Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
LAPORAN KASUS

A. IdentitasPasien
Nama :Ny. P
Umur : 19 tahun
Agama : Islam
Alamat : Palemsari 01/02 Doplang
TanggalMasuk : 12 Juni 2014
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pasien : JAMKESDA
No. CM : 60139 2014

B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan di bangsal Bougenville tanggal 12 Juni 2014 pukul 17.30 WIB.
Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir
Keluhan tambahan :
Pusing (-) Lemas (-) Mual (-) Muntah(-), nyeriperut (+), mules-mules sejak tadi sore.
Riwayat Penyakit Sekarang
PB rujukan praktek bidan, 19 tahun, G1P0A0, UK 13 minggu, dengan keluhan
perdarahan dari jalan lahir. Perdarahan dari jalan lahir sejak jam 5 pagi (12 jam
SMRS). Tadi sore terasa mulas-mulas yang bersifat hilang timbul. Darah yang keluar
2

berwarna merah kecoklatan, prongkol-prongkol ( - ), lendir ( - ). Perdarahan sebanyak
pembalut. Nyeri perut (+), riwayat berhubungan intim dalam waktu dekat (+).
RiwayatPenyakitDahulu
Keluhan yang sama = disangkal
Riwayat jatuh = disangkal
Hipertensi = disangkal
Diabetes mellitus = disangkal
Alergi obat = disangkal
Alergi makanan = disangkal
Asma = disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi = disangkal
Diabetes mellitus = disangkal
Alergi obat = disangkal
Alergi makanan = disangkal
Asma = disangkal
Riwayat Sosial
Hewanpeliharaan = disangkal
Jamu = disangkal
Merokok = disangkal
Konsumsi alkohol = disangkal
Riwayat Operasi
Belum pernah mengalami operasi sebelumnya
HPHT : 12 Maret 2014
HPL : 19 Desember 2014
Riwayat Haid
Menarche usia 13 tahun, Siklus: 28 hari, Lama haid: 6 hari


3

Riwayat Pernikahan
1x,selama 3 bulan
Riwayat KB
Disangkal
Riwayat Obstetrik
G
1
P
0
A
0

Anak I : Hamil ini UK 13 minggu

A. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan di bangsal Bougenville tanggal 12 Juni 2014 pukul 17.30
WIB.
Keadaanumum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis

Vital sign
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respiration Rate : 20 x/menit
Suhu : 36
0
C
Status generalis
Kepala : bentuk mesosefal
Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-),sclera ikterik (-/-),
Reflex cahaya (+/+), pupil bulat isokor (3 mm / 3 mm).
Telinga : normotia, discharge (-/-), massa (-/-)
Hidung :simetris, napas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-),
septum di tengah, concha hiperemis (-/-).
Mulut : sianosis (-), bibir pucat (-), lidah kotor (-), karies gigi (-),
Faring hiperemis (-), tonsil (T1/T1).
Leher :pembesaran kelenjar thyroid (-), kelenjar getah bening
4

membesar (-)
Thoraks :
Cor :
Inspeksi : ictus cordistidakterlihat
Palpasi : ictus cordisteraba di ICS V lineamidclavicularis
sinistra, nyeritekan (-)
Perkusi : konfigurasijantungdalambatas normal
Auskultasi: normal, tidak ada suara tambahan
Pulmo :
Inspeksi : statis, dinamis, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi: suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-

Abdomen :
Inspeksi : datar, striae gravidarum (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani, pekaksisi (+), pekakalih (-)
Palpasi : Hepar/ Lien tak teraba, nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior Inferior
Edema -/- -/-
Akraldingin -/- -/-
Refleksfisiologis +N/+N +N/+N
Reflekspatologis -/- -/-

Pemeriksaan Obstetri
Tinggi fundus uteri = 1 jari diatas simfisis pubis, sesuai usia kehamilan
Vaginal Toucher : tidak dilakukan

5

B. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah Rutin
DarahRutin
(WB EDTA)
Nilai Nilai normal
Hb

12.3 L 12.5 15.5
Ht

38.1 H 37 - 45
Leukosit

10,8 4,0 10,0
Trombosit 225 150 440
Eritrosit

4.17 3,8 5,4
MCV 91.4 82 98
MCHC 32.3 32 36
MCH 29,5 27
RDW 14.6 10 16
PDW 16.1 10 - 18
MPV 8.1 7 11
Limfosit 2.1 1,0 4,5
Monosit 0,6 0,2 10
Granulosit 8.1 H 2 - 4
Limfosit % 19.5 H 25 40
Monosit % 5.2 2 8
Granulosit % 75.3 50 80
PCT 0,182 L 0,2 0,5
Clothing time 4.00 3 5
Bleeding time 1,00 1 3
Golongan darah O
HbsAg Non reaktif Non reaktif

b. Tes kehamilan (+)
c. Doppler
Tampak DJJ janin intrauterin (+)

C. Diagnosis
G1P0A0 UK 13 minggu dengan Abortus Imminens




6

D. Penatalaksanaan
Non Farmakologi:
Tirah baring
Mengurangi aktifitas
Observasi tanda vital dan perdarahan
Usul USG
Farmakologi:
Infus RL 20 tpm
Papaverin 3x 1 tab

FOLLOW UP
1. Tanggal 13 6 2014 (07.00)
Keluhan:
Nyeri perut (-), pusing (-), mual/muntah (-), demam (-), tadi malam keluar flek 1
tetes.
KU: Baik
Kesadaran : compos mentis
Vital sign :
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 68 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36
0
C
Pemeriksaan Obstetri
Tinggi fundus uteri = 1 jari diatas simfisis pubis
Vaginal Toucher : tidak dilakukan
TERAPI
Non Farmakologi:
Tirah baring
Mengurangi aktifitas
Observasi tanda vital dan perdarahan
Usul USG
7

Farmakologi:
Infus RL 20 tpm
Papaverin 3x 1 tab
2. Tanggal 14 6 2014 (07.00)
Keluhan:
Keluar lendir bercampur darah, perut keram (+), pusing (+), mual/muntah (-),
demam (-).
KU: Baik
Kesadaran : compos mentis
Vital sign :
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 87 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36
0
C
Pemeriksaan Obstetri
Tinggi fundus uteri = 1 jari diatas simfisis pubis
Vaginal Toucher : tidak dilakukan
TERAPI
Non Farmakologi:
Tirah baring
Mengurangi aktifitas
Observasi tanda vital dan perdarahan
Usul USG
Farmakologi:
Infus RL 20 tpm
Papaverin 3x 1 tab
3. Tanggal 15 6 2014 (07.00)
Keluhan:
Tadi malam flek darah, nyeri perut (-), pusing (-), mual/muntah (-), demam (-),
tadi malam keluar flek 1 tetes.
KU: Baik
Kesadaran : compos mentis
8

Vital sign :
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,4
0
C
Pemeriksaan Obstetri
Tinggi fundus uteri = 1 jari diatas simfisis pubis
Vaginal Toucher : tidak dilakukan
TERAPI
Non Farmakologi:
Tirah baring
Mengurangi aktifitas
Farmakologi:
Papaverin 3x 1 tab
Boleh Pulang











9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

ABORTUS
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram.
Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan
abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus provokatus.
Abortus provokatus ini dibagi 2 kelompok yaitu abortus provokatus medisinalis dan
abortus provokatus kriminalis. Disebut medisinalis bila didasarkan pada
pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu. Disini pertimbangan dilakukan
minimal oleh 3 dokter spesialis, yaitu spesialis Kebidanan dan Kandungan, spesialis
Penyakit Dalam, dan Spesialis Jiwa.
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak
yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus spontan dan
tidak jelas umur kehamilannya, hanya sedikit memberikan gejala atau tanda sehingga
biasanya ibu tidak melapor atau berobat. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui,
15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari
pasangan yang mencoba hamil akan mengalami 2 keguguran yang berurutan, dan
sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih kegururan yang berurutan.
Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan
kejadian abortus spontan antara 15-20% dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih
jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%. Hal ini dikarenakan tingginya
angka chemical pregnancy loss yang tidak bisa diketahui pada 2 4 minggu setelah
konsepsi. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan kegagalan gamet
(misalnya sperma dan disfungsi oosit).

10




Etiologi
Penyebab abortus (early pregnancy loss) bervariasi dan sering diperdebatkan.
Umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak diantaranya adalah sebagai
berikut:
Faktor genetik. Translokasi parental keseimbangan genetik
- Mendelian
- Multifaktor
- Robertsonian
- Resiprokal
Kelainan kongenital uterus
- Anomali duktus Mulleri
- Septum uterus
- Uterus bikornis
- Inkompetensi serviks uterus
- Mioma uteri
- Sindroma Asherman
Autoimun
- Aloimun
- Mediasi imunitas humoral
- Mediasi imunitas seluler
Defek fase luteal
- Faktor endokrin eksternal
- Antibodi antitiroid hormon
- Sintesis LH yang tinggi
Infeksi
11

Hematologik
Lingkungan
Usia kehamilan saat terjadinya abortus bisa memberi gambaran tentang
penyebabnya. Sebagai contoh, antiphospholipid syndrome (APS) dan inkompetensi
serviks sering terjadi setelah trimester pertama.

Penyebab Genetik
Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan karotip embrio.
Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan
sitogenetik. Bagaimanapun, gambaran ini belum termasuk kelainan yang disebabkan
oleh gangguan gen tunggal (misalnya kelainan Mendelian) atau mutasi pada beberapa
lokus (misalnya gangguan poligenik atau multifaktor) yang tidak terdeteksi dengan
pemeriksaan karotip.
Kejadian tertinggi kelainan sitogenik konsepsi terjadi pada awal kehamilan.
Kelainan sitogenik embrio biasanya berupa aneuploidi yang disebabkan oleh kejadian
sporadis, misalnya non disjunction meiosis atau poliploidi dari fertilitas abnormal.
Separuh dari abortus karena kelainan sitogenetik pada trimester pertama berupa
trisomi autosom. Triploidi ditemukan pada 16% kejadian abortus, dimana terjadi
fertilisasi ovum normal haploid oleh 2 sperma (dispermi) sebagai mekanisme patologi
primer. Trisomi timbul akibat dari nondisjunction meiosis selama gametogenesis
pada pasien dengan karotip normal. Untuk sebagian besar trisomi, gangguan meiosis
maternal bisa berimplikasi pada gametogenesis. Insiden trisomi meningkat dengan
bertambahnya usia. Trisomi 16, dengan kejadian sekitar 30% dari seluruh trisomi,
merupakan penyebab terbanyak. Semua kromosom trisomi berakhir abortus kecuali
pada trisomi kromosom 1. Sindroma Turner merupakan penyebab 20-25% kelainan
sitogenetik pada abortus. Sepertiga dari fetus dengan Sindroma Down (trisomi 21)
bisa bertahan.
12

Pengelolaan standar menyarankan untuk pemeriksaan genetik amniosentesis
pada semua ibu hamil dengan usia yang lanjut, yaitu di atas 35 tahun. Risiko ibu
terkena aneuploidi adalah 1:80, pada usia di atas 35 tahun karena angka kejadian
kelainan kromosom/trisomi akan meningkat setelah 35 tahun.
Kelainan lain umumnya berhubungan dengan fertilisasi abnormal (tetraploidi,
triploidi). Kelainan ini tidak bisa dihubungkan dengan kelangsungan kehamilan.
Tetraploidi terjadi pada 8% kejadian abortus akibat kelainan kromosom, dimana
terjadinya kelainan pada fase sangat awal sebelum proses pembelahan.
Struktur kromosom merupakan kelainan kategori ketiga. Kelainan struktural
terjadi pada sekitar 3% kelainan sitogenetik pada abortus. Ini menunjukkan bahwa
kelainan struktur kromosom sering diturunkan oleh ibunya. Kelainan struktur
kromosom pada pria bisa berdampak pada rendahnya konsentrasi sperma, infertilitas,
dan bisa mengurangi peluang kehamilan dan terjadinya keguguran.
Struktur sering juga berupa gen yang abnormal, mungkin karena adanya mutasi
gen yang bisa mengganggu proses implantasi bahkan menyebabkan abortus. Contoh
untuk kelainan gen tunggal yang sering menyebabkan abortus berulang adalah
myotonic dystrophy, yang berupa autosom dominan dengan penetrasi yang tinggi,
kelainan ini progresif, dan penyebab abortusnya mungkin karena kombinasi gen yang
abnormal dan gangguan fungsi uterus. Kemungkinan juga karena adanya mosaik
gonad pada ovarium atau testis.
Abortus berulang bisa disebabkan oleh penyatuan dari 2 kromosom yang
abnormal, dimana bila kelainannya hanya pada salah satu orang tua, faktor tersebut
tidak diturunkan. Studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa bila didapatkan
kelainan karotip pada kejadian abortus, maka kehamilan berikutnya juga beresiko
abortus.
Penyebab Anatomik
Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetrik, seperti
abortus berulang, prematuritas, serta malpresentasi janin. Insiden kelainan bentuk
13

uterus berkisar 1/200 sampai 1/600 perempuan. Pada perempuan dengan riwayat
abortus, ditemukan anomali uterus pada 27% pasien.
Penyebab terbanyak abortus karena kelainan anatomik uterus adalah septum
uterus (40-80%), kemudian uterus bikornis atau uterus didelfis atau unikornis (10-
30%). Mioma uteri bisa menyebabkan baik infertilitas maupun abortus berulang.
Risiko kejadiannya antara gejala, hanya yang berukuran besar atau yang memasuki
kavum uteri (submukosum) yang akan menimbulkan gangguan.
Penyebab Autoimun
Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dengan penyakit
autoimun. Misalnya pada Systematic Lupus Erythematous (SLE) dan
Antiphospholipid Antibodies (aPA). aPA merupakan antibodi spesifik yang didapati
pada perempuan dengan SLE.
Sebagian besar kematian janin dihubungkan dengan adanya aPA. aPA
merupakan antibodi yang akan berikatan dengan sisi negatif dari fosfolipid. Paling
sedikit ada 3 bentuk aPA yang diketahui mempunyai arti klinis yang penting, yaitu
Lupus Anticoagulant (LAC), anticardiolipin antibodies (aCLs), dan biologically
false-positive untuk syphilis (FP-STS). APS sering juga ditemukan pada beberapa
keadaan obstetrik, misalnya pada preeklamsia, IUGR, dan prematuritas. Beberapa
keadaan lain yang berhubungan dengan APS yaitu trombosis arteri-vena,
trombositopeni autoimun, anemia hemolitik, korea dan hipertensi pulmonum. The
International Consensus Workshop pada 1998 mengajukan klasifikasi kriteria untuk
APS, yaitu meliputi:
Trombosis vaskular
- Satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa atau kapilar yang dibuktikan
dengan gambaran Doppler, pencitraan, atau histopatologi.
- Pada histopatologi, trombosisnya tanpa disertai gambaran inflamasi.
Komplikasi kehamilan
14

- Tiga atau lebih kejadian abortus dengan sebab yang tidak jelas, tanpa
kelainan anatomik, genetik, atau hormonal.
- Satu atau lebih kematian janin dimana gambaran morfologi secara sonografi
normal.
- Satu atau lebih persalinan prematur dengan gambaran janin normal dan
berhubungan dengan preeklamsia berat atau insufisiensi plasenta berat.
Kriteria laboratorium
- aCL: IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau tinggi pada 2 kali
atau lebih pemeriksaan dengan jarak lebih dari atau sama dengan 6 minggu.
- aCL diukur dengan metode ELISA standar.
Antibodi fosfolipid/antikoagulan
- Pemanjangan tes skrining koagulasi fosfolipid (misalnya aPTT, PT, dan CT ).
- Kegagalan untuk memperbaiki tes skrining yang memanjang dengan
penambahan plasma platelet normal.
- Adanya perbaikan nilai tes yang memanjang dengan penambahan fosfolipid.
- Singkirkan dulu kelainan pembekuan darah yang lain dan pemakaian heparin.
Pengelolaan secara umum meliputi pemberian heparin subkutan, aspirin dosis
rendah, prednison, imunoglobulin, atau kombinasi semuanya. Studi case control
menunjukkan pemberian heparin 5000 U 2x/hari dengan 81 mg/hari aspirin
meningkatkan daya tahan janin dari 50% menjadi 80% pada perempuan yang pernah
mengalami abortus lebih dari dua kali tes APLAs positif. Yang perlu diperhatikan
adalah pada penggunaan heparin jangka panjang, perlu pengawasan terhadap resiko
kehilangan massa tulang, perdarahan, serta trombositopeni.
Penyebab Infeksi
Teori peran mikroba infeksi terhadap kejadian abortus mulai diduga sejak 1917,
ketika DeForest dan kawan-kawan melakukan pengamatan kejadian abortus berulang
pada perempuan yang terpapar brucellosis. Beberapa jenis organisme tertentu diduga
berdampak pada kejadian abortus antara lain :
Bakteri
15

Listeria monositogenes
Klamidia trakomatis
Ureaplasma urealitikum
Mikoplasma hominis
Bakterial vaginosis
Virus
Sitomegalovirus
Rubela
Herpes simpleks virus
HIV
Parvovirus
Parasit
Toksoplasmosi gondii
Plasmodium falsiparum
Spirokaeta
Treponema pallidum
Berbagai teori diajukan untuk mencoba menerangkan peran infeksi terhadap
risiko abortus, diantaranya sebagai berikut :
Adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin yang berdampak
langsung pada janin atau unit fetoplasenta.
Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat sehingga janin
sulit bertahan hidup.
Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian
janin.
Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitalia bawah (misalnya
Mikoplasma hominis, Klamidia) yang bisa mengganggu proses implantasi.
Memacu perubahan genetik dan anatomik embrio, umumnya oleh karena virus
selama kehamilan awal (misalnya Rubela, Parvovirus B19, Sitomegalovirus,
Koksakie virus B, Varisela-Zoster, HSV) (Prawirohardjo, 2008)
16

Faktor Lingkungan
Diperkirakan 1-10 persen malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan
kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus. Merokok dilaporkan
menyebabkan peningkatan risiko abortus. Bagi wanita yang merokok lebih dari 14
batang per hari, risiko tersebut sekitar dua kali lipat dibandingkan kontrol normal.
Sigaret rokok diketahui mengandung ratusan unsur toksik, antara lain nikotin yang
telah diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi
uteroplasenta. Karbon monoksida juga menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin
serta memacu neurotoksin. Dengan adanya gangguan pada sistem sirkulasi
fetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang berakibat terjadinya
abortus.

Faktor Hematologik
Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan defek plasentasi dan adanya
mikrotrombi pada pembuluh darah plasenta. Berbagai komponen koagulasi dan
fibrinolitik memegang peran penting pada implantasi embrio, invasi trofoblas, dan
plasentasi. Pada kehamilan terjadi keadaan hiperkoagulasi dikarenakan peningkatan
kadar faktor prokoagulan, penurunan faktor antikoagulan, dan penurunan aktivitas
fibrinolitik. Kadar faktor VII, VIII, X, dan fibrinogen meningkat selama kehamilan
normal, terutama pada kehamilan sebelum 12 minggu.
Bukti lain menunjukkan bahwa sebelum terjadi abortus, sering didapatkan
defek hemostatik. Penelitian Tulpalla dan kawan-kawan menunjukkan bahwa
perempuan dengan riwayat abortus berulang, sering terdapat peningkatan produksi
tromboksan yang berlebihan pada usia kehamilan 4-6 minggu, dan penurunan
produksi prostasiklin saat usia kehamilan 8-11 minggu (Cunningham et al, 2005).
Perubahan rasio tromboksan-prostasiklin memacu vasospasme serta agregrasi
trombosit, yang akan menyebabkan mikrotrombi serta nekrosis plasenta. Juga sering
disertai penurunan kadar protein C dan fibrinopeptida.
17

Defisiensi faktor XII (Hageman) berhubungan trombosis sistemik ataupun
plasenter dan telah dilaporkan juga berhubungan dengan abortus berulang pada lebih
dari 22 persen kasus. Hiperhomosisteinemi berhubungan dengan trombosis dan
penyakit vaskular dini. Kondisi ini berhubungan dengan 21 persen abortus berulang
(Cunningham et al, 2005). Gen pembawa akan diturunkan secara autosom resesif.
Bentuk terbanyak yang didapat adalah defisiensi folat.
Kelainan Endokrin
Hipotiroidisme
Autoantibodi tiroid dilaporkan menyebabkan peningkatan insidensi abortus
walaupun tidak terjadi hipotiroidisme yang nyata.
Diabetes melitus
Abortus spontan dan malformasi kongenital mayor meningkat pada wanita
dengan diabetes dependen-insulin. Risiko ini berkaitan dengan derajat kontrol
metabolik pada trimester pertama. Dalam suatu studi prospektif, Mills dkk.
mendapatkan bahwa pengendalian glukosa secara dini (dalam 21 hari setelah
konsepsi) menghasilkan angka abortus spontan yang setara dengan angka kontrol
nondiabetik. Namun, kurangnya pengendalian glukosa menyebabkan
peningkatan abortus spontan yang mencolok.
Defisiensi progesteron
Kurangnya sekresi progesteron oleh korpus leteum atau plasenta
dilaporkan menyebabkan peningkatan insidensi abortus.

KLASIFIKASI ABORTUS
A. Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang disengaja tanpaindikasi
medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.Abortus ini
terbagi lagi menjadi:
18

1) Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus
berdasarkanpertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu. Perlu mendapat
persetujuanminimal 3 dokter spesialis (spesialis Kandungan dan Kebidanan,
spesialisPenyakit Dalam, spesialis Jiwa)
2) Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-
tindakanyang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan
biasanyadilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.
B. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengajaatau
dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis,
sematamatadisebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Abortus spontan terbagi
lagimenjadi :
1) Abortus Iminens
Merupakan tingkat permulaan dan ancaman terjadinya abortus,ditandai
perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih
baik dalam kandungan.

2) Abortus Insipiens
Adalah abortus yang sedang mengancam ditandai dengan serviks telah
mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih
dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
19


3) Abortus Inkompletus
Adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih
ada yang tertinggal.

4) Abortus Kompletus
Adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
20


5) Missed Abortion
Adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal
dalam kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi masih
tertahan dalam kandungan lebih dari 4 minggu.
6) Abortus Habitualis
Adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
7) Abortus Infeksious
Adalah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.
8) Abortus septik
Adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau
toksinnya ke dalam pembuluh darah atau peritoneum.

PATOFISIOLOGI
Mekanismeawalterjadinyaabortusadalahlepasnyasebagianatauseluruhbagianem
brioakibatadanyaperdarahan minimal padadesidua.Kegagalanfungsiplasenta yang
terjadiakibatperdarahansubdesiduatersebutmenyebabkanterjadinyakontraksi uterus
danmengawaliadanya proses abortus.
Padakehamilankurangdari 8 minggu
21

Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan
villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian darihasil
konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servikalis. Perdarahan
pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
Padakehamilan 8-14 minggu
Mekanisme diatas juga terjadi dan diawali dengan pecahnya selaput ketuban
telebih dahulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta
masih tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini sering menimbulkan perdarahan
pervaginam banyak.
Padakehmilanmingguke 14-22 :
Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta
beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus
sehingga menimbulkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan
pervaginam banyak. Perdarahan pervaginam umumnya lebih sedikit namun rasa
sakit lebih menonjol.












22

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, Macdonald. 2007. William Obstetrics. 21th edition. Stanford
Connecticut. Appleton and Lange.
2. Mansjoer, A. 2001. KelainanDalamKehamilan. Dalam :KapitaSelektaKedokteran.
Edisiketiga. Jakarta :Media Aesculapius FakultasKedokteranUniversitas Indonesia.
3. Mochtar, R. 2007. AbortusdanKelainanDalamKehamilan. Dalam :SinopsisObstetri.
Edisikedua. Jakarta : EGC
4. Wiknjosastro, Hanifa. 2007. IlmuKebidanan,
yayasanBinaPustakaSarwonoPrawihardjo. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai