Anda di halaman 1dari 2

1.

Angkutan adalah pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan;
2. Jaringan transportasi jalan adalah serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas
sehingga membentuk satu kesatuan sistem jaringan untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan;
3. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut
bayaran baik langsung maupun tidak langsung;
4. Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai
asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal;
5. Jaringan trayek adalah kumpulan dari trayek-trayek yang menjadi satu kesatuan jaringan pelayanan angkutan orang;
6. Angkutan Lintas Batas Negara adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang melewati lintas batas negara dengan
menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek;
7. Angkutan Antar Kota Antar Propinsi adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang melalui antar daerah Kabupaten /
Kota yang melalui lebih dari satu daerah Propinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek;
8. Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang melalui antar daerah Kabupaten
/ Kota dalam satu daerah Propinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek;
9. Angkutan Kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu daerah Kota atau wilayah ibukota Kabupaten
atau dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang
terikat dalam trayek;
10. Angkutan Perdesaan adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu daerah Kabupaten yang tidak
termasuk dalam trayek kota yang berada pada wilayah ibukota Kabupaten dengan mempergunakan mobil bus umum
atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek;
11. Angkutan Perbatasan adalah angkutan kota atau angkutan perdesaan yang memasuki wilayah kecamatan yang berbatasan
langsung pada Kabupaten atau kota lainnya baik yang melalui satu Propinsi maupun lebih dari satu Propinsi;
12. Angkutan Khusus adalah angkutan yang mempunyai asal dan/atau tujuan tetap, yang melayani antar jemput penumpang
umum, antar jemput karyawan, permukiman, dan simpul yang berbeda;
13. Angkutan Taksi adalah angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum yang diberi tanda khusus dan
dilengkapi dengan argometer yang melayani angkutan dari pintu ke pintu dalam wilayah operasi terbatas;
14. Angkutan Sewa adalah angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum yang melayani angkutan dari pintu ke
pintu, dengan atau tanpa pengemudi, dalam wilayah operasi yang tidak terbatas;
15. Angkutan Pariwisata adalah angkutan dengan menggunakan mobil bus umum yang dilengkapi dengan tanda-tanda
khusus untuk keperluan pariwisata atau keperluan lain diluar pelayanan angkutan dalam trayek, seperti untuk keperluan
keluarga dan sosial lainnya;
16. Angkutan Lingkungan adalah angkutan dengan menggunakan mobil penumpang umum yang dioperasikan dalam
wilayah operasi terbatas pada kawasan tertentu;
17. Bus Besar, adalah kendaraan bermotor dengan kapasitas lebih dari 28 dengan ukuran dan jarak antar tempat duduk
normal tidak termasuk tempat duduk pengemudi dengan panjang kendaraan lebih dari 9 meter;
18. Bus Sedang, adalah kendaraan bermotor dengan kapasitas 16 s/d 28 dengan ukuran dan jarak antar tempat duduk
normal tidak termasuk tempat duduk pengemudi dengan panjang kendaraan lebih dari 6,5 sampai dengan 9 meter;
19. Bus Kecil, adalah kendaraan bermotor dengan kapasitas 9 s/d 16 dengan ukuran dan jarak antar tempat duduk normal
tidak termasuk tempat duduk pengemudi dengan panjang kendaraan 4 6,5 meter;
20. Mobil Penumpang, adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk
tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
21. Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang dan/atau barang serta
mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan
transportasi;
22. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Darat;
23. Dinas Propinsi adalah instansi di tingkat Propinsi yang bertanggung jawab di bidang penyelenggaraan angkutan orang di
jalan;
24. Dinas Kota/Kabupaten adalah instansi di tingkat Kota/Kabupaten yang bertanggung jawab di bidang penyelenggaraan
angkutan orang di jalan.
Kegiatan perencanaan kebutuhan angkutan meliputi :
1. penetapan jaringan trayek dan kebutuhan kendaraan;
2. penetapan wilayah operasi taksi;
3. penetapan kebutuhan kendaraan tidak dalam trayek;
4. komposisi pelayanan angkutan.
Penetapan jaringan trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a dilakukan berdasarkan jaringan transportasi jalan
dengan mempertimbangkan :
1. bangkitan dan tarikan perjalanan pada daerah asal dan tujuan;
2. jenis pelayanan angkutan;
3. hirarki kelas jalan yang sama dan/atau yang lebih tinggi sesuai ketentuan kelas jalan yang berlaku;
4. tipe terminal yang sesuai dengan jenis pelayanannya dan simpul transportasi lainnya, yang meliputi bandar udara,
pelabuhan dan stasiun kereta api;
5. tingkat pelayanan jalan yang berupa perbandingan antara kapasitas jalan dan volume lalu lintas.
Kriteria penetapan jaringan trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, meliputi :
1. titik asal dan tujuan merupakan titik terjauh;
2. berawal dan berakhir pada tipe terminal yang sesuai dengan jenis pelayanannya;
3. lintasan yang dilalui tetap dan sesuai dengan kelas jalan.
Tahapan kegiatan yang dilaksanakan untuk penetapan jaringan trayek dan kebutuhan
kendaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, sekurang-kurangnya meliputi :
1. melakukan penelitian asal dan tujuan perjalanan orang menurut zona jenis pelayanan angkutan;
2. menentukan variabel yang berpengaruh terhadap bangkitan dan tarikan perjalanan;
3. menghitung bangkitan dan tarikan perjalanan untuk kondisi sekarang dan tahun perencanaan;
4. menentukan model perhitungan distribusi perjalanan;
5. menghitung distribusi perjalanan untuk kondisi sekarang dan tahun perencanaan;
6. menentukan model perhitungan pembebanan perjalanan / jalan-jalan yang dilalui;
7. menghitung pembebanan perjalanan untuk kondisi sekarang dan tahun perencanaan; h. mengkonversi jumlah
perjalanan orang menjadi jumlah kendaraan, dengan mempertimbangkan : jumlah frekwensi; faktor muatan
70%; kapasitas kendaraan yang akan melayani.
Angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek, terdiri dari :
1. Angkutan Lintas Batas Negara;
2. Angkutan Antar Kota Antar Propinsi;
3. Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi;
4. Angkutan Kota;
5. Angkutan Perdesaan;
6. Angkutan Perbatasan;
7. Angkutan Khusus.
a. Angkutan Antar Jemput;
b. Angkutan Karyawan;
c. Angkutan Permukiman;
d. Angkutan Pemadu Moda
Angkutan orang dengan kendaraan umum tidak dalam trayek, terdiri dari :
1. Angkutan Taksi;
2. Angkutan Sewa;
3. Angkutan Pariwisata;
4. Angkutan Lingkungan.
Buy the Service sesuai dengan kaidah namanya adalah sistem pembelian pelayanan oleh Pemerintah kepada pihak
Operator (swasta) untuk melayani masyarakat, yang dalam hal transportasi publik berarti memberikan pelayanan angkutan
umum. Kaidah buy the service sendiri tetap berpedoman pada segitiga transportasi (yakni pemerintah, swasta dan
masyarakat).
Pembelian dilakukan dengan perhitungan berdasarkan formulasi Biaya Pokok (atau orang sering mengistilahkan
sebagai BOK/Biaya Operasi Kendaraan), yang akan menghasilkan nilai rupiah per kilometer. Sehingga pihak operator akan
dibayar tetap berdasarkan nilai tempuh dalam rupiah per kilometer. Sistem pembelian pemerintah dituangkan dalam bentuk
kontrak tahun jamak (sesuai nilai umur kendaraan), yang di dalamnya harus tertuang Standar Operasi Pelayanan atau
SOP/Standard Operating Procedure. Bentuk hak dan kewajiban, tata cara operasi, jadwal, spesifikasi bus dll tertuang dalam
SOP ini, sehingga bentuk cedera janji atau pelanggaran operasi akan dapat dikenakan sanksi atau denda.

Anda mungkin juga menyukai