Borang Portofolio No. ID dan Nama Peserta : dr. Meila Supeni No. ID dan Nama Wahana : RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan
Topik : Penyakit Ginjal Kronik et causa Sindrom Nefrotik Tanggal (kasus) : 12 November 2013 Pendamping : dr. Venty Widjayanti
Obyektif Presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah T Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Laki-laki, 17 tahun datang dengan keluhan lemas pada kedua kaki, mual, muntah, nyeri ulu hati, bengkak pada wajah. Tujuan: Mendiagnosis dan memberikan penanganan yang tepat berdasarkan penyakit yang diderita. Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit Cara membahas : Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos
DATA PASIEN Nama : Sdr. R Usia : 17 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki No. RM : 207369 Alamat : Dororejo 9/4 Doro Tanggal Masuk : 12 November 2013
Data utama untuk bahan diskusi: 1. Diagnosis / Gambaran Klinis: Keluhan Utama : Lemas Riwayat Penyakit Sekarang : Dua hari SMRS pasien merasa lemes pada kedua kaki, tidak bisa berjalan, kaki dan tangan terasa dingin. Bengkak pada wajah (+). 5 hari SMRS pasien opname di RSUD Kajen dengan keluhan bengkak pada wajah dan ekstremitas. Menurut keluarga, pasien di opname dengan diagnosis ginjal bocor. Keluhan bengkak dirasakan sejak 1 bulan SMRS, bengkak awal mula dirasakan pada kedua mata, wajah, kemudian tangan dan kaki. Mual (+), muntah (+), nyeri ulu hati (+), BAK (+) lancar. Riwayat pengobatan : Pasien sudah berobat ke dokter sebelumnya. 2. Riwayat kesehatan/ penyakit: Riwayat keluhan serupa (-) 3. Riwayat keluarga: Riwayat keluhan serupa (-) 4. Kondisi lingkungan sosial dan fisik: Lingkungan sosial baik, status ekonomi cukup dan lingkungan rumah baik.
Hasil pembelajaran: 1. Diagnosis sindrom nefrotik dan penyakit ginjal kronik melalui anamnesis, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang. 2. Penatalaksanaan sindrom nefrotik dan penyakit ginjal kronik. 3. Edukasi mengenai penyakit beserta komplikasinya.
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio: 1. Subyektif Keluhan Utama : lemes. Riwayat Penyakit Sekarang : Dua hari SMRS pasien merasa lemes pada kedua kaki, tidak bisa berjalan, kaki dan tangan terasa dingin. Bengkak pada wajah (+). 5 hari SMRS pasien opname di RSUD Kajen dengan keluhan bengkak pada wajah dan ekstremitas. Menurut keluarga, pasien di opname dengan diagnosis ginjal bocor. Keluhan bengkak dirasakan sejak 1 bulan SMRS, bengkak awal mula dirasakan pada kedua mata, wajah, kemudian tangan dan kaki. Mual (+), muntah (+), nyeri ulu hati (+), BAK (+) lancar. Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat keluhan serupa (-)
Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat keluhan serupa (-)
Anamnesis Sistem Sistem Cerebrospinal : kejang (-) Sistem Cardiovaskular : keringat dingin (-), nyeri dada (-) Sistem Respirasi : sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-) Sistem Gastrointestinal : BAB (+), muntah (+), mual (+) Sistem Genitourinari : BAK (+) Sistem Muskuloskeletal : deformitas (-) Sistem Integumen : UKK (-)
2. Obyektif Keadaan Umum: Compos mentis Tanda Vital Tekanan darah : 150/90 mmHg Nadi : 88 kali/menit, regular Pernapasan : 20 kali/menit Suhu : 36C
Pemeriksaan penunjang: Lab: (12 November 2013) Darah Rutin : Hb : 10,8 gr/dl Leukosit : 14.900 /uL Trombosit : 377.000 /uL Hematokrit : 33 % LED 1 Jam : 24 mm LED 2 Jam : 77 mm Eosinofil : 0 % Basofil : 0 % Netrofil Batang : 0 % Netrofil Segmen : 85 % Limfosit : 11 % Monosit : 4 % Cholesterol : 300 mg/dl TG (trigliserida) : 362 mg/dl UA / Uric acid : 8,9 mg/dl Ureum : 316,8 mg/dl Creatinin : 6,18 mg/dl SGOT : 17 u/l SGPT : 24 u/l Protein total : 4,8 g/dl Albumin : 3,5 g/dl
Urin rutin (15 November 2013) Warna : kuning Kekeruhan : jernih PH : 6 B. Jenis : 1.010 Reduksi : negatif Protein : positif (++) Epitel : 1-2 Leukosit : 2-4 Eritrosit : 5-10 Kristal : negatif Bakteri : batang (+) Silinder : granula kasar (+) Sel ragi : -
3. Assessment (penalaran klinis): Sindrom nefrotik adalah suatu keadaan klinik dan laboratorik, dimana menunjukkan kelainan inflamasi glomerulus. Secara fungsional sindrom nefrotik diakibatkan oleh keabnormalan pada proses filtrasi dalam glomerulus yang biasanya menimbulkan berbagai macam masalah. Sindrom nefrotik ditandai dengan proteinuria, hipoproteinemia, edema, hiperlipidemia. Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah proteinuria. Kelainan ini disebabkan karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus. Pada sindrom nefrotik keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein di dalam tubulus, akibat dari kebocoran glomerulus akhirnya diekskresikan dalam urin. Pada kasus ini juga terjadi proteinuria, pada pemeriksaan urin rutin didapatkan protein (++). Pada kasus ini juga didapatkan hipoalbuminemia dan hipoproteinemia. Pada sindrom nefrotik protein hilang lebih dari 2 gram per hari yang terutama terdiri dari albumin yang mengakibatkan hipoalbuminemia. Edema pada kasus ini disebabkan karena terjadi hipoalbuminemia yang menyebabkan tekanan onkotik plasma menurun. Cairan berpindah dari intravaskuler ke jaringan interstisial sehingga terjadi edema dan hipovolemia. Edema yang terjadi bervariasi dari bentuk ringan sampai berat (anasarka) dan merupakan gejala satu-satunya yang nampak. Edema mula-mula nampak pada kelopak mata terutama waktu bangun tidur. Pada kasus ini, edema yang terjadi yaitu pada wajah dan kelopak mata. Hiperlipidemia pada sindrom nefrotik terjadi sebagai akibat kelainan pada homeostasis lipoprotein yang terjadi sebagai akibat peningkatan sintesis dan penurunan katabolisme. Akibat hipoalbuminemia, sel-sel hepar terpacu untuk membuat albumin sebanyak-banyaknya. Bersamaan dengan sintesis albumin ini, sel-sel hepar juga akan membuat VLDL. Dalam keadaan normal VLDL diubah menjadi LDL oleh lipoprotein lipase. Tetapi pada SN aktifitas enzim ini terhambat oleh adanya hipoalbuminemia dan tingginya kadar asam lemak bebas. Pada pasien ini terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserid dalam darah. Penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak ada kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m2. Glomerulonefritis dalam beberapa bentuknya merupakan penyebab paling banyak yang mengawali gagal ginjal kronik. Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu atas dasar derajat (stage) penyakit dan dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG yang dihitung dengan mempergunakan rumus Kockcorft-Gault. Pada pasien ini nilai LFG adalah : LFG (ml/menit/1,73m2) = (140- umur)xberat badan/72xkreatinin plasma (mg/dl) = (140- 17)x50/72x6,18=13,82. Berdasarkan derajatnya, pada pasien ini dapat diklasifikasikan sebagai penyakit ginjal kronik derajat 5 yaitu gagal ginjal. Berdasarkan etiologinya yaitu disebabkan penyakit glomerular, yaitu sindrom nefrotik. Gambaran klinik gagal ginjal kronik berat disertai sindrom azotemia sangat kompleks, meliputi kelainan-kelainan berbagai organ seperti kelainan hemopoesis, saluran cerna, mata, kulit, selaput serosa, kelainan neuropsikiatri dan kelainan kardiovaskuler. Pada pasien ini terjadi anemia. Anemia normokrom normositer sering ditemukan pada pasien gagal ginjal kronik. Anemia yang terjadi karena produksi eritropoetin yang tidak memadai, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran pencernaan. Mual dan muntah sering merupakan keluhan utama dari sebagian pasien gagal ginjal kronik terutama stadium terminal. Patogenesis mual dan muntah diduga mempunyai hubungan dengan dekompresi oleh flora usus sehingga terbentuk amonia. Amonia inilah yang menyebabkan iritasi atau rangsangan mukosa lambung dan usus halus. Pada pasien ini mual muntah merupakan keluhan utama pasien datang ke rumah sakit. Penatalaksanaan pada penyakit ginjal kronis yaitu dengan terapi konservatif, terapi simptomatik, dan terapi pengganti ginjal. Terapi konservatif yaitu diet rendah protein dan kebutuhan jumlah kalori harus adekuat. Terapi simtomatik, yaitu transfusi darah untuk mengatasi anemia misalnya PRC, untuk keluhan gastrointestinal, dan pemberian obat-obat antihipertensi. Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal.
4. Plan: Diagnosis : Sindrom nefrotik Penyakit ginjal kronik Penatalaksanaan Infus D 5% 12 tpm Inj. Ulceranin 1 gr/12jam Inj. Ondansetron 3 x 1 Amp Magalat syr 3 x 1 C Pravinat 1 x 20 Canderin 1 x 16 Ketosteril 2 x 1
Pendidikan : Perlu dijelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai penyebab, kondisi pasien, dan pengobatan yang akan diberikan. Pasien dan keluarga perlu dijelaskan derajat penyakitnya sekarang. Pilihan terapi yang dapat diberikan perlu dijelaskan lebih. Perlu juga dijelaskan komplikasi dan prognosis sakitnya.
Konsultasi : Konsultasi ditujukan kepada dr. Sp.PD untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut.
Kontrol : Kegiatan Periode Hasil yang diharapkan Mengobservasi keadaan umum dan klinis Setiap hari selama di RS Keadaan umum, klinis membaik Mengobservasi tanda vital Setiap hari selama perawatan di bangsal Tanda vital baik Mengobservasi edema melalui pemeriksaan fisik Setiap hari selama perawatan di RS Edema pada wajah berkurang Mengobservasi mual muntah dan nyeri ulu hati Setiap hari selama perawatan di RS Mual muntah dan nyeri ulu hati berkurang Mengobservasi kegawatan pada gagal ginjal, seperti asidosis metabolik, hiperkalemia, edema pulmo, perdarahan, kejang uremi, sepsis, hipertensi Setiap hari selama perawatan di bangsal Tidak ditemukan kegawatan pada gagal ginjal Mengoreksi anemia dengan target Hb 10-12 g/dl