Anda di halaman 1dari 3

Staphilococcus aureus

Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphilococcus
Species : Staphilococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan
mampu membentuk kapsul. berbentuk kokus dan tersusun seperti buah anggur sebagaimana
terlihat pada gambar 2.4. Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media
pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus memiliki diameter 0,5-
1,0 mm dengan koloni berwarna kuning. Dinding selnya mengandung asam teikoat, yaitu sekitar
40% dari berat kering dinding selnya. Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari
Staphylococcus. Asam teikoat mengandung aglutinogen dan N-asetilglukosamin.
Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif yang mampu
menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase, hyalurodinase, fosfatase,
protease dan lipase. Staphylococcus aureus mengandung lysostaphin yang dapat menyebabkan
lisisnya sel darah merah. Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus aureus adalah haemolysin
alfa, beta, gamma delta dan apsilon. Toksin lain ialah leukosidin, enterotoksin dan eksfoliatin.
Enterotosin dan eksoenzim dapat menyebabkan keracunan makanan terutama yang
mempengaruhi saluran pencernaan. Leukosidin menyerang leukosit sehingga daya tahan tubuh
akan menurun. Eksofoliatin merupakan toksin yang menyerang kulit dengan tanda-tanda kulit
terkena luka bakar.
Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35o 37o C dengan suhu
minimum 6,7o C dan suhu maksimum 45,4o C. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0 9,8
dengan pH optimum 7,0 7,5. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin bila
substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya. Bakteri ini membutuhkan
asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir pertumbuhannya dengan adanya thiamin. Pada
keadaan anaerobik, bakteri ini juga membutuhkan urasil. Untuk pertumbuhan optimum
diperlukan sebelas asam amino, yaitu valin, leusin, threonin, phenilalanin, tirosin, sistein,
metionin, lisin, prolin, histidin dan arginin. Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada media sintetik
yang tidak mengandung asam amino atau protein.
Selain memproduksi koagulase, S. aureus juga dapat memproduksi berbagai toksin, diantaranya :
1. Eksotoksin-a yang sangat beracun
2. Eksotoksin-b yang terdiri dari hemosilin, yaitu suatu komponen yang dapat menyebabkan lisis
pada sel darah merah.
3. Toksin F dan S, yang merupakan protein eksoseluler dan bersifat leukistik.
4. Hialuronidase, yaitu suatu enzim yang dapat memecah asam hyaluronat di dalam tenunan
sehingga mempermudah penyebaran bakteri ke seluruh tubuh.
5. Grup enterotoksin yang terdiri dari protein sederhana.
Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lendir dari
tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan dapat dikeluarkan
pada waktu batuk atau bersin. Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan permukaan
kulit, kelenjar keringat dan saluran usus. Selain dapat menyebabkan intoksikasi, S. aureus juga
dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis,
pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan.









Staphylococcus aureus dapat membentuk toksin penyebab muntah yang bersifat tahan panas.
Tangan dan rongga hidung adalah sumber S. aureus terbesar sehingga hindari kebiasaan buruk
seperti memegang hidung, batuk dan menggaruk wajah saat mengolah makanan.

Keracunan oleh S. aureus kebanyakan terjadi pada makanan yang telah dimasak, karena bakteri
lain yang dapat menghambat pertumbuhannya sudah berkurang (mati oleh pemasakan). Bakteri
ini ada di mana-mana (udara, debu, air, dll) dan flora normal pada berbagai bagian tubuh
manusia terutama pada kulit, hidung dan mulut sehingga sangat mudah merekontaminasi
makanan yang sudah dimasak .

Bakteri ini memproduksi toksin (enterotoksin) yang bersifat stabil terhadap pemanasan
(termostabil), tahan terhadap aktivitas pemecahan oleh enzim-enzim pencernaan, dan relatif
resisten terhadap pengeringan. Selain enterotoksin, dia juga memproduksi hemolisin (toksin yang
dapat merusak dan memecah sel-sel darah merah). Substrat yang baik untuk pertumbuhan dan
produksi enterotoksin ialah substrat atau makanan yang mengandung protein seperti daging,
ikan, susu dan produk olahannya. Sementara itu keberadaan bakteri S.aureus dan toksin yang
dihasilkan pada makanan tidak dapat dideteksi secara visual karena tidak menimbulkan
perubahan yang nyata pada makanan.

Jika makanan yang mengandung enterotoksin masuk ke dalam saluran pencernaan dan mencapai
usus halus, toksin akan merusak dinding usus halus. Keracunan makanan oleh enterotoksin
memiliki masa inkubasi yang pendek (hanya beberapa jam) dengan gejala-gejala mual, sakit
perut, muntah-muntah mendadak, dan diare, tanpa diikuti demam. Muntah-muntah dapat terjadi
tanpa diare dan sebaliknya diare dapat terjadi tanpa muntah-muntah. Gejala lain yang sering
menyertai ialah sakit kepala, kejang otot perut, kulit dingin dan penurunan tekanan darah.

Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/1963993-staphylococcus-aureus/#ixzz1ui9B0oC0

Anda mungkin juga menyukai