yaitu radang selaput otak dengan eksudasi yang
bersifat serosa yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis, lues, virus,
riketsia.

D. Tanda Dan Gejala
1. Tanda Dan Gejala Meningitis Secara Umum:
3

a. Aktivitas / istirahat ;Malaise, aktivitas terbatas, ataksia, kelumpuhan,
gerakan involunter, kelemahan, hipotonia
b. Sirkulasi ;Riwayat endokarditis, abses otak, TD , nadi , tekanan nadi
berat, takikardi dan disritmia pada fase akut
c. Eliminasi ; Adanya inkontinensia atau retensi urin
d. Makanan / cairan ; Anorexia, kesulitan menelan, muntah, turgor kulit
jelek, mukosa kering
e. Higiene ; Tidak mampu merawat diri
f. Neurosensori ; Sakit kepala, parsetesia, kehilangan sensasi,
Hiperalgesiameningkatnya rasa nyeri, kejang, gangguan oenglihatan,
diplopia, fotofobia, ketulian, halusinasi penciuman, kehilangan
memori, sulit mengambil keputusan, afasia, pupil anisokor, ,
hemiparese, hemiplegia, tandaBrudzinskipositif, rigiditas nukal,
refleks babinski posistif, refkleks abdominal menurun, refleks
kremasterik hilang pada laki-laki
g. Nyeri / kenyamanan ; Sakit kepala hebat, kaku kuduk, nyeri gerakan
okuler, fotosensitivitas, nyeri tenggorokan, gelisah,
mengaduh/mengeluh
h. Pernafasan ; Riwayat infeksi sinus atau paru, nafas , letargi dan
gelisah
i. Keamanan ; Riwayat mastoiditis, otitis media, sinusitis, infeksi pelvis,
abdomen atau kulit, pungsi lumbal, pembedahan, fraktur cranial,
anemia sel sabit, imunisasi yang baru berlangsung, campak, chiken
pox, herpes simpleks. Demam, diaforesios, menggigil, rash, gangguan
sensasi.
j. Penyuluhan / pembelajaran ; Riwayat hipersensitif terhadap obat,
penyakit kronis, diabetes mellitus
2. Tanda Dan Gejala Meningitis Secara Khusus:
Anak dan Remaja.
a. Demam.
b. Mengigil.
4

c. Sakit kepala.
d. Muntah.
e. Perubahan pada sensorium.
f. Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal).
g. Peka rangsang.
h. Agitasi
i. Dapat terjadi: Fotophobia (apabila cahaya diarahkan pada mata pasien
(adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI) Delirium, Halusinasi,
perilaku agresi, mengantuk, stupor, koma
Bayi dan Anak Kecil. Gambaran klasik jarang terlihat pada anak-anak usia
3 bulan dan 2 tahun.
a. Demam.
b. Muntah.
c. Peka rangsang yang nyata.
d. Sering kejang (sering kali disertai denagan menangis nada tinggi).
e. Fontanel menonjol.
Neonatus:
a. Tanda-tanda spesifik: Secara khusus sulit untuk didiagnosa serta
manifestasi tidak jelas dan spesifik tetapi mulai terlihat menyedihkan
dan berperilaku buruk dalam beberapa hari,
b. Menolak untuk makan.
c. Kemampuan menghisap menurun.
d. Muntah atau diare.
e. Tonus buruk.
f. Kurang gerakan.
g. Menangis buruk.
h. Leher biasanya lemas.
i. Tanda-tanda non-spesifik:
j. Hipothermia atau demam.
k. Peka rangsang.
l. Mengantuk.
5

m. Kejang.
n. Ketidakteraturan pernafasan atau apnea.
o. Sianosis.
p. Penurunan berat badan.
Pada meningitis purulenta ditemukan tanda dan gejala :
a. Gejala infeksi akut atau sub akut yang ditandai dengan keadaan lesu,
mudah terkena rangsang, demam, muntah penurunan nafsu makan,
nyeri kepala.
b. Gejala peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan muntah, nyeri
kepala, penurunan kesadaran ( somnolen sampai koma ), kejang, mata
juling, paresis atau paralisis.
c. Gejala rangsang meningeal yang ditandai dengan rasa nyeri pada leher
dan punggung, kaku kuduk, tanda brodsinky I dan II positif dan tanda
kerning positif.
d. Tanda kerning yaitu bila paha ditekuk 90ke depan, tuungkai dapat
diluruskan pada sendi lutut.
e. Tanda brudzinky I positif adalah bila kepal di fleksi atau tunduk ke
depan, maka tungkai akan bergerak fleksi di sudut sendi lutut.
f. Tanda brodzinky II positif adalah bila satu tungkai ditekuk dari sendi
lutut ruang paha, ditekankan ke perut penderita, maka tungkai lainnya
bergerak fleksi dalam sendi lutut.
Pada meningitis tuberkulosas didapatkan gejala dalam stadium-stadium
yaitu :
a. Stadium prodomal ditandai dengan gejala yang tidak khas dan terjadi
perlahan-lahan yaitu demam ringan atau kadang-kadang tidak demam,
nafsu makan menurun, nyeri kepala, muntah, apatis, berlangsung 1-3
minggu, bila tuberkulosis pecah langsung ke ruang subaraknoid, maka
stadium prodomal berlangsung cepat dan langsung masuk ke stadium
terminal.
6

b. Stadium transisi ditandai dengan gejala kejang, rangsang meningeal
yaitu kaku kuduk, tanda brudzinky I dan II positif, mata juling,
kelumpuhan dan gangguan kesadaran.
c. Stadium terminal ditandai dengan keadaan yang berat yaitu kesadaran
menurun sampai koma, kelumpuhan, pernapasan tidak teratur, panas
tinggi dan akhirnya meninggal.
E. Etiologi
1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
2. Penyebab lainnya, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan
dengan wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu
terakhir kehamilan
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injuri yang berhubungan
dengan sistem persarafan.

F. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi
pada cairan otak, yaitu :
1. Meningitis serosa Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang
disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah
Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya Virus, Toxoplasma gondhii
dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter
yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain :
Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis
(meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
7

Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa.

G. PATOFISIOLOGI
Kuman atau organisme dapat mencapai meningen ( selaput otak ) dan ruangan
subaraknoid melalui cara sebagai berikut :
1. Implantasi langsung setelah luka terbuka di kepala.
2. Perluasan langsung dari proses infeksi di telingga tengah sinus paranasalis,
kulit.
3. Kepala, pada muka dan peradangan di selaput otak/ skitarnya seperti
mastoiditis.
4. Sinusitis, otitis media.
5. Melalui aliran darah waktu terjadi septicemia.
6. Perluasan dari tromboplebitis kortek.
7. Perluasan dari abses ekstra dural, sudural atau otak.
8. Komplikasi bedah otak.
9. Penyebaran dari radang.
Pada meningitis tuberkulosa dapat terjadi akibat komplikasi penyebaran
tuberkulosis paru primer, yaitu :
1. secara hematogen, melalui kumanmencapai susunan saraf kemudian pecah
dan bakteri masuk ke ruang subaraknoid melalui aliran darah.
2. Cara lain yaitu dengan perluasan langsung dari mastoiditis atau spondilitis
tuberculosis Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan
diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula
spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis
media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah
saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui
nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak
dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang
menyokong perkembangan bakteri.
8

Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi
radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan
trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami
gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi.
Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis.
Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral.
Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis
intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah
pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum
terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal,
kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada
sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel
dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

















9

H. Pathway Meningitis

I. Manifestasi Klinis
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering). Perubahan pada tingkat
kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
2. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
3. Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher
4. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam
keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
5. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi
lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada
10

salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang
berlawanan.
6. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
7. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat
eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan
karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi),
pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat
kesadaran.
8. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
9. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba
muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati
intravaskuler diseminata.

J. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan cairan otak melalui fungsi lumbal, didapatkan :
a. Tekanan.
b. Warna cairan otak: pada keadaan normal cairan otak tidakberwarna.
Pada menigitis purulenta berwarna keruh sampai kekuning-
kuningangan. Sedangkan pada meningitis tuberkulosis cairan otak
berwarna jernih.
c. Protein ( 0,2-0,4 Kg ) pada miningitis meninggi.
d. Glukosa dan klorida.
e. None pandi.
2. Pemeriksaan darah
Uji tuberkulin positif dari kurasan lambung untuk meningitis tuberculosis.
3. Pemeriksaan radiologi :
a. CT Scan.
b. Rotgen kepala.
c. Rotgen thorak.
4. Elektroensefalografi ( EEG ), akan menunjukkan perlambatan yang
menyeluruh di kedua hemisfer dan derajatnya sebanding dengan radang.
11

5. Analisis CSS dari fungsi lumbal :

K. KOMPLIKASI
1. Ketidaksesuaian sekresi ADH.
2. Pengumpulan cairan subdural.
3. Lesi lokal intrakranial dapat mengakibatkan kelumpuhan sebagian badan.
4. Hidrocepalus yang berat dan retardasi mental, tuli, kebutaan karena atrofi
nervus II ( optikus ).
5. Pada meningitis dengan septikemia menyebabkan suam kulit atau luka di
mulut, konjungtivitis.
6. Epilepsi.
7. Pneumonia karena aspirasi.
8. Efusi subdural, emfisema subdural.
9. Keterlambatan bicara.
10. Kelumpuhan otot yang disarafi nervus III (okulomotor), nervus IV
(toklearis ), nervus VI (abdusen). Ketiga saraf tersebut mengatur gerakan
bola mata.
11. Hidrosefalus obstruktif.
12. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia ).
13. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal
bilateral).
14. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone ).
15. Efusi subdural.
16. Kejang.
17. Edema dan herniasi serebral.
18. Cerebral palsy.
19. Gangguan mental.
20. Gangguan belajar.
21. Attention deficit disorder.

L. Asuhan Keperawatan Meningitis
12

1. Pengkajian Meningitis.
a. Biodata klien.
b. Riwayat kesehatan yang lalu.
1) Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
2) Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
3) Pernahkah operasi daerah kepala ?
c. Riwayat kesehatan sekarang.
1) Aktivitas.
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia,
kelumpuhan, gerakan involunter.
2) Sirkulasi.
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK.
Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan
nadi berat, takikardi, disritmia.
3) Eliminasi.
Gejala : Inkontinensi dan atau retensi.
4) Makanan/cairan.
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda :
anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa
kering.
5) Higiene.
Gejala : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan
diri.
6) Neurosensori.
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang
terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia,
fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi
sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi,
kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang
umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig
13

positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun
dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.
7) Nyeri/keamanan.
Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah,
menangis.
8) Pernafasan.
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja
pernafasan.
2. Diagnosa keperawatan Meningitis.
a. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan
diseminata hematogen dari pathogen.
b. Risiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan
sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
c. Risiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/fokal,
kelemahan umum, vertigo.
d. Nyeri (akut) sehubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam
sirkulasi.
e. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan
neuromuskular, penurunan kekuatan.
f. Anxietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.
3. Intervensi Keperawatan Meningitis.
a. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan
diseminata hematogen dari patogen.
1) Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan.
2) Pertahan kan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat.
3) Pantau suhu secara teratur.
4) Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur demam yang terus
menerus
5) Auskultasi suara nafas ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan
nfas dalam
6) Cacat karakteristik urine (warna, kejernihan dan bau )
14

7) Kolaborasi : Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin,
klorampenikol, gentamisin.

b. Resiko tinggi terhadap perubahan cerebral dan perfusi jaringan
sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
1) Tirah baring dengan posisi kepala datar.
2) Pantau status neurologis.
3) Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang
4) Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan, suhu, masukan
dan haluaran.
5) Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan.
6) Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.
7) Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).
8) Pantau BGA.
9) Berikan obat : steoid, clorpomasin, asetaminofen.
c. Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang
umum/vokal, kelemahan umum vertigo.
1) Pantau adanya kejang
2) Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang
jalan nafas buatan.
3) Tirah baring selama fase akut kolaborasi berikan obat : venitoin,
diaepam, venobarbital.
d. Nyeri (akut ) sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam
sirkulasi.
1) Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata,
berikan posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan
rentang gerak aktif atau pasif dan masage otot leher.
2) Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak
tingi).
3) Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.
4) Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul.
15

5) Berikan anal getik, asetaminofen, codein.

e. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan
neuromuskuler.
1) Kaji derajat imobilisasi pasien.
2) Bantu latihan rentang gerak.
3) Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab.
4) Periksa daerah yang mengalami nyeri tekan, berikan matras udara
atau air perhatikan kesejajaran tubuh secara fungsional.
5) Berikan program latihan dan penggunaan alat mobilisasi.





















16

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, dkk.(2003).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I
Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia,
Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC

Harsono.(1996).Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.

Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi
bahasa Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai