Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker adalah Istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan gangguan
pertumbuhan selular dan merupakan kelompok penyakit dan bukan hanya penyakit tunggal.
Kanker istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan malignan dalam setiap
bagian tubuh. Pertumbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembang dengan
mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya.
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan ginjal
(filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang
ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.
1.2 Tujuan
1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan masalah ca ureter.
2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu membuat pengkajian pada klien dengan masalah ca ureter.
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnose pada klien dengan masalah ca ureter.
3. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah ca
ureter.
4. Mahasiswa mampu mengimplementasikan masalah keperawatan pada klien Ca ureter
5. Mahasiswa mampu mengevaluasi pada klien dengan masalah ca ureter.









BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Ureter
Ureter terdiri dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung
kemih (vesika urinaria) panjangnya 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
a) Dinding luar jaringan ikat ( Fibrosa ).
b) Lapisan tengah lapisan otot polos
c) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap lima menit sekali yang
akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih. Gerakan peristaltik urin melalui
ureter yang diekskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran melalui
osteum uretralis masuk ke kandung kemih.

2.2 Definis
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan
ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat
sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal. Kanker
dapat terjadi pada sel-sel yang melapisi pelvis renalis dan ureter.
Kanker pada sel-sel yang melapisi pelvis renalisdisebut karsinoma sel transisional.
Pelvis renalis adalah bagian ginjal yang berfungsi sebagai corong yang mengalirkan air
kemih ke ureter. Ureter adalah tabung/saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandung
kemih.
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major,
lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara postero-
inferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai
vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki
kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu
peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam vesica
urinaria. Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk batu/kalkulus.
2.3 Etiologi
Kemungkinan besar perkembangan kanker adalah terkait dengan masalah kromosom
yang menyebabkan penampilan dan pertumbuhan sel-sel ganas. Hal ini bisa disebabkan
sebagai akibat dari paparan karsinogenik tertentu, rangsangan agen atau zat yang dapat
menyebabkan kanker.
2.4 tanda dan gejalanya
Gejala-gejala paling umum adalah keluarnya darah dalam urin. Ini biasanya tidak
menyakitkan. Darah dalam urin berhubungan dengan nyeri biasanya disebabkan oleh infeksi
atau batu. Perdarahan lebih parah pada kanker kandung kemih dikaitkan dengan keluarnya
gumpalan darah dalam urin. Kadang-kadang kanker dapat menyebabkan penyumbatan
kandung kemih dan menimbulkan kesulitan dalam buang air kecil.Jika terdapat darah dalam
urin, terutama jika seseorang berada di atas 40 tahun, penting untuk mengesampingkan
kanker kandung kemih
2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG :
USG
RPG
Arteriografi
CT Scan
2.7 Penatalaksanaan
Jika kanker belum menyebar, maka dilakukan pengangkatan ginjal dan ureter
(nefroureterektomi). Tetapi jika ginjal tidak berfungsi dengan baik atau jika penderita hanya
memiliki 1 ginjal, maka tidak dilakukan pengangkatan ginjal, karena penderita akan
tergantung kepada dialisa. Jika kanker telah menyebar, dilakukan kemoterapi. Pengobatan
untuk kanker uretra bisa dilakukan dengan cara:
1. Pembedahan
2. Terapi penyinaran, menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi tinggi
lainnya untuk membunuh sel-sel kanker.
3. Kemoterapi, menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker.
Pembedahan untuk mengangkat kanker ureter terdiri dari:
a. Elektrofulgurasi, menggunakan arus listrik untuk mengangkat kanker.
Tumor dan daerah di sekitarnya dibakar lalu diangkat dengan pisau bedah.
b. Terapi laser.
2.8 woc


2.9 KONSEP DASAR ASKEP
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga
dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut.
a. Anamnesis
Keluhan utama yang sering menjadi alasan kien untuk meminta pertolongan
kesehatan kepada tenaga kesehatan atau tanaga menis.
b. Riwayat penyakit saat ini
Faktor riwayat penyakit sangat penting di ketahui karena untuk mengetahui predisposisi
penyebab Ca ureter. Disini harus di tanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti
kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah buruk. Keluhan Ca ureter perlu mendapat
perhatian untuk di lakukan pengkajian lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya Ca ureter,
stimulus apa yang sering menimbulkan nyeri pada ureter, dan tindakan apa yang telah di
berikan dalam upaya menurunkan keluhan nyeri tersebut.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah di alami klien yang memungkinkan adanya hubungan
atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernah kah klien mengalami Ca ureter
sebelumnya.
d. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang di gunakan klien juga penting untuk menilai respon
emosi klien terhadap penyakit yang di deritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga
dan mesyarakat serrta respon atau pengaruh dalam kehidupan sehari hari baik dalam keluarga
atau masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien, yaitu timbul ketakutan akan
kecacatan, rasa cemas, rasa ketidak mampuan untuk melakukan aktifitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Karena klien harus menjalani
rawat inap maka apakah keadaan ini memberi dampak pada ststus ekonomi klien, karena
biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit.

Pengkajian diagnostik pada Ca ureter
1. Pemeriksaan sedimen urine menunjukan adanya: leukosituria, hematuria, dan
dijumpai kristal-kristal berbentuk kanker.
2. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukan adanya pertumbuhan
kumanpemecah urea.
3. Pemeriksaan fungsi ureter untuk memonitor penurunan fungsi.
4. Pemeriksaan elektrolit untuk ketrlibatan peningkatan kalsium dalam darah.
5. Pemeriksaan foto polos abdomen, PIV, urogram, USG untuk menilai posisi,
besar, dan benttuk batu dalam saluran kemih.

Diagnosis Keperawatan
a. Analisa Data
Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi,
menyeleksi, mengelompokkan, mengaitkan data, menentukan kesenjangan informasi, melihat
pola data, membandingakan dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya membuat
kesimpulan. Hasil analisa data adalah pernyataan masalah keperawatan atau yang disebut
diagnosa keperawatan.Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti
tentang masalah pasien/klien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau diubah melalui
tindakan keperawatan.
Diagnosa yang muncul pada kasus Ca ureter :
1. Gangguan Nyaman Nyeri b/d aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises,
peregangan dari terminal syaraf sekunder dari adanya batu pada ginjal, nyeri
pasca bedah.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan status metabolik
akibat keganasan, efek radioterapi/kemoterapi dan distres emosional.
3. Ansietas b/d prognosis pembedahan, tindakan invasif diagnostik.

Rencana Keperawatan
1. Gangguan nyaman nyeri b/d aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises, pergangan
dari terminal syaraf sekunder dari adanya batu pada ginjal, nyeri pasca bedah.
Tunjuan :
Nyeri berkurang/hilang/teradaptasi.
Kriteria hasil:
a. Nyeri berkurang atau dapat beradaptasi dengan sekala nyeri 0-1
b. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
c. Eksfresi klien rlaks
Intervensi dan Rasional :
Intervensi Rasional
1. kaji derajat ketidaknyamanan melalui
isyarat verba dan nonverbal, perhatikan
pengaruh budaya terhadap pengaruh nyeri.

2. Bantu klien agar dapat beristirahat.



3. berikan lingkungan yang nyaman
1. Tindakan dan reaksi nyeri adalah
individual dan berdasarkan pengalaman
masa lalu, serta memahami perubahan
fsiologis dan latar belakang budaya.
2. Dapat menurunkan kebutuhan oksigen
jaringan ferifer sehingga akan
meningkatkan suplai darah ke jaringan.
3. Lingkungan yang nyaman
dapatmenurunkan stimulasi nyeri
danbatasi pengunjung.


4. Beri kompres hangat pada pinggang.



5. Bantu dalam penggunaan tehnik
pernapasan yang tepat
6. kolaborasi dalam pemberian analgetik
eksternal dan klien
dapat beristirahat dengan nyaman..
4. Vasodilatasi dapat menurunkan spasme
otot dan kontraksiotot pinggangsehingga
menurunkan stimulasi nyeri.
5. dapat memblok imfuls nyeri dalam
korteks serebri.

6. analgentik dapat mengurangi rasa nyeri

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan status metabolik akibat
keganasan, efek radioterapi/kemoterapi dan distres emosional.
Tunjuan:
Nutrisi dapat tercukupi.
Kriteria hasil :
a. dapat mempertahankan BB
b. Bebas dari tanda mal nutrisi
c. Secara subjektif melaporkan kekurangan nutrisi tercukupi.
d. Eksfresi klien rileks
Intervensi dan Rasional
Intervensi rasional
1. kaji penyebab kurangnya nutrisi

2. Berikan makanan sedikit tetapi sering


3. Dorong klien untuk meningkatkan
asupan nutrisi (tinggi kalori tinggi protein)
dan asupan cairan yang adekuat.

4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menetapkan program diet pemulihan bagi
1. mengetahui penyebab dapat menentukan
tindakan selanjutnya
2. makan yang sedikit tapi sering dapat
meningkatkan nutrisi pada klien
3. Asupan nutrisi dan cairan yang adekuat
diperlukan untuk mengimbangi status
hipermetabolik pada klien dengan
keganasan.

4. Kebutuhan nutrisi perlu diprogramkan
secara individual dengan melibatkan klien
klien.

5. Berikan obat anti emetik dan roborans
sesuai program terapi.


dan tim gizi bila diperlukan.

5. Anti emetik diberikan bila klien
mengalami mual dan roborans mungkin
diperlukan untuk meningkatkan napsu
makan dan membantu proses
metabolisme.

3. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d jaringan trauma, kulit rusak, prosedur invasif.
Tujuan :
Resiko tinggi infeksi dapat teratasi
Kriteria Hasil :
a. Tidak di temukan tanda-tanda infeksi
b. kadar Hb dalam batas normal (11-14 gr %)
c. pasien tidak demam atau menggigil suhu dalam batas normal 37
o
C
Intervensi dan Rasional :
Intervensi Rasional
1. Kaji tanda-tanda infeksi


2. Berikan perawatan aseptik dan
antiseptik, lakukan cuci tangan yang
baik sebelum melakukan tindakan
keperawatan.
3. Kaji daerah kulit yang mengalami
kerusakan, daerah yang terpasang alat
invasi, catat karakteristik dari drainase dan
adanya inflamasi.
4. Pantau suhu tubuh secara teratur, catat
adanya demam, menggigil, diaforesis dan
perubahan fungsi mental (penurunan
kesadaran).
5. Anjurkan untuk melakukan napas dalam,
1. Mengetahui tanda-tanda infeksi dapat
menentukan tindakan selanjutnya
2. Agar tidak terjadi penyebaran infeksi
atau dapat menghindari terjadinya infeksi
nosokomial.
3. Deteksi dini perkembangan infeksi
memungkinkan untuk melakukan tindakan
dengan segera dan pencegahan terhadap
komplikasi selanjutnya.
4. Dapat mengindikasikan perkembangan
sepsis yang selanjutnya memerlukan
evaluasi atau tindakan dengan segera.

5. Peningkatan mobilisasi dan pembersihan
sekresi paru untuk menurunkan resiko
terjadinya pneumonia, atelektasis.
latihan pengeluaran sekret paru secara
terus menerus. Observasi karakteristik
sputum.
6. Kolaborasi dengan ahli medis dalam
pemberian antibiotik
sesuaidengan indikasi.

6. analgentik dapat mengurangi rasa
nyeripada klien.

Implementasi
Pada tahap implementasi atau pelaksanaan dari asuhan keperawatan meninjau
kembali dari apa yang telah direncanakana atau intervensi sebelumnya, dengan tujuan utama
pada pasien dapat mencakup peredaan nyeri, kebutuhan nutrisi tercukupi pengurangan
kecemasan.

Evaluasi
Hasil yang di harapkan setelah mendapatkan intervensi adalah sebagai berikut:
1. Gangguan nyaman nyeri b/d aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises, pergangan
dari terminal syaraf sekunder dari adanya batu pada ginjal, nyeri pasca bedah.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan status metabolik akibat
keganasan, efek radioterapi/kemoterapi dan distres emosional.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d jaringan trauma, kulit rusak, prosedur invasif.

Anda mungkin juga menyukai