Anda di halaman 1dari 4

1

Oleh: Dr. Ir. Mukhtar Abu, MS



KONSEP WILAYAH KEPESISIRAN
Istilah kepesisiran bermakna: hal yang berhubungan dengan pesisir. Menurut Sunarto
(2001), istilah kepesisiran (coastal) memiliki definisi yang berbeda dengan pesisir (coast).
Daerah kepesisiran (coastal area) membentang dari darat hingga laut, dimana batas di darat
sejauh pengaruh laut masuk ke darat dan batas di laut sejauh pengaruh darat masuk ke laut.
Pesisir merupakan daerah yang membentang di darat saja yang tidak sampai mencapai laut,
dimana antara pesisir dan laut dibatasi oleh suatu jalur yang disebut pantai (shore). Ritter
dalam Sunarto (2001), pesisir ialah mintakat fisiografis yang relatif luas yang membentang
sejauh ratusan kilometer di sepanjang garis pantai (shoreline) dan seringkali beberapa
kilometer ke arah pedalaman dari pantai.
Pengertian pesisir yang dinyatakan oleh Thurman dalam Sunarto (2001), ialah sebidang
lahan yang membentang di pedalaman dari garis pesisir (coastline) sejauh pengaruh laut yang
dibuktikan pada bentuk lahannya. Garis pesisir ialah garis yang membentuk batas antara pesisir
dan pantai. Garis pantai ialah garis yang menandai interaksi antara muka laut dan daratan yang
selalu bergeser naik dan turun sesuai dengan pasang surut dan gelombang. Kedudukan garis
pesisir bersifat tetap, sedangkan kedudukan garis pantai sangat fluktuatif. Ketika air laut
pasang, garis pantai dapat berimpit dengan garis pesisir dan ketika air laut surut kedudukan
garis pantai dapat jauh dari pesisir. Ciri pokok daerah kepesisiran oleh Kay dalam Sunarto
(2001) yaitu (1) daerah kepesisiran mencakup komponen-komponen darat dan laut, (2)
mempunyai batas darat dan laut yang ditentukan oleh tingkat pengaruh darat pada laut dan laut
pada darat, dan (3) tidak memiliki lebar, kedalaman, dan ketinggian yang seragam. Visualisasi
kenampakkan daerah kepesisiran dan bagian-bagiannya, disajikan pada Gambar 2.1 (Sunarto,
2001).






2













Berdasarkan gambar tersebut dapat dengan jelas diketahui, bahwa pesisir berbeda
dengan daerah kepesisiran, dan juga pesisir berbeda dengan pantai. Untuk memperjelas lagi
perbedaan pesisir dengan kepesisiran dan perbedaan pesisir dengan pantai, dapat dilihat pada
Tabel 1. dan Tabel 2.
Tabel.1. Perbedaan Antara Pesisir dan Daerah Kepesisiran Secara Geomorfologi
No Pesisir (Coast) Daerah Kepesisiran (Coastal Area)
1. Hanya mencakup wilayah darat saja Mencakup wilayah darat dan laut
2. Ke arah laut dibatasi oleh garis pesisir
(coastline) dan ke arah darat dibatasi oleh
batas tertular bentuklahan kepesisiran di
pedalaman
Ke arah laut dibatasi pada lokasi awal
pertama kali gelombang pecah terjadi
ketika surut terendah dan kearah darat
dibatasi oleh batas terluar
bentuklahan kepesisiran di pedalaman
3. Merupakan bagian dari daerah kepesisiran Mencakup pesisir, pantai, dan
perairan laut dekat pantai (near
shore).












Lepas
pantai
Daerah Kepesisiran
Pesisi
Pantai
Perairan
laut dekat
pantai
Pesisir
Lahan
buritan
Sumber: Sunarto (2001)

Gambar Penampang Melintang Daerah Kepesisiran dan Bagian-bagiannya

3

Tabel. 2. Perbedaaan Antara Pesisir dan Pantai Secara Geomorfologi

No Pesisir (Coast) Pantai (Shore)
1. Terpisah dari laut oleh pantai, kecuali laguna. Berhubungan langsung dengan laut.
2. Tempat kedudukannya dari garis pesisir ke
arah darat hingga batas terluar bentuklahan
kepesisiran di pedalaman.
Tempat kedudukannya dari garis pesisir
ke arah laut hingga garis pantai terjauh
ketika air laut surut terendah.
3. Tidak semua pantai mempuyai pesisir Setiap tepi laut mempunyai pantai
4. Terbentuk oleh proses marin, fluviomarin,
eolian, dan organik.
Terbentuk oleh proses marin, organik,
vulkanik tektonik, fluviomarin,
denudasi, dan solusional.
5. Umunya berelief datar hingga bergelombang. Berelief datar hingga bergunung curam.
6. Material penyusunnya berupa endapan. Material penyusunnya dapat berupa
endapan ataupun batuan padu.
Sumber: Sunarto (2001)
Ada tiga pendekatan yang digunakan dalam menentukan batasan wilayah kepesisiran
(Pethick, 1994; Dahuri et al., 2004; Supriharyono, 2007) yaitu (1) pendekatan ekologis;
wilayah kepesisiran merupakan wilayah daratan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses
kelautan seperti pasang surut dan intrusi air laut; dan wilayah laut yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses daratan seperti sedimentasi, (2) pendekatan administrasi; wilayah kepesisiran
adalah wilayah yang secara administrasi pemerintahan mempunyai batas kecamatan atau
Kabupaten/kota yang kearah laut sejauh 12 mil dari garis pantai untuk provinsi atau
sepertiganya untuk Kabupaten/kota, (3) pendekatan perencanaan; wilayah kepesisiran
merupakan wilayah perencanaan pengelolaan sumberdaya yang difokuskan pada penanganan
isu yang akan dikelola secara bertanggung jawab.
Pengelompokkan bentanglahan di wilayah pesisir dapat didasarkan atas dasar
genesisnya (Small, 1972; Sutikno, 1991; Clark, 1995), yaitu (1) gisik (beach); merupakan
pesisir yang berada pada pertemuan daratan dengan air laut, lerengnya landai, material
pembentuknya kasar (belum memadat) berupa pasir, kerakal dan shingle, (2) teras marin;
merupakan kenampakan di tepi laut yang dicirikan oleh bagian lereng yang relatif datar
dan/atau dibatasi oleh takikan yang lebih curam, yang terbentuk oleh proses abrasi yang cukup
lama pada batuan yang keras dan muncul setelah terjadi perubahan muka air laut, (3) delta;
merupakan kenampakkan yang antaralain dapat berbentuk pulau di perairan laut dekat muara
sungai karena dasarnya yang stabil dan dangkal, sedimen yang terbawa cukup besar, dan
perairan laut cukup tenang (gelombang dan arus relatif lemah), (4) dataran pantai;
kenampakkan di daerah belakang garis pantai (back shore) atau muara sungai dan gisik hulu
4

teluk, bahan dasarnya berupa campuran kerakal, pasir dan lumpur (aluvium) hasil endapan
sungai dan/atau air laut. Keempat bentuk satuan bentanglahan tersebut merupakan bentuklahan
pantai yang terjadi akibat proses konstruksional (King dalam Sunarto, 1991; Davis 1996).
Selanjutnya dijelaskan bahwa gisik (beach) merupakan pantai deposisional yang terbentang di
sepanjang pantai. Ada 5 kenampakkan gisik, yakni (a) gisik hulu teluk (bay head), (b) gisik
saku (pocket beach), (c) delta, (d) gisik tepi teluk (bay mouth), dan (e) gisik ujung (head land).
R E F E R E N S I
Clark, J.R. 1995. Coastal Zone Management: HANDBOOK. New York, London, Tokyo: Lewis
Publishers, By CRC Press, Inc.
Dahuri, R., Rais, J., Ginting, P.S., dan Sitepu, J.M. 2004. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Davis, R.A., Jr. 1996. Oceanography: an introductiion to The Marine Environment. New York:
Brown Publishers.
Pethick, J. 1994. An Introduction to Coastal Geomorphology. Lecturer in Physical Geography.
London: Edward Arnold (Publishers) Ltd.
Small, R.J. 1972. The Study of Land Forms A Text Book of Geomorphology London: Cambridge
University Press.
Suprihariyono. 2007. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut
Tropis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sunarto. 1991. Geomorfologi Pantai. Disampaikan dalam Kursus Singkat Pengelolaan dan
Perencanaan Bangunan Pantai. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Ilmu Tehnik,
Unversitas Gadjah Mada, 2-14 September 1991.
Sunarto 2001. Geomorfologi Kepesisiran dan Peranannya dalam Pembangunan Nasional
Indonesia. Pidato Pengukuhan Jabatan lektor kepala. Jogyakarta: Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada Tanggal 17 Oktober 2001.
Sutikno. 1991. Pengantar Pengetahuan Lingkungan Ekosistem Pesisir dan Lautan dan
Karakteristik Bentuk Pantai. Materi Kursus Penilai Amdal, Surakarta: Kerjasama Kantor
MENKLH RI, dan PSKLH Universitas Sebelas Maret, 20 Februari-9 Maret 1991.

Anda mungkin juga menyukai