Indikasi utama adalah untuk penyakit depresi parah. Gejala yang diperkirakan akanmemberikan respon yang baik terhadap ECTmencakup waham, mulainya mendadak dan berlagsung singkat, celaan diri sendiri, retardasi, penurunan berat badan dan bangun tidur yang dini. Tidak memuaskan jika ada hipokondriasis dan kepribadian histeri.Walaupun terapi ini telah digunakan selama hampir 50 tahun, namun statusnya masih tetapkontroversi. Di masa lampau, kemanjurannya dianggap telah terbukti dari hasil yangditampilkan dan uji coba tersamar ganda dan tidak etis. Belakangan ini ditemukan banyak gambaran yang tidak cocok lagi. Pada penyakit depresif primer berat, yang perlu masuk rumah sakit, ECT setidaknya sama baik dengan antidepresi trisiklik (terutama wanita).Keuntungannya, ECT menghasilkan respon yang lebih cepat dibandingkan denganantidepresi, tetapi banyak keuntungan ini hilang dalam satu atau dua bulan. ECT tetapmenjadi terapi terbaik bagi pasien yang mencoba bunuh diri karena depresi berat dengangejala psikotik.ECT kurang efektif untuk mania dan kurang unggul dibandingkan terapi obat dalam skizofrenia, kecuali bila gejala depresi menonjol. Teknik ECT Dapat diberikan kepada pasien rawat jalan dan rawat nginap. Pasien dan keluarganyaharus diberi penjelasan lengkap tentang terapi yang akan dijalankan dan diminta persetujuannya. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaaan dilakukan sesuai keperluan.Kerahasiaan harus terjamin sebelum dan selama terapi serta adanya wajah orang yang dikenalakan bermanfaaat bagi proses pemulihan. Anastesia seperti biasa harus diberikan hati-hati. Atropin diberikan sebelum terapi, diikutidengan anestesi intravena. Tiopenton memungkinkan pasien tidur lebih lama dalam fase pemulihan dini, tetapi metoheksin kurang bersifat antikonvulsi dan lebih jarang menyebabkanaritmia jantung. Suatu obat pelemas otot biasanya suksametonium klorida (Scoline) sekitar 50mg disuntikkan melalui jarum yang sama. Oksigen diberi sebelum dan setelah konvulsi. Biasanya konvulsi di induksi oleh suatu mesin yang dapat diatur waktunya secara otomatisdan dapat dipilih bentuk gelombangnya. Rangsangan yang diberikan merupakan rangsangan minimum yang diperlukan untuk menimbulkan konvulsi generalisata: biasanya memilki 140volt selam 0,5 detik. Elektroda bantalan saline digunakan. ECT bilateral dipasang di daerahfronto temporalis. Pada ECT unilateral, elektroda dipasang di pelipis dan processusmastoideus pada sisi yang sama (non dominan). Dominansi bahasa harus dites dengan cermatsebelum terapi dilakukan. Efek samping Beberapa jam setelah terapi, sering timbul konfusi ringan dan nyeri kepala. Bila pengobatanlebih dari 4 jam, maka sering ada gangguan ingatan sementara. Jarang menimbulkankomplikasi dan pemulihan spontan terjadi dalam 3-4 minggu berikutnya. Kenyataannya banyak pasien yang mencatat adanya perbaikan ingatan setelah ECT, karena konsentrasi daningatannya terganggu sewaktu depresi. Tidak mempengaruhi ingatan secara menetap.Gangguan ingatan yang terjadi pada tiap tindakan terapi biasanya lebih kecil, tetapi kadang-kadang diperlukan lebih banyak terapi agar rangkaiannya efektif KontraindikasiInfark miokardium baru atau penyakit serebrovaskuler, penyakit paru berat harusdipertimbangkan adanya kontraindikasi relatif pada penderita bunuh diri serius. Usia tua bukan kontraindkasi, terutama bila digunakan terapi unilateral.
Mekanisme kerja Bebagai teori menjelaskan tentang adanya efek atas sintesis protein dan permebialitasmembran otak. Aktivitas lambat EEG meningkat setelah ECT dan paling kurang menetapselama 2 bulan setelah itu. ECT dapat membuat perubahan sensitivitas reseptor poscasinapterhadap monoamin, sehingga ECT bisa mempotensiasi kerja 5-H.T. dan transmiter moradrenalin.
Terapi Elektrokonvulsif
Electroconvulsive Therapy (ECT) merupakan jenis terapisomatik di samping terapi obat-obatan. Indikasi terapi ini adalah padaskizofrenik yang mengalami depresi dan tidak dapat diobati, depresidengan bunuh diri, depresi yang disertai penolakan makan danminum, depresi selama kehamilan, pasien dengan riwayatkeberhasilan terapi ECT sebelumnya, sindroma katatonik, skizofreniadengan serangan akut, depresi psikotik atau melankolik yang tidak berespon terhadap terapi obat, episode manik yang perilakunya mengarah ke kelelahan yang sangat dan membahayakan tanpapengobatan dengan lithium (Nuhriawangsa dan Adi, 2004).Terapi ECT biasanya dilakukan selama 3 kali dalam seminggudengan lamanya kejang berlangsung selama 5-20 detik serta keadaanpascaiktal yang singkat. Penderita dapat berfungsi normal kembalidalam waktu 1 jam. Efek samping yang mungkin terjadi adalahgangguan memori dan sakit kepala. Kontraindikasi absolut terapi iniadalah tumor otak karena keadaan ini akan menaikkan tekananintrakranial pada saat kejang dan dapat menyebabkan kefatalan(Nuhriawangsa dan Adi, 2004).
Terapi Elektrokonvulsif Terapi Elektrokonvulsif disingkat ECT juga dikenal sebagai terapi elektroshock. ECT telah menjadi pokok perdebatan dan keprihatinan masyarakat karena beberapa alasan. Di masa lalu ECT ini digunakan di berbagai rumah sakit jiwa pada berbagai gangguan jiwa, termasuk schizophrenia. Namun terapi ini tidak membuahkan hasil yang bermanfaat. Sebelum prosedur ECT yang lebih manusiawi dikembangkan, ECT merupakan pengalaman yang sangat menakutkan pasien. Pasien seringkali tidak bangun lagi setelah aliran listrik dialirkan ke tubuhnya dan mengakibatkan ketidaksadaran sementara, serta seringkali menderita kerancuan pikiran dan hilangnya ingatan setelah itu. Adakalanya, intensitas kekejangan otot yang menyertai serangan otak mengakibatkan berbagai cacat fisik. Namun, sekarang ECT sudah tidak begitu menyakitkan. Pasien diberi obat bius ringan dan kemudian disuntik dengan penenang otot. Aliran listrik yang sangat lemah dialirkan ke otak melalui kedua pelipis atau pada pelipis yang mengandung belahan otak yang tidak dominan. Hanya aliran ringan yang dibutuhkan untuk menghasilkan serangan otak yang diberikan, karena serangan itu sendiri yang bersifat terapis, bukan aliran listriknya. Penenang otot mencegah terjadinya kekejangan otot tubuh dan kemungkinan luka. Pasien bangun beberapa menit dan tidak ingat apa-apa tentang pengobatan yang dilakukan. Kerancuan pikiran dan hilang ingatan tidak terjadi, terutama bila aliran listrik hanya diberikan kepada belahan otak yang tidak dominant (nondominan hemisphere). Empat sampai enam kali pengobatan semacam ini biasanya dilakukan dalam jangka waktu 2 minggu. Akan tetapi, ECT ini tidak cukup berhasil untuk penyembuhan schizophrenia, namun lebih efektif untuk penyembuhan penderita depresi tertentu (Atkinson, et al.,1991).