Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta Pusat 10720.
Telp : (021) 4246321, Fax : (021) 4246703 www.bmkg.go.id JAKARTA, DESEMBER 2013
BUKU INFORMASI PERUBAHAN IKLIM DAN KUALITAS UDARA DI INDONESIA
PUSAT PERUBAHAN IKLIM DAN KUALITAS UDARA KEDEPUTIAN BIDANG KLIMATOLOGI BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
BUKU INFORMASI PERUBAHAN IKLIM DAN KUALITAS UDARA DI INDONESIA TAHUN 2013
x +119 hlm : 21 x 30 cm ISBN :
Editor : Drs. Budi Suhardi, DEA, Ir. Anton Siswadi, Hadi Suyono, M.Si, Leni Nasarudin, S.Si, M.Si, Andriyas Aryo. P, M.Si, Agus Sabana, M.Si, Farid Faisal, Mugni Hadi Hariadi, Ari Kurniadi Penerbit : BMKG J l. Angkasa I No.2. Kemayoran, J akarta, Indonesia 10720 Telp : (+6221) 4246321. Fax : (+6221) 4246703
@ Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2013 Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia P age | i
KATA PENGANTAR
Bentuk negara yang berupa kepulauan, terletak di antara dua Benua dan Samudera, tingkat perekonomian sebagai negara berkembang serta kemampuan adaptasi masyarakat yang rendah terhadap perubahan iklim menempatkan Indonesia sebagai negara yang rentan terhadap isu perubahan iklim. Akan tetapi apakah perubahan iklim memang telah terjadi di Indonesia ? Berdasarkan hasil pengamatan BMKG, telah terjadi kenaikan suhu yang signifikan pada kurun waktu 30 tahun terakhir di sebagian besar wilayah Indonesia. Bukti perubahan iklim lain pun ditunjukan oleh pengamatan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di stasiun GAW Bukit Kototabang yang mengalami tren peningkatan yang cukup signifikan. Selain itu BMKG telah melakukan pula pengamatan terhadap luasan es di wilayah pegunungan J aya Wijaya yang menunjukan penurunan. Hasil pengamatan dan analisis tersebut diharapkan menjadi bukti dasar perubahan iklim yang terjadi di Indonesia, dimana ini akan dilengkapi oleh rencana BMKG untuk melakukan pengamatan terhadap kenaikan tinggi muka laut . Hasil pengukuran BMKG mengenai penurunan konsentrasi GRK di Pulau Bali sebesar 33% secara total saat Hari Raya Nyepi tahun 2013 telah menjadi bukti dasar pengaruh kegiatan manusia terhadap konsentrasi GRK di atmosfer. Data ini menjadi hal yang sangat berharga mengingat selama ini analisa yang dilakukan lebih berdasarkan pendekatan asumsi saja. Beberapa hal di atas telah menunjukan pentingnya peran BMKG dalam menghadapi isu perubahan ini, tidak hanya dalam hal analisa pengamatan terhadap bukti perubahan iklim tetapi juga dalam hal layanan informasi perubahan iklim untuk mendukung kegiatan adaptasi dan mitigasi sektoral. Dengan terbitnya Buku Informasi Perubahan i klim dan Kual itas Udara di Indonesia yang telah mencapai edisi yang ke-6, diharapkan menjadi salah satu bentuk dari diseminasi informasi yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan operasional BMKG baik Pusat maupun Daerah dan lebih lanjut lagi menjadi layanan informasi untuk sektor terkait. Kami atas nama Tim Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada Kepala Badan Meteorologi Kl imatologi dan Geofisika dan Deputi Bidang Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia P age | ii
Klimatologi yang telah mendorong terbitnya buku ini, serta kepada semua pihak yang telah turut mendukung penyusunannya. Semoga dengan tersedianya Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia dapat dijadikan rujukan untuk mengetahui informasi tentang indikasi perubahan iklim di wilayah Nusantara.
J akarta, Desember 2013
Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara
Dr. Edvin Aldrian, B.Eng, MSc, APU
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page iii
SAMBUTAN Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa- atas segala kenikmatan yang telah diberikan kepada kita semua. Saya memberikan apresiasi atas diterbitkannya Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia edisi ke-6 bulan Desember 2013. Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia yang telah diterbitkan oleh kedeputian Klimatologi telah terdiseminasi secara luas, tidak hanya di lingkup BMKG saja juga ke berbagai Kementerian/Lembaga lintas sektoral, akademisi dan masyarakat umum melalui berbagai kegiatan seperti Rakornas, Workshop maupun pameran-pameran lintas sektor. Harapan dari penerbitan Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia tidak hanya untuk kepentingan internal BMKG yakni sebagi referensi atau guidence oleh UPT-UPT BMKG di daerah dalam memberikan informasi perubahan iklim dan kualitas udara, akan tetapi merupakan sebuah sarana pembelajaran bagi masyarakat umum akan pentingnya informasi perubahan iklim dan kualitas udara. Demikian pula merupakan sebuah sarana tukar informasi antar instansi-instansi sektoral terkait informasi perubahan iklim dan kualitas udara yang pada akhirnya dapat saling bersinergi dalam pencapaian tujuan bersama yakni tanggap dan cakap dalam melakukan tindakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Semakin luasnya cakupan diseminasi Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia ini, tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi Kedeputian Bidang Klimatologi dalam penyusunan Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia dimasa mendatang. Kedepannya, saya berharap Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia ini berisikan informasi-informasi terbaru dengan penyampaian yang mudah dipahami oleh semua lapisan masyarakat, dan saya juga berharap masukan maupun kritikan yang sifatnya konstruktif yang dilontarkan oleh pembaca dapat diakomodir sehingga Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia lebih dapat diterima dan lebih bermanfaat bagi masyarakat umum, pemangku kepentingan maupun untuk lingkungan internal BMKG.
J akarta, Desember 2013 Deputi Bidang Klimatologi
Dr. Widada Sulistya, DEA Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page iv
DAFTAR TIM PENYUSUN BUKU INFORMASI PERUBAHAN IKLIM DAN KUALITAS UDARA BMKG 2013
Penasehat Dr. Widada Sulistya, DEA Pengarah Dr. Edvin Aldrian, B.Eng, M.Sc, APU Ketua Tim Rita Hidayati, S.T Dewan Editor Drs. Budi Suhardi, DEA Drs. Nasrullah Ir. Anton Siswadi Hadi Suyono, M.Si Editor Pelaksana Farid Faisal, ST Rendy Artha Luvian, S.Si Mugni Hadi Hariadi, S.Si Sekretaris Riri Indriani Nasution, S.KM Anggota Tim Vita Avianti Pudji Setiyani, M.Si Ari Kurniadi, Ssi Andreas Aryo Prabowo, M.Si Trinah Wati, S.Si Leni Nazarudin, M.P Noveta Chandra, SP Mizani Ahmad, ST Nuraliyanti, ST Rima Novianti, S.Si Andriyani Agus, ST Atiyah, ST Sunaryo, SP
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page v
DAFTAR ISI
hal KATA PENGANTAR ........................................................................................ i KATA SAMBUTAN .......................................................................................... iii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv I. PENDAHULUAN........................................................................................... 1
II. ANALISIS PERUBAHAN IKLIM DI SUMATERA ........................................ 3 2.1 Metodologi Analisa ................................................................................. 3 2.2 Analisis Perubahan Iklim ........................................................................ 5
III. KUALITAS UDARA DI INDONESIA BULAN ............................................. 59 JANUARI JUNI 2013
3.1. Kadar Debu / Suspended Particulate Matter (SPM) .............................. 59 3.2. Tingkat Keasaman (pH) Air Hujan......................................................... 66 3.3. Konsentrasi Kadar SO 2 dan NO 2 Di J akarta ......................................... 72 3.4. Pemantauan Aerosol PM 10 ................................................................... 73 3.5. Konsentrasi Kadar SO dan NO Di Indonesia ................................... 73 3.6. Ozon Permukaan ................................................................................. 80
IV. INFORMASI GAS RUMAH KACA ............................................................. 84 4.1. Pemantauan Gas Rumah Kaca Di Stasiun GAW Kototabang ............ 84 4.2 Pemantauan Gas Rumah Kaca Di 9 (Sembilan) UPT BMKG ............... 86
V. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN .............................. 92 5.1. Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan Di Provinsi Riau ................. 92 5.2. Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan Di Provinsi J ambi .............. 95 5.3. Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan Di Provinsi Sumatera Utara 98 5.4. Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan Di Provinsi Sumatera Selatan............................................................... 101 5.5. Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan Di Provinsi Kalimantan Barat ................................................................ 104 Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page vi
5.6 Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan Di Provinsi Kalimantan Tengah ............................................................ 107 5.7. Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan Di Provinsi Kalimantan Selatan ............................................................ 110 5.8. Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Kalimantan Timur ................................................................ 113
VI. INFORMASI SEBARAN DEBU GUNUNG BERAPI ................................... 117
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page vii
PENULIS :
Trinahwati, Hadi Suyono, Rendy Artha Luvian (Analisis Perubahan Iklim Di Sumatera)
Nuraliyanti, Riri Nasution, Farid Faisal (Analisis Kualitas Udara di Indonesia, Informasi Gas Rumah Kaca)
Sunaryo, Andriyani Agoes, Mizani Ahmad (Informasi Sebaran Asap Kebakaran Hutan dan Debu Gunung Berapi)
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 1
I. PENDAHULUAN
Kehidupan di muka bumi sangatlah tergantung pada panas atau energi matahari. Sekitar 70 persen dari cahaya matahari berhasil mencapai permukaan bumi dengan berbagai spektrum panjang gelombang. Sebagian besar energi yang membanjiri planet kita adalah radiasi gelombang pendek. Ketika energi ini memasuki permukaan bumi. Permukaan bumi akan memantulkan kembali sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke luar angkasa, walaupun sebagian tetap terperangkap di atmosfer bumi. Sisanya, yang 30 persen radiasi matahari yang terarah ke muka bumi akan dibelokan oleh atmosfer bagian luar. Radiasi ini selanjutnya disebarkan kembali ke luar angkasa. Untuk radiasi matahari yang mengenai permukaan bumi, radiasi tersebut diserap baik oleh daratan maupun air. Dari permukaan inilah lalu dipantulkan kembali ke atas dalam bentuk radiasi infra merah. Panas yang berasal dari radiasi infra merah inilah yang diserap oleh gas yang dikenal dengan gas rumah kaca. Disebut gas rumah kaca karena gas-gas di atmosfer ini menahan panas seperti halnya dinding-dinding kaca dari sebuah rumah kaca. Gas-gas tertentu di atmosfer termasuk uap air (H 2 O), karbondioksida (CO 2 ), dan metana (CH 4 ) akan menjadi perangkap radiasi ini. Gas- gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Gas rumah kaca, meskipun jumlahnya hanya sekitar 1 persen dari atmosfer bumi, namun mampu mengatur iklim kita dengan memerangkap panas dan menahannya seperti halnya selimut udara hangat yang menyelimuti bumi (Larry West, 2011). Penumpukan gas rumah kaca (GRK) akan menyebabkan energi radiasi yang terserap mengumpul di atmosfer. Hukum Fisika tentang kekekalan energi menjelaskan, energi yang terkumpul tersebut akan tetap bertahan di atmosfer dan hanya dapat berubah bentuk menjadi energi lainnya J ika dicermati secara mendalam maka gejala yang diakibatkan dari perubahan bentuk energi tersebut sebenarnya adalah perubahan dari berbagai parameter iklim sepeti suhu, angin, dan hujan. Atau dengan kata lain, terjadi perubahan siklus air di muka bumi. Selain suhu, angin dan hujan, parameter iklim lainnya yang ikut berubah adalah penguapan, kelembaban, dan tutupan awan atau Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 2
singkatnya perubahan energi akibat pemanasan global telah mengakibatkan perubahan siklus air yang mengarah pada perubahan iklim. Secara umum perubahan iklim berlangsung dalam waktu lama (slow face) dan berubah secara lambat (slow onset). Perubahan berbagai parameter iklim yang berlangsung perlahan tersebut dikarenakan berbagai peristiwa ekstrem yang terjadi pada variabilitas iklim yang berlangsung secara terus-menerus. Peristiwa ekstrim menyebabkan berubahnya besaran statistik rata-rata iklim yang pada akhirnya menggeser atau mengubah iklim pada umumnya. Dengan demikian, pemantauan perubahan iklim dapat dilakukan dengan memantau kondisi iklim ekstrim. Sebagai contoh pola peningkatan suhu bumi ditandai dengan berbagai rekor baru suhu maksimum secara terus-menerus, sedangkan pola musim berubah dengan adanya pergeseran awal musim (E. Aldrian, 2012). Respon yang dapat dilakukan terkait perubahan iklim yang telah, sedang dan akan terjadi adalah dengan melakukan tindakan adaptasi untuk mengatasi akibat atau dampak, serta melakukan mitigasi untuk mengatasi penyebab perubahan iklim. Tindakan adaptasi adalah upaya mengatasi dampak perubahan iklim, sehingga mampu mengurangi dampak negatif dan mengambil manfaat positifnya. Dalam pengertian lain adaptasi adalah upaya untuk mengelola hal yang tidak dapat dihindari. Dalam hal ini upaya perubahan dilakukan dengan asumsi bahwa perubahan iklim merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindari dan terjadi secara global. Tindakan mitigasi adalah upaya untuk mengatasi penyebab perubahan iklim melalui kegiatan yang dapat menurunkan emisi atau meningkatkan penyerapan GRK dari berbagai sumber emisi. Dalam pengertian lain mitigasi adalah upaya untuk menghindari hal yang tidak dapat dikelola. Dalam hal ini upaya perubahan dilakukan pada sumber penyebab pemanasan global
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 3
II. ANALISIS PERUBAHAN IKLIM DI SUMATERA Analisis perubahan iklim di Sumatera ini memuat informasi berbagai perubahan yang terjadi pada beberapa parameter iklim seperti curah hujan dan suhu udara. Analisis perubahan iklim memberikan informasi berupa tabel, grafik dan pemetaan tentang kecenderungan (tren) curah hujan dan suhu udara di beberapa stasiun pengamatan meteorologi/klimatologi wilayah Sumatera. Pada Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara edisi ke-6 tahun 2013 beberapa perubahan unsur curah hujan dan suhu udara dijelaskan secara detail.
2.1 METODOLOGI ANALISA 2.1.1 PENGUMPULAN DATA DAN METODE ANALISIS Pengumpulan data dan metode analisis terkait dengan analisis perubahan iklim dilakukan di beberapa stasiun klimatologi, meteorologi dan geofisika milik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta menggunakan standar internasional sesuai dengan prosedur dari World Meteorological Organization (WMO). Di dalam penerbitan kali ini, telah dipilih beberapa stasiun pengamatan klimatologi, meteorologi dan geofisika di wilayah Indonesia seperti yang terlihat pada Tabel 1 dan metode analisis seperti yang terlihat pada Tabel 2. Tabel 1. Stasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dalam mendukung analisis perubahan iklim
No Nama Stasiun 1. Stasiun Klimatologi Indrapuri (Nanggroe Aceh Darussalam) 2. Stasiun Klimatologi Sampali (Sumatera Utara) 3. Stasiun Klimatologi Sicincin (Sumatera Barat) 4. Stasiun Klimatologi J ambi (J ambi) 5. Stasiun Global Atmospheric Watch (GAW) Kototabang (Sumatera Barat) 6. Stasiun Meteorologi Radin Inten (Lampung) 7. Stasiun Meteorologi Pekan Baru (Riau) Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 4
8. Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang (Kepulauan Riau) 9. Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam (Kepulauan Riau) 10. Stasiun Meteorologi Dabo Singkep (Kepulauan Riau) 11. Stasiun Meteorologi Ranai Natuna (Kepulauan Riau) 12. Stasiun Meteorologi Tarempa (Kepulauan Riau) 13. Stasiun Meteorologi Sultan Thaha J ambi (J ambi) 14. Stasiun Meteorologi Polonia Medan (Sumatera Utara) 15. Stasiun Meteorologi Belawan - Sumatera Utara 16. Stasiun Meteorologi Sibolga Sumatera Utara 17. Stasiun Meteorologi Gunung Sitoli Nias Sumatera Utara
Tabel 2. Metode Analisis No Parameter Metode Analisis 1. Temperatur Analisis Kecenderungan (Tren) berdasarkan time series data suhu udara rata-rata, maksimum dan minimum serta maksimum dan minimum absolut tahunan 2. Curah Hujan Analisis tren awal musim dan panjang musim berdasarkan time series data dan tren jumlah curah hujan 6 (enam) bulanan dari bulan Oktober Maret dan April - September
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 5
2.2 ANALISIS PERUBAHAN IKLIM 2.2.1 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN METEOROLOGI HANG NADIM BATAM 1. Tren Suhu Maksimum Rata-Rata Tahunan
Gambar 1. Tren suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
Dari data tahun 1993 2011, suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.022 o c per tahun. Suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2009 dan 2010 sebesar 31.4 o c dan suhu maksimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 2000 sebesar 30.2 o c.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 6
2. Tren Suhu Minimum Rata-Rata Tahunan
Gambar 2. Tren suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam Dari data tahun 1993 2011, suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.0385 o c per tahun. Suhu minimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2011 sebesar 25.0 o c dan suhu minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1995 dan 2001 sebesar 23.8 o c.
3. Tren jumlah Curah Hujan 6 Bulanan
Gambar 3. Tren curah hujan 6 bulanan (April September) di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 7
Curah hujan enam bulanan April September di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.0432 mm per enam bulan. Curah hujan tertinggi tercatat pada tahun 1996 sebesar 1358 mm dan curah hujan terendah terjadi pada tahun 1994 sebesar 765 mm.
Gambar 4. Tren curah hujan 6 bulanan (Oktober Maret) di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam Curah hujan enam bulanan Oktober Maret di Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam menunjukkan tren peningkatan sebesar 7.382 mm per enam bulan. Curah hujan tertinggi tercatat pada tahun 2006 sebesar 1903 mm dan curah hujan terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 745 mm.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 8
2.2.2 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN STASIUN METEOROLOGI NATUNA RANAI 1. Grafik Suhu Rata-rata Tahunan
Gambar 5. Grafik suhu rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna
Data suhu pengamatan yang ada dimulai tahun 2006, dari data tahun 2006 2011, suhu rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna tidak menunjukkan adanya tren karena data tidak terlalu panjang. Suhu rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 27.8 o c dan suhu rata-rata terendah terjadi pada tahun 2008 sebesar 25.6 o c. 2. Grafik Suhu Maksimum Rata-Rata Tahunan
Gambar 6. Grafik suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 9
Dari data tahun 2006 2011, suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Ranai natuna menunjukkan tren penurunan sebesar 0.4143 o c per tahun. Suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2007 sebesar 33.8 o c dan suhu maksimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 2010 sebesar 29.6 o c. 3. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan
Gambar 7. Tren suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna Dari data tahun 2006 2011, suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.4314 o c per tahun. Suhu minimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 25.3 o c dan suhu minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 2006, 2007 dan 2008 sebesar 22 o c. 4. Tren J umlah Curah Hujan Enam Bulanan
Gambar 8. Tren curah hujan 6 bulanan (Oktober Maret) di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 10
Curah hujan enam bulanan Oktober Maret di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna menunjukkan tren penurunan sebesar 6.7299 mm per enam bulan selama tahun 1992 - 2011. Curah hujan tertinggi tercatat pada tahun 2000 sebesar 1983 mm dan curah hujan terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 592 mm.
Gambar 9. Tren curah hujan 6 bulanan (April September) di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna
Curah hujan enam bulanan April September di Stasiun Meteorologi Ranai Natuna tidak menunjukkan tren selama tahun 1992- 2011. Curah hujan tertinggi tercatat pada tahun 1997 sebesar 1188 mm dan curah hujan terendah terjadi pada tahun 2009 sebesar 643 mm.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 11
2.2.3 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN STASIUN METEOROLOGI TANJUNG PINANG BINTAN 1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan
Gambar 10. Tren suhu rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang
Dari data tahun 1981 2011, suhu rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang menunjukkan adanya tren peningkatan sebesar 0.036 o c. Suhu rata- rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 27.1 o c dan suhu rata-rata terendah terjadi pada tahun 1984 sebesar 25.5 o c. 2. Tren Suhu Maksimum rata-rata tahunan
Gambar 11. Tren suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Tanjung pinang
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 12
Dari data tahun 1981 2011, suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang tidak menunjukkan tren penurunan maupun peningkatan. Suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 1996 sebesar 32.3 o c dan suhu maksimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1983,1984 dan 1988 sebesar 30.1 o c. 3. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan
Gambar 12. Tren suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang Dari data tahun 1981 2011, suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.0312 o c per tahun. Suhu minimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 24.2 o c dan suhu minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1996 sebesar 21.4 o c.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 13
4. Tren J umlah Curah Hujan Enam Bulanan
Gambar 13. Tren curah hujan 6 bulanan (Oktober Maret) di Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang
Curah hujan enam bulanan Oktober Maret di Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang menunjukkan tren peningkatan sebesar 10.573 mm per enam bulan selama tahun 1981 - 2011. Curah hujan tertinggi tercatat pada tahun 2002 sebesar 2536 mm dan curah hujan terendah terjadi pada tahun 1988 sebesar 1211 mm.
Gambar 14. Tren curah hujan 6 bulanan (April September) di Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 14
Curah hujan enam bulanan April September di Stasiun Meteorologi Tanjung Pinang tidak menunjukkan tren selama tahun 1981- 2011. Curah hujan tertinggi tercatat pada tahun 1988 sebesar 2054 mm dan curah hujan terendah terjadi pada tahun 1982 sebesar 1006 mm.
2.2.4 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN STASIUN METEOROLOGI TANJUNG BALAI KARIMUN 1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan
Gambar 15. Tren Suhu Rata-rata Tahunan di Tanjung Balai Karimun
Dari data tahun 1998 sampai 2010, suhu rata-rata tahunan di Tanjung Balai Karimun menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.073 o c setiap tahun. Suhu rata- rata tertinggi tercatat pada tahun 2009 sebesar 28.3 o c dan terendah tercatat pada tahun 1998 sebesar 26.6 o c.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 15
2. Tren Suhu Maksimum Rata-Rata
Gambar 16. Tren Suhu Maksimum rata-rata tahunan di Tanjung Balai Karimun
Dari data tahun 1998 sampai 2009, suhu maksimum rata-rata tahunan di Tanjung Balai Karimun menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.006 o c setiap tahun. Suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat tahun 2002 sebesar 31.5 o c dan suhu minimum rata-rata terendah tercatat tahun 2006 sebesar 30.04 o c.
3. Tren Suhu Minimum Rata-Rata
Gambar 17. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan di Tanjung Balai Karimun
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 16
Dari data tahun 1998 sampai 2009, suhu minimum rata-rata tahunan di Tanjung Balai Karimun menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.048 o c setiap tahun. Suhu minimum rata-rata tertinggi tercatat tahun 2005 sebesar 24.4 o c dan suhu minimum rata-rata terendah tercatat tahun 1998 sebesar 23.5 o c.
4. Tren Curah Hujan 6 bulanan
Gambar 18. Tren Curah Hujan 6 bulanan (April-September) di Tanjung Balai Karimun
Dari data tahun 1995 sampai 2010, jumlah curah hujan 6 bulanan (April- September) menunjukkan tren peningkatan sebesar 20.79 mm per 6 bulan. Curah hujan tertinggi tercatat tahun 1998 sebesar 1943 mm dan terendah tercatat tahun 1997 sebesar 555 mm.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 17
Gambar 19. Tren Curah Hujan 6 bulanan (Oktober-Maret) di Tanjung Balai Karimun
Dari data tahun 1995 sampai 2009, jumlah curah hujan 6 bulanan (Oktober- Maret) menunjukkan tren peningkatan sebesar 7.80 mm per 6 bulan. Curah hujan tertinggi tercatat tahun 2005 sebesar 1592 mm dan terendah tercatat tahun 1997 sebesar 539 mm.
2.2.5 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN STASIUN GLOBAL ATMOSPHERE WATCH (GAW) KOTO TABANG SUMATERA BARAT 1. Tren Suhu Rata-rata tahunan
Gambar 20. Tren Suhu Rata-rata Tahunan di Stasiun GAW Bukit Kototabang Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 18
Dari data tahun 1995 2012, suhu rata-rata tahunan di Stasiun GAW Koto Tabang menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.14 o c per tahun. Suhu rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 22.0 o c dan suhu rata-rata terendah terjadi pada tahun 1996 sebesar 17.2 o c. 2. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan
Gambar 21. Tren Suhu Maksimum Absoulut Tahunan di Stasiun GAW Bukit Kototabang Dari data tahun 1996 2012, suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun GAW Bukit Kototabang Kabupaten Agam menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.213 o c per tahun. Suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2006 sebesar 33.1 o c dan suhu maksimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1996 sebesar 24.6 o c.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 19
3. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan
Gambar 22. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan di Stasiun GAW Bukit Kototabang Dari data tahun 1996 2012, suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun GAW Bukit Kototabang menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.115 o c per tahun. Suhu minimum rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 17.6 o c dan suhu minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1998 dan 2001 sebesar 14.4 o c.
4. Tren J umlah Curah Hujan 6 Bulanan
Gambar 23. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (April-September) di Stasiun GAW Bukit Koto Tabang Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 20
Curah hujan enam bulanan April September di Stasiun GAW Bukit Koto Tabang menunjukkan tren peningkatan sebesar 41 mm per enam bulan. Curah hujan tertinggi tercatat pada tahun 2008 sebesar 1966 mm dan curah hujan terendah terjadi pada tahun 1996 sebesar 409 mm.
Gambar 24. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun GAW Bukit Koto Tabang
Curah hujan enam bulanan Oktober Maret di Stasiun GAW Bukit Koto Tabang menunjukkan tren peningkatan sebesar 44.71 mm per tahun. Curah hujan tertinggi tercatat pada tahun 2006 sebesar 1758 mm dan curah hujan terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 359 mm.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 21
2.2.6 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN METOROLOGI SULTAN THAHA JAMBI 1. Tren Suhu Udara Rata-rata Tahunan
Gambar 25. Tren Suhu Rata-rata Tahunan di Stasiun Meteorologi Jambi
Tren tahunan suhu udara rata-rata 1983 - 2011 di Stasiun Meteorologi Sultan Thaha J ambi cendrung naik dengan laju kenaikan 0,015 o c /tahun, tertinggi terjadi pada tahun 1996 bulan Agustus, J uni tahun 2003 dan November 2009 sebesar 28.3 o c Periode 1983 - 2011. Suhu rata-rata terendah terjadi bulan September tahun 1984 sebesar 25.0 o c Periode 1983 - 2011.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 22
2. Tren Suhu Udara Maksimum Tahunan
Gambar 26. Tren Suhu Maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Polonia Medan
Tren Suhu Udara Maksimum rata-rata Tahunan Periode 1983 - 2011 cenderung naik dengan laju kenaikan 0,007 o c /tahun, tertinggi terjadi pada bulan Mei tahun 1998 sebesar 33.9 o c dan teredah terjadi pada bulan Desember tahun 1988, J anuari tahun 1984 dan 1993 sebesar 29.6 o c.
3. Tren Suhu Udara Minimum rata-rata tahunan
Gambar 27. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Jambi Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 23
Tren Suhu Udara Rata-rata Minimum rata-rata tahunan Periode 1983 2011 cendrung naik dengan laju kenaikan 0,008 o c /tahun, tertinggi terjadi pada bulan Mei tahun 2010 sebesar 24,6 o c dan teredah terjadi pada J uli tahun 2003 dan tahun 2004 sebesar 20,8 o c.
4. Tren Panjang Musim Hujan
Gambar 28. Tren panjang musim hujan di Stasiun Meteorologi Sultan Taha Jambi Dari data tahun 1985 sampai 2011, Panjang Musim Hujan Stasiun Meteorologi J ambi (PMH) cenderung naik, dengan laju kenaikan 0,02 dasarian. Musim hujan terpanjang terjadi pada musim hujan tahun 2000 yang mencapai 29 dasarian, dan terpendek pada musim hujan tahun1991 yang hanya 17 dasarian.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 24
5. Tren Awal Musim Hujan
Gambar 29. Tren awal musim hujan di Stasiun Meteorologi Sutan Taha, Jambi Dari data tahun 1985 sampai 2011, Awal Musim Hujan Stasiun Meteorologi J ambi (AMH) cenderung turun dengan laju penurunan 0,04 dasarian. Dalam artian musim hujan paling maju terjadi pada musim hujan tahun 1996 yaitu pada dasarian ke 23, dan paling mundur pada musim hujan tahun 1997 pada dasarian ke 33.
6. Tren Panjang Musim Kemarau
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 25
Gambar 30. Tren panjang musim hujan di Stasiun Meteorologi Jambi Dari data tahun 1985 sampai 2011, Panjang Musim Kemarau Stasiun Meteorologi J ambi (PMK) cenderung turun, dengan laju penurunan 0,02 dasarian. Musim Kemarau terpanjang terjadi pada musim kemarau tahun 1991 yang mencapai 19 dasarian, dan terpendek pada musim kemarau tahun 2000 yang hanya 7 dasarian. 7. Tren Awal Musim Kemarau
Gambar 31. Tren awal musim kemarau di Stasiun Meteorologi Jambi Dari data tahun 1985 sampai 2011, Awal Musim Kemarau Stasiun Meteorologi J ambi (AMK) cenderung turun, dengan laju penurunan 0,02 dasarian. Musim Kemarau paling maju terjadi pada musim kemarau tahun 1991 dan 1998 pada dasarian ke-11, dan paling mundur pada musim kemarau tahun 2000 yaitu pada dasarian ke-22.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 26
8. Tren J umlah Curah Hujan 6 Bulanan
Gambar 32. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun Meteorologi Jambi Tren curah Hujan Musim Hujan (Oktober-Maret) di Stasiun Meteorologi J ambi cendrung turun, dengan laju penurunan sebesar 0,05 mm. Dalam artian Curah Hujan yang turun selama Musim Hujan mengalami penurunan 0,05 mm per tahun, Curah Hujan Musim Hujan tertinggi terjadi pada tahun 1986 sebesar 1930 mm, dan Curah Hujan Musim Hujan terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 857 mm.
Gambar 33. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (April - September) di Stasiun Meteorologi Jambi Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 27
Tren curah hujan musim hujan (April-September) di Stasiun Meteorologi J ambi cendrung naik, dengan laju kenaikan sebesar 1,7 mm. Dalam artian Curah Hujan yang turun pada selama musim kemarau mengalami kenaikan sebesar 1,7 mm per tahun, curah hujan musim hujan tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 1664 mm, dan curah hujan husim hujan terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 441 mm.
2.2.7 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN METEOROLOGI POLONIA MEDAN SUMATERA UTARA 1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan
Gambar 34. Tren Suhu Rata-rata Tahunan di Stasiun Meteorologi Polonia Medan
Data tahun 1998 sampai 2010 menunjukkan suhu rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Polonia Medan mengalami tren peningkatan sebesar 0.0283 o c setiap tahun. Suhu rata-rata teringgi tercatat pada tahun 2010 sebesar 27.8 o c dan terendah tercatat pada tahun 1982 sebesar 26.4 o c.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 28
2. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan
Gambar 35. Tren Suhu Maksimum AbsolutTahunan di Stasiun Meteorologi Polonia Medan
Data tahun 1981 sampai 2011 menunjukkan suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Polonia Medan mengalami tren peningkatan sebesar 0.019 o c setiap tahun. Suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat tahun 1981 sebesar 37.1 o c dan suhu minimum rata-rata terendah tercatat tahun 1993 sebesar 34.5 o c.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 29
3. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan
Gambar 36. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Polonia Medan Dari data tahun 1981 sampai 2011, suhu minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Polonia Medan menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.0221 o c setiap tahun. Suhu minimum rata-rata tertinggi tercatat tahun 1986 sebesar 26.4 o c dan suhu minimum rata-rata terendah tercatat tahun 1984 sebesar 23.4 o c.
4. Tren Curah Hujan 6 bulanan
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 30
Gambar 37. Tren Curah Hujan 6 bulanan (April-September) di Stasiun Meteorologi Polonia Medan
Data tahun 1981 sampai 2011, jumlah curah hujan 6 bulanan (April-September) menunjukkan tren peningkatan sebesar 7.08 mm per 6 bulan. Curah hujan tertinggi tercatat tahun 2001 sebesar 1809 mm dan terendah tercatat tahun 1984 sebesar 710 mm.
Gambar 38. Tren Curah Hujan 6 bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun Meteorologi Polonia Medan
Data tahun 1981 sampai 2011, jumlah curah hujan 6 bulanan (Oktober-Maret) tidak menunjukkan tren peningkatan maupun penurunan. Curah hujan tertinggi tercatat tahun 2003 sebesar 1853 mm dan terendah tercatat tahun 1982 sebesar 944 mm.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 31
2.2.8 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN METOROLOGI BELAWAN SUMATERA UTARA 1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan
Gambar 39. Tren suhu rata-rata tahunan di Stasiun Belawan Sumatera Utara Dari data tahun 1982 sampai tahun 2011, suhu rata-rata tahunan di Stasiun Belawan Medan menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.034 o c per tahun. Suhu rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2008 sekitar 28 o c dan suhu rata-rata terendah terjadi pada tahun 1984 sebesar 26.5 o c.
2. Tren Suhu Maksimum rata-rata tahunan
Gambar 40. Tren suhu maksimum absolut di Stasiun Belawan Sumatera Utara Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 32
Dari data tahun 1982 sampai tahun 2011 di Stasiun Belawan Sumatera Utara, menunjukkan suhu maksimum absolut mengalami penurunan (meskipun tidak signifikan) dengan nilai tren sekitar 0.02 o c. Suhu maksimum absolut tertinggi terjadi pada tahun 1990 sekitar 37 o c, sedangkan suhu maksimum absolut terendah terjadi pada tahun 2003 sekitar 32.9 o c.
3. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan
Gambar 41. Tren suhu minimum absolut di Stasiun Belawan Sumatera Utara
Dari data tahun 1982 sampai tahun 2011 di Stasiun Belawan Sumatera Utara, menunjukkan suhu minimum absolut mengalami peningkatan dengan nilai tren sekitar 0.07 o c. Suhu minimum absolut tertinggi terjadi pada tahun 1983 sekitar 23 o c, sedangkan suhu minimum absolut terendah terjadi pada tahun 1986 sekitar 18 o c.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 33
2.2.9 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN METOROLOGI SIBOLGA SUMATERA UTARA 1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan
Gambar 42. Tren suhu rata-rata tahunan di Stasiun Sibolga Sumatera Utara Dari data tahun 1980 sampai tahun 2011, suhu rata-rata tahunan di stasiun Sibolga Medan menunjukkan peningkatan walaupun kecil dengan nilai trennya sekitar 0.02 o c. Suhu rata-rata tahunan tertinggi terjadi pada tahun 2010 sekitar 27 o c, sedangkan suhu rata-rata terendah terjadi pada tahun 1984 sekitar 25.5 o c.
2. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan
Gambar 43. Tren suhu maksimum absolut di Stasiun Sibolga Sumatera Utara
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 34
Dari data tahun 1980 sampai tahun 2011 di Stasiun Sibolga, menunjukkan suhu maksimum absolut mengalami penurunan dengan nilai tren sekitar 0.04 o c. Suhu maksimum absolut tertinggi terjadi pada tahun 1988 sekitar 36.8 o c, sedangkan suhu maksimum absolut terendah terjadi pada tahun 1999 sekitar 33.8 o c
3. Tren Suhu Minimum Absolut
Gambar 44. Tren suhu minimum absolut di Stasiun Sibolga Sumatera Utara
Data tahun 1980 - 2011 di Stasiun Sibolga Sumatera Utara menunjukkan suhu minimum absolut mengalami peningkatan dengan nilai tren sekitar 0.02 o c. Suhu minimum absolut tertinggi terjadi pada tahun 2007 sekitar 22.5 o c, sedangkan suhu minimum absolut terendah terjadi pada tahun 2006 sekitar 16.9 o c.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 35
2.2.10 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN METOROLOGI GUNUNG SITOLI SUMATERA UTARA 1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan
Gambar 45. Tren suhu rata-rata Tahunan di Stasiun Meteorologi Gunung Sitoli Sumatera Utara
Dari data tahun 1982 sampai 2011, suhu rata rata di Stasiun Meteorologi Gunung Sitoli menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.025 per tahun. Suhu rata rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 27.0 o c dan suhu rata rata terendah pada tahun 1984 sebesar 25.2 o c .
2. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan
Gambar 46. Tren suhu Maksimum Absolut Tahunan di Stasiun Meteorologi Gunung Sitoli Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 36
Dari data tahun 1982 sampai 2011, suhu maksimum absolut di Stasiun Meteorologi Gunung Sitoli menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.036 per tahun. Suhu maksimum rata rata tertinggi tercatat pada tahun 2001 sebesar 36.0 o c.
3. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan
Gambar 47. Tren suhu Minimum Absolut Tahunan di Stasiun Meteorologi Gunung Sitoli
Dari data tahun 1982 sampai 2011, suhu minimum absolut di Stasiun Meteorologi Gunung Sitoli menunjukkan tren penurunan sebesar 0.07 per tahun. Suhu minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 2000 sebesar 10.0 o c .
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 37
2.2.11 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN KLIMATOLOGI INDRAPURI NANGRO ACEH DARUSSALAM 1. Tren Suhu Rata-Rata Tahunan
Gambar 48. Tren Suhu Rata-rata di Stasiun Klimatologi Indrapuri NAD
Dari data tahun 1995 sampai 2011, suhu rata-rata tahunan di Stasiun Klimatologi Sampali Medan menunjukan tren peningkatan 0.0108 o c per tahun. Suhu rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 1998 sebesar 27.3 o c dan suhu rata-rata terendah terjadi pada tahun 1999 dan 2004 sebesar 26.2 o c. 2. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan
Gambar 49. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan di Stasiun Klimatologi Indrapuri NAD Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 38
Dari data tahun 1994 sampai 2011, suhu maksimum absolut tahunan di Stasiun Klimatologi Sampali Medan menunjukan tren penurunan 0.005 o c per tahun. Suhu rata-rata maksimum absolut tercatat pada tahun 2000 dan 2002 sebesar 38 o c dan suhu maksimum absolut terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 34.6 o c.
3. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan
Gambar 30. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan di Stasiun Klimatologi Indrapuri NAD Dari data tahun 1994 sampai 2011, suhu minimum absolut tahunan di Stasiun Klimatologi Indrapuri NAD menunjukkan tren peningkatan 0.055 o c per tahun. Suhu minimum absolut tertinggi tercatat pada tahun 1999 sebesar 22.8 o c dan suhu minimum absolut terendah terjadi pada tahun 2003 sebesar 12.6 o c.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 39
2.2.12 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN KLIMATOLOGI SAMPALI SUMATERA UTARA 1. Tren Suhu Rata-rata tahunan
Gambar 31. Tren Suhu Rata-rata di Stasiun Klimatologi Sampali Medan Dari data tahun 1977 sampai 2011, suhu rata-rata tahunan di Stasiun Klimatologi Sampali Medan menunjukan tren peningkatan 0.018 o c per tahun. Suhu rata-rata tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 27.7 o c dan suhu rata-rata terendah terjadi pada tahun 1999 sebesar 25.9 o c.
2. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan
Gambar 32. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan di Stasiun Klimatologi Sampali Medan Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 40
Dari data tahun 1977 sampai 2011, suhu maksimum absolut tahunan di Stasiun Klimatologi Sampali Medan menunjukan tren penurunan 0.02 o c per tahun. Suhu rata-rata maksimum absolut tercatat pada tahun 1985 sebesa2 34.5 o c dan suhu maksimum absolut terendah terjadi pada tahun 2009 sebesar 32.3 o c.
3. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan
Gambar 33. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan di Stasiun Klimatologi Sampali Medan Dari data tahun 1977 sampai 2011, suhu minimum absolut tahunan di Stasiun Klimatologi Sampali Medan menunjukan tren peningkatan 0.092 o c per tahun. Suhu minimum absolut tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 22.6 o c dan suhu minimum absolut terendah terjadi pada tahun 1981 sebesar 19.6 o c.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 41
4. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (J anuari-J uni)
Gambar 34. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (Januari-Juni) di Stasiun Klimatologi Sampali Medan Tren curah hujan musim kemarau (J anuari-J uni) di Stasiun Klimatologi Sampali menunjukkan tren naik sebesar 0.48 mm per musim. Artinya curah hujan yang meningkat selama periode tersebut. Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 1996 mencapai 560 mm.
Gambar 35. Tren Curah Hujan 6 bulanan (Juli-Desember) di Stasiun Klimatologi Sampali
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 42
Tren curah hujan musim kemarau (J uli-Desember) di Stasiun Klimatologi Sampali menunjukkan tren turun sebesar 0.064 mm per musim. Artinya curah hujan yang meningkat selama periode tersebut. Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2000 mencapai 650 mm.
2.2.13 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN KLIMATOLOGI RADIN INTEN II BANDAR LAMPUNG 1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan
Gambar 36. Tren Suhu Rata-rata-Tahunan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II
Data tahun 1976-2011, suhu udara rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II Bandar Lampung menunjukan tren peningkatan sebesar 0,023 o c per tahunnya. Sedangkan suhu rata-rata tertinggi tercatat sebesar 27,0 o c pada tahun 2002 dan suhu rata-rata terendah terjadi pada tahun 1984 sebesar 25,6 o c
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 43
2. Tren Suhu Maksimum Absoulut Tahunan
Gambar 37. Tren Suhu Maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II Dari data tahun 1976-2011, suhu udara maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II Bandar Lampung menunjukan tren peningkatan sebesar 0,033 o c per tahunnya. Sedangkan suhu maksimum rata-rata tertinggi tercatat sebesar 32,9 o c pada tahun 1997 dan 2002 dan suhu maksimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1978 sebesar 30,9 o c.
3. Tren suhu Minimum Absoulut Tahunan
Gambar 38. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 44
Dari data tahun 1976-2011, suhu udara minimum rata-rata tahunan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II Bandar Lampung menunjukan tren peningkatan sebesar 0,0295 o C ~0,03 o c per tahunnya. Sedangkan suhu minimum rata-rata tertinggi tercatat sebesar 23,6 o c pada tahun 1998 dan suhu minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1994 sebesar 21,1 o c.
4. Tren J umlah Curah Hujan 6 bulanan
Gambar 39. Tren Curah hujan 6 bulanan (April-September) di Stasiun Meteorologi Radin Inten II
Data tahun 1976 sampai 2011 menunjukkan curah hujan 6 bulanan (April sampai September) menunjukkan tren penurunan sebesar 0.5846 mm per enam bulan. Curah hujan tertinggi tercatat tahun 2010 yang mencapai 1101 mm dan terendah tahun 1976 sebesar 304 mm.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 45
Gambar 40. Tren Curah hujan 6 bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun Meteorologi Radin Inten II
Data tahun 1976 sampai 2011 menunjukkan curah hujan 6 bulanan (Oktober - Maret) menunjukkan tren penurunan sebesar 4.5611 mm per enam bulan. Curah hujan tertinggi tercatat tahun 1995 yang mencapai 2287.1 mm dan terendah tahun 1980 sebesar 723.4 mm.
5. Tren Panjang Musim Hujan
Gambar 41. Tren Panjang Musim Hujan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 46
Panjang musim hujan di wilayah Stasiun Meteorologi Radin Inten II Bandar Lampung selama kurun waktu 36 tahun (1976-2011) menunjukkan adanya tren penurunan dari tahun ke tahunnya dengan penurunan yang sangat kecil yaitu sebesar 0.0068 dasarian atau sekitar 0.068 hari (1 hari) per musim hujannya. Artinya musim hujan semakin memendek dari tahun ke tahunnya. Musim hujan paling panjang terjadi pada musim hujan tahun 1984/1985 dan 1999/2000 yang mencapai 24 dasarian (8 bulan), dan panjang musim hujan yang terpendek terjadi pada musim hujan tahun 2002/2003 yang hanya 9 dasarian (3 bulan).
6. Tren Awal Musim Hujan
Gambar 42. Tren Awal Musim Hujan di Stasiun Meteorologi Radin Inten II
Dari data tahun 1976-2011, awal musim hujan di wilayah Stasiun Meteorologi Radin Inten II Bandar Lampungmenunjukkan adanya tren penurunan dari tahun ke tahun yang artinya musim hujan cenderung makin maju namun trennya sangat kecil sebesar 0.039 dasarian (kurang lebih 0.4 hari/1 hari). Musim hujan paling maju terjadi pada musim hujan tahun 1978/1979, 1999/2000 dan 2000/2001pada dasarian ke-28 (Oktober I) dan panjang musim hujan paling mundur terjadi pada musim hujan tahun 1982/1983, 1985/1986, 2000/2001 dan 2005/2006 pada dasarian ke-36 (Desember III).
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 47
7. Tren Panjang Musim Kemarau
Gambar 43. Tren Panjang Musim Kemarau di Stasiun Meteorologi Radin Inten II
Panjang musim kemarau di wilayah Stasiun Meteorologi Radin Inten II Bandar Lampung selama kurun waktu 36 tahun (1976-2011) menunjukkan adanya tren peningkatan dari tahun ke tahunnya dengan angka peningkatan hanya sebesar 0.0068 dasarian atau sekitar 0.068 hari (1 hari) per musim kemaraunya. Artinya musim kemarau semakin memanjang dari tahun ke tahunnya. Musim kemarau terpanjang terjadi pada musim kemarau tahun 2002/2003 yang mencapai 27 dasarian (9 bulan), dan panjang musim kemarau yang terpendek terjadi pada musim hujan tahun 1984/1985 yang hanya 12 dasarian (4 bulan).
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 48
8. Tren Awal Musim Kemarau
Gambar 44. Tren Awal Musim Kemarau di Stasiun Meteorologi Radin Inten II
Dari data tahun 1976-2011, awal musim kemarau di wilayah Stasiun Meteorologi Radin Inten II Bandar Lampung menunjukkan adanya tren penurunan dari tahun ke tahun yang artinya musim kemarau cenderung makin maju namun trennya sangat kecil sebesar 0.036 dasarian (kurang lebih 0.4 hari/1 hari). J ika tidak ada tren, awal musim kemarau di Stasiun Meteorologi Radin Inten II Bandar Lampungrata-rata terjadi pada dsarian ke-13 (Mei I). Musim kemarau paling maju terjadi pada musim kemarau tahun 2002/2003 dan 2008/2009 pada dasarian ke-5 (FebruariII) dan panjang musim kemarau paling mundur terjadi pada musim kemarau tahun 1984/1985 pada dasarian ke-18 (J uni III).
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 49
2.2.14 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN KLIMATOLOGI SICINCIN 1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan
Gambar 45. Tren Suhu Rata-rata Tahunan Di Stasiun Klimatologi Sicincin
Dari data tahun 1984 samapi 2011, suhu rata-rata di Stasiun Klimatologi Sicincin menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.023 o c per tahun. Suhu udara rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 25,8 o c dan suhu udara rata-rata terendah terjadi pada tahun 1984 sebesar 24,5 o c.
2. Tren Suhu Minimum Rata-Rata Tahunan
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 50
Gambar 46. Tren Suhu Minimum rata-rata tahunan di Stasiun Klimatologi Sicincin Dari data suhu udara minimum rata-rata Staklim Sicincin dari tahun 1986 sampai 2011 menunjukkan kenaikan trend sebesar 0.027 o c / tahun. Suhu udara minimum rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 22.4 o c dan suhu udara minimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1989 sebesar 20.2 o c.
3. Tren Suhu Maksimum Rata-Rata Tahunan
Gambar 47. Tren Suhu maksimum rata-rata tahunan di Stasiun Klimatologi Sicincin
Data suhu udara maksimum rata-rata Staklim Sicincin dari tahun 1986 sampai 2011 menunjukkan kenaikan trend sebesar 0.034 o c / tahun. Suhu udara maksimum rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 33.5 o c dan suhu udara rmaksimum rata-rata terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 30.1 o c.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 51
4. Tren J umlah Curah Hujan 6 Bulanan
Gambar 48. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (April-September) di Stasiun Klimatologi Sicincin
Dari data tahun 1985 sampai 2011, jumlah curah hujan 6 bulanan (April- September) di Stasiun Klimatologi Sicincing menunjukkan tren penurunan sebesar 5.18 mm per 6 bulan. Curah hujan terbesar tercatat tahun 2010 sebesar 2660 mm dan terendah tercatat pada tahun 1994 sebesar 1367 mm.
Gambar 49. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun Klimatologi Sicincin Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 52
Dari data tahun 1985 sampai 2011, curah hujan 6 bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun Klimatologi Sicincin mengalami tren penurunan sebesar 2.26 mm per 6 bulan. Curah hujan terbesar tercatat pada tahun 1991 sebesar 3824 mm dan terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 1306 mm.
2.2.15 ANALISIS PERUBAHAN SUHU DI STASIUN KLIMATOLOGI JAMBI 1. Tren Suhu Rata-rata Tahunan
Gambar 50. Tren Suhu Rata-rata Tahunan Di Stasiun Klimatologi Jambi
Dari data tahun 1998 sampai 2011, suhu rata-rata di Stasiun Klimatologi J ambi menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.008 o c per tahun. Suhu udara rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2003 dan 2005 sebesar 26.8
o c dan suhu udara rata-rata terendah terjadi pada tahun 2008 sebesar 26.2 o c.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 53
2. Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan
Gambar 51. Tren Suhu Minimum Absolut di Stasiun Klimatologi Jambi
Dari data tahun 1999 sampai 2011, Suhu Minimum absolut di Stasiun Klimatologi J ambi menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.115 o c per tahun. Suhu minimum rata-rata tertinggi tercatat tahun 2010 sebesar 23.8 o c dan terendah tercatat tahun 2003 sebesar 22.9 o c.
3. Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan
Gambar 52. Tren Suhu Minimum Absoulut di Stasiun Klimatologi Jambi Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 54
Dari data tahun 1999 sampai 2011, Suhu Maksimum absolut di Stasiun Klimatologi J ambi menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.053 o c per tahun. Suhu maksimum absolute tertinggi tercatat tahun 2000 sebesar 31.3 o c dan terendah tercatat tahun 2003 sebesar 31.9 o c.
4. Tren J umlah Curah Hujan 6 Bulanan
Gambar 53. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (April-September) di Stasiun Klimatologi Jambi
Dari data tahun 1997 sampai 2011, jumlah curah hujan 6 bulanan (April- September) di Stasiun Klimatologi J ambi menunjukkan tren peningkatan sebesar 8.01 mm per 6 bulan. Curah hujan Bulan April sampai dengan September terbesar tercatat tahun 2010 sebesar 1424.3 mm dan terendah tercatat pada tahun 1997 sebesar 625 mm.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 55
Gambar 54. Tren Curah Hujan 6 Bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun Klimatologi Jambi
Dari data tahun 1997 sampai 2011, curah hujan 6 bulanan (Oktober-Maret) di Stasiun Klimatologi J ambi mengalami tren peningkatan sebesar 20.11 mm per 6 bulan. Curah hujan Bulan Oktober sampai dengan Maret terbesar tercatat pada tahun 2001 sebesar 1723 mm dan terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 822 mm.
5. Tren Panjang Musim Hujan
Gambar 55. Tren panjang musim hujan di Stasiun Klimatologi Jambi Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 56
Dari data tahun 1998 sampai 2011, Panjang Musim Hujan Stasiun Klimatologi J ambi (PMH) cenderung naik, dengan laju kenaikan 0,28 dasarian atau sekitar 2 3 hari. Musim hujan terpanjang terjadi pada musim hujan tahun 2010 yang mencapai 36 dasarian atau sepanjang tahun, dan terpendek pada musim hujan tahun 2000 dan 2006 yang sebesar 21 dasarian. 6. Tren Awal Musim Hujan Stasiun Klimatologi J ambi
Gambar 56. Tren Awal musim hujan di Stasiun Klimatologi J ambi Dari data tahun 1998 sampai 2011, Awal Musim Hujan Stasiun Meteorologi J ambi (AMH) cenderung naik dengan laju peningkatan 0.34 dasarian. Musim hujan paling maju terjadi pada musim hujan tahun 1998 yaitu pada dasarian ke 19, dan paling mundur pada musim hujan tahun 2006 pada dasarian ke 30.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 57
7. Tren Panjang Musim Kemarau
Gambar 57. Tren panjang musim kemarau di Stasiun Klimatologi J ambi Dari data tahun 1998 sampai 2011, Panjang Musim Kemarau Stasiun Klimatologi J ambi (PMK) cenderung turun, dengan laju kenaikan 0,28 dasarian atau sekitar 2 3 hari. Musim kemarau terpanjang terjadi pada musim kemarau tahun 2000 yang mencapai 15 dasarian dan terpendek pada musim kemarau tahun 2010 yang sebesar 0 dasarian dimana tidak terjadi kemarau sepanjang tahun tersebut. 4. Tren Awal Musim Kemarau
Gambar 58. Tren Awal musim kemarau di Stasiun Klimatologi J ambi Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 58
Dari data tahun 1998 sampai 2011, Awal Musim Kemarau Stasiun Meteorologi J ambi (AMK) cenderung naik dengan laju peningkatan 0.32 dasarian. Musim kemarau paling maju terjadi pada musim kemarau tahun 1998 yaitu pada dasarian ke 10, dan paling mundur pada musim kemarau tahun 2009 pada dasarian ke 17.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 59
III. KUALITAS UDARA DI INDONESIA BULAN JANUARI JUNI 2013
3.1. KADAR DEBU / SUSPENDED PARTICULATE MATTER (SPM)
Pemantauan Suspended Particulated Matter (SPM) di Indonesia dilakukan di 54 stasiun pemantau Kulitas Udara. Pemantauan SPM dilakukan dengan metode sampling menggunakan, High Volume Sampler (HVS), sedangkan untuk analisis laboratorium menggunakan Neraca Analitik (Analytical Balance).
Hasil analisa kadar debu / SPM (suspended Particulate Matter) di Indonesia secara umum, di beberapa kota dari bulan J anuari J uni 2013 berkisar antara 13.60 431.68 gram/m 3 , kondisi ini menunjukkan bahwa kadar debu di Indonesia yang terendah 13.60 gram/m 3 di Tjilik Riwut, sedangkan yang tertinggi 431.68 gram/m 3 di Glodok-J akarta, beberapa kota yang sudah menunjukkan diatas nilai Baku mutu yang diperbolehkan (230 gram/m 3 ) antara lain: Ancol, Kemayoran, Monas, Tangerang dan Semarang.
3.1.1. Kadar Debu Di Indonesia Berdasarkan Rata-Rata Bulanan
Pada bulan Januari 2013
Kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 13.60 gram /m 3 - 230.22 gram /m 3 , kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang diperbolehkan (230 gram/m 3 ) terdapat di Ancol sebesar 230.22 g/m 3 , dan yang terendah dibawah nilai baku mutu terdapat di Tjilik Riwut 13.60 g/m 3 seperti terlihat pada peta di bawah ini:
Gambar 54. Peta Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Januari 2013
KONSENTRASI SPM DI INDONESIA BULAN JANUARI 2013 Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 60
Pada grafik dibawah terlihat ada 1 (satu) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar debu lebih besar dari baku mutu (230 gr/m), antara lain: Stasiun Ancol.
Gambar 55. Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Januari 2013
Pada bulan Februari 2013
Kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 11.13 g/m 3 - 370.39 g/m 3 , kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang diperbolehkan (230 gram/m 3 ), terdapat di Glodok (370.39 g/m 3 ), sedangkan yang terendah masih dibawah nilai baku mutu yang diperbolehkan terdapat di Tlilik Riwut (11.13 g/m 3 ) seperti terlihat pada peta di bawah ini:
Gambar 56. Peta Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Februari 2013
Pada grafik dibawah terlihat ada 4 (empat) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar debu lebih besar dari baku mutu (230 gr/m), antara lain: Stasiun Kemayoran KONSENTRASI SPM DI INDONESIA BULAN FEBRUARI 2013 Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 61
(240.07 g/m 3 ), Glodok (370.39 g/m 3 ), Ancol (230.71 g/m 3 ), dan Semarang (244.79 g/m 3 )
Gambar 57. Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Februari 2013
Pada bulan Maret 2013
Kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 13.21 g/m 3 - 360.58 g/m 3, kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang diperbolehkan (230 gram/m 3 ), terdapat di Glodok (360.58 g/m 3 ), sedangkan yang terendah masih dibawah nilai baku mutu yang diperbolehkan terdapat di Darmaga (13.21 g/m 3 ) seperti terlihat pada peta di bawah ini:
Gambar 58. Peta Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Maret 2013 Pada grafik di bawah terlihat ada 1 (satu) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar debu lebih besar dari baku mutu (230 gr/m), antara lain: Stasiun Glodok (360.58 g/m 3 ) KONSENTRASI SPM DI INDONESIA BULAN MARET 2013 Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 62
Gambar 59. Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Maret 2013
Pada bulan April 2013
Kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 16.43 g/m 3 - 372.01 g/m 3 , kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang diperbolehkan (230 gram/m 3 ), terdapat di Glodok (372.01 g/m 3 ), sedangkan yang terendah masih dibawah nilai baku mutu yang diperbolehkan terdapat di Tjilik Riwut (16.43 g/m 3 ) seperti terlihat pada peta di bawah ini:
Gambar 60. Peta Konsentrasi SPM di Indonesia bulan April 2013
Pada grafik dibawah terlihat ada 2 (dua) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar debu lebih besar dari baku mutu (230 gr/m), antara lain: Stasiun Glodok (372.01 gram/m 3 ) dan Kemayoran (247.82 gram/m 3 ) KONSENTRASI SPM DI INDONESIA BULAN APRIL 2013 Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 63
Gambar 61. Konsentrasi SPM di Indonesia bulan April 2013
Pada bulan Mei 2013
kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 16.34 g/m 3 - 393.09 g/m 3 , kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang diperbolehkan (230 gram/m 3 ), terdapat di Glodok (393.09 g/m 3 ), sedangkan yang terendah masih dibawah nilai baku mutu yang diperbolehkan terdapat di Tjilik Riwut (16.43 g/m 3 ) seperti terlihat pada peta di bawah ini:
Gambar 62. Peta Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Mei 2013
Pada grafik dibawah ada 6 (enam) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar debu lebih besar dari baku mutu (230 gr/m), antara lain: Stasiun Glodok (393.09 g/m 3 ), Kemayoran (298.14 g/m 3 ), Ancol (248.34 g/m 3 ), Monas (268.53 g/m 3 ) Tangerang (255.66 g/m 3 ), dan Semarang (251.62 g/m 3 ),
KONSENTRASI SPM DI INDONESIA BULAN MEI 2013 Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 64
Gambar 63. Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Mei 2013
Pada bulan Juni 2013
Kadar debu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 17.02 g/m 3 - 431.68 g/m 3 , kadar debu tertinggi yang sudah melampau nilai baku mutu yang diperbolehkan (230 gram/m 3 ), terdapat di Glodok (431.68 g/m 3 ), sedangkan yang terendah masih dibawah nilai baku mutu yang diperbolehkan terdapat di Tjilik Riwut (17.02 g/m 3 ) seperti terlihat pada peta di bawah ini:
Gambar 64. Peta Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Juni 2013
Pada grafik dibawah terlihat ada 6 (enam) stasiun dengan konsentrasi SPM /kadar debu lebih besar dari baku mutu (230 gr/m), antara lain: Stasiun Kemayoran (298.14 g/m 3 ), Glodok (431.68), Monas (282.50 g/m 3 ), Pd. Betung (298.15 g/m 3 ), Tangerang (306.77 g/m 3 ), dan Semarang (273.47 g/m 3 )
KONSENTRASI SPM DI INDONESIA BULAN JUNI 2013 Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 65
Gambar 65. Konsentrasi SPM di Indonesia bulan Juni 2013
3.1.2. Kadar Debu (SPM) di DKI Jakarta Pemantauan kadar debu di DKI J akarta dilakukan di 5 (lima) lokasi yaitu daerah Ancol, Bandengan, Glodok, Kemayoran, dan Monas. Umumnya, kadar debu di lima lokasi pada bulan J anuari rendah belum melebihi nilai baku mutu yang diperbolehkan (230 gram/m 3 ). pada bulan Februari J uni 2013 sangat tinggi khususnya didaerah Glodok melebihi nilai baku mutu yang di perbolehkan (230 gram/m 3 ). Tingginya kadar debu di Glodok diperkirakan merupakan kontribusi dari kendaraan bermotor, karena lokasi pengukuran dekat dengan jalan raya (road site). Kadar debu di daerah Bandengan relatif cukup baik, berada di bawah nilai baku mutu (Gambar 66).
Gambar 66. Kadar Debu di beberapa Lokasi di DKI Jakarta (Januari-Juni 2013) Secara lebih rinci kadar debu tertinggi dan terendah di J akarta pada periode J anuari J uni 2013 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kadar debu di DKI Jakarta (Januari Juni 2013)
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 66
No. Bulan Kadar debu tertinggi Kadar debu terendah Lokasi Kadar Lokasi Kadar (gram/m 3 ) (gram/m 3 ) 1. J anuari Ancol 230.22 Monas 140.17 2. Februari Glodok 370.39 Monas 175.69 3. Maret Glodok 360.58 Monas 115.43 4. April Glodok 372.01 Bandengan 150.44 5. Mei Glodok 393.09 Bandengan 197.11 6. J uni Glodok 431.68 Ancol 127.82 Keterangan:Nilai Ambang Batas untuk kadar debu adalah 230 gram/m 3
3.2. TINGKAT KEASAMAN (pH) AIR HUJAN Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan J anuari 2013 di Supadio-Pontianak, Temindung-Samarinda, Selaparang-Mataram, dan BAWIL.V-J ayapura, menunjukkan nilai pH air hujan berada diatas Nilai Ambang Batas (pH =5,6) atau lebih bersifat basa, seperti terlihat pada peta dibawah ini:
Gambar 67. Peta Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan Januari 2013
Terdapat 4 (empat) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas normal (pH =5,6),bersifat basa antara lain: Stasiun Supadio-Pontianak, Temindung- Samarinda, Karangploso-Malang dan BAWIL. V J ayapura, terlihat pada grafik dibawah ini:
TINGKAT KEASAMAN (pH) AIR HUJAN DI INDONESIA BULAN JANUARI 2013 Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 67
Gambar 68. Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan Januari 2013 Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan Februari 2013 di Pulau Baai-Bengkulu, Banjarbaru, Temindung-Samarinda, Panakukang-Ujung Pandang, Eltari-Kupang, Beto Ambari-Bau Bau, dan BAWIL.V-J ayapura, menunjukkan nilai pH air hujan berada diatas Nilai Ambang Batas (pH =5,6) atau lebih bersifat basa, seperti terlihat pada peta dibawah ini:
Gambar 69. Peta Tingkat keasaman (PH) Air Hujan di Indonesia bulan Februari 2013
Terdapat 8 (delapan) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas normal (pH =5,6), bersifat basa antara lain: Stasiun GAW-Kototabang, Pulau Baai- Bengkulu, Banjarbaru, Temindung-Samarinda, Panakukang-Ujumg Pandang, Eltari- Kung, Beto Ambari-Bau Bau dan BAWIL. V J ayapura, terlihat pada grafik dibawah ini:
TINGKAT KEASAMAN (pH) AIR HUJAN DI INDONESIA BULAN FEBRUARI 2013 Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 68
Gambar 70. Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan Februari 2013
Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan Maret 2013 di Kenten-Palembang, Supadio-Pontianak, Banjarbaru, dan Tarempa, menunjukkan nilai pH air hujan berada diatas Nilai Ambang Batas (pH =5,6) atau lebih bersifat basa, seperti terlihat pada grafik dibawah ini:
Gambar 71. Peta Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan Maret 2013
Terdapat 4 (empat) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas normal (pH =5,6), bersifat basa antara lain: Stasiun Kenten-Palembang, Supadio- Pontianak, Banjarbaru, dan Tarempa, terlihat pada grafik dibawah ini:
TINGKAT KEASAMAN (pH) AIR HUJAN DI INDONESIA BULAN MARET 2013 Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 69
Gambar 72. Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan Maret 2013
Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan April 2013 di Kenten-Palembang, Supadio-Pontianak, Branti-Tanjungkarang, Selaparang-Mataram, Beto Ambari-Bau Bau, Angkasa-J ayapura, Karangploso-Malang, dan Tarempa, menunjukkan nilai pH air hujan berada diatas Nilai Ambang Batas (pH =5,6) atau lebih bersifat basa, seperti terlihat pada peta dibawah ini:
Gambar 73. Peta Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan April 2013
Terdapat 8 (delapan) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas normal (pH =5,6), bersifat basa antara lain: Stasiun Kenten-Palembang, Supadio- Pontianak, Banjarbaru, Selaparang-Mataram, Beto Ambari-Bau Bau, Karangploso- Malang, Angkasapura dan Tarempa, terlihat pada grafik di bawah ini:
TINGKAT KEASAMAN (pH) AIR HUJAN DI INDONESIA BULAN APRIL 2013 Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 70
Gambar 74. Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan April 2013
Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan Mei 2013 di Kototabang, Branti- Tanjungkarang, Panakukang-Ujungpandang, Beto Ambari-Bau Bau, dan Karangploso Malang, menunjukkan nilai pH air hujan berada diatas Nilai Ambang Batas (pH =5,6) atau lebih bersifat basa, seperti terlihat pada peta dibawah ini:
Gambar 75. Peta Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan Mei 2013
Terdapat 5 (lima) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas normal (pH = 5,6), bersifat basa antara lain: Stasiun GAW-Kototabang, Branti- Tanjungkarang, Panakukang-Ujungpandang, Beto Ambari-Bau Bau, dan Karangploso-Malang terlihat pada grafik dibawah ini: TINGKAT KEASAMAN (pH) AIR HUJAN DI INDONESIA BULAN MEI 2013 Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 71
Gambar 76. Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesiam bulan Mei 2013 Tingkat keasaman (pH) air hujan pada bulan J uni 2013 di Kenten-Palembang, Temindung-Samarinda, Panakukang-Ujung Pandang dan Timika, menunjukkan nilai pH air hujan berada diatas Nilai Ambang Batas (pH =5,6) atau lebih bersifat basa, seperti terlihat pada grafik dibawah ini:
Gambar 77. Peta Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan Juni 2013 Terdapat 4 (empat) stasiun dengan kadar pH tinggi di atas nilai ambang batas normal (pH = 5,6), bersifat basa antara lain: Stasiun Kenten-Palembang, Temindung-Samarinda, Panakukang-Ujungpandang, Beto Ambari-Bau Bau, dan Karangploso-Malang, terlihat pada grafik dibawah ini:
TINGKAT KEASAMAN (pH) AIR HUJAN DI INDONESIA BULAN JUNI 2013 Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 72
Gambar 78. Tingkat keasaman (pH) Air Hujan di Indonesia bulan Juni 2013
3.3. KONSENTRASI KADAR SO 2 DAN NO 2 DI JAKARTA
Secara umum, hasil pemantauan kadar SO 2 dan NO 2 di beberapa lokasi di J akarta masih relatif rendah dan jauh di bawah nilai baku mutu yang diperbolehkan. Kadar rata-rata bulanan SO 2 dan NO 2 periode J anuariJ uni 2013 adalah sebagai berikut: Kadar SO 2 rata-rata bulanan di beberapa lokasi di J akarta masih cukup baik dan berada di bawah nilai baku mutu yang diperbolehkan (0,014 ppm).
Gambar 79. Kadar SO 2 di beberapa Lokasi di DKI - Jakarta (Januari-Juni 2013)
Kadar NO 2 rata-rata bulanan di beberapa lokasi di J akarta masih cukup baik dan berada di bawah nilai baku mutu yang diperbolehkan (0,08 ppm) . bulan J uni tidak ada data (Gambar.27) Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 73
Gambar 80. Kadar NO 2 di beberapa Lokasi di DKI - Jakarta (Januari-Juni 2013)
3.4. PEMANTAUAN AEROSOL PM 10
Pemantauan partikulat PM 10 (Aerosol) dilakukan di stasiun GAW-Kototabang. Pengukuran kadar PM 10 dilakukan dengan peralatan otomatis (digital) menggunakan alat Betha Rays Attenuation Monitoring (BAM)-1020.
Gambar 81. Peralatan Pemantau Betha Rays Attenuation Monitoring (BAM)
3.5. KONSENTRASI KADAR SO Dan NO DI INDONESIA
Pengukuran kadar / konsentrasi SO dan NO di Indonesia ada di 7 stasiun pemantau, antara lain di: Kemayoran, Ancol, Monas, Glodok, Bandengan, Kototabang dan Siantan
3.5.1. Konsentrasi SO Pada bulan J anuari 2013, kadar SO 2 tertinggi di Glodok, Monas dan Bandengan sebesar.0.005 ppm dan kadar So terendah di Ancol sebesar 0.003 ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm), Kototabang dan Siantan tidak ada data. Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 74
Gamba 82. Konsentrasi SO2 di beberapa lokasi di Jakarta, GAW Kototabang dan Siantan bulan Januari 2013
Pada bulan Februari 2013, kadar SO 2 tertinggi di Kemayoran sebesar.0.005 ppm dan kadar SO terendah di Kototabang sebesar 0.001 ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).
Gambar 83. Konsentrasi SO di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan Siantan bulan Februari 2013
Pada bulan Maret 2013, kadar SO 2 tertinggi di Kemayoran sebesar.0.006 ppm dan kadar SO terendah di Kototabang sebesar 0.002 ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 75
Gambar 84. Konsentrasi SO di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan Siantan bulan Maret 2013
Pada bulan April 2013, kadar SO 2 tertinggi di Bandengan sebesar.0.003 ppm dan kadar SO terendah di Ancol dan Glodok sebesar 0.001 ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).
Gambar 85. Konsentrasi SO di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan siantan bulan April 2013
Pada bulan Mei 2013 Kototabang dan Siantan tidak ada data, kadar SO 2 tertinggi di Ancol sebesar.0.009 ppm dan kadar SO terendah di Monas sebesar 0.007 ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm). Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 76
Gambar 86. Konsentrasi SO di beberapa lokasi di DKI Jakarta bulan Mei 2013
3.5.2. Konsentrasi NO Pada bulan J anuari 2013 Kototabang dan Siantan tidak ada data, kadar NO 2
tertinggi di Glodok sebesar.0.030 ppm dan kadar NO terendah di Kemayoran dan Bandengan sebesar 0.020 ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).
Gambar 87. Konsentrasi NO di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan siantan bulan Januari 2013
Pada bulan Februari 2013, kadar NO 2 tertinggi di Glodok sebesar 0.051 ppm dan kadar NO terendah di Kototabang sebesar 0.002 ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm). Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 77
Gambar 88. Konsentrasi NO di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan Siantan bulan Februari 2013
Pada bulan Maret 2013, kadar NO 2 tertinggi di Glodok sebesar 0.053 ppm dan kadar NO terendah di Siantan sebesar 0.005 ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).
Gambar 89. Konsentrasi NO di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan Siantan bulan Maret 2013
Pada bulan April 2013 Kototabang tidak ada data, kadar NO 2 tertinggi di Glodok sebesar 0.051 ppm dan kadar NO terendah di Siantan sebesar 0.005 ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm). Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 78
Gambar 90. Konsentrasi NO di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan Siantan bulan April 2013
Pada bulan Mei 2013 Kototabang dan Siantan tidak ada data, kadar NO 2 tertinggi di Glodok sebesar 0.044 ppm dan kadar NO terendah di Kemayoran sebesar 0.025 ppm, namun masih berada di bawah Nilai Baku Mutu (0,14 ppm).
Gambar 91. Konsentrasi NO di beberapa lokasi di Jakarta, Kototabang dan Siantan bulan Mei 2013
Pemantauan Aerosol PM di Kototabang bulan J anuari 2013, Konsentrasi PM maximum terjadi pada tanggal 18 sebesar 20.75 gr/m, sedangkan konsentrasi PM minimum pada tanggal 1 sebesar 9.00 gr/m, Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi PM pada bulan J anuari 2013 sebesar 16.48 gr/m Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 79
Gambar 92. Pemantauan Aerosol PM di Kototabang bulan Januari 2013 Pemantauan Aerosol PM di Kototabang bulan Maret 2013. Konsentrasi PM maximum terjadi pada tanggal 7 sebesar 52.00 gr/m, sedangkan konsentrasi PM minimum pada tanggal 29 dan tanggal 31 sebesar 2.00 gr/m, Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi PM pada bulan Maret 2013 sebesar 17.86 gr/m
Gambar 93. Pemantauan Aerosol PM di Kototabang bulan Maret 2013 Pemantauan Aerosol PM di Kototabang bulan April 2013. Konsentrasi PM maximum terjadi pada tanggal 14 sebesar 15.00 gr/m, sedangkan konsentrasi PM minimum pada tanggal 3 dan tanggal 17 sebesar 7.00 gr/m, Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi PM pada bulan April 2013 sebesar 10.68 gr/m Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 80
Gambar 94. Pemantauan Aerosol PM di Kototabang bulan April 2013 3.6. OZON PERMUKAAN Pemantauan Ozon Permukaan dilakukan di stasiun Kemayoran dan di Bukit- Kototabang. Pengukuran kadar Ozon Permukaan dilakukan dengan peralatan otomatis.
Pengukuran di Stasiun Kemayoran menggunakan alat Ozone Analyzer dengan metode UV Photometric, sedangkan di stasiun Bukit-Kototabang menggunakan alat Ozone Analyzer tipe TEI49C dengan metode UV-Absorption
Pengukuran Ozon (O) di Kemayoran bulan J anuari 2013, Konsentrasi Ozon maximum terjadi pada tanggal 19 sebesar 109.65 ppb, sedangkan konsentrasi Ozon minimum pada tanggal 20 sebesar 2.86 ppb,. Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi Ozon pada bulan J anuari 2013 sebesar 29.58 ppb.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 81
Gambar 95. Konsentrasi Ozon Permukaan di Kemayoran Jakarta bulan Januari 2013 Pengukuran Ozon (O) di Kemayoran bulan Februari 2013, Konsentrasi Ozon maximum terjadi pada tanggal 5 sebesar 114.72 ppb, sedangkan konsentrasi Ozon minimum pada tanggal 6 sebesar 6.62 ppb,. Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi Ozon pada bulan Februari 2013 sebesar 36.42 ppb.
Gambar 96. Konsentrasi Ozon Permukaan di Kemayoran Jakarta bulan Februari 2013 Pengukuran Ozon (O) di Kemayoran bulan Maret 2013, Konsentrasi Ozon maximum terjadi pada tanggal 5 sebesar 141.07 ppb dan sudah melampaui baku mutu yang diperbolehkan (120 ppb), sedangkan konsentrasi Ozon minimum pada tanggal 28 sebesar 13.73 ppb,. Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi Ozon pada bulan Maret 2013 sebesar 39.28 ppb. Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 82
Gambar 97. Konsentrasi Ozon Permukaan di Kemayoran Jakarta bulan Maret 2013
Pengukuran Ozon (O) di Kemayoran bulan April 2013, Konsentrasi Ozonmaximum terjadi pada tanggal 17 sebesar 133.81 ppb dan sudah melampaui baku mutu yang diperbolehkan (120 ppb), sedangkan konsentrasi Ozon minimum pada tanggal 14 sebesar 13.08 ppb,. Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi Ozon pada bulan April 2013 sebesar 38.10 ppb . Gambar 98. Konsentrasi Ozon Permukaan di Kemayoran Jakarta bulan April 2013
Pengukuran Ozon (O) di Kemayoran bulan Mei 2013, Konsentrasi Ozon maximum terjadi pada tanggal 9 sebesar 103.00 ppb dan sudah melampaui baku mutu yang diperbolehkan (120 ppb), sedangkan konsentrasi Ozon minimum pada tanggal 31 sebesar 7.34 ppb, Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi Ozon pada bulan Mei 2013 sebesar 36.22 ppb. Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 83
Gambar 99. Konsentrasi Ozon Permukaan di Kemayoran Jakarta bulan Mei 2013
Pengukuran Ozon (O) di Kemayoran bulan J uni 2013, Konsentrasi Ozon maximum terjadi pada tanggal 9 sebesar 82.75 ppb, sedangkan konsentrasi Ozon minimum pada tanggal 5 sebesar 4.07 ppb, Sedangkan rata-rata bulan konsentrasi Ozon pada bulan J uni 2013 sebesar 8.91 ppb.
Gambar 100. Konsentrasi Ozon Permukaan di Kemayoran Jakarta bulan Juni 2013
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 84
IV. INFORMASI GAS RUMAH KACA
4.1 . PEMANTAUAN GAS RUMAH KACA DI STASIUN GAW KOTOTABANG Pemantauan aktivitas Gas Rumah Kaca (GRK) yang terdiri dari unsur CO 2 , CH 4 , N 26
di Stasiun GAW Bukit Kototabang telah dimulai sejak tahun 2004. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari jaringan pemantauan sampling udara global (Global Air Sampling Monitoring Network), yang merupakan kolaborasi kerja sama antara pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan National Oceanic and Atmosphere Administration (NOAA) - Earth System Research Laboratory (ESRL) Amerika Serikat. Hingga saat ini telah terbentuk jaringan pengamatan GRK fixed site yang terdapat di 65 lokasi dan 2 di atas kapal komersil. Pengukuran konsentrasi GRK di Stasiun GAW Bukit Kototabang dilakukan dengan metode Airkit Flask Sampling yang dilakukan setiap 1 (satu) kali seminggu dengan menggunakan dua buah tabung yang masing-masing berukuran 2.5 Liter.
Namun sejak April 2011, pengukuran GRK di Stasiun GAW Bukit Kototabang dengan metode Airkit Flask Sampling untuk sementara waktu dihentikan. Sebagai gantinya untuk saat ini pengukuran GRK dilakukan dengan metode CRDS (Cavity Ring-Down Spectroscopy) yang menggunakan instrumen Picarro G3010 Analyzer. Berbeda dengan instrumen Airkit Flask Sampling ,instrumen ini hanya bisa mengukur 2 jenis konsentrasi GRK yakni CO 2 dan CH 4 . Sehingga dengan demikian untuk pengukuran N 2 O dan SF 6 untuk sementara tidak dilakukan lagi. Pengukuran dengan menggunakan metode CRDS ini dilakukan pada 3 level ketinggian yaitu 10 meter, 20 meter dan 32 meter. Hasil pengukuran konsentrasi CO 2 dan CH 4 hingga bulan Juni 2013 di Stasiun GAW Bukit Kototabang dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3 di bawah ini.
Gambar 101. Trend Konsentrasi CO2 periode Januari 2004 - Juni 2013 di Stasiun GAW Bukit Kototabang
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 85
Pada bulan Juni 2013, konsentrasi CO 2 di Stasiun GAW Bukit Kototabang tercatat sebesar 390,3 ppm. Hasil ini relatif lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai konsentrasi CO 2 pada bulan Mei 2013 yang sebesar 389,0 ppm (Lihat Gambar. 48). Namun jika dibandingkan nilai rata-rata sejak pengukuran tahun 2004 sebesar 379,6 ppm, nilai konsentrasi CO 2 hingga bulan Juni 2013 mengalami peningkatan sebesar 2.66 %.
Gambar 102. Trend Konsentrasi CH4 periode Januari 2004 - Juni 2013 di Stasiun GAW Bukit Kototabang
Konsentrasi CH4 pada bulan J uni 2013 sebesar 1811,5 ppb dimana nilai tersebut menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan nilai konsentrasi pada bulan Mei 2013 yang menunjukkan nilai 1809,7 ppb (Lihat Gambar 49). Nilai rata-rata konsentrasi CH4 sejak dilakukan pengamatan tahun 2004 hingga saat ini adalah sebesar 1817,0 ppb, sehingga dengan demikian nilai konsentrasi CH4 pada bulan J uni 2013 menunjukkan peningkatan sebesar 0,30%. Konsentrasi CH 4 pada bulan Juni 2013 sebesar 1811,5 ppb dimana nilai tersebut menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan nilai konsentrasi pada bulan Mei 2013 yang menunjukkan nilai 1809,7 ppb (Lihat Gambar 3). Nilai rata-rata konsentrasi CH 4 sejak dilakukan pengamatan tahun 2004 hingga saat ini adalah sebesar 1817,0 ppb, sehingga dengan demikian nilai konsentrasi CH 4 pada bulan Juni 2013 menunjukkan peningkatan sebesar 0.30%.
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 86
Tabel 4. Perbandingan GRK berdasarkan nilai rata-rata dengan nilai rata-rata di stasiun GAW Bukit Kototabang.
4.2. PEMANTAUAN GAS RUMAH KACA DI 9 (SEMBILAN) UPT BMKG Sejak bulan Mei 2012 BMKG telah melakukan pemantauan Gas Rumah Kaca (GRK). Parameter GRK yang diukur adalah CO dan CH . Metode pemantauan yang digunakan adalah metode tidak langsung (Indirect), yaitu dengan cara sampling dan analisis laboratorium. Alat sampling yang digunakan adalah Flask Sampler. Sedangkan analisis konsentrasi GRK menggunakan instrumen gas kromatografi. Pada tahap awal lokasi sampling yang dipilih BMKG didaerah ada 9 (sembilan) lokasi, antara lain di: Sampali Medan, Pekanbaru Riau, Siantan Pontianak, Banjarbaru Kalimantan Selatan, Kayuwatu Manado, Maros Ujung Pandang, Karangploso Malang, Negara Bali, dan Lasiana Kupang. Hasil pemantauan GRK hanya di 8 (delapan) lokasi, karena 1 (satu) lokasi yaitu Pekanbaru Riau tidak ada data, antara bulan J anuari 2013 sampai dengan bulan J uni 2013 diperoleh data nilai rata-rata bulanan untuk CO sebesar 392.89 ppm, dan untuk CH sebesar 1.67 ppm. Konsentrasi CO tertinggi 401.24 ppm terdapat di Sampali Medan, dan terendah sebesar 386.98 ppm di Banjarbaru, sedangkan untuk CH konsentrasi tertinggi sebesar 1.74 ppm di Karangploso Malang dan terendah sebesar 1.59 ppm di Banjarbaru. Pemantauan GRK di 8 (delapan) lokasi karena 1 (satu) lokasi yaitu Pekanbaru- Riau tidak ada data, di masing-masing lokasi dapat di lihat pada gambar grafik rata rata bulanan di bawah ini, lihat Gambar 103 - 112. Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 87
Gambar 103. Konsentrasi Rata-Rata CO Periode Bulan Januari - Mei 2013
Gambar 104. Konsentrasi Rata-Rata CH Periode Bulan Januari - Mei 2013
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 88
Gambar 105. Konsentrasi Rata-Rata CO Periode Bulan Januari Mei 2013 di Staklim Banjarbaru dan Staklim Karangploso Malang
Gambar 106. Konsentrasi Rata-Rata CH Periode Bulan Januari Mei 2013 di Staklim Banjarbaru dan Staklim Karangploso Malang
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 89
Gambar 107. Konsentrasi Rata-Rata CO Periode Bulan Januari Mei 2013 di Staklim Kayuwatu-Manado dan Staklim Lasiana Kupang
Gambar 108. Konsentrasi Rata-Rata CH Periode Bulan Januari Mei 2013 di Staklim Kayuwatu-Manado dan Staklim Lasiana Kupang
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 90
Gambar 109. Konsentrasi Rata-Rata CO Periode Bulan Januari Mei 2013 di Staklim Negara-Bali dan Staklim Sampali Medan
Gambar 110. Konsentrasi Rata-Rata CH Periode Bulan Januari Mei 2013 di Staklim Negara-Bali dan Staklim Sampali-Medan
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 91
Gambar 111. Konsentrasi Rata-Rata CO Periode Bulan Januari Mei 2013 di Staklim Siantan-Pontianak dan Staklim Maros-Ujung Pandang
Gambar 112. Konsentrasi Rata-Rata CH Periode Bulan Januari Mei 2013 di Staklim Siantan-Pontianak dan Staklim Maros-Ujung Pandang
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 92
V. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN
Sejak tahun 2010, BMKG selaku lembaga pemerintahan non kementerian menyampaikan beberapa informasi teknis terkait trajectory dan sebaran asap kebakaran hutan di wilayah Indonesia. Seperti diketahui bahwa pada bulan J anuari hingga J uni 2013, telah terjadi kebakaran hutan yang cukup hebat yang melanda wilayah Sumatera dan Kalimantan. Berdasarkan pantauan dari satelit Modis (Terra dan Aqua) jumlah titik api di wilayah Sumatera terbanyak terjadi pada periode bulan J uni 2013. Hal ini disebabkan karena pada periode bulan tersebut merupakan periode kemarau yang terjadi di hampir sebagian besar wilayah Indonesia. Dasar hukum Tugas yang melandasi kegiatan penyampaian update informasi trajectory dan sebaran asap kebakaran hutan di wilayah Indonesia adalah: a. Undang Undang Republik Indonesia No. 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Bab V Pasal 10 tentang (1) Pengamatan Klimatologi meliputi: iklim dan kualitas udara ; dan Bab VII pasal 29 tentang Pelayanan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. b. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Data Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika c. Peraturan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Nomor: KEP.03 TAHUN 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, pada Bagian Keempat Pasal 117 menyatakan Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, koordinasi kegiatan fungsional dan kerjasama observasi, pengelolaan dan pelayanan data dan informasi di bidang perubahan iklim dan kualitas udara. d. Rencana Stratejik (RENSTRA) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tahun 2010-2014 tentang sasaran program pembangunan bidang klimatologi
Berdasarkan data Modis (satelit Terra dan Aqua) dengan tingkat kepercayaan 81 sampai dengan 100 % dan dari hasil running Model Hysplit4 (Hybrid Single Particle Lagrangian Integrated Trajectory Model) kerjasama BMKG-NOAA serta penggunaan data meteorologi pada bulan J anuari J uni 2013, berikut disampaikan Laporan Informasi Sebaran Asap Kebakaran hutan dan Trajektorinya untuk beberapa provinsi di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
5.1. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI RIAU
Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang sering dilanda kebakaran hutan setiap tahun. Pada periode J anuari - J uni 2013, berdasarkan data harian hotspot yang diambil melalui data satelit Modis (Terra dan Aqua) menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Riau hampir sepanjang hari dilanda kebakaran hutan. J umlah hotspot terbanyak sebesar 1342 titik terjadi pada tanggal 19 J uni 2013 (Gambar:.60). Sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu memiliki kecenderungan bergerak kearah Timur sampai dengan Timur Laut. Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 20 J uni pukul 07.00 WIB menggunakan data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap kebakaran hutan sebagai berikut: Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 93
(a) (b)
(c) Gambar 113. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Riau tanggal 20 Juni 2013.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik hotspot di Kecamatan Langgam, Sungai Ma, Tanah Putih, Mandau, Medang Kampai, Kepenuhan, Teluk Meranti, Pelalawan, Kerumutan bergerak kearah Timur sampai dengan Timur Laut. Pada tabel 3 berikut ini disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi selama periode bulan J anuari J uni 2013 di Provinsi Riau.
Tabel 5. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Ri au Januari- Juni 2013
Tanggal J umlah Hotspot Tanggal J umlah Hotspot Tanggal J umlah Hotspot 01 J an 2013 0 11 J an 2013 3 21 J an 2013 0 02 J an 2013 0 12 J an 2013 0 22 J an 2013 0 03 J an 2013 0 13 J an 2013 0 23 J an 2013 2 04 J an 2013 0 14 J an 2013 0 24 J an 2013 0 05 J an 2013 0 15 J an 2013 0 25 J an 2013 0 06 J an 2013 0 16 J an 2013 0 26 J an 2013 1 07 J an 2013 3 17 J an 2013 3 27 J an 2013 0 08 J an 2013 3 18 J an 2013 0 28 J an 2013 1 09 jan 2013 0 19 J an 2013 0 29 J an 2013 0 10 J an 2013 8 20 J an 2013 0 30 J an 2013 5 (a). Peta sebaran titik panas (hotspot) Riau (b). Trajectory asap kebakaran hutan di Riau (c). Trajectory asap kebakaran hutan di Riau dalam 3 dimensi BMKG Sumber: BMKG-NOAAHysplit Model Trajectory AsapKebakaranHutan di Provinsi Riau Dalam3Dimensi (20 21Juni 2013, mulai Jam07.00WIB) 10m 1m 0m(Permukaan tanah/ Gambut) Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 94
31 J an 2013 8 1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0 2 Peb 2013 61 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0 3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0 4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0 5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0 6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0 7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0 8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0 9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0 10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0 11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0 01 Mart 2013 0 11 Mart 2013 2 21 Mart 2013 2 02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0 03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 4 23 Mart 2013 0 04 Mart 2013 1 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0 05 Mart 2013 6 15 Mart 2013 4 25 Mart 2013 0 06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 0 07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 14 27 Mart 2013 0 08 Mart 2013 3 18 Mart 2013 7 28 Mart 2013 3 09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 14 29 Mart 2013 0 10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 7 30 Mart 2013 0 31 Mart 2013 0 01 Aprl 2013 0 11 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 0 02 Aprl 2013 4 12 Aprl 2013 1 22 Aprl 2013 0 03 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0 04 Aprl 2013 1 14 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0 05 Aprl 2013 10 15 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 0 06 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 60 26 Aprl 2013 0 07 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 1 27 Aprl 2013 0 08 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 64 28 Aprl 2013 0 09 Aprl 2013 1 19 Aprl 2013 4 29 Aprl 2013 0 10 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 1 30 Aprl 2013 0 01 Mei 2013 0 12 Mei 2013 0 23 Mei 2013 1 02 Mei 2013 0 13 Mei 2013 5 24 Mei 2013 0 03 Mei 2013 0 14 Mei 2013 9 25 Mei 2013 0 04 Mei 2013 0 15 Mei 2013 0 26 Mei 2013 0 05 Mei 2013 0 16 Mei 2013 0 27 Mei 2013 0 06 Mei 2013 0 17 Mei 2013 0 28 Mei 2013 0 Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 95
07 Mei 2013 0 18 Mei 2013 5 29 Mei 2013 0 08 Mei 2013 0 19 Mei 2013 4 30 Mei 2013 4 09 Mei 2013 0 20 Mei 2013 3 31 Mei 2013 6 10 Mei 2013 0 21Mei 2013 0 11 Mei 2013 3 22 Mei 2013 0 01 J un 2013 22 11 J uni 2013 0 21 juni 2013 586 02 J un 2013 0 12 J uni 2013 11 22 J uni 2013 158 03 J un 2013 2 13 J uni 2013 35 23 J uni 2013 418 04 J un 2013 0 14 J uni 2013 85 24 J uni 2013 313 05 J un 2013 6 15 J uni 2013 120 25 J uni 2013 2 06 J un 2013 10 16 J uni 2013 5 26 J uni 2013 4 07 J un 2013 0 17 J uni 2013 77 27 J uni 2013 2 08 J un 2013 4 18 J uni 2013 192 28 J uni 2013 6 09 J un 2013 0 19 J uni 2013 1342 29 J uni 2013 0 10 J un 2013 18 20 J uni 2013 300 30 J uni 2013 4
(Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)
5.2. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI JAMBI Provinsi J ambi merupakan salah satu provinsi yang sering dilanda kebakaran hutan setiap tahun. Pada periode J anuari hingga J uni 2013, berdasarkan data harian hotspot yang diambil melalui data satelit Modis (Terra dan Aqua) menunjukkan bahwa wilayah Provinsi J ambi hampir sepanjang hari dilanda kebakaran hutan. J umlah hotspot terbanyak sebesar 47 titik terjadi pada tanggal 19 J uni 2013 (Gambar 114). Sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu memiliki kecenderungan bergerak kearah Timur sampai dengan Tenggara. Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 20 J uni pukul 07.00 WIB menggunakan data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap kebakaran hutan sebagai berikut:
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 96
(a) (b) BMKG Sumber: BMKG-NOAAHysplit Model Trajectory AsapKebakaranHutan di Provinsi Jambi Dalam3Dimensi (20 21Juni 2013, mulai Jam07.00 WIB) 10m 1m 0m(Permukaan tanah/ Gambut)
(c) Gambar 114. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Jambi tanggal 20 Juni 2013.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik hotspot di Kecamatan VII Koto, Sumay bergerak kearah Timur sampai dengan Tenggara. Pada tabel.6. berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi selama periode bulan J anuari J uni 2013 di Provinsi J ambi.
Tabel 6. Rekapi tulasi Hotspot Provinsi Jambi Januari- Juni 2013. Tanggal J umlah Hotspot Tanggal J umlah Hotspot Tanggal J umlah Hotspot 01 J an 2013 0 11 J an 2013 0 21 J an 2013 0 02 J an 2013 0 12 J an 2013 0 22 J an 2013 0 03 J an 2013 0 13 J an 2013 0 23 J an 2013 0 04 J an 2013 0 14 J an 2013 0 24 J an 2013 0 05 J an 2013 0 15 J an 2013 0 25 J an 2013 0 06 J an 2013 0 16 J an 2013 0 26 J an 2013 0 07 J an 2013 0 17 J an 2013 0 27 J an 2013 0 08 J an 2013 0 18 J an 2013 0 28 J an 2013 0 09 jan 2013 0 19 J an 2013 0 29 J an 2013 0 (a). Peta sebaran titik panas (hotspot) Jambi (b). Trajectory asap kebakaran hutan di Jambi (c). Trajectory asap kebakaran hutan di Jambi dalam 3 dimensi Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 97
10 J an 2013 1 20 J an 2013 0 30 J an 2013 0 31 J an 2013 0 1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0 2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0 3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0 4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0 5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 2 6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0 7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0 8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0 9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0 10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0 11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0 01 Mart 2013 11 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0 02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0 03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0 04 Mart 2013 2 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0 05 Mart 2013 0 15 Mart 2013 0 25 Mart 2013 0 06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 0 07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 0 27 Mart 2013 0 08 Mart 2013 1 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 0 09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 0 29 Mart 2013 0 10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 0 30 Mart 2013 0 31 Mart 2013 0 1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 1 2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0 3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 0 4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0 5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 0 6 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 0 28 Aprl 2013 0 7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 0 29Aprl 2013 0 8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 1 9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0 10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 0 1 Mei 2013 0 12 Mei2013 0 23 Mei2013 0 2 Mei 2013 0 13 Mei2013 0 24 Mei2013 0 3 Mei 2013 0 14 Mei2013 1 23 Mei2013 2 4 Mei 2013 0 15 Mei2013 0 24 Mei2013 0 Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 98
5 Mei 2013 0 16 Mei2013 0 25 Mei2013 0 6 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 26 Mei2013 0 7 Mei 2013 0 18 Mei2013 1 27 Mei2013 0 8 Mei 2013 0 19 Mei2013 0 28 Mei2013 0 9 Mei 2013 0 20 Mei2013 1 29 Mei 2013 0 10 Mei 2013 0 21 Mei2013 0 30 Mei 2013 0 11 Mei 2013 0 22 Mei2013 0 31 Mei 2013 0 1 J uni 2013 6 12 J uni 2013 0 23 J uni 2013 0 2 J uni 2013 0 13 J uni 2013 0 24 J uni 2013 16 3 J uni 2013 0 14 J uni 2013 0 25 J uni 2013 0 4 J uni 2013 0 15 J uni 2013 2 26 J uni 2013 2 5 J uni 2013 1 16 J uni 2013 0 27 J uni 2013 0 6 J uni 2013 0 17 J uni 2013 0 28 J uni 2013 29 7 J uni 2013 0 18 J uni 2013 2 29 J uni 2013 0 8 J uni 2013 0 19 J uni 2013 47 30 J uni 2013 0 9 J uni 2013 0 20 J uni 2013 4
10 juni 2013 0 21 J uni 2013 6
11 juni 2013 0 22 J uni 2013 13
(Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)
5.3. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang sering dilanda kebakaran hutan setiap tahun. Selama periode J anuari hingga J uni 2013, berdasarkan data harian hotspot yang diambil melalui data satelit Modis (Terra dan Aqua) menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Sumatera Utara hampir sepanjang hari dilanda kebakaran hutan. J umlah hotspot terbanyak sebesar 18 titik terjadi pada tanggal 24 J uni 2013 (Gambar.63). Sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu memiliki kecenderungan bergerak kearah Selatan sampai dengan Barat Daya. Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 25 J uni pukul 07.00 WIB menggunakan data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap kebakaran hutan sebagai berikut: Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 99
(a) (b) BMKG Sumber: BMKGNOAAHysplit Model Trajectory AsapKebakaranHutan di Provinsi Sumatera Utara Dalam3Dimensi (25 26Juni 2013, mulai Jam07.00WIB) 10m 1m 12
(c) Gambar 115. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Sumatera Utara tanggal 25 Juni 2013.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik hotspot di Kecamatan Sei Kepayang, Kampung Rakyat, Sorkam, Barumun bergerak kearah Selatan sampai dengan Barat Daya. Pada tabel 5 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi selama periode bulan J anuari J uni 2013 di Provinsi Sumatera Utara. Untuk bulan Februari dan April 2013 tidak terdeteksi adanya hotspot.
Tabel 7. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Sumatera Utara Januari- Juni 2013
Tanggal J umlah Hotspot Tanggal J umlaotspot Tanggal J umlah Hotspot 01 J an 2013 0 11 J an 2013 0 21 J an 2013 0 02 J an 2013 0 12 J an 2013 0 22 J an 2013 0 03 J an 2013 0 13 J an 2013 0 23 J an 2013 0 04 J an 2013 0 14 J an 2013 0 24 J an 2013 0 05 J an 2013 0 15 J an 2013 0 25 J an 2013 0 06 J an 2013 0 16 J an 2013 0 26 J an 2013 0 07 J an 2013 0 17 J an 2013 0 27 J an 2013 0 08 J an 2013 0 18 J an 2013 2 28 J an 2013 0 (a). Peta sebaran titik panas (hotspot) Sumatera Utara (b). Trajectory asap kebakaran hutan di Sumatera Utara (c). Trajectory asap kebakaran hutan di Sumatera Utara dalam 3 dimensi Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 100
09 jan 2013 0 19 J an 2013 0 29 J an 2013 0 10 J an 2013 0 20 J an 2013 0 30 J an 2013 0 31 J an 2013 0 1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0 2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0 3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0 4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0 5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0 6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0 7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0 8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0 9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0 10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0 11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0 01 Mart 2013 0 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0 02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0 03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0 04 Mart 2013 1 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0 05 Mart 2013 1 15 Mart 2013 0 25 Mart 2013 0 06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 0 07 Mart 2013 4 17 Mart 2013 0 27 Mart 2013 0 08 Mart 2013 3 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 0 09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 0 29 Mart 2013 0 10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 0 30 Mart 2013 0 1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0 2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0 3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 0 4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0 5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 0 6 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 0 28 Aprl 2013 0 7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 0 29Aprl 2013 0 8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0 9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0 10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 0 11 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 0 1 Mei 2013 0 12 Mei2013 2 23 Mei2013 0 2 Mei 2013 0 13 Mei2013 4 24 Mei2013 0 3 Mei 2013 0 14 Mei2013 0 25 Mei2013 0 4 Mei 2013 0 15 Mei2013 0 26 Mei2013 0 Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 101
5 Mei 2013 0 16 Mei2013 1 27 Mei2013 0 6 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 28 Mei2013 0 7 Mei 2013 0 18 Mei2013 0 29 Mei2013 0 8 Mei 2013 0 19 Mei2013 0 30 Mei2013 0 9 Mei 2013 0 20 Mei2013 0 31 Mei 2013 0 10 Mei 2013 0 21 Mei2013 0 11 Mei 2013 0 22 Mei2013 0 1 J uni 2013 3 12 J uni 2013 0 23 J uni 2013 3 2 J uni 2013 0 13 J uni 2013 0 24 J uni 2013 18 3 J uni 2013 0 14 J uni 2013 0 25 J uni 2013 0 4 J uni 2013 0 15 J uni 2013 0 26 J uni 2013 1 5 J uni 2013 2 16 J uni 2013 6 27 J uni 2013 0 6 J uni 2013 0 17 J uni 2013 0 28 J uni 2013 0 7 J uni 2013 0 18 J uni 2013 0 29 J uni 2013 1 8 J uni 2013 2 19 J uni 2013 10 30 J uni 2013 0 9 J uni 2013 0 20 J uni 2013 14
10 juni 2013 2 21 J uni 2013 3
11 juni 2013 0 22 J uni 2013 6
(Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)
5.4. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang sering dilanda kebakaran hutan setiap tahun. Selama periode J anuari hingga J uni 2013, berdasarkan data harian hotspot yang diambil melalui data satelit Modis (Terra dan Aqua) menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Sumatera Selatan pada bulan J uni hampir sepanjang hari dilanda kebakaran hutan. J umlah hotspot terbanyak sebesar 5 titik terjadi pada tanggal 28 J uni 2013 (Gambar: 64). Sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu memiliki kecenderungan bergerak kearah Barat Laut. Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 29 J uni pukul 07.00 WIB menggunakan data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap kebakaran hutan sebagai berikut:
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 102
BMKG TRAJECTORYASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN (29 30Juni2013, mulaiJam07.00WIB) Sumber: BMKG-NOAAHysplit Model Pada Level Keti nggi an tersebut: Trajectory massa udara Asap Kebakaran Hutan sebagian besar bergerak ke arah Barat Laut. Keterangan: Ketinggian Asap Kebakar an Hutan : =10m (Pepohonan) =1 m (Semak belukar) Lokasi Kebakaran : 1. Kec. Kayu Agung 2. Kec. Kayu Agung 3. Kec. Kayu Agung U 1 2 3
(a) (b)
(c) Gambar 116. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Sumatera Selatan tanggal 29 Juni 2013.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik hotspot di Kecamatan Kayu Agung bergerak kearah Barat Laut. Pada tabel 6 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi selama periode bulan J anuari J uni 2013 di Provinsi Sumatera Selatan. Untuk bulan J anuari dan Februari 2013 tidak terdeteksi adanya hotspot.
Tabel 8. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Sumatera Selatan Januari- Juni 2013.
Tanggal J umlah Hotspot Tanggal J umlah Hotspot Tanggal J umlah Hotspot 01 J an 2013 0 11 J an 2013 0 21 J an 2013 0 02 J an 2013 0 12 J an 2013 0 22 J an 2013 0 03 J an 2013 0 13 J an 2013 0 23 J an 2013 0 04 J an 2013 0 14 J an 2013 0 24 J an 2013 0 05 J an 2013 0 15 J an 2013 0 25 J an 2013 0 06 J an 2013 0 16 J an 2013 0 26 J an 2013 0 07 J an 2013 0 17 J an 2013 0 27 J an 2013 0 08 J an 2013 0 18 J an 2013 0 28 J an 2013 0 (a). Peta sebaran titik panas (hotspot) Sumatera Selatan (b). Trajectory asap kebakaran hutan di Sumatera Selatan (c). Trajectory asap kebakaran hutan di Sumatera Selatan dalam 3 dimensi Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 103
09 jan 2013 0 19 J an 2013 0 29 J an 2013 0 10 J an 2013 0 20 J an 2013 0 30 J an 2013 0 31 J an 2013 0 1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0 2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0 3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0 4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0 5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0 6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0 7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0 8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0 9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0 10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0 11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0 01 Mart 2013 1 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0 02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0 03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0 04 Mart 2013 0 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0 05 Mart 2013 0 15 Mart 2013 0 25 Mart 2013 0 06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 1 07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 0 27 Mart 2013 2 08 Mart 2013 0 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 0 09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 0 29 Mart 2013 0 10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 0 30 Mart 2013 0 31 Mart 2013 0 1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0 2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0 3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 1 4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0 5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 0 6 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 0 28 Aprl 2013 0 7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 0 29Aprl 2013 0 8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0 9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0 10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 0 11 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 0 1 Mei 2013 0 12 Mei2013 0 23 Mei2013 0 2 Mei 2013 0 13 Mei2013 0 24 Mei2013 0 3 Mei 2013 0 14 Mei2013 0 25 Mei2013 0 Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 104
4 Mei 2013 0 15 Mei2013 0 26 Mei2013 0 5 Mei 2013 0 16 Mei2013 0 27 Mei2013 0 6 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 28 Mei2013 0 7 Mei 2013 0 18 Mei2013 0 29 Mei2013 0 8 Mei 2013 0 19 Mei2013 0 30 Mei2013 1 9 Mei 2013 0 20 Mei2013 0 31 Mei 2013 0 10 Mei 2013 0 21 Mei2013 0 11 Mei 2013 0 22 Mei2013 0 1 J uni 2013 0 12 J uni 2013 1 23 J uni 2013 2 2 J uni 2013 0 13 J uni 2013 0 24 J uni 2013 0 3 J uni 2013 0 14 J uni 2013 0 25 J uni 2013 2 4 J uni 2013 0 15 J uni 2013 1 26 J uni 2013 3 5 J uni 2013 0 16 J uni 2013 0 27 J uni 2013 0 6 J uni 2013 0 17 J uni 2013 0 28 J uni 2013 5 7 J uni 2013 0 18 J uni 2013 0 29 J uni 2013 0 8 J uni 2013 0 19 J uni 2013 0 30 J uni 2013 0 9 J uni 2013 0 20 J uni 2013 0 10 J uni 2013 2 21 J uni 2013 2 11 J uni 2013 0 (Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)
5.5. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi yang sering dilanda kebakaran hutan setiap tahun. Selama periode J anuari hingga J uni 2013, berdasarkan data harian hotspot yang diambil melalui data satelit Modis (Terra dan Aqua) menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Kalimantan Barat hampir sepanjang hari dilanda kebakaran hutan. J umlah hotspot terbanyak sebesar 38 titik terjadi pada tanggal 23 J uni 2013 Sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu memiliki kecenderungan bergerak ke arah Timur laut sampai dengan Timur. Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 24 J uni pukul 07.00 WIB menggunakan data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap kebakaran hutan sebagai berikut:
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 105
BMKG TRAJECTORYASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI KALIMANTANBARAT (24 - 25Juni 2013, mulai Jam07.00WIB) 31 Sumber: BMKGNOAA Hysplit Model Pada Level Ket inggi an tersebut: Traj ectory massa udara Asap Kebakaran Hutan sebagian besar bergerak ke arah Timur Laut sampai dengan Timur. Keterangan: Ketinggian Asap Kebakaran Hutan : =10 m (Pepohonan) =1 m (Semak belukar) Lokasi Kebakaran (Hotspot) : 1. Kec. SAMBAS 2. Kec. SANGGAULEDO 3. Kec. MEMPAWAH HILIR 4. Kec. SEBANGKI 5. Kec. SEKADAUHILIR 6. Kec. KAYAN HILIR 7. Kec. SUKADANA 1 U 2 3 4 5 6 7
(a) (b) BMKG Trajectory AsapKebakaranHutan di Provinsi KalimantanBarat Dalam3Dimensi (24 - 25Juni 2013, mulai Jam07.00WIB) Sumber: BMKGNOAAHysplit Model 10m 1m 32
(c) Gambar 117. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Kalimantan Barat tanggal 24 Juni 2013.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik hotspot di Kecamatan Sanggau Ledo, Sukadana, Sebangki, Mempawah Hilir, Sambas, Sekadau Hilir, Kayan Hilir bergerak kearah Timur Laut sampai dengan Timur. Pada tabel 7 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi selama periode bulan J anuari J uni 2013 di Provinsi Kalimantan Barat. Untuk bulan Februari 2013 tidak terdeteksi adanya hotspot.
Tabel 9. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Kalimantan Barat J anuari- J uni 2013
Tanggal J umlah Hotspot Tanggal J umlah Hotspot Tanggal J umlah Hotspot 01 J an 2013 0 11 J an 2013 0 21 J an 2013 0 02 J an 2013 0 12 J an 2013 0 22 J an 2013 0 03 J an 2013 0 13 J an 2013 0 23 J an 2013 0 04 J an 2013 0 14 J an 2013 3 24 J an 2013 0 (a). Peta sebaran titik panas (hotspot) Kalimantan Barat (b). Trajectory asap kebakaran hutan di Kalimantan Barat (c). Trajectory asap kebakaran hutan di Kalimantan Barat dalam 3 dimensi Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 106
05 J an 2013 0 15 J an 2013 0 25 J an 2013 0 06 J an 2013 0 16 J an 2013 7 26 J an 2013 0 07 J an 2013 0 17 J an 2013 2 27 J an 2013 0 08 J an 2013 0 18 J an 2013 2 28 J an 2013 1 09 jan 2013 0 19 J an 2013 1 29 J an 2013 0 10 J an 2013 0 20 J an 2013 0 30 J an 2013 4 31 J an 2013 0 1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0 2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0 3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0 4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0 5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0 6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0 7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0 8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0 9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0 10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0 11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0 01 Mart 2013 2 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0 02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 10 22 Mart 2013 0 03 Mart 2013 1 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0 04 Mart 2013 0 14 Mart 2013 19 24 Mart 2013 2 05 Mart 2013 0 15 Mart 2013 3 25 Mart 2013 0 06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 1 26 Mart 2013 0 07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 2 27 Mart 2013 0 08 Mart 2013 0 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 1 09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 1 29 Mart 2013 0 10 Mart 2013 3 20 Mart 2013 0 30 Mart 2013 0 31 Mart 2013 0 1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0 2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0 3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 1 4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0 5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 1 6 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 0 28 Aprl 2013 0 7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 0 29Aprl 2013 0 8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0 9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0 10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 5 Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 107
11 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 0 1 Mei 2013 0 12 Mei2013 0 23 Mei2013 0 2 Mei 2013 0 13 Mei2013 0 24 Mei2013 0 3 Mei 2013 0 14 Mei2013 0 25 Mei2013 0 4 Mei 2013 0 15 Mei2013 0 26 Mei2013 0 5 Mei 2013 0 16 Mei2013 0 27 Mei2013 0 6 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 28 Mei2013 0 7 Mei 2013 0 18 Mei2013 0 29 Mei2013 0 8 Mei 2013 0 19 Mei2013 0 30 Mei2013 0 9 Mei 2013 0 20 Mei2013 0 31 Mei 2013 0 10 Mei 2013 0 21 Mei2013 0 11 Mei 2013 0 22 Mei2013 1 1 J uni 2013 0 11 J uni 2013 0 21 J uni 2013 6 2 J uni 2013 0 12 J uni 2013 0 22 J uni 2013 2 3 J uni 2013 0 13 J uni 2013 0 23 J uni 2013 38 4 J uni 2013 0 14 J uni 2013 0 24 J uni 2013 0 5 J uni 2013 0 15 J uni 2013 0 25 J uni 2013 2 6 J uni 2013 0 16 J uni 2013 6 26 J uni 2013 3 7 J uni 2013 0 17 J uni 2013 0 27 J uni 2013 0 8 J uni 2013 0 18 J uni 2013 0 28 J uni 2013 6 9 J uni 2013 0 19 J uni 2013 5 29 J uni 2013 0 10 J uni 2013 0 20 J uni 2013 0 30 J uni 2013 13 (Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)
5.6. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Pada periode J anuari hingga J uni 2013, berdasarkan data harian hotspot yang diambil melalui data satelit Modis (Terra dan Aqua) menunjukkan bahwa jumlah hotspot di Provinsi Kalimantan Tengah terbanyak sebesar 2 titik terjadi pada tanggal 25 J uni 2013, sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu memiliki kecenderungan bergerak ke arah Utara. Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 26 J uni pukul 07.00 WIB menggunakan data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap kebakaran hutan sebagai berikut:
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 108
BMKG TRAJECTORY ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH (26 27Juni2013, mulaiJam07.00WIB) 7 Sumber: BMKGNOAAHysplit Model Pada Level Ketinggi an t ersebut: Traject or y massa udara Asap Kebakaran Hut an sebagian besar berger ak ke arah Utara. Keterangan: Ketinggian Asap Kebakaran Hutan : =10m (Pepohonan) =1 m (Semak belukar) Lokasi Kebakaran (Hotspot) : 1. Kec. GUNUNGTIMANG 2. Kec. BAAMANG U 2 1
(a) (b) BMKG Sumber: BMKGNOAAHysplit Model TrajectoryAsapKebakaranHutan di Provinsi Kalimantan Tengah Dalam3Dimensi (26 27Juni 2013, mulai Jam07.00WIB) 10m 1m 11
(c) Gambar 118. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Kalimantan Tengah tanggal 26 Juni 2013.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik hotspot di Kecamatan Gunung Timang, Baamang bergerak kearah Utara. Pada tabel 10 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi selama periode bulan J anuari J uni 2013 di Provinsi Kalimantan Tengah. Untuk bulan J anuari dan Mei 2013 tidak terdeteksi adanya hotspot.
Tabel 10. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Kalimantan Tengah J anuari-J uni 2013. (Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)
Tanggal J umlah Hotspot Tanggal J umlah Hotspot Tanggal J umlah Hotspot 01 J an 2013 0 11 J an 2013 0 21 J an 2013 0 02 J an 2013 0 12 J an 2013 0 22 J an 2013 0 03 J an 2013 0 13 J an 2013 0 23 J an 2013 0 04 J an 2013 0 14 J an 2013 0 24 J an 2013 0 05 J an 2013 0 15 J an 2013 0 25 J an 2013 0 (a). Peta sebaran titik panas (hotspot) Kalimantan Tengah (b). Trajectory asap kebakaran hutan di Kalimantan Tengah (c). Trajectory asap kebakaran hutan di Kalimantan Tengah dalam 3 dimensi Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 109
06 J an 2013 0 16 J an 2013 0 26 J an 2013 0 07 J an 2013 0 17 J an 2013 0 27 J an 2013 0 08 J an 2013 0 18 J an 2013 0 28 J an 2013 0 09 jan 2013 0 19 J an 2013 0 29 J an 2013 0 10 J an 2013 0 20 J an 2013 0 30 J an 2013 0 31 J an 2013 0 1 Peb 2013 1 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0 2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0 3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0 4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 1 5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0 6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0 7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0 8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0 9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0 10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0 11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0 01 Mart 2013 0 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0 02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0 03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0 04 Mart 2013 0 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0 05 Mart 2013 0 15 Mart 2013 0 25 Mart 2013 0 06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 0 07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 0 27 Mart 2013 0 08 Mart 2013 0 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 0 09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 0 29 Mart 2013 0 10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 1 30 Mart 2013 0 31 Mart 2013 0 1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0 2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0 3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 0 4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0 5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 0 6 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 0 28 Aprl 2013 0 7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 1 29Aprl 2013 0 8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0 9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0 10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 0 11 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 0 Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 110
1 Mei 2013 0 12 Mei 2013 0 23 Mei2013 0 2 Mei 2013 0 13 Mei 2013 0 24 Mei2013 0 3 Mei 2013 0 14 Mei 2013 0 25 Mei2013 0 4 Mei 2013 0 15 Mei 2013 0 26 Mei2013 0 5 Mei 2013 0 16 Mei 2013 0 27 Mei2013 0 6 Mei 2013 0 17 Mei 2013 0 28 Mei2013 0 7 Mei 2013 0 18 Mei 2013 0 29 Mei2013 0 8 Mei 2013 0 19 Mei 2013 0 30 Mei2013 0 9 Mei 2013 0 20 Mei 2013 0 31 Mei 2013 0 10 Mei 2013 0 21 Mei 2013 0 11 Mei 2013 0 22 Mei 2013 0 1 J uni 2013 0 12 J uni 2013 0 23 J uni 2013 0 2 J uni 2013 0 13 J uni 2013 0 24 J uni 2013 0 3 J uni 2013 0 14 J uni 2013 0 25J uni 2013 2 4 J uni 2013 0 15 J uni 2013 0 26 J uni 2013 1 5 J uni 2013 0 16 J uni 2013 0 27 J uni 2013 0 6 J uni 2013 0 17 J uni 2013 0 28 J uni 2013 0 7 J uni 2013 0 18 J uni 2013 0 29J uni 2013 0 8 J uni 2013 0 19 J uni 2013 0 30 J uni 2013 0 9 J uni 2013 0 20 J uni 2013 0 10 J uni 2013 0 21J uni 2013 0 11 J uni 2013 0 22 J uni 2013 0
5.7. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Pada periode J anuari hingga J uni 2013, berdasarkan data harian hotspot yang diambil melalui data satelit Modis (Terra dan Aqua) menunjukkan bahwa jumlah hotspot di Provinsi Kalimantan Selatan terbanyak sebesar 1 titik terjadi pada tanggal 1 Mei 2013, sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu memiliki kecenderungan bergerak ke arah Selatan sampai dengan Barat. Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 2 Mei pukul 07.00 WIB menggunakan data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap kebakaran hutan sebagai berikut: Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 111
BMKG TRAJECTORYASAPKEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (2 3Mei 2013, mulaiJam07.00WIB) 7 Sumber: BMKGNOAAHysplit Model Pada Level Keti nggi an tersebut: Traject ory massa udara Asap Kebakaran Hutan sebagi an besar bergerak ke arah Selat an sampai dengan Barat . Keterangan: Ketinggian Asap Kebakaran Hutan : =10 m (Pepohonan) =1m (Semak belukar) Lokasi Kebakaran (Hotspot) : 1. Kec. AWAYAN U
(a) (b) BMKG Sumber: BMKGNOAA Hysplit Model Trajectory AsapKebakaranHutan di Provinsi Kalimantan Selatan Dalam3 Dimensi (21 22Januari 2013, mulai Jam07.00WIB) 10m 1m
(c) Gambar 119. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Kalimantan Selatan tanggal 2 Mei 2013.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik hotspot di Kecamatan Awayan, bergerak kearah Selatan sampai dengan Barat. Pada tabel 11 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi selama periode bulan J anuari J uni 2013 di Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk bulan J anuari, Februari, Maret dan J uni 2013 tidak terdeteksi adanya hotspot.
Tabel 11. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Kalimantan Selatan J anuari-J uni 2013. (Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php)
Tanggal J umlah Hotspot Tanggal J umlah Hotspot Tanggal J umlah Hotspot 01 J an 2013 0 11 J an 2013 0 21 J an 2013 0 02 J an 2013 0 12 J an 2013 0 22 J an 2013 0 03 J an 2013 0 13 J an 2013 0 23 J an 2013 0 04 J an 2013 0 14 J an 2013 0 24 J an 2013 0 (a). Peta sebaran titik panas (hotspot) Kalimantan Selatan (b). Trajectory asap kebakaran hutan di Kalimantan Selatan (c). Trajectory asap kebakaran hutan di Kalimantan Selatan dalam 3 dimensi Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 112
05 J an 2013 0 15 J an 2013 0 25 J an 2013 0 06 J an 2013 0 16 J an 2013 0 26 J an 2013 0 07 J an 2013 0 17 J an 2013 0 27 J an 2013 0 08 J an 2013 0 18 J an 2013 0 28 J an 2013 0 09 jan 2013 0 19 J an 2013 0 29 J an 2013 0 10 J an 2013 0 20 J an 2013 0 30 J an 2013 0 31 J an 2013 0 1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0 2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0 3 Peb 2013 0 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0 4 Peb 2013 0 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0 5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0 6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0 7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0 8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0 9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0 10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0 11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0 01 Mart 2013 0 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0 02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0 03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0 04 Mart 2013 0 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0 05 Mart 2013 0 15 Mart 2013 0 25 Mart 2013 0 06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 0 07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 0 27 Mart 2013 0 08 Mart 2013 0 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 0 09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 0 29 Mart 2013 0 10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 0 30 Mart 2013 0 31 Mart 2013 0 1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0 2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0 3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 0 4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0 5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 0 6 Aprl 2013 0 17 Aprl 2013 0 28 Aprl 2013 0 7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 1 29Aprl 2013 0 8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0 9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0 10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 0 Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 113
11 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 0 1 Mei 2013 1 12 Mei2013 0 23 Mei2013 0 2 Mei 2013 0 13 Mei2013 0 24 Mei2013 0 3 Mei 2013 0 14 Mei2013 0 25 Mei2013 0 4 Mei 2013 0 15 Mei2013 0 26 Mei2013 0 5 Mei 2013 0 16 Mei2013 0 27 Mei2013 0 6 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 28 Mei2013 0 7 Mei 2013 0 18 Mei2013 0 29 Mei2013 0 8 Mei 2013 0 19 Mei2013 0 30 Mei2013 0 9 Mei 2013 0 20 Mei2013 0 31 Mei 2013 0 10 Mei 2013 0 21 Mei2013 0 11 Mei 2013 0 22 Mei2013 0 1 J uni 2013 0 12 J uni 2013 0 23 J uni 2013 0 2 J uni 2013 0 13 J uni 2013 0 24 J uni 2013 0 3 J uni 2013 0 14 J uni 2013 0 25 J uni 2013 0 4 J uni 2013 0 15 J uni 2013 0 26 J uni 2013 0 5 J uni 2013 0 16 J uni 2013 0 27 J uni 2013 0 6 J uni 2013 0 17 J uni 2013 0 28 J uni 2013 0 7 J uni 2013 0 18 J uni 2013 0 29 J uni 2013 0 8 J uni 2013 0 19 J uni 2013 0 30 J uni 2013 0 9 J uni 2013 0 20 J uni 2013 0 10 juni 2013 0 21J uni 2013 0 11 J uni 2013 0 22 J uni 2013 0
5.8. INFORMASI SEBARAN ASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi yang sering dilanda kebakaran hutan setiap tahun. Selama periode J anuari hingga J uni 2013, berdasarkan data harian hotspot yang diambil melalui data satelit Modis (Terra dan Aqua) menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Kalimantan Timur tidak ada kebakaran hutan yang berarti. J umlah hotspot terbanyak sebesar 4 titik terjadi pada tanggal 20 J anuari 2013, sedangkan trajectory asap kebakaran hutan pada saat itu memiliki kecenderungan bergerak ke Barat Daya. Dari hasil running aplikasi Hysplit4 tanggal 21 J anuari pukul 07.00 WIB menggunakan data hotspot terbanyak, disampaikan peta sebaran hotspot dan trajectory asap kebakaran hutan sebagai berikut:
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 114
BMKG TRAJECTORYASAP KEBAKARAN HUTAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (21 22Januari2013, mulaiJam07.00WIB) 7 Sumber: BMKGNOAAHysplit Model Pada Level Keti nggian tersebut: Traj ectory massa udara Asap Kebakaran Hutan sebagian besar bergerak ke arah Barat Daya. Keterangan: Ketinggian Asap Kebakar an Hutan : =10 m (Pepohonan) =1 m (Semak belukar) Lokasi Kebakaran (Hotspot) : 1. Kec. SENGATTA U
(a) (b) BMKG Sumber: BMKGNOAA Hysplit Model Trajectory AsapKebakaranHutan di Provinsi KalimantanTimurDalam3 Dimensi (21 22Januari2013, mulai Jam07.00WIB) 10m 1m
(c) Gambar 120. Informasi Trajectory Asap Kebakaran Hutan di Provinsi Kalimantan Timur tanggal 21 Januari 2013. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory asap kebakaran hutan pada titik hotspot di Kecamatan Sengatta, bergerak kearah Barat Daya. Pada tabel 12 berikut ini disampaikan disampaikan rekapitulasi hotspot yang terjadi selama periode bulan J anuari J uni 2013 di Provinsi Kalimantan Timur.
Tabel 12. Rekapitulasi Hotspot Provinsi Kalimantan Timur J anuari- J uni 2013. (Sumber: Satelit Modis, http://satelit.bmkg.go.id/bmkg/index.php) Tanggal J umlah Hotspot Tanggal J umlah Hotspot Tanggal J umlah Hotspot 01 J an 2013 0 11 J an 2013 0 21 J an 2013 0 02 J an 2013 0 12 J an 2013 0 22 J an 2013 4 03 J an 2013 0 13 J an 2013 0 23 J an 2013 1 04 J an 2013 0 14 J an 2013 0 24 J an 2013 0 05 J an 2013 0 15 J an 2013 0 25 J an 2013 0 06 J an 2013 0 16 J an 2013 0 26 J an 2013 0 07 J an 2013 0 17 J an 2013 0 27 J an 2013 0 (a). Peta sebaran titik panas (hotspot) Kalimantan Timur (b). Trajectory asap kebakaran hutan di Kalimantan Timur (c). Trajectory asap kebakaran hutan di Kalimantan Timur dalam 3 dimensi Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 115
08 J an 2013 0 18 J an 2013 0 28 J an 2013 0 09 jan 2013 0 19 J an 2013 0 29 J an 2013 0 10 J an 2013 0 20 J an 2013 4 30 J an 2013 0 31 J an 2013 0 1 Peb 2013 0 12 Peb 2013 0 23 Peb 2013 0 2 Peb 2013 0 13 Peb 2013 0 24 Peb 2013 0 3 Peb 2013 1 14 Peb 2013 0 25 Peb 2013 0 4 Peb 2013 1 15 Peb 2013 0 26 Peb 2013 0 5 Peb 2013 0 16 Peb 2013 0 27 Peb 2013 0 6 Peb 2013 0 17 Peb 2013 0 28 Peb 2013 0 7 Peb 2013 0 18 Peb 2013 0 8 Peb 2013 0 19 Peb 2013 0 9 Peb 2013 0 20 Peb 2013 0 10 Peb 2013 0 21 Peb 2013 0 11 Peb 2013 0 22 Peb 2013 0 01 Mart 2013 0 11 Mart 2013 0 21 Mart 2013 0 02 Mart 2013 0 12 Mart 2013 0 22 Mart 2013 0 03 Mart 2013 0 13 Mart 2013 0 23 Mart 2013 0 04 Mart 2013 0 14 Mart 2013 0 24 Mart 2013 0 05 Mart 2013 1 15 Mart 2013 0 25 Mart 2013 1 06 Mart 2013 0 16 Mart 2013 0 26 Mart 2013 0 07 Mart 2013 0 17 Mart 2013 0 27 Mart 2013 2 08 Mart 2013 0 18 Mart 2013 0 28 Mart 2013 0 09 Mart 2013 0 19 Mart 2013 0 29 Mart 2013 0 10 Mart 2013 0 20 Mart 2013 1 30 Mart 2013 0 31 Mart 2013 0 1 Aprl 2013 0 12 Aprl 2013 0 22 Aprl 2013 1 2 Aprl 2013 0 13 Aprl 2013 0 23 Aprl 2013 0 3 Aprl 2013 0 14 Aprl 2013 0 24 Aprl 2013 0 4 Aprl 2013 0 15 Aprl 2013 0 25 Aprl 2013 0 5 Aprl 2013 0 16 Aprl 2013 0 26 Aprl 2013 0 6 Aprl 2013 3 17 Aprl 2013 0 27 Aprl 2013 0 7 Aprl 2013 0 18 Aprl 2013 1 28 Aprl 2013 0 8 Aprl 2013 0 19 Aprl 2013 0 29Aprl 2013 0 9 Aprl 2013 0 20 Aprl 2013 0 30 Aprl 2013 0 10 Aprl 2013 0 21 Aprl 2013 1 1 Mei 2013 0 11 Mei 2013 0 21 Mei2013 0 2 Mei 2013 0 12 Mei2013 0 22 Mei2013 0 3 Mei 2013 1 13 Mei2013 0 23 Mei2013 0 Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 116
4 Mei 2013 0 14 Mei2013 0 24 Mei2013 0 5 Mei 2013 0 15 Mei2013 0 25 Mei2013 0 6 Mei 2013 0 16 Mei2013 0 26 Mei2013 0 7 Mei 2013 0 17 Mei2013 0 27 Mei2013 0 8 Mei 2013 0 18 Mei2013 0 28 Mei2013 0 9 Mei 2013 0 19 Mei2013 1 29 Mei2013 0 10 Mei 2013 0 20 Mei2013 0 30 Mei2013 0 31 Mei 2013 0 1 J uni 2013 0 12 J uni 2013 0 22 J uni 2013 0 2 J uni 2013 0 13 J uni 2013 0 23 J uni 2013 0 3 J uni 2013 0 14 J uni 2013 0 24 J uni 2013 0 4 J uni 2013 0 15 J uni 2013 0 25 J uni 2013 0 5 J uni 2013 0 16 J uni 2013 0 26 J uni 2013 0 6 J uni 2013 0 17 J uni 2013 0 27 J uni 2013 0 7 J uni 2013 0 18 J uni 2013 0 28J uni 2013 0 8 J uni 2013 0 19 J uni 2013 0 29 J uni 2013 1 9 J uni 2013 1 20 J uni 2013 0 30 J uni 2013 0 10 J uni 2013 3 21 J uni 2013 0
Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 117
VI. INFORMASI SEBARAN DEBU GUNUNG BERAPI
Sampai dengan bulan J uni 2013, beberapa gunung api berstatus SIAGA (level III) hal ini ditandai dengan peningkatan intensif kegiatan seismik yang menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana. yaitu: G. Lokon yang berstatus SIAGA sejak tanggal 24 J uli 2011, G. Rokatenda berstatus Siaga sejak tanggal 13 Oktober 2012 dan G. Ibu yang dinaikan statusnya menjadi SIAGA tanggal 7 J uni 2013. Gunung api Lokon terletak pada posisi geografis 01 21,5 Lintang Utara dan 12447,5 Bujur Timur. Secara Administratif gunung Lokon terletak di Kota Tomohon Sulawesi Utara dengan ketinggian 1579,5 m diatas permukaan laut. Gunung Lokon berstatus siaga sejak 24 J uli 2011. Berikut disampaikan hasil trajectory sebaran debu gunung Lokon yang di running pada saat terjadi letusan pada Senin tanggal 8 April 2013 pukul 09:57 WITA dengan ketinggian semburan debu lebih kurang 3000 meter (Gambar 121) dan pada Kamis tanggal 11 April 2013 pukul 10:51 WITA dengan ketinggian semburan debu lebih kurang 2000 meter (Gambar 122), menggunakan model Hysplit (Hybrid Single Particle Lagrangian Integrated Trajectory Model) kerjasama BMKG-NOAA dan telah di publikasikan melalui web BMKG (http://www.bmkg.go.id). Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 118
Gambar 121. Informasi trajectory debu gunung Lokon tanggal 8 April 2013 Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory debu Gunung Lokon bergerak kearah Barat Daya sampai dengan Barat dengan ketinggian abu vulkanik mencapai 6900 m dari permukaan tanah. Buku Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia Page 119
Gambar 122. Informasi trajectory debu gunung Lokon tanggal 11 April 2013 Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa trajectory debu Gunung Lokon bergerak kearah Selatan sampai dengan Barat Daya dengan ketinggian abu vulkanik mencapai 3800 m dari permukaan tanah.