PUSAT TEKNOLOGI SATELIT DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI DIRGANTARA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL
Jl. Cagak Satelit Km 04, Rancabungur, Bogor, Indonesia 16310 16-18 Juli 2012
i
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang . 1 1.2. Perumusan Masalah 1 1.3. Tujuan dan Sasaran Kegiatan 2 1.4. Daftar Acara Kegiatan . 2
II. RINGKASAN MATERI PELATIHAN .. 3 2.1. Sistem Penginderaan Jauh . 3 2.2. Progress Report Penelitian Pusteksat . 4 2.3. Metode Koreksi Geometri Sistematik di Indonesia .. 5 2.4. Karakteristik Metadata LAPAN-A3 . 6
III. PENUTUP .. 7
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Untuk menghasilkan citra satelit yang baik dan benar, serta memenuhi kaidah ilmiah untuk didistribusikan kepada berbagai instansi pengguna di seluruh Indonesia maka data gambar yang diperoleh dari satelit LAPAN-A3 harus diolah terlebih dahulu. Sebagai unit kerja setingkat Pusat yang bertanggung jawab untuk menghasilkan produk standar, dan mendistribusikan data satelit tersebut maka Pusteksat menginisiasi kegiatan berupa program penelitian dan pengembangan sumber daya manusia terkait dengan hal tersebut. Untuk itu, pada tanggal 16-18 Juli 2012 telah diadakan Pelatihan Koreksi Sistematik Geometri dan Radiometri di kantor Pusteksat, Rancabungur, yang secara umum telah berjalan dengan sukses dan lancar.
1.2. Perumusan Masalah
Satelit LAPAN-A3 memiliki sensor kamera pushbroom line-scanner (imager) sebagai salah satu muatan utamanya. Imager tipe ini terdiri dari susunan detektor CCD dalam satu garis dan akan memindai garis yang tegak lurus terhadap arah kecepatan satelit. Sistem muatan LAPAN-A3 diharapkan dapat menghasilkan data gambar satelit yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak terutama masyarakat komunitas remote sensing di Indonesia untuk dapat dilakukan pengolahan dan pemanfaatan lebih lanjut.
Secara umum pengolahan data gambar satelit dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengolahan preprocessing dan postprocessing. Pengolahan preprocessing merupakan pengolahan data gambar satelit untuk menghasilkan gambar yang akurat baik secara geometri maupun nilai intensitasnya sedangkan pengolahan postprocessing merupakan pemanfaatan data tersebut untuk berbagai keperluan aplikasi seperti pengenalan lahan dan pemetaan bumi. Secara umum pengolahan preprocessing dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu koreksi geometrik dan koreksi radiometrik. 2
Koreksi geometri sistematik bertujuan untuk menghilangkan berbagai distorsi yang berefek pada geometrik citra, sebagai akibat dari hal hal antarai lain : efek pengaruh sistem optik yang digunakan, kelengkungan dan rotasi bumi serta sudut pengamatan kamera untuk menghasilkan peta planimetrik dengan tingkat akurasi yang memadai berdasarkan informasi metadata posisi dan attitude kamera untuk digunakan dalam koreksi atau pengolahan selanjutnya. Sedangkan koreksi radiometri bertujuan untuk memperbaiki nilai intensitas piksel agar sesuai dengan yang sebenarnya, yang biasanya mempertimbangkan faktor karakteristik kamera, gangguan atmosfer dan variasi sudut penyinaran matahari, dlsb.
1.3. Tujuan dan Sasaran Kegiatan
Tujuan dan sasaran diadakannya kegiatan pelatihan ini adalah sebagai berikut: Memperoleh pengetahuan dasar tentang koreksi sistematik geometri dan radiometri Peningkatan kemampuan sumber daya manusia di Pusteksat dalam merancang model algoritma koreksi sistematik geometri dan radiometri yang baik dan efisien pada proses penerimaan dan pengolahan data satelit Mendukung tercapainya tujuan Pusteksat dalam menyediakan data/citra satelit LAPAN- A3 yang terkoreksi sistematik secara geometri dan radiometri sehingga dapat didistribusikan kepada pihak luar
1.4. Daftar Acara Kegiatan
Kegiatan pelatihan dilaksanakan pada tanggal 16-18 Juli 2012 di Pusteksat dengan peserta para peneliti dan perekayasa di lingkungan Pusteksat. Kegiatan dilakukan dalam format presentasi yang dibawakan oleh para narasumber yang berasal dari berbagai institusi seperti IPB, Mapin dan LAPAN. Berikut ini adalah daftar materi yang dipresentasikan selama kegiatan pelatihan: Senin, 16 Juli 2012 Penginderaan Jauh Gelombang Mikro (Ir. Machmud A. Raimadoya, M.Sc) 3
Kemajuan Riset Koreksi Geometri Sistematik (Patria Rachman Hakim, MT) Kemajuan Riset Koreksi Radiometri Sistematik (A. Hadi Syafrudin, ST) Model Source Packet Data Ilmiah LAPAN-A3 (Wahyudi H, M.Kom dan Eriko NN, ST) Selasa, 17 Juli 2012 Model Koreksi Sikap Satelit LAPAN-A3 (Ir. Robertus Heru T, M.Sc) Sistem Sensor Orientasi Satelit LAPAN-A3 (M. Arif Saifudin, ST) Penentuan Posisi Presisi Orbit Menggunakan GPS (Bustanul Arifin, ST) Perancangan dan Pengujian Algoritma Koreksi Radiometri (A. Hadi Syafrudin, ST) Sensor Optik dan Parameter Pencitraan (Rachmat Arief, Dipl.Ing.) Rabu, 18 Juli 2012 Algoritma dan Software Koreksi Geometri Sistematik (Patria Rachman Hakim, MT) Model Koreksi Geometri Sistematik di Pustekdata (Ahmad Maryanto, MT) Implementasi Koreksi Geometri Sistematik Data Airborne (Indradi MAPIN) Model Dekoda dan Ekstraksi Data Ilmiah LAPAN-A3 (Ir. Suhermanto, MT)
II. RINGKASAN MATERI PELATIHAN
Secara garis besar materi yang dibahas selama pelatihan ini dapat dibedakan menjadi empat bagian. Bagian pertama membahas mengenai sistem penginderaan jauh baik yang bersifat optis maupun dengan sensor radar. Bagian kedua berisi pemaparan penelitian dan perekayasaan mengenai koreksi sistematik geometri dan radiometri yang telah dilakukan oleh para peneliti dan perekayasa di lingkungan Pusteksat. Bagian ketiga berisi pemaparan kemajuan algoritma koreksi sistematik geometri dan radiometri di Indonesia yang disampaikan oleh para ahli dan praktisi yang berasal dari berbagai institusi di Indonesia. Sedangkan bagian keempat membahas mengenai karakteristik pengolahan data satelit LAPAN-A3.
2.1. Sistem Penginderaan Jauh
4
Berdasarkan jenis sensor yang digunakan, secara umum sistem penginderaan jauh dapat dibedakan menjadi dua yaitu sistem penginderaan jauh dengan menggunakan kamera visible (optis) dan sensor gelombang mikro (radar). Salah satu permasalahan utama yang dialami sistem optis adalah diperlukannya sumber cahaya matahari saat pengambilan gambar serta keberadaan awan yang dapat menggangu proses penginderaan yang dilakukan sehingga menyebabkan sistem optis tidak dapat digunakan setiap saat. Sedangkan teknologi radar di Indonesia, terutama yang berkaitan dengan aplikasi hardware di satelit, masih sangat terbatas. Walaupun demikian, fitur yang ditawarkan sistem radar sangat menjanjikan terutama dalam hal melakukan pemetaan dan identifikasi lahan di permukaan bumi. Beberapa pengolahan data radar seperti analisis interferometri dan polarimetri dapat menghasilkan interpretasi yang lebih baik dibandingkan dengan data gambar optis.
Sensor optis masih mendominasi sistem penginderaan jauh di Indonesia karena kesesuaiannya dengan persepsi mata manusia serta faktor tersedianya teknologi sensor optis (kamera) dan pengolahan data optis dibandingkan dengan radar. Saat ini terdapat tiga jenis kamera yang umum digunakan dalam sistem penginderaan jauh yaitu kamera perspektif, kamera pushbroom dan kamera whiskbroom. Analisis disain spasial (geometri) maupun disain spektral (radiometri) harus dilakukan untuk menentukan tipe kamera yang akan digunakan. Pada satelit LAPAN-A3 digunakan kamera imager pushbroom sebagai muatan utamanya. Dengan menggunakan sistem pushbroom imaging maka terdapat beberapa permasalahan yang berhubungan dengan distorsi geometri dan radiometri yang tidak dijumpai pada kamera satelit LAPAN sebelumnya.
2.2. Progress Report Penelitian Pusteksat
Pusteksat, sebagai unit kerja yang diberi tugas untuk merancang dan membangun satelit eksperimen Lapan-A3, bertanggung atas keabsahan data satelit produk standar yang akan didistribusikan kepada seluruh pengguna, khususnya di Indonesia. Dalam hal ini, Pusteksat telah melakukan penelitian dan perekayasaan mengenai model koreksi sistematik geometri dan radiometri, untuk menjamin kualitas produk citra yang dihasilkan. Tahun ini kegiatan penelitian 5
di fokuskan pada perancangan algoritma koreksi dan pengujian perangkat lunak yang dirancang. Diharapkan pada tahun 2013 sudah dapat dihasilkan modul koreksi sistematik geometri dan radiometri yang diintegrasikan dengan software LAPAN-A3.
Beberapa hal penting yang dapat disimpulkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: Gambar yang dihasilkan imager pushbroom LAPAN-A3 harus dikoreksi terlebih dahulu sebelum didistribusikan kepada pihak luar Beberapa koreksi yang dapat dilakukan oleh pihak pemilik satelit, dalam hal ini yaitu Pusteksat, adalah koreksi geometri sistematik dan koreksi radiometri Koreksi geometri sistematik dilakukan untuk menghilangkan distorsi geometri pada gambar yang disebabkan karena faktor panorama dan kelengkungan bumi, faktor rotasi bumi serta faktor variasi sikap satelit pada saat pengambilan gambar Prinsip dasar koreksi geometri sistematik adalah menghasilkan peta planimetrik dengan cara menentukan posisi setiap piksel di permukaan bumi berdasarkan informasi posisi dan orientasi kamera yang diperoleh dari GPS dan star sensor Kualitas metadata posisi dan orientasi satelit harus ditingkatkan dengan cara melakukan proses komputasi dan filtering Koreksi radiometri dilakukan untuk menghilangkan distorsi intensitas piksel pada suatu gambar yang disebakan karena faktor detektor kamera dan atmosfer serta faktor variasi sudut penyinaran matahari Dalam koreksi radiometri diperlukan proses transformasi nilai piksel digital number (DN) menjadi nilai reflektansi dan radiansi Setiap kamera memiliki karakteristik optis tersendiri sehingga harus dilakukan kalibrasi detektor dan sistem kamera yang digunakan Koreksi radiometri yang berhubungan dengan faktor variasi sudut penyinaran matahari membutuhkan data gambar yang telah bebas dari distorsi geometri
6
2.3. Metode Koreksi Geometri Sistematik di Indonesia
Pada dasarnya koreksi geometri sistematik dilakukan untuk menghasilkan citra/gambar yang dapat merepresentasikan posisi dan bentuk geometri yang sesungguhnya. Secara umum terdapat dua metode yang dapat digunakan yaitu point-based dan distortion-based algorithm. Prinsip dasar point-based algorithm adalah menentukan titik koordinat bumi untuk seluruh piksel pada setiap baris pengamatan. Diharapkan dengan memproyeksikan seluruh piksel tersebut maka seluruh distorsi yang terjadi dapat dikoreksi yaitu faktor panorama dan kelengkungan bumi, rotasi bumi dan variasi sikap satelit. Algoritma inilah yang diterapkan oleh para peneliti dan perekayasa di lingkungan LAPAN, baik LAPAN Pustekdata maupun Pusteksat, dalam melakukan perhitungan koreksi geometri sistematik.
Sedangkan distortion-based algorithm merupakan algoritma yang sudah diimplementasikan pada data airborne yang dilakukan oleh para praktisi penginderaan jauh MAPIN. Pada dasarnya prinsip algoritma ini sama dengan algoritma point-based tetapi pada algoritma ini diturunkan sebuah model persamaan untuk setiap distorsi geometri sistematik yang terjadi dalam bentuk matriks. Secara umum algoritma ini lebih terstruktur dan efisien tetapi memiliki beberapa penurunan persamaan yang membutuhkan latar belakang matematis yang kuat. Sedangkan pada algoritma point-based penurunan algoritma dapat dilakukan dengan cara sederhana dan dapat dimengerti oleh komunitas luas.
2.4. Karakteristik Metadata LAPAN-A3
Koreksi sistematik geometri dan radiometri membutuhkan metadata posisi dan orientasi satelit yang akurat. Pada satelit LAPAN-A3 terdapat beberapa sensor yang dapat memberikan orientasi satelit diantaranya yaitu star sensor, sun sensor dan magnetometer. Dari ketiga sensor tersebut star sensor merupakan penyumbang informasi terbaik karena dapat menghasilkan data orientasi dengan akurasi sebesar hingga 18 arcsecond. Sedangkan data posisi satelit LAPAN-A3 dapat ditentukan dengan melakukan perhitungan orbital mekanik atau lebih praktisnya 7
menggunakan data GPS. Untuk memperbaiki akurasi GPS saat mengorbit di udara maka harus dilakukan beberapa algoritma filtering seperti algoritma filter Kalman. Selain kedua metadata tersebut perlu diperhatikan mengenai akurasi dan kestabilan sikap satelit pada umumnya agar dapat menghasilkan data gambar pengamatan yang baik. Pada satelit LAPAN-A3 terdapat beberapa mode pengendalian yang digunakan dalam sistem kendali sikap satelit pada saat mengamati suatu wilayah.
Format data satelit terutama yang berhubungan dengan data gambar juga harus diperhatikan dan disarankan menggunakan format CCSDS. Untuk memenuhi batasan laju data sebesar 105 Mbps, maka prosedur kompresi akan digunakan untuk mereduksi ukuran data gambar yang akan diambil dengan mempertimbangkan trade-off antara lebar swath (jumlah piksel) dengan kualitas gambar yang diperoleh. Penggunaan decoding CCSDS dimaksudkan untuk meminimalisasikan kesalahan atas data yang diterima. Beberapa konsep format paket data lainnya juga akan disesuaikan dengan standar CCSDS sehingga paket data satelit LAPAN-A3 telah mengacu pada paket data ruang angkasa standar.
III. PENUTUP
Pelatihan Koreksi Sistematik Geometri dan Radiometri yang dilaksanakan sangat membantu penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Pusteksat mengenai perancangan algoritma koreksi sistematik geometri dan radiometri. Dengan demikian maka diharapkan penelitian dan pengembangan selanjutnya dapat lebih baik lagi sehingga modul koreksi sistematik LAPAN-A3 dapat direalisasikan pada akhir tahun 2013. Terkait dengan hal tersebut maka disarankan untuk diadakan pelatihan tahap lanjut dimana salah satunya adalah membahas mengenai format produk gambar satelit LAPAN-A3 yang akan didistribusikan. Juga perlu pendalaman, dan validasi algoritma koreksi sistematik yang telah dihasilkan, sebelum diterapkan kedalam modul software.