Anda di halaman 1dari 5

JASMERAH; Sepenggal Kisah 113 Tahun Sang Founding Father

Oleh: E. Novianto*
(Tulisan dimuat di Radar Cirebon edisi 10 Juni 2014)

Setiap peradaban manusia pada setiap jaman akan selalu melahirkan orang-orang
hebat yang mampu membawa perubahan, baik perubahan di jamannya maupun perubahan
sampai jaman setelahnya bahkan sampai saat ini. Orang-orang hebat tersebut tidak hanya
terlahir dari masa yang penuh dengan ketentraman, tetapi justru tidak sedikit yang terlahir
dari jaman yang sulit sekalipu. Tahun 1901, pada saat itu Indonesia masih dalam masa
penjajahan Indonesia. Dari masa itulah lahir seorang tokoh besar Indonesia yang mampu
membawa bangsa Indonesia lepas dari belenggu penjajahanan dan mampu membawa nama
Indonesia ke kancah Internasional.
Tokoh besar Indonesia tersebut adalah sang Founding Father, Soekarno. Ia adalah
tokoh yang memainkan peran penting dalam sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia dan Ia
juga presiden Republik Indonesia yang pertama. 44 tahun sudah Soekarno meninggalkan
bangsa dan negara ini untuk selama-lamanya. Siapakah sebetulnya Soekarno itu?
Soekarno Soekarno terlahir dengan nama Koesno Sosrodihardjo yang kemudian
diganti menjadi Soekarno. Ia dilahirkan pada tanggal 06 juni 1901 di jalan Lawang Seketeng
yang sekarang menajadi jalan pahlawan di bagian utara kota Surabaya. Ayahnya adalah
seorang guru yang bernama Raden Soekemi Sosrodiharjo dan ibunya bernama Ida Ayu
Nyoman Rai seorang wanita Bali keturunan keluarga Brahmana yang merupakan kasta
tertinggi manurut adat Bali. Masa kecil Soekarno tidak berbeda dengan anak-anak kecil lain
di masanya. Masa kecilnya dihabiskan dengan bermain, memancing, mandi di kali dan
nonton wayang. Wayang mendapat tempat khusus di hati Soekarno kecil. Bima atau
Werkudoro pembela kebenaran dan keadilan adalah pahlawan bagi dunia kecilnya.
MASA PENDIDIKAN
Sebagai seorang anak pribumi, Soekarno mendapatkan pendidikan dasarnya di
Sekolah Rakyat. Berkat usaha keras ayahnya, akhirnya Soekarno bisa masuk ke Eerste
Inlandse School. Pada tahun 1911 Soekarno pindah ke Europeesche Lagere School (ELS) di
Mojokerto. Di usianya yang ke-15 tahun Soekarno melanjutkan sekolahnya ke Hoogere
Burger School (HBS) yang merupakan sekolah elit pada masanya. HBS amerupakan sekolah
persiapan untuk menempuh universitas. Soekarno adalah salah satu dari 20 murid pribumi
yang berada di sekolah tersebut yang mayoritas muridnya adalah bangsa belanda. Soekarno
tinggal bersama H.O.S. Tjokroaminoto yang merupakan sahabat ayahnya.
H.O.S. Tjokroaminoto merupakan ketua Serikat Islam yang pada saat itu beranggota
kurang lebih 2,5 juta orang. Pada masa itulah Soekarno mulai bersentuhan dengan dunia
pergerakan kemerdekaan Indonesia. Di rumah H.O.S. Tjokroaminoto itulah yang membuat
Soekarno mengenal pemimpin-pemimpin pergerakan nasional lebih dekat seperti KH. Agus
Salim, dr. Cipto Mangunkusumo, Douwes Dekker atau yang dikenal pula dengan nama
Danudirja Setiabudi atau dr. Setiabudi, Alimin dan lain-lain. Diskriminasi yang ia alami di
sekolah dan dari mendengar diskusi-diskusi kebangsaan yang dilakukan di rumah H.O.S.
Tjokroaminoto itulah menimbulkan kesadaran nasional yang kuat dalam diri Soekarno.
Diluar jam sekolah, Soekarno dengan setia mengikuti Tjokroaminoto dalam berbagai
kegiatan propaganda Serikat Islam. Dari sering mengikuti berbagai kegiatan bersama
Tjokroaminoto dan sering mendengar pidatonya, Soekarno berkesimpulan bahwa pidato yang
dibawakan Tjokroaminoto terlalu datar dalam pengucapannya, maka dari situlah Soekarno
mulai belajar bagaimana seharusnya seorang tokoh pergerakan itu berpidato. Dalam
organisasi kepemudaan Tri Koro Darmo inilah Soekarno mulai mengembangkan bakatnya
sebagai ahli pidato. Tri Koro Darmo dibentuk sebagai organisasi dari Budi Utomo. Nama
organisasi tersebut kemudian ia ganti dengan nama Jong Java (Pemuda Jawa). Salain
daripada itu, Soekarno juga mulai menulis berbagai karangan dengan menggunakan nama
samaran yaitu Bima yang merupakan tokoh idolanya dalam dunia pewayangan.
Setelah lulus dari HBS Soekarno ingin melanjutkan pendidikannya di Eropa, namun
ibunya tidak setuju karena faktor keuangan. Bersamaan dengan itu di Bandung telah dibuka
THS atau De Techniche Hoogeschool te Bandung atau yang sekarang dikenal dengan nama
ITB (Institut Teknologi Bandung), akhirnya Soekarno masuk ke De Techniche Hoogeschool
te Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil pada tahun 1921.

PERJUANGAN PERGERAKAN KEMERDEKAAN
Belum genap satu tahun Soekarno mengikuti kuliah, Tjokroaminoto yang juga
menjadi mertuanya ditangkap oleh Belanda akibat kerusuhan di Garut yang mengakibatkan
terbunuhnya beberapa orang pegawai kolonial Belanda. Untuk membiayai keluarga
Tjokroaminoto, Soekarno akhirnya kembali ke Surabaya dan bekerja pada jawatan Kereta
Api. Di sini Soekarno berhubungan leluasa dengan para buruh Kereta Api dari seluruh Jawa
Timur terutama dengan pimpinan serikat buruhnya.
Masa kuliah di Bandung merupakan pematangan bagi Soekarno terutama dalam
mengembangkan pandangan politiknya yang disebut Marhaenisme, yaitu sosialisme yang
didasarkan pada kondisi masyarakat setempat. Soekarno menegaskan bahwa ia adalah
seorang sosialis tetapi bukan komunis. Pemikiran Soekarno dibangun diatas tiga dasar utama
yakni anti imperialisme, anti kolonialisme dan egaliterianisme.
Setamat dari De Techniche Hoogeschool te Bandung pada tahun 1926, Soekarno
mendirikan biro arsitek serta menolak tawaran bekerja pada pemerintah atau menjadi
pengajara di almamaternya. Soekarno memilih hidup menderita sebagai orang pergerakan
daripada bekerja di pemerintah yang menjamin kehidupan mewah dan kekayaan.
Tahun 1930 Soekarno ditangkap bersama Maskun, Gatot Mangkoepradja, dan
Supriadinata dengan tuduhan kegiatan politiknya dianggap mengganggu ketertiban umum.
Dalam sidang pengadilannya di Bandung, Sukarno membacakan pembelaannya Indonesia
Menggugat. Pembelaannya tersbut lebih ke arah orasi politik yang menuduh kejahatan
pemerintah kolonial belanda terhadap rakyat Indonesia dan ia pun tahu konsekuensi yang
harus ditanggungnya. Pengadilan Negeri Bandung dalam keputusannya menghukum
Soekarno empat tahun penjara dan akhirnya ia menjalani hukumannya di penjara Sukamiskin
Bandung. Delapan bulan pertama Soekarno mengalami isolasi, ia tidak diperbolehkan untuk
bertemu denga siapapun.
Bagi seorang pemimpin yang berada di tengah-tengah masa, hukuman tersebut dirasa
sangat berat oleh Soekarno. Hukuman yang sama dialami kembali oleh Soekarno menjelang
hari-hari akhirnya oleh pemerintah Indonesia yang kemerdekaannya ia perjuangkan habis-
habisan berpuluh-puluh tahun lamanya. Oleh pemerintahan Soeharto, Soekarno diperlakukan
bagaikan tahanan rumah yang setiap gerak-geriknya selalu diawasi. Dinding penjara yang
mengelilinganya tidak mampu menghentikan semangat perjuangannya. Dengan berbagai cara
ia berhasil menghubungi kawan-kawan seperjuangan melalui Inggit Garnasih yang pada saat
itu menjadi istrinya.
Delapan bulan setelah dibebaskan dari Sukamiskin, Soekarno ditangkap kembali dan
ditahan di kantor polisi Jakarta dan Sukamiskin selama delapan bulan sebelum akhirnya
diputuskan untuk dibuang ke luar pulau Jawa yaitu ke Endeh di pulau Flores. Penduduk
Endeh baik Belanda maupun pejabat pribumi selalu menghindar kontak dengan Soekarno dan
keluarganya dan polisi melakukan pengawasan selama 24 jam terhadap setiap gerak-
geriknya. Dalam keadaan terasing dari dunia luar, Soekarno bergaul dengan rakyat Flores
yang pada saat itu masih buta huruf. Ia berkawan dengan petani kelapa, nelayan, dan
golongan bawah lainnya.
Februari 1938 Seokarno sekeluarga dipindahkan ke Bengkulu setelah tinggal di
pengasingan di Endeh selama lima tahun. Di tempat pembuangan yang baru ini Soekarno
aktif bergerak dalam perkumpulan Muhammadiyah. Sebagai ketua bagian pengajaran, ia aktif
mengajar. Salah seorang muridnya adalah Siti Fatimah yang kemudian menjadi istrinya dan
lebih dikenal dengan nama Fatmawati yang merupakan nama pemberian Soekarno.
Sementara itu suasana politik di Asia berubah cepat, ambisi kaum militer jepang
untuk mendapat tanah jajahan di selatan mengobarkan perang Pasifik yang dipicu oleh
pemboman atas pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Pearl Harbor Hawaii.
Pemerintah Hindia Belanda yang terlalu percaya pada kekuatan angkatan perangnya menolak
setiap usulan dari kaum nasionalis untuk ikut serta membantu Hindia Belanda dalam
menghadapi serangan musuh.
Februari 1942 Jepang menyerang bengkulu setelah sebelumnya berhasil menduduki
Palembang yang merupakan pusat industri perminyakan di Sumatera. Pada tanggal 8 maret
1942 Belanda menyerah kepada Jepang di lapangan terbang Kalijati-Subang. Soekarno
bersama keluarganya kemudian dipaksa berangkat ke Padang untuk diungsikan ke Australia
bersama pembesar-pembesar Belanda. Setelah tertahan di Padang selama lima bulan,
akhirnya Soekarno diijinkan kembali ke Jawa oleh pemerintah militer Jepang yang ingin
menggunakan popularitasnya untuk meraih simpati rakyat agar mau membantu Jepang untuk
memenangkan perang Asia Timur Raya.
Soekarno dan Hatta sepakat untuk bekerjasama dengan Jepang dalam upaya mencapai
kemerdekaan Indonesia. Soekarno dan Hatta akan bekerja secara terbuka, sedangkan Syahrir
dan kawan-kawan bekerja di bawah tanah untuk menggerakan rakyat dan membentuk kader-
kader yang akan menjadi tenaga inti dalam perjuangan untuk merebut kemerdekaan. Karena
bekerjasama dengan pemerintah militer Jepang, Soekarna kemudian dicap oleh Belanda dan
Sekutu sebagai antek Jepang yang akan dihadapkan pada pengadilan militer sebagai penjahat
perang.
Pemerintah Jepang kemudian membuat pemerintah bayangan yang disebut Tjuo
Sangi-in yang bertugas memberi nasehat kepada pemerintah mengenai berbagai hal.
Walaupun fungsi Tjuo Sangi-in lebih rendah dibandingkan dengan Volksraad (Semacam
Dewan Perwakilan Rakyat Hindia Belanda) pada masa penjajahan Belanda, namun wakil-wakil yang
duduk dalam dewan ini berusaha menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk tujuan nasional
mereka.
Untuk menyiapkan kekuatan yang terlatih, Soekarno mengusulkan agar dibentuk
tentara sukarela Pembela Tanah Air atau PETA. Walau mendapat tantangan keras dari
pemimpin lain seperti Hatta dan Syahrir, Soekarno bersikeras dengan pendiriannya dan
menempatkan kader-kadernya seperti Gatot Mangkoepradja untuk masuk dalam PETA. Pada
saat Indonesia merdeka, opsir-opsir PETA inilah yang menjadi inti Tentara Nasional
Indonesia disamping unsur-unsur dari pejuang lainnya.
Menjelang berakhirnya perang Pasifik pemerintah militer Jepang menjanjikan
kemerdekaan bagi Indonesia dikemudian hari. Menyambut pernyataan pemerintah militer
Jepang, Soekarno dalam pidatonya di depan Saiko Sikikan (Panglima militer Jepang/ kepala
pemerintahan militer pendudukan Jepang) menyatakan terharu dan terima kasih serta
menyerahkan waktu kemerdekaan Indonesia itu kepada Jepang dan menyampaikan bahwa
cepat atau lambatnya kemerdekaan itu didapat bergantung sejauh mana usaha dan kesiapan
dari bangsa Indonesianya itu sendiri.
Tanggal 1 Juni 1945 Soekarno menyampaikan pidato di hadapan sidang BPUPKI
(Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau dalam bahasa Jepang
disebut Dokuritsu Junbi Cosakai) yang menawarkan lima prinsip dasar bagi negara Indonesia
merdeka yang kemudian dikenal dengan nama Pancasila.
Sementara itu suasana peperangan semakin memburuk, tentara Jepang dipukul
mundur pada setiap perang di Pasifik. Puncaknya ialah pemboman yang membumi-
hanguskan kota Hirosima dan Nagasaki di Jepang yang memaksa Kaisar Jepang
memaklumkan berakhirnya perang Asia Timur Raya.
Karena golongan pemuda menganggap Soekarno dan Hatta terlalu lambat bertindak,
mereka akhirnya menculik Soekarno dan Hatta dan membawanya ke Rengasdengklok-
Karawang. Soekarno dan Hatta masih menunggu persetujuan Jepang untuk kemerdekaan
walaupun Jepang sudah tidak berwenang lagi, Soekarno-Hatta tidak bisa dibujuk. Setelah
melalui perundingan yang panjang, tanpa persetujuan resmi dari jepang, tanggal 16 agustus
lewat tengah malam di rumah Laksamana Maeda (Perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran
Jepang di Hindia Belanda pada masa Perang Pasifik) disusun konsep proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno membacakan proklamasi
di depan rumahnya di Pegangsaan Timur nomor 56 Jakarta. Dalam suasana yang sangat
revolusioner, Undang-Undang Dasar segera disahkan dan kabinet Republik Indonesia segera
di susun serta dengan segala cara proklamasi kemerdekaan Indonesia disiarkan secara luas,
baik di Indonesia maupun ke seluruh dunia.

Penulis: Pemerhati masalah sosial dan pendidikan, warga Cirebon. Tulisan diolah dari
berbagai sumber.

Anda mungkin juga menyukai