Hemoroidektomi terbuka dengan anastesi lokal untuk hemoroid
simptomatik; pengalaman di Ile-lfe, Nigeria
RINGKASAN Latar Belakang : hemoroidektomi ligasi-eksisi dianggap sebagai gold standard penatalaksanaan prolaps hemoroid. Prosedur ini umumnya dilakukan dengan anastesi umum atau dengan anastesi regional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui feasibilitas dan tolerabilitas hemoroidektomi terbuka dengan anastesi lokal. Metode : Penelitian prospektif ini dilaksanakan di Kompleks Rumah Sakit Pendidikan Obafemi Owolowo, Ile Ife, Nigeria selama 5 tahun. Semua pasien dewasa yang mengalami prolaps hemoroid ditawarkan melakukan hemoroidektomi Milligan-Morgan dengan anastesi lokal. Kemudian dinilai toleransi dan komplikasinya. Hasil : Lebih dari 95% pasien dapat mentoleransi prosedur ini dan dengan komplikasi ringan yang dapat ditangani. Kesimpulan : Hemoroidektomi eksisi terbuka dengan anastesi lokal bisa dilakukan, aman, dan dapat ditoleransi dengan baik dan dapat mendorong pasien dengan wasir untuk berobat ke rumah sakit.
Kata Kunci : hemoroidektomi terbuka, anastesi lokal, Nigeria
Pendahuluan Hemoroid simptomatik merupakan penyakit anorektal yang paling sering didapatkan pada praktik sehari-hari. Insidensnya dapat mencapai 36.4%. kebanyakan dapat ditangani dengan terapi konservatif non-bedah. Pilihan terapi dengan pembedahan dipilih jika terapi konservatif gagal atau pada kasus penyakit yang berat. Hemoroidektomi ligasi-eksisi yang dijelaskan oleh Milligan et al yang kemudian dimodifikasi dianggap sebagai terapi gold standard untuk keadaan tersebut. Operasi tersebut biasanya memerlukan perawatan postoperatif, walaupun saat ini sudah dapat dilakukan dengan day case / kasus perawatan sehari. Hemoroidektomi day case lebih dipilih dilakukan dengan anastesi lokal karena anastesi umum dan regional menyebabkan mual, muntah, hipotensi, retensi urin, dan blokade motorik anggota gerak bawah yang menyebabkan keterlambatan mobilisasi dan keterlambatan keluar dari rumah sakit. Pada penelitian sebelumnya yang menggunakan anastesi lokal, populasi pasien pada penelitian tersebut adalah pasien hemoroid grade I dan II. Hemoroidektomi dengan anastesi lokal lebih dipilih di Nigeria karena ada banyak kesalahpahaman mengenai penyakit tersebut dan penatalaksanaannya. Banyak pasien juga menolak pilihan terapi pembedahan karena mereka takut akan anastesi umum. Telah dikatakan bahwa banyak orang- orang Nigeria yang lebih mau menerima pilihan terapi pembedahan jika dilakukan dengan anastesi lokal. Karena hal tersebut, kami melakukan penelitian ini yang ditujukan untuk mengevaluasi feasibilitas, acceptibilitas, dan toleransi hemoroidektomi eksisi dengan anastesi lokal pada pasien yang menderita hemoroid berat.
Metode Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kompleks Rumah Sakit Pendidikan Obafemi Owolowo (OAUTHC), Ile-Ife, Negara bagian Osun di barat daya Nigeria. Rumah sakit ini melayani komunitas kota dan pedesaan di barat daya Nigeria. Rumah sakit ini berfungsi sebagai rumah sakit rujukan tersier bagi sekitar 7.7 juta populasi penduduk di negara-negara bagian barat daya di Nigeria.
Populasi Penelitian Terdapat 22 pasien selama 5 tahun (Agustus 2001 Juli 2006) yang menderita hemoroid derajat III atau IV atau hemoroid derajat II yang gagal merespon terhadap terapi konservatif yang telah setuju untuk menjalani hemoroidektomi terbuka dengan anastesi lokal (LA) dimasukkan kedalam penelitian ini. Peneleitian ini mendapatkan sertifikasi etik dari komite Rumah Sakit Pendidikan Obafemi Owolowo, Ile-Ife, Negara. Pasien yang masuk kedalam kategori American Society of Anesthesiologist grade 4 atau 5, dan pasien-pasien yang mengalami koagulopati, obnstruksi buli-buli, timor colorectal, atau penyakit anorectal lainnya tidak dimasukkan kedalam penelitian ini. Pasien sehat dirawatinapkan, kecuali pada kasus emergensi. Semua pasien menjalani pemeriksaan pre-operatif seperti hitung darah lengkap, mikroskopi tinja, dan proctosigmoidoscopy. Pemerikssan lain seperti foto thoraks dan EKG dilakukan jika pasien mengalami peningkatan tekanan darah.
Teknik Diberikan premedikasi pentazocine 30 mg (12 pasien) atau pethidine 50-100 mg (10 pasien). Premedikasi ini untuk memastikan sedasi pada saat operasi. Pasien ditempatkan dalam posisi litotomi dengan cairan IV in situ. Semua operasi dilakukan oleh peneliti kedua. Sebelum dilakukan operasi, dilakukan anastesi lokal anal block dengan infiltrasi nervus pernieum dan nervus pudendus (didalam canalis fossa ischio-rectal) dengan menggunakan 40 ml Lignocaine 0.5% dengan adrenalin 1:200.000. Diinjeksi 20 ml untuk ring block disekitar pembukaan anus, dan 10 ml untuk setiap sudut blok nervus pudendus. Semua pasien menjalani hemoroidektomi eksisi dan ligasi standar. Skin tag dieksisi jika ada. Penilaian nyeri intraoperatif dilakukan oleh peneliti pertama dengan menggunakan VAS sudah yang dimodifikasi. Pasien yang tidak dapat mentolerasi porsedur anastesi lokal diubah menjadi anastesi umum. Pada akhir pembedahan, kanal anus ditutup dengan kasa yang sudah diberikan gel Lignocaine untuk hemostasis dan juga analegtik. Analgetik postoperatif diberikan dengan menggunakan pentazocaine IM 30 mg setiap 6 jam selama 24 jam pertama; dilanjutkan dengan tramadol tablet oral 100 mg tiap 8 jam dan 10 mg Diazepam pada malam hari selama 5 hari. Semua pasien mendapatkan metronidazole perioperatif selama 24 jam. Pasien dibersihkan 2 kali sehari dan setelah seriap defekasi. Pasien juga mendapatkan parafin cair 10 ml 3 kali sehari dengan makanan orang dewasa (makanan padat dan keras) yang diberikan pada hari yang sama setelah operasi. Semua pasien diperiksa setiap hari untuk menilai adanya perdarahan post-operatif, dan dipulangkan dalam 48 jam setelah dipastikan fungsi anus baik dengan RT. Dilakukan follow up selama setidaknya 1 tahun. Dinilai ada tidaknya disfungsi anus pada setiap kunjungan follow up.
Pengumpulan dan analisis data Digunakan instrumen pengumpulan data standar untuk menjaga semua data pasien. Data sosiodemografi, derajat hemoroid, durasi gejala, dan VAS pasien disimpan. Komplikasi yang terjadi juga dicatat. Pemasukan, editing, dan analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 11.0 (SPSS Institute, Chicago, IL).
Hasil Total ada 120 pasien yang datang dengan hemoroid simptomatik selama 5 tahun periode penelitian. Hanya 22 pasien (18.3%) yang mau menjalani hemoroidektomi ligasi dan eksisi dalam anastesi lokal. 88 pasien (73.3%) ditangani secara konservatif, 8 (6.7%) menjalani pembedahan dengan anastesi spinal, dan 2 (1.7%) menjalani pembedahan dengan anastesi umum. Usia mereka bervariasi dari 25 hingga 65 tahun, median 43 tahun, rata-rata 44,73 tahun (SD 13.24). Diantara pasien yang seruju tersebut, ada 12 pria (54.5%) dan 10 wanita (45.5%). Durasi gejala hemoroid sebelum datang adalah 6 bulan hingga 15 tahun (median 5 tahun(. Semua pasien tersebut datang dengan prolaps hemoroid dengan lebih dari 75% adalah derajar III dan derajat IV. 19 massa wasir terletak pada arah jam 3, 18 pada arah jam 7, dan 15 pada arah jam 11. 3 dari hemoroid tersebut mengalami thrombosis. Durasi pembedahan berkisar antara 35 menit sampai 65 menit, median 60 menit, rata-rata 57.7 menit (SD 12.5). VAS pasien ditunjukkan pada tabel 3. 21 pasien dapat mentoleransi anastesi lokal tersebut. 1 pasien (4.5%) harus diubah prosedurnya menjadi anastesi umum karena tidak dapat mentoleransi prosedur dalam anastesi lokal. Waktu antara pemberian anastesi lokal hingga nyeri pertama dirasakan berkisar antara 60 sampai 90 menit bagi kebanyakan pasien. Tingkat komplikasi rata-rata adalah 31.82%. Tidak ada pasien yang mengalami perdarahan primer yang signifikan (kehilangan darah antara 25-50 ml). 2 pasien (9.1%) mengalami perdarahan karena pemberian kasa yang terlalu basah. Namun perdaraha tersebut berhenti setelah pemberian kasa ulang. 2 pasien lainnya mengalami retensi urin akut yang sembuh spontan setelah pemberian analgetik. 2 pasien (9.1%) mengalami stenosis ani yang kemudian dilakukan dilatasi anal berkala selama 3 bulan. Tidak ada insidens inkontinensia anal pada semua pasien.
Diskusi Anastesi lokal (LA) pertama kali diperkenalkan untuk prosedur pembedahan hemoroid dengan tujuan untuk mengontrol nyeri yang biasanya mempersulit prosedur. Selain itu, juga dianggap bahwa prosedur ini sangat bisa dilakukan dengan LA. Pembedahan yang dilakukan dengan LA memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan ini seperti lebih cepat berjalan dan lebih cepat dipulangkan dari rumah sakit, penurunan total biaya prosedur, dan membantu interaksi pasien-dokter selama prosedur. Semua keuntungan ini paling cocok dilakukan di lingkungan kami dimana kebanyakan pasien yang masuk ke rumah sakit kami berasal dari status sosioekonomi rendah dan karena adanya banyak kesalahpahaman mengenai penyebab hemoroid. Beberapa pasien yang datang ke rumah sakit kami takut akan komplikasi postoperatif, sehingga banyak yang menolak dilakukan pembedahan walaupun sudah merupakan indikasi. Beberapa ketakutan tersebut misalnya takut impoten bagi pria setelah menjalani operasi tidak memiliki dasar. Total biaya prosedur yang rendah dan kepastian kesadaran selama prosedur tersebut membuat pasien kami lebih yakin untuk menerima prosedur pembedahan ini. Untuk mencapai analgetik yang cukup selama hemoroidektomi ligasi-eksisi membuat beberapa ahli bedah lebih memilih anastesi spinal atau umum. Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa kontrol nyeri yang cukup dapat dicapai dengan penggunaan anastesi lokal pada pasien sehat secara fisik dan siap mental untuk menjalani prosedur tersebut. Penelitian ini semakin mendukung fakta bahwa hemoroidektomi dengan LA tidak hanya dapat ditoleransi dengan baik tetapi juga dapat dipraktekkan pada daerah lokal dimana prosedur ini belum banyak digunakan. Walaupun pada penelitian ini pasien tidak dikelompokkan berdasarkan kelompok usia, pasien berusia muda dan tua dapat mentoleransi prosedur ini dengan baik. Nyeri merupakan komplikasi hemoroidektomi yang paling sering terjadi. Kontrol nyeri post operatif dan kenyamanan pasien post operatif setelah mengggunakan anastesi lokal dapat ditingkatkan melalui efek anastesi lokal yang terus menerus dan analgesik pre-operatif. Adanya adrenalin dalam Lignocaine juga dapat membantu mengurangi perdarahan intraoperatif yang muncul selama prosedur pembedahan. Walaupun anastesi lokal dengan obat sedasi short-acting IV dapat mencegah masalah yang terkait dengan anastesi umum dan regional, komplikasi dini pembedahan tetap tidak berubah. Komplikasi yang didapatkan pada penelitian ini tidak berbeda dari penelitian lainnya. Walaupun jumlah pasiennya sedikit, diharapkan penelitian ini dapat membuat lebih banyak ahli bedah menawarkan prosedur anastesi lokal kepada pasien yang akan menjalani hemoroidektomi, karena dapat mendorong pasien untuk datang berobat dini ke rumah sakit.