Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
SISTEM KARDIOVASKULER
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada.
Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium
yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang
mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka ventrikel
memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar. Fungsi
utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan
tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan ungsi
tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh
dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan
membuang karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya
oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.
Gambar1. Jantung tampak depan
1
Fungsi Jantung
!ada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah
(disebut diastol), selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari
ruang jantung (disebut sistol). "edua atrium mengendur dan berkontraksi se#ara
bersamaan, dan kedua ventrikel juga mengendur dan berkontraksi se#ara
bersamaan.
$arah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida
dari seluruh tubuh mengalir melalui % vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam
atrium kanan. &etelah atrium kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke
dalam ventrikel kanan.
$arah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam
arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru. $arah akan mengalir melalui pembuluh
yang sangat ke#il (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru,
menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya dihembuskan.
$arah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju
ke atrium kiri. !eredaran darah diantara bagian kanan jantung, paru-paru dan
atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner.
$arah dalam atrium kiri akan didorong ke dalam ventrikel kiri, yang
selanjutnya akan memompa darah yang kaya akan oksigen ini melewati katup
aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh). $arah kaya oksigen ini
disediakan untuk seluruh tubuh, ke#uali paru-paru.
2
Gambar2. Ruang dan Katup Jantung
Gambar2. Jantung (potongan melintang/bagian dalam)
3
Pembulu Da!a
"eseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri dari arteri,
arteriola, kapiler, venula dan vena.
A!te!i (kuat dan lentur) membawa darah dari jantung dan menanggung
tekanan darah yang paling tinggi. "elenturannya membantu mempertahankan
tekanan darah diantara denyut jantung. Arteri yang lebih ke#il dan a!te!i"la
memiliki dinding berotot yang menyesuaikan diameternya untuk meningkatkan
atau menurunkan aliran darah ke daerah tertentu.
Ka#ile! merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat
tipis, yang berungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari
jantung) dan vena (membawa darah kembali ke jantung). "apiler memungkinkan
oksigen dan 'at makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan
memungkinkan hasil metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah.
$ari kapiler, darah mengalir ke dalam $enula lalu ke dalam vena, yang
akan membawa darah kembali ke jantung. Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi
biasanya diameternya lebih besar daripada arteri, sehingga vena mengangkut darah
dalam volume yang sama tetapi dengan ke#epatan yang lebih rendah dan tidak
terlalu dibawah tekanan.
(bat yang bekerja pada jantung dan pembuluh darah, baik arteri maupun
vena dibagi dalam sembilan sub kelas sebagai berikut)
*. (bat inotropik positi
%. (bat anti-aritmia
+. (bat antihipertensi
,. (bat anti-angina
-. $iuretik
.. (bat yang mempengaruhi sistem koagulasi darah
4
/. (bat hipolipidemik
0. (bat untuk syok dan hipotensi
1. (bat untuk gangguan sirkulasi darah (serebral, arteri, vena)
Jantung dan pembuluh darah merupakan alat dalam tubuh yang mengatur
peredaran darah sehingga kebutuhan makanan dan sisa metabolisme jaringan dapat
terangkut dengan baik. Jantung sebagai organ pemompa darah sedangkan
pembuluh darah sebagai penyalur darah ke jaringan. &istem kardiovaskuler
dikendalikan oleh sistem sara otonom melalui nodus &A, nodus A2, berkas 3is,
dan serabut !urkinye. !embuluh darah juga dipengaruhi sistem sara otonom
melalui sara simpatis dan parasimpatis. &etiap gangguan dalam sistem tersebut
akan mengakibatkan kelainan pada sistem kardiovaskuler. (bat kardiovaskuler
merupakan kelompok obat yang mempengaruhi dan memperbaiki sistem
kardiovaskuler se#ara langsung ataupun tidak langsung.
BAB II
5
PEMBAHASAN
OBAT INOTROPIK
4notropik adalah agen obat yang berperan dalam kontraksi otot jantung
(miokardium). 4notropik dibagi dalam dua agen yaitu )
*. Agen inotropik positi yaitu agen yang meningkatkan kontraktilitas
miokard dan digunakan untuk mendukung ungsi jantung dalam kondisi
seperti gagal jantung, syok kardiogenik, syok septi#, kardiomiopati.
%. Agen inotropik negati yaitu agen menurunkan kontraktilitas miokard dan
digunakan untuk mengurangi beban kerja jantung.
In"t!"#i% P"siti&
5likosida jantung ) digitalis, digoksin, digitoksin, 6uabain, strophantin "
"atekolamin ) epinephrine, norepinephrine, dopamine
4nhibitor osodiesterase ) milrinon, amrinon
5likosida
5likosida jantung memiliki gugus gula khas pada strukturnya. (leh
penduduk Arika dan Amerika &elatan, glikosida jantung banyak digunakan untuk
ra#un panah. 7ek armakologi terutama terhadap jantung. 5likosida jantung
ditemukan pada beberapa keluarga tumbuhan ) Apo#yna#eae, 8ilia#eae, 9ora#eae
dan :anun#ula#eae. &umber glikosida jantung yang utama dalam perdagangan
adalah dari genus $igitalis dan &trophantus. 5enus ini juga merupakan sumber
saponin. ;ontohnya senyawa digitonin (aglikon) digitoksigenin) dari Digitalis
purpurea.
%
5likosida jantung alamiah dapat diperoleh dari berbagai tanaman, antara lain)
a) Folia digitalis purpurea ) digitoksin, gitoksin, gitalin
6
b) Folia digitalis lanata ) 8anatosid A (hidrolisa menghasilkan digitoksin),
lanatosid B (hidrolisa menghasilkan gitoksin), lanatosid ; (hidrolisa
menghasilkan digoksin).
#) &toantus gratus ) 6uabain
d) &troantus kombe ) stroantin
e) <rginea maritma (ganggang laut) ) skilaren ('at akti yang mema#u kerja
jantung)
$igoksin meningkatkan inluks kalsium ke dalam sel-sel miokardial.
$igoksin adalah glikosida jantung yang paling sering digunakan, terutama untuk
alasan armakokinetik. Bila membandingkan obat-obat ini sangat berguna untuk
mengaitkan digitoksin dengan =lebih banyak dan lebih lama> ($igitoksin
mempunyai huru lebih banyak dibanding digoksin, membuatnya menjadi kata
yang lebih panjang).
%
9ekanisme kerjanya menghambat ?a
@
A "
@
- AB!ase (pompa natrium) dan
tinggi aliran ;a
@@
ke dalam. "ontraksi ditingkatkan dengan naiknya ;a
@@
intrasel.
?aiknya #urah jantung dan berkurangnya ukuran jantung, aliran balik vena dan
volume darah, menyebabkan diuresis dengan meningkatnya perusi ginjal.
9emperlambat ke#epatan ventrikel pada ibrilasi atau luter atrium dengan
meningkatnya sensitivitas nodus A2 terhadap penghambatan vagal. Bingginya
resistensi vas#ular perier. 4ndikasinya gagal jantung, ibrilasi atrium, lutter
atrium, takikardi poroksimal, juga diindikasikan untuk hipoventilasi, syok
kardiogenik dan syok tirotoksik, sering diberikan dahulu dosis muatan untuk
men#apai kadar terapeutik lebih #epat. 7ek yang tak diinginkan digoksin
intoksikasi digitalis (tanda-tanda toksisitas terjadi pada *C-%-D pasien yang
mendapat digitalis. Boksisitas sering kali atal dan terjadi lebih sering pada pasien
yang mendapat tia'idAdiureti# boros-kalium lain), bradikardi, blok nodus A2A&A,
aritmia. Juga anoreksia, mual, muntah, diare, sakit kepala, kelelahan, malaise,
gangguan visual dan ginekomastia. !eningkatan resistensi perier dapat
meningkatkan beban kerja jantung, memperburuk kerusakan iskemik.
%
7
$igitoksin, mempunyai waktu paruh lebih panjang, lebih banyak diadsorbsi
dari saluran #erna, lebih banyak terikat protein dan dimetabolisme lebih luas
sebelum ekskresi. &edangkan digoksin tidak dimetabolisme sama sekali.
9ekanisme kerja dan eek yang tak diinginkan sama dengan digoksin, sedangkan
indikasinya jarang digunakan karena waktu paruh panjang (bila timbul toksisitas,
sulit mengeluarkan obat akti dari tubuh). Berguna pada pasien dengan gagal ginjal
karena tidak dapat mengekskresi digoksin.
%
&emua glikosida jantung mempunyai eek )
a) 9eningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung (kerja inotropik positi)
b) 9emperlambat rekuensi denyut jantung (kerja kronotropik negati)
#) 9enekan hantaran rangsang (kerja dramatropik negati)
d) 9enurunkan nilai ambang rangsang.
9ekanisme kerja )
5likosida jantung bekerja menghambat en'im ?atrium-kalium AB!ase
pada reseptor di membran sel, khusunya di miokardium, pertukaran ion-ion
?a
@
E "
@
diubah menjadi pertukaran ion-ion ?a
@
E ;a
@@
, meningkatkan
inluks ;a menjadi protein kontraktil ;a-dependen pada sel otot jantung.
%
Farmakokinetik )
Bioavailabilitas preparat oral sangat bervariasi, sehingga perlu memonitor
kadarnya dalam serum. Adsorbsinya dihambat oleh adanya makanan dalam
saluran #erna. $erajat adsorbsi lanatosid ; adalah -CD, tepung dan tin#ture
digitalis %CD, digoksin -CD, digitoksin *CCD. Jadi, pada digitoksin
seluruhnya diadsorbsi masuk ke dalam darah, sama seperti pada pemberian
42. 7kskresi berbeda-beda menurut jenis masing-masing. 4ndikasi klinik
glikosida digitalis untuk lemah jantung kongesti dan untuk depresi nodus
A2.
%
8
"atekolamin
7pinephrine tergolong vasokonstriktor yang sangat kuat dan #ardia#
stimulant.

7pinephrine merupakan #ate#holamine endogen yang dihasilkan oleh
medulla adrenal dengan aktivitas F dan G* yang poten, dan eek G% yang sedang.
!ada dosis yang rendah, eek G menunjukkan dominasi. !ada dosis yang lebih
tinggi, eek F menjadi lebih signiikan. 7pinephrine merupakan aktivator reseptor
F adrenergik yang paling kuat.
+,-
!ada hipotensi yang akut seringkali epinephrine
lebih disukai dibandingkan dengan norepinephrine karena eek G adrenergik yang
lebih kuat berperan dalam mempertahakan maupun meningkatkan #ardia# output.
*
Fungsi alamiah dari epinephrine bekerja pada (a) kontraktilitas jantung, (b)
heart rate, (#) tonus otot polos vaskular dan otot bronkus, (d) sekresi kelenjar, (e)
proses metabolisme seperti glikogenolisis dan lipolisis. !emberian se#ara oral tidak
eekti, karena epinephrine dimetabolisme se#ara #epat pada mukosa
gastrointestinal dan hepar. Absorpsi epinephrine setelah pemberian se#ara subkutan
kurang baik, karena epinephrine menyebabkan vasokonstriksi pada tempat
suntikan. 7pinephrine juga kurang larut dalam lemak, sehingga men#egah
masuknya obat ke susunan sara pusat dan minimnya pengaruh langsung pada
otak.
+
7ek kardiovaskular yang ditimbulkan merupakan hasil dari stimulasi
reseptor F dan reseptor G adrenergik. $osis ke#il epinephrine (*-% HgAmenit 42)
bila diberikan pada pasien dewasa akan menstimulasi reseptor G% pada pembuluh
perier. &timulasi reseptor G*

terjadi pada dosis yang lebih besar (, HgAmenit 42),
pada dosis yang lebih besar (*C-%C HgAmenit 42) akan menstimulasi reseptor F dan
G adrenergik dengan eek stimulasi F yang lebih dominan pada pembuluh darah,
termasuk pembuluh darah perier dan sirkulasi ginjal. 4njeksi tunggal epinephrine
dengan dosis C,%-C,0 Hg 42 menyebabkan terjadinya stimulasi jantung yang
berlangsung selama *-- menit, umumnya tanpa peningkatan berlebihan pada
tekanan darah sistemik atau heart rate.
+

9
7pinephrine menstimulasi reseptor G* yang menyebabkan peningkatan
tekanan sistolik, heart rate, dan #urah jantung. Berjadi sedikit penurunan tekanan
diastolik, hal ini men#erminkan adanya vasodilatasi pada vaskularisasi otot rangka
sebagai akibat stimulasi reseptor G%.
,
&ebagai hasil akhir adalah peningkatan
tekanan nadi dan perubahan minimal pada tekanan arteri rerata. "arena perubahan
tekanan arteri rerata minimal maka ke#il kemungkinan untuk terjadinya releks
bradikardi akibat aktivasi baroreseptor. 7pinephrine meningkatkan heart rate
dengan meningkatkan laju depolarisasi ase ,, yang juga dapat meningkatkan
resiko terjadinya disritmia. !eningkatan #urah jantung yang terjadi merupakan
akibat dari meningkatnya heart rate, kontraktilitas jantung, dan aliran darah balik.
+

7pinephrine menstimulasi reseptor F* se#ara dominan pada kulit, mukosa,
vaskular hepar dan ginjal menghasilkan vasokonstriksi kuat. !ada vaskular otot
rangka, epinephrine menstimulasi reseptor G% se#ara dominan, menghasilkan
vasodilatasi. 3asil akhirnya adalah distribusi #urah jantung ke otot rangka dan
menurunkan tahanan vaskular sistemik. Aliran darah ginjal akan menurun, walau
tanpa perubahan pada tekanan darah sistemik. &ekresi renin akan meningkat karena
adanya stimulasi reseptor beta di ginjal. !ada dosis terapi, epinephrine tidak
memiliki eek vasokonstriksi yang signiikan pada arteri serebral. Aliran darah
koroner akan meningkat setelah pemberian epinephrine, walaupun pada dosis yang
tidak merubah tekanan darah sistemik.
+
(tot polos bronkus akan mengalami relaksasi akibat stimulasi G%
epinephrine. 7ek bronkodilatasi ini akan menjadi bronkokonstriksi dengan adanya
obat blokade adrenergik G, yang menjelaskan stimulasi F* oleh epinephrine.
$engan stimulasi G% akan meningkatkan konsentrasi seluler #A9!, menurunkan
mediator vasoakti yang sering dihubungkan dengan terjadinya gejala asma
bronkial.
+
7pinephrine memiliki eek yang paling signiikan terhadap metabolisme
dibandingkan #ate#holamin lainnya. &timulasi reseptor G* oleh epinephrine
meningkatkan glikogenolisis dan lipolisis, stimulasi reseptor F*

menghambat
pelepasan insulin. 5likogenolisis di hepar sebagai akibat dari aktivasi en'im
10
phosphorylase hepar. 8ipolisis hepar sebagai akibat dari aktivasi en'im lipase,
yang memper#epat peme#ahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol.
4nus epinephrine akan meningkatkan konsentrasi kolesterol plasma,
phospholipids, dan low density lipoproteins.
+
Agonis selekti adrenergik G% akibat inus epinephrine dosis rendah (C,C-
HgAkgAmenit intravena) diduga menyebabkan aktivasi pompa ?a-" pada otot
rangka, menyebabkan perpindahan ion " ke sel. (bservasi dengan #ara mengukur
kadar "alium darah sesaat sebelum dimulainya induksi anestesia dibandingkan
dengan kadar kalium *-+ hari sebelumnya didapatkan kadar yang lebih rendah
pada kadar serum kalium sesaat sebelum induksi anestesia, hal ini menjelaskan
adanya pelepasan epinephrine akibat stress. <ntuk memaksimalkan keputusan
klinis berdasarkan pengukuran kadar serum kalium, sebaiknya dipertimbangkan
terjadinya hipokalemia akibat dari ke#emasan preoperati dan pelepasan
epinephrine.
+

3ipokalemia akibat epinephrine dapat menyebabkan terjadinya disritmia
yang sering menyertai stimulasi sistem sara simpatis. $iantara seluruh kelenjar
endokrin, hanya kelenjar keringat yang berespon se#ara signiikan terhadap
epinephrine, menghasilkan sekresi yang kental dan banyak.
+
7pinephrine menyebabkan kontraksi otot radilalis iris, menyebabkan
midriasis. "ontraksi dari otot orbita menghasilkan penampilan eksopthalmus
seperti pada pasien dengan hipertiroidisme. 3al tersebut kemungkinan sebagai
akibat aktivasi reseptor F adrenergik.
+
Akibat eek epinephrine terjadi relaksasi otot polos saluran gastrointestinal.
Aktivasi reseptor beta adrenergik menyebabkan relaksasi otot detrusor kandung
ken#ing, sedangkan aktivasi reseptor alpa adrenergik menyebabkan kontraksi otot
trigonum dan otot singter kandung ken#ing.
+
"oagulasi darah akan diper#epat oleh eek epinephrine, kemungkinan
akibat dari peningkatan aktivitas aktor 2. "eadaan hiperkoagulasi saat
intraoperati dan postoperati kemungkinan karena pelepasan epinephrine akibat
11
stress. 7pinephrine meningkatkan jumlah total leukosit namun pada saat
bersamaan terjadi eosinopenia.
+
!ada keadaan gawat-darurat (syok dan reaksi alergi), epinephrine diberikan
se#ara bolus intravena C,C--* mg tergantung dari keparahan pada kardiovaskular.
<ntuk meningkatkan kontraktilitas jantung dan heart rate, diberikan dalam inus (*
mg dalam %-C ml $ekstrosa - D) I$-J K , HgAm8L. $engan tetesan %-%C
HgAmenit. Beberapa larutan anestetik lokal mengandung epinephrine dengan
konsentrasi * ) %CC.CCC (- HgAm8) atau * ) ,CC.CCC (%,- HgAm8) sehingga
mengurangi absorpsi sistemik dan memperpanjang durasi kerja anestetik lokal.
7pinephrine tersedia dalam bentuk ampul dengan konsentrasi * ) *CCC (* mgAm8)
dan pada preilled syringes dengan konsentrasi * ) *C.CCC (C,* mgAm8) I*CC
HgAm8L. <ntuk penggunaan pediatri tersedia konsentrasi * ) *CC.CCC (*CC HgAm8).
+
?orepinephrine merupakan amine endogen dihasilkan oleh medulla adrenal
dan end terminal of post ganglionic nerve fibers. ?orepinephrine menunjukkan
dominasi aktivitas F adrenergik.
*,+,-
?orepinephrine merupakan F agonis yang
poten, menimbulkan vasokonstriksi hebat pada arterial dan vena.
+
Akibatnya,
terjadi peningkatan tahanan perier dan tekanan darah sistolik dan diastolik.
,
?amun tidak seperti epinephrine, norepinephrine memiliki eek agonis reseptor G%
yang ke#il.
+

Aktivitas G adrenergik yang lemah dapat membantu mempertahankan
#ardia# output. :entang dosis intravena antara C,C--% MgAkgAmenit. :elek
kompensasi vagal #enderung dapat mengatasi eek langsung kronotropik positi
norepinephrine dan eek inotropik positi jantung tetap dipertahankan.
,

!emberian 4nus kontinyu ,-*. MgAmenit, digunakan untuk mengatasi
hipotensi rerakter. ;ampuran norepinephrine dengan larutan glukosa -D
memberikan derajat keasaman yang #ukup untuk men#egah oksidasi
#athe#olamine. 7kstravasasi yang terjadi selama pemberian inus menyebabkan
vasokonstriksi lokal dan bahkan nekrosis.
+
12
!emberian norepinephrine intravena menyebabkan vasokonstriksi hebat
pada vaskularisasi skeletal mus#le, hepar, kidney, dan kulit.
+
9eskipun terjadi
vasokonstriksi yang berlebihan pada penggunaan norepinephrine disertai dengan
eek negati pada aliran darah khususnya sirkulasi hepatosplan#hni# dan renal,
namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa norepinephrine mampu
meningkatkan tekanan darah tanpa menimbulkan penurunan ungsi organ
khususnya bila terjadi penurunan tonus vaskuler seperti pada syok septik.
*
2asokonstriksi perier dapat menurunkan aliran darah jaringan sehingga terjadi
asidosis metabolik.
+
!eningkatan aterload akibat vasokonstriksi akibat
norepinephrine dapat menambah beban jantung dan menyebabkan terjadinya gagal
jantung, iskemi miokard, dan oedem pulmonal.
*

Berjadi peningkatan tahanan vaskular sistemik yang menurunkan venous
return ke jantung dan peningkatan tekanan darah sistolik, diastolik, dan mean
arterial pressure. "ombinasi antara turunnya venous return ke jantung dan relek
baroreseptor menurunnya heart rate berkaitan dengan peningkatan mean arterial
pressure #enderung menurunkan #ardia# output meskipun terdapat eek G* dari
norepinephrine.
+

!emberian inus kronis norepinephrine dapat menimbulkan peningkatan
konsentrasi #ate#holamine sirkulasi sehingga terjadi vasokonstriksi prekapiler dan
kehilangan protein-ree luid ke ruang ektraseluler.
+

$opamine merupakan immediate metaboli# pre#ursor dari norepinephrine
yang mengaktikan reseptor $* di vaskular sehingga menyebabkan vasodilatasi.
Aktivasi reseptor prasinaptik $% mampu menekan release norepinephrine.
$opamine dapat mengaktikan reseptor G* di jantung. !ada dosis rendah, tahanan
perier dapat menurun. ?amun pada pemberian inus dengan ke#epatan tinggi,
dapat mengaktikan reseptor F pembuluh darah, menyebabkan vasokonstriksi,
termasuk di vaskuler ginjal, sehingga menyerupai eek epinephrine.
,,-

$opamine memiliki eek dopaminergik dominan pada dosis sangat rendah
(N+ MAkgAmenit intravena) dan mampu menimbulkan dilatasi pada sirkulasi
13
hepatosplan#hni# dan renal. 7ek adrenergik dopamine bervariasi berdasarkan
dosis. !ada dosis rendah, +-*C MAkgAmenit intravena, eek G adrenergik
mendominasi sehingga aliran darah meningkat se#ara bersama-sama dengan
tekanan darah. !ada dosis yang lebih tinggi, eek F adrenergik menjadi sangat
poten, sehingga sangat berperan pada kasus-kasus hipotensi berat. $opamine
meningkatkan tekanan arterial terutama dengan meningkatkan #ardia# indeO,
sebagai konsekuensi meningkatnya stroke volume dan heart rate, dengan eek
tahanan vaskuler sistemik yang minimal. $opamine juga memiliki kekurangan,
diantaranya adalah dopamine tergolong agen yang relati lemah, sehingga
membutuhkan epinephrine atau norepinephrine untuk mengontrol keadaan
hipotensi. $opamine dapat meningkatkan aliran darah lebih eekti dibandingkan
dengan vasopressor lainnya, namun juga meningkatkan heart rate.
*

&timulasi dopaminergik menyebabkan eek endokrin yang tidak diharapkan
pada kelenjar hipotalamopituitari, sehingga terjadi eek imunosupressan akibat
menurunnya pelepasan prola#tin.
*

4nhibitor osodiesterase
Amrinon, menghambat degradasi #A9! (#A9! adalah pembawa pesan
biokimia yang merangsang jantung. 9ekanisme kerjanya menghambat
otodiesteraseAen'im yang meme#ahkan #A9!). #A9! meningkatkan ambilan
kalsium, meningkatkan kontraktilitas isi sekun#up, raksi ejeksi dan ke#epatan
sinus. 9enurunkan resistensi perier. 4ndikasinya ditambahkan pada terapi
digoksin bila gagal jantung menetap meskipun telah diberi digoksin. 7ek tak
diinginkan, intoleransi saluran #erna, hepatotoksisitas, demam, trombositopenia
reversibel (%CD). Bidak aritmogenik.
%
9ilrinon, mekanisme kerjanya %C kali lebih paten dibanding amrinon.
"erjanya sama. 4ndikasinya mirip amrinon, sedangkan eek tak diinginkannya eek
samping sangat sedikit. !ernah dilaporkan sakit kepala dan pemburukan angina.
%
14
In"t!"#i% Negati&
(bat aritmia "elas 4A ) kuinidin, prokainamid, disopiramid
(bat aritmia "elas 4; ) lekainid
Beta Blo#ker
Antagonis "alsium ) verapamil, diltia'em
(bat aritmia " elas 4A
(bat aritmia ini dapat menyebabkan depresi berat nodus sinoatrial, tetapi
hanya disopiramid yang dengan jelas memperlambat aktivitas sinus &A jantung
manusia yang mengalami denervasi. !ada manusia normal kuinidin dapat
meningkatkan irama sinus melalui penghambatan kolinergik atau se#ara releks
meningkatkan perangsangan simpatis. $alam kadar terapi, kuinidin, prokainamid,
dan disopiramid se#ara nyata menurunkan ke#epatan pi#u serabut purkinje. 7ek
ini terjadi se#ara langsung yaitu mengurangi kemiringan depolarisasi ase , dan
mengubah potensial ambang mendekati C. Amplitudo, lonjakan (overshoot) dan
2maO ase C di atrium, ventrikel, dan sel purkinje diturunkan se#ara dose-
dependent tanpa perubahan yang nyata dari 2m.
%
!ada hewan per#obaan, kuinidin mempunyai eek menghambat eek
stimulasi vagus atau asetilkolin. "uinidin juga mempunyai siat penyekat reseptor-
ala. "erja ini dapat menyebabkan vasodilatasi, yang melalui baroreseptor
merangsang aktivasi saara simpatis. &e#ara bersamaan, penghambatan kolinergik
dan peningkatan aktivitas adrenergik-beta yang disebabkan oleh kuinidin ini dapat
meningkatkan ke#epatan sinus dan memperkuat konduksi pada nodus A2 pada
sebagian pasien. &ementara itu obat lainnya mempunyai eek yang lebih lemah.
%
"uinidin bila diberikan se#ara oral, kuinidin sulat diabsorpsi dengan #epat
dan kadar pun#ak dalam plasma ter#apai dalam waktu .C-1C menit. !enyerapan
kuinidin glukonat lebih lambat dan kurang sempurna, kadar plasma daapt ter#apai
setelah +-, jam sesudah pemberian oral. "uinidin apabila diberikan se#ara
15
intramuskular akan menimbulkan rasa sakit pada tempat suntikan dan
meningkatkan kreatin kinase plasma se#ara nyata.
%
&ekitar 1CD kuinidin terikat pada protein. (bat ini didistribusikan dengan
#epat hampir kesemua jaringan ke#uali otak, dan volume distribusinya (vd) adalah
%-+ liter perkilogram. 9etabolismenya sebagian besar di hati dengan waktu paruh
sekitar . jam. "uinidin diiltrasi diglomeruli dan diekskresi oleh tubuli proksimal.
"arena kuinidin adalah basa lemah, reabsorpsinya ditekan dan ekskresinya
diperkuat bila p3 urin asam. Bila p3 urin ditingkatkan dari .-/ menjadi /-0,
klirens kuinidin oleh ginjal berkurang sebanyak -CD dan kadarnya dalam plasma
meningkat. "eadaan ini dalam klinik jarang terjadi, ke#uali bila pasien minum
natrium bikarbonat atau asetal'olamid atau bila ada asidosis tubuli ginjal.
%
!rokainamid diabsorpsi dengan #epat hampir sempurna setelah pemberian
peroral pada orang nomal. "adar pun#ak di#apai ,--/C menit setelah minum
kapsul, tetapi sedikit lambat apabila dalam bentuk tablet. $alam minggu pertama
setelah inark miokard akut, absorpsi oral dapat memburuk, ter#apainya kadar
pun#ak mungkin sangat terlambat, dan kadar obat mungkin tidak #ukup untuk
mengontrol aritmia. &ekitar %CD prokainamid terikat protein dalam plasma. (bat
ini dengan #epat didistribusikan ke seluruh tubuh ke#uali otak, dan volume
distribusinya (2d) sekitar % liter perkilogram. Akan tetapi nilai ini dapat menurun
banyak pada pasien gagal jantung atau syok. (bat ini dieliminasi melalui ekskresi
ginjal dan metabolisme hati. &ampai sekitar /CD dari dosis prokinamid dieliminasi
dalam bentuk yang tidak bisa berubah dalam urin. !rokainamid adalah basa lemah
yang mengalami iltrasi, ekresi, dan reabsorpsi diginjal. !eningkatan p3 urin
menyebabkan penurunan ekskresi prokainamid. Bila ungsi ginjal menurun, kadar
prokainamid dalam plasma akan meningkat nyata. Apabila kadar ureum darah
meningkat, rkasi dosis prokainamid yang diekskresikan se#ara utuh menurun, dan
?-asetil prokainamid (?A!A) dapat berakumulasi ketingkat berbahaya.
%
$isopiramid sekitar 1CD dosis oral diabsorpsi dan sebagian ke#il
mengalami metabolisme lintas pertama di hati. "adar pun#ak dalam plasma
ter#apai dalam *-% jam setelah pemberian oral. !ada kadar terapi yang normal kira-
16
kira /CD disopiramid terikat pada protein plasma, raksi yang terikat berbanding
terbalik dengan kadar total dalam plasma. 2olume distribusi (2d) disopiramid
adalah sekitar C,. liter perkilogram, tetapi nilai ini tergantung dosis karena ikatan
proteinnya jenuh. &ekitar -CD dosis disopiramid dieksresikan oleh ginjal dalam
keadaan utuh, %CD dalam bentuk metabolit dealkilasi, dan *CD dalam bentuk lain.
9etabolit monodealkilasi memiliki eek antiaritmia dan antikolinergiknya yang
lebih lemah dari senyawa induk. Jaktu paruh eliminasi adalah --/ jam, dan nilai
ini memanjang pada gagal ginjal dapat men#apai %C jam atau lebih.
%
(bat-obat dalam kelas 4A mempunyai spektrum luas dan eekti untuk
pengobatan jangka panjang dan jangka pendek aritmia supraventrikel dan
ventrikel. :ekaman 7"5 selama %, jam perlu dilakukan beberapa kali untuk
meyakinkan kontrol aritmia yang memadai, juga perlu diperhatikan se#ara #ermat
akan kemungkinan timbulnya reaksi toksik. (bat aritmia ini dapat digunakan untuk
pengobatan takikardia supraventrikel paroksimal (!&2B) baik yang disebabkan
arus balik di nodus A2 maupun pada sindrom Jol-!arkinson-JhiteK sebagai obat
pemeliharaan setelah $; sho#k guna men#egah kambuhnya penyakitK eekti untuk
pengobatan jangka panjang depolarisasi prematurasi ventrikel dan takikardia
ventrikel berulang atau untuk men#egah ibrilasi ventrikel. (bat aritmia ini tidak
digunakan untuk pengobatan takikardia ventrikular menetap dan aritmia yang
disebabkan digitalis, karena eek toksiknya mudah timbul.
%
"uinidin mempunyai rasio terapi yang rendah karena eek sampingnya
yang berbahaya. !ada kadar obat yang tinggi eek toksik terhadap jantung menjadi
berat, sehingga dapat timbul blokade atau henti &A, blokade A2 derajat tinggi,
aritmia ventrikel atau asistol pada akhirnya bisa menjadi sangat berbahaya menjadi
aritmia bentuk aneh (bi'arre arrhythmias). &elain itu kuinidin dapat menyebabkan
sinkop atau mati mendadak. 7ek samping lain dari kuinidin adalah #in#honism
ringan yang gejalanya meliputi tinitus , tuli, penglihatan kabur, dan keluhan saluran
#erna. !ada kera#unan berat timbul sakit kepala, diplopia, otopobia, perubahan
persepsi warna, bingung, delirium dan psikosis.
%
17
!rokainamid eek sampingnya hampir sama dengan kuinidin hanya lebih
ringan. !rokainamid juga dapat menyebabkan gejala yang menyerupai lupus
eritematosus sistemik (&87). $isopiramid dapat menurunkan #urah jantung dan
kinerja ventrikel kiri melalui eek depresi langsung atau kontriksi aleriolar,
sehingga harus dilakukan dengan hati-hati pada pasien dengan bakat gagal
jantung.
%
4nteraksi obat yang dapat terjadi pada obat aritmia jenis ini adalah dengan
obat yang dapat menginduksi en'im hati, seperti enobarbital atau enitoin, dengan
eek dapat memperpendek lama kerja kuinidin dengan #ara memper#epat
eliminasinya. &elain itu, apabila kuinidin diberikan pada pasien yang mempunyai
kadar digoksin plasma yang stabil , kadar digoksinya akan meningkat dua kali
karena klirensnya menurun. "adang-kadang pada pasien yang sedang menerima
antikoagulan oral terjadi peningkatan waktu protrombin setelah pemberian
kuinidin. "arena kuinidin mempunyai eek penyekat adrenoreseptor-ala, interaksi
aditi dapat terjadi bila diberikan dengan vasodilati atau obat penurun volume
plasma. !eningkatan kadar "
@
plasma akan memperbesar eek obat antiaritmia
kelas 4A terhadap konduksi jantung.
%
(bat aritmia "elas 4;
(bat kelas ini berainitas tinggi terhadap kanal ?a
@
di sarkolema. (bat ini
merupakan obat antiaritmia yang sangat poten dalam memperlambat konduksi dan
menekan arus masuk ?a
@
kedalam sel. (bat-obat kelas 4; terikat kuat dan
menyekat kanal ?a
@
yang dapat menurunkan 2maO dan lonjakan (overshoot)
potensial aksi di atrium, ventrikel dan serabut purkinje dibandingkan dengan
penghambat kanal ?a
@
lainnya.
%
Flekainid diabsorpsi hampir sempurna melalui pemberian peroral dan kadar
pun#ak dalam plasma mun#ul dalam waktu + jam. Flekainid dimetabolisme oleh
hati, sekitar ,CD diekskresikan melalui urin dalam bentuk tak berubah dan
metabolitnya tidak berkhasiat antiaritmia. Jaktu paruhnya sekitar ** jam.
18
Flekainid dapat berakumulasi pada pasien gagal ginjal,jadi harus dipantau
7"5nya.
%
4nteraksi obatnya, simetidin dapat mengurangi klirens lekainid total
sebanyak *+-%/D. !emberian lekainid dengan digoksin dapat meningkatkan
kadar digoksin. Bila diberikan bersama propanolol, kadar kedua obat akan naik.
%
7ek sampingnya, bisa terjadi proaritmia pada 0-*-D pasien dengan aritmia
ventrikel maligna. Flekainid meningkatkan resiko kematian mendadak dan henti
jantung pada pasien yang pernah mengalami inark miokard dan aritmia ventrikel
asimptomatik. $osis terapi lekainid dan yang tinggi menyebabkan gangguan
penglihatan pada *C-*-D pasien. "adar plasma lekanamid meningkat bila
diberikan bersama simetidin.
%
Beta Blo#ker
Beta blo#ker mempunyai eek anti aritmia karena dapat menghambat
dengan selekti terhadap adrenoreseptor-beta
!ropanolol pemberian oral dengan absorpsi baik, tetapi metabolisme lintas
pertamanya menurunkan bioavaibilitasnya menjadi %-D. Jaktu paruhnya , jam.
7liminasinya di hati. Asetobutalol mempunyai bioavaibilitas peroral -CD. Jaktu
paruhnya + jam dan 0-*% jam untuk diasetolol. 7liminasi di ginjal. 7smolol
diberikan se#ara intravena. Jaktu paruhnya % menit.
%
!enggunaan terapinya, pada pengobatan takiaritmia supraventrikel, yang
meliputi ibrilasi, atrium, lutter atrium atau takikardia supraventrikel paroksimal.
Bujuannya terapi ini adalah untuk memperlambat denyut ventrikel bukan
meniadakan aritmia. 7smolol diindikasikan untuk mengontrol dengan #epat denyut
nadi ventrikel pada pasien dengan ibrilasi dan lutter atrium pas#a bedah atau
keadaan darurat lain dimana dibutuhkan obat yang masa kerjanya singkat. $alam
tiga uji klinik besar, propanolol , metoprolol, dan timolol diperlihatkan eekti
untuk menurunkan kematian dan inark non atal dalam waktu * tahun setelah
serangan inark pertama.
%
19
7ek sampingnya, dapat menyebabkan hipotensi pada pasien gagal jantung.
&erta, penghentian beta-blo#ker se#ara mendadak pada pasien angina pektoris
dapat memperberat angina dan aritmia jantung dan menimbulkan inark miokard
akut.
%
Antagonis "alsium
7ek klinis penting dari antagonis ;a adalah penekanan potensial aksi yang
;a dependent dan perambatan konduksi di nodus A2. 2erapamil adalah satu-
satunya penghambat kanal ;a yang dipasarkan sebagai obat anti aritmia.
!emberiannya se#ara intravena.
%
!enggunaan terapinya, verapamil telah menjadi obat pilihan pertama untuk
pengobatan serangan akut takikardia supraventrikel paroksimal yang disebabkan
oleh arus balik pada nodus A2 atau karena anomali hubungan nodus A2. 2erapamil
juga bermanaat untuk penurunan segera respon ventrikel pada ibrilasi atau lutter
atrium bila aritmia tidak disertai dengan sindrom Jol-!arkinson-Jhite.
2erapamil dan diltia'em tidak digunakan pada pengobatan aritmia ventrikel,
ke#uali penyebabnya adalah spasme arteri koronaria.
%
7ek sampingnya yang utama dari verapamil dan diltia'em adalah pada
jantung dan saluran #erna. !emberian intravena dikontraindikasikan pada pasien
hipertensi, gagal jantung berat, sindroma sinus sakit, blok A2, sindroma Jol-
!arkinson-Jhite atau takikardia ventrikel.
%
4nteraksi obatnya, pemberian verampamil bersama beta blo#ker atau
digitalis se#ara aditi dapat menimbulkan bradikardia atau blok A2. !emberian
verapamil atau diltia'em bersama reserpin atau metildopa, yang dapat
mendepresikan sinus dan akan memperhebat bradikardia.
%
20
BAB III
KESIMPULAN
!rinsip umum pengelolaan dan pemberian obat-obatan pada gangguan
sistem kardiovaskuler adalah )
*. 9emahami jantung adalah organ vital.
%. (bat-obat kardiovaskuler biasanya memiliki dosis ke#il dengan potensi
yang besar (implikasi sistemik), jadi harus berhati-hati dalam
pemberiannya.
+. 9engenal dan menghindari aktor-aktor yang dapat men#etuskan serangan
pada sistem kardiovaskular.
,. 9emberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
penyakitnya, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya
sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan
bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnya.
21
DAFTAR PUSTAKA
*. 2in#ent, J.8. (%CC0), 3emodynami# &upport o the ;riti#ally 4ll !atient, in)
Anesthesiology. 8ongne#ker, $. 7., editor. <nited &tates ( Ameri#a) Bhe
9#5raw-3ill ;ompanies, 4n#.
%. &ulistia 5an 5unawan. %CC1. Farmakologi dan Berapi. $epartmen
armakologi dan terapeutik F"<4.
+. &toelting, :."., 3illier, &.;. (%CC.), &ympathomimeti#s, in) !harma#ology
P !hysiology in Anestheti# !ra#ti#e. ,
th
7d. <nited &tates o Ameri#a)
8ippin#ott Jilliams P Jilkins.
,. "at'ung, B.5. (%CC*), Adreno#eptor-A#tivating P (ther &ympathomimeti#
$rugs, in). "at'ung, B.5., editor. Basi# P ;lini#al !harma#ology. 0
th
7d.
<nited &tates ( Ameri#a) Bhe 9#5raw-3ill ;ompanies, 4n#.
-. 9organ, Jr.5.7., 9ikhail, 9.&., 9urray, 9.J. (%CC.), Adrenergi# Agonists
P Antagonists, in) 9organ, Jr.5.7., 9ikhail, 9.&. P 9urray, 9.J., editors.
;lini#al Anesthesiology. ,
th
7d. <nited &tates o Ameri#a) the 9#5raw-3ill
;ompanies.
22

Anda mungkin juga menyukai