Anda di halaman 1dari 3

1

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketersediaan nitrogen merupakan indikator kualitas tanah dan lingkungan
di tanah hutan (Watts et al. 2007). Tanah hutan yang mengalami kekurangan N
dapat menjadi pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman. Mineralisasi N
merupakan parameter yang dapat diukur untuk mengetahui ketersediaan N dalam
tanah dan merupakan proses penting dalam siklus nitrogen. Mineralisasi N
merupakan perubahan bentuk dari senyawa organik ke ikatan anorganik melalui
hasil aktivitas mikrobia (Gilmour, 2011). Bentuk N anorganik hasil mineralisasi
berupa ammonium (NH4
+
) dan nitrat (NO3
-
) (Prasetiono, 2002). Senyawa N dalam
bentuk NH4
+
dan NO3
-
tersedia dalam tanah dan dapat diserap tanaman untuk
pertumbuhan dan produksi.
Mineralisasi N dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, karakteristik tanah,
serta pengelolaan tanah dan tanaman. Kondisi lingkungan yang mempengaruhi
mineralisasi N diantaranya suhu dan kelembapan (Watts et al. 2007). Mineralisasi
N mengalami peningkatan pada tanah yang memiliki ketersediaan bahan organik
tanah dan ketersediaan N total yang tinggi, C:N ratio rendah, pH netral, tingkat
kemasaman tanah rendah, serta persediaan hara anorganik yang tercukupi (Haynes,
1986 dalam Yeasmin et al. 2012); jumlah dan tipe klei mempengaruhi reaksi
mineralisasi N. Mineralisasi N rendah pada tanah bertekstur pasir; sedangkan pada
tanah bertekstur klei mineralisasi N meningkat (Deenik, 2006). Tanaman
mempengaruhi mineralisasi N melalui variasi dan kualitas bahan organik tanah.
Kualitas bahan organik sebagai kunci untuk mengontrol mineralisasi N. Bahan
organik dengan nisbah C:N tinggi secara umum berasosiasi dengan pelepasan N
rendah (Snapp dan Borden, 2005).
Mineralisasi N di bawah tegakan hutan A. mangium dan E. pellita cukup
sulit dalam waktu singkat, dikarenakan terjadi proses immobilisasi akibat tingginya
kadar lignin, polifenol serta C:N ratio dari ke dua tanaman tersebut. Tingginya
konsenterasi N, polifenol, dan lignin pada bahan tanaman secara umum diakui
sebagai pengontrol tingkat mineralisasi N. Lignin dan polifenol menekan tingkat
2

mineralisasi N karena lignin akan terdegrdasi menjadi senyawa fenolik dan
senyawa tersebut sebagai polifenol yang berkombinasi dengan protein dan asam
amino tanaman menjadi polimer humik yang sukar lapuk (Osemwota et al. 2004).
Mineralisasi N lebih rendah di bawah tegakan hutan E. pellita dan lebih
tinggi di bawah tegakan A. mangium karena adanya perbedaan dari kedua tanaman
tersebut dalam memfiksasi N dari udara. Tanaman hutan jenis E. pellita termasuk
dalam famili jambu-jambuan sedangkan A. mangium termasuk dalam famili
polong-polongan. Konsekuensinya hutan jenis A. mangium mampu memfiksasi N
dari udara, sehingga akan terdapat cadangan N yang lebih baik di bawah tegakan
hutan A. mangium dibanding di bawah tegakan hutan E. pellita. Perbedaan jumlah
N dalam tanah sangat menentukan perbedaan tingkat dekomposisi dan mineralisasi
N. Hasil penelitian mineralisasi N di bawah tegakan E. grandis dan A. mangium
dilaporkan oleh Voigtlaender et al. (2012), bahwa mineralisasi N selama 28 hari
inkubasi secara in situ terendah di bawah tegakan hutan E. grandis yaitu 6 kg N/ha
dan tertinggi di bawah tegakan hutan A. mangium yaitu 14 kg N/ha.
A. mangium merupakan jenis tanaman cepat tumbuh dan sangat penting
dalam industri pulp dan kertas. A. mangium masuk di Sumatera Selatan, Indonesia
sejak tahun 1979 dan penanaman dalam sekala besar sejak tahun 1990. PT. Musi
Hutan Persada, perusahaan hutan di Sumatera Selatan sekarang mengelola 193.000
ha tanaman hutan dari luas tersebut 90% ditanami A. mangium (Hardiyanto dan
Wicaksono, 2006). E. pellita dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan
produksi pulp dan kertas di perusahaan tersebut. Karena tanaman ini termasuk juga
dalam kelompok yang cepat tumbuh walaupun tidak sebaik A. mangium.
Ketersediaan hara utamanya N menjadi masalah pokok yang perlu diperhatikan
dalam pengembangan jenis hutan tersebut, karena berhubungan dengan kebutuhan
tanaman untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal.
Mineralisasi N di bawah tegakan hutan A. mangium akan lebih baik
dibanding E. pellita. Karena kemampuan tanaman A. mangium dapat memfiksasi
N dari udara, sehingga dapat meningkatkan kadar N di bawah tegakan tanaman
tersebut. Informasi mengenai kisaran jumlah N yang termineralisasi di bawah
tegakan hutan E. pellita dan A. mangium pada berbagai lokasi sangat penting untuk
3

diketahui. Informasi tersebut sangat berguna bagi perecanaan peningkatan produksi
hutan tanaman industri jenis A. mangium dan E. pellita. Serta dapat juga menjadi
rujukan dalam perencanaan penentuan dosis pemupukan serta perencanaan
pengelolaan tanah dan tanaman.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengukur hasil mineralisasi N-anorganik (NH4
+
dan NO3
-
) di bawah tegakan
hutan E. pellita dan di bawah tegakan hutan A. mangium.
2. Membandingkan kadar ammonium dan nitrat di bawah tegakan hutan E. pellita
dan di bawah tegakan hutan A. mangium.
3. Mempelajari proses mineralisasi N yang berlangsung di bawah tegakan hutan
E. pellita dan di bawah tegakan hutan A. mangium.
1.3 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini yaitu dapat digunakan sebagai masukan bagi
perusahaan setempat mengenai informasi tingkat mineralisasi N yang dapat di
jadikan rujukan dalam penentuan dosis pemupukan maupun rencana pengelolaan
tanah dan tanaman.

Anda mungkin juga menyukai