Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara
berkelanjutan merupakan tujuan utama dari pembangunan nasional. Upaya
peningkatan kualitas SDM dimulai melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Perhatian utamanya terletak pada proses tumbuh kembang anak sejak masa
pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Unsur gizi merupakan salah satu
faktor penting dalam proses tumbuh kembang anak dalam upaya pembentukan
SDM yang berkualitas, yaitu manusia yang sehat, cerdas, dan produktif.
1
Salah satu kelompok masyarakat yang rawan terhadap kejadian gizi kurang
adalah anak-anak. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keadaan tersebut,
salah satunya adalah faktor ekonomi yang rendah, namun hal lain seperti
pemenuhan asupan makanan yang kurang seimbang, belum berkembangnya
pengetahuan orang tua dan anak mengenai gizi yang baik serta aktivitas anak
yang tinggi di masa pubertas anak juga bisa meningkatkan resiko terjadinya gizi
kurang. Kasus gizi kurang pada anak dapat juga diakibatkan oleh kurang
optimalnya tatalaksana gizi kurang pada jenjang usia sebelumnya, yaitu usia
balita. Kesadaran ibu dalam memberikan ASI ekslusif pada usia balita akan
memberikan efek positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagai
akibat lebih lanjut dari rendahnya kesadaran dalam memberikan ASI ekslusif
pada 6 bulan awal masa kehidupan juga akan memberikan dampak yang kurang
bagus terhadap perkembangan status gizi anak, serta tidak adanya pencapaian
perbaikan pertumbuhan (catch-up growth) yang sempurna, maka tidak heran
apabila pada usia sekolah banyak ditemukan anak yang kurang gizi.
1
Data Dinas Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan prevalensi anak
gizi kurang pada tahun 2000 setelah Indonesia mengalami krisis multi dimensi
mengalami kenaikan yaitu 26,1%, 27,3% dan 27,5% pada tahun 2001, 2002 dan
2



2003.
2
Berdasarkan data tahun 2010, status gizi buruk di Indonesia mencapai
4,9% sementara gizi kurang mencapai 13%.
3
Meskipun kasus gizi kurang dan
gizi buruk mengalami penurunan jika dilihat dari data di atas, namun masalah
status gizi masih merupakan masalah serius pada sebagian besar Kabupaten/Kota
di Indonesia. Berdasarkan data tahun 2004, menunjukkan masalah gizi terjadi di
77,3% kabupaten dan 56% kota. Di Bali sendiri terdata prevalensi status gizi
balita menurut berat badan dibanding usia untuk gizi buruk mencapai 1,7%, gizi
kurang mencapai 9,2 % pada tahun 2010. Untuk wilayah Klungkung, pada tahun
2007 prevalensi balita yang menderita gizi buruk sebesar 3,1 %.
3
Dalam wilayah kerja Puskesmas Klungkung I terdapat 10 desa dengan
masing-masing puskesmas pembantu yang turut aktif sebagai perpanjangan
tangan puskesmas dalam menjangkau pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
Namun berdasarkan data di Puskesmas Klungkung I, ternyata masih ada balita di
wilayah kerja Puskesmas Klungkung I, Kecamatan Klungkung, yang mengalami
malnutrisi, yaitu gizi kurang, gizi buruk, maupun berlebih. Berdasarkan data
puskesmas diketahui bahwa terdapat 1,5 % anak balita dengan gizi kurang dan
gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Klungkung bulan Juli 2013. Sedangkan
data status gizi pada anak-anak usia sekolah tidak tersedia, padahal kelompok
tersebut merupakan salah satu yang berpotensi mengalami malnutrisi. Dari
survey awal terhadap status gizi anak kelas 1 di SD Negeri 2 Gelgel, terdapat
33% (2 dari 6) anak dengan status gizi kurang berdasarkan perhitungan status
gizi dengan parameter berat badan dan tinggi badan aktual menurut klasifikasi
Waterlow, sedangkan apabila menggunakan parameter berdasarkan kriteria BB/U
yang biasa digunakan di puskesmas, terdapat 66% anak dengan status gizi
kurang. Temuan ini menjadi sebuah tanda tanya mengapa di daerah wilayah kerja
Puskesmas Klungkung I yang dekat dengan pusat kota dan tersedia fasilitas
pelayanan kesehatan ini bisa didapatkan banyak kasus anak sekolah dengan gizi
kurang. Jika ditinjau dari bidang pelayanan kesehatan masyarakat, puskesmas
telah melaksanakan program gizi dan penyuluhan untuk mencegah munculnya
gizi kurang, serta pelaksanaan pemberian program pemberian makanan tambahan
3



(PMT) untuk mengurangi kejadian gizi kurang. Namun belum didapatkan data
yang akurat untuk memastikan pernyataan ini karena tidak ada data mengenai
status gizi anak SD di Kecamatan Klungkung, sedangkan selama ini program gizi
yang dijalankan masih difokuskan pada balita dan ibu hamil, padahal apabila
permasalahan gizi dapat ditemukan segera pada masa SD ini, intervensi yang
diberikan akan maksimal, baik dalam mengembalikan status gizi anak maupun
mengubah pola pikir anak dan orang tua untuk lebih peduli terhadap masalah gizi
dalam keluarga. Sedangkan berdasarkan informasi dari Puskesmas Klungkung
juga diketahui bahwa kegiatan pembinaan UKS dari Puskesmas hanya sebatas
pendataan tinggi dan berat badan siswa baru, dan berdasarkan informasi kepala
sekolah bersangkutan, kegiatan UKS di SD Negeri 2 Gelgel khususnya di bidang
gizi kurang mendapat perhatian, terutama tentang pengetahuan pentingnya pola
makan yang sehat dan asupan gizi yang cukup. Padahal status gizi, asupan gizi,
dan pola asuh makan yang baik siswa akan dapat mempengaruhi kemampuan
siswa dalam menangkap pelajaran di sekolah yang nantinya juga akan
berpengaruh pada prestasi akademik.
4
Ditambahkan lagi menurut kepala sekolah
bersangkutan, sebagian siswa SD Negeri 2 Gelgel berasal dari keluarga yang
berprofesi sebagai buruh bangunan petani. Hanya sebagian kecil yang sudah
mempunyai pekerjaan dengan penghasilan cukup. Keadaan ekonomi yang belum
cukup mapan, akan memberikan beban yang lebih bagi keluarga untuk
memenuhi asupan nutrisi yang optimal bagi anaknya
3,4
Pedoman Gizi Seimbang berupa 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang
menyebutkan bahwa pesan pertama adalah untuk memakan aneka ragam
makanan sehat. Konsep tersebut mulai dianut sebagai pelengkap konsep yang
telah dicanangkan sebelumnya yaitu pedoman tentang pola makan sehat yang
memenuhi gizi seimbang, tertuang pada slogan 4 sehat 5 sempurna yang isinya
antara lain: makanan pokok sumber karbohidrat/kalori, lauk-pauk sumber protein
hewani dan nabati, sayur mayur sumber vitamin dan mineral, dan susu sumber
lemak, protein dan kalsium.
5,6
4



Memiliki anak yang sehat dan cerdas adalah dambaan setiap orang tua.
Untuk mewujudkannya tentu saja orang tua harus selalu memperhatikan,
mengawasi dan merawat anak secara seksama. Khususnya memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangannya. Meskipun proses tumbuh kembang anak
berlangsung secara alamiah, proses tersebut sangat bergantung kepada orang tua.
Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan potensi genetik
yang dimilikinya. Tetapi pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi oleh asupan zat
gizi yang dikonsumsi dalam bentuk makanan. Kekurangan atau kelebihan gizi
akan dimanifestasikan dalam bentuk pertumbuhan yang menyimpang dari pola
standar. Pertumbuhan fisik sering dijadikan indikator untuk mengukur status gizi
baik individu maupun populasi. Oleh karena itu, orang tua perlu menaruh
perhatian pada aspek pertumbuhan anak bila ingin mengetahui keadaan gizi
mereka. Masalah gizi dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling mempengaruhi
secara kompleks. Faktor faktor tersebut bisa bersifat secara langsung ataupun
tidak langsung. Faktor penyebab secara langsung yang paling utama adalah
asupan nutrisi yang didapat oleh anak, bagaimana asupan nutrisi setiap harinya
mampu untuk mencukupi kebutuhan energinya setiap hari. Untuk dapat
mendapatkan asupan nutrisi yang optimal, dapat ditempuh dengan
memperhatikan kualitas dan kuantitas apa yang dimakan oleh anak. Dari segi
kualitas bagaimana pola makan anak itu sendiri, pola makan yang baij diartikan
sebagai pola makan dengan makanan yang mengandung sumber energi, protei,
vitamin dan mineral. Selain kualitas komposisi, hal lain yang dapat memberikan
asupan nutrisi yang optimal adalah kuantitasnya misalnya adalah bagaimana
frekuensi makannya. Frekuensi makan yang baik adalah makan pada waktu pagi,
siang, dan malam. Begitu halnya dengan konsumsi camilan juga baik untuk
menunjang nutrisi yang telah dibuktikan sebuah penelitian di Bangkok dengan
hasil anak dengan status gizi baik cenderung mengkonsumsi camilan yang sehat
dan beragam.
8
Anak dengan status gizi yang baik akan mempunyai daya tahan
tubuh yang lebih baik dibandingkan anak dengan gizi kurang bahkan anak
dengan gizi buruk. Frekuensi sakit yang terlalu sering dapat berpengaruh
5



terhadap nafsu makannya, dengan hal seperti akan berpengaruh juga terhadap
masukan energinya. Sehingga akhirnya akan berdampak pada status gizi dari
anak tersebut.
8
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berniat untuk melakukan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi anak SD
Negeri 2 Gelgel. Dengan adanya penelitian ini diharapkan status gizi siswa SD
Negeri 2 Gelgel dapat digambarkan dengan lebih jelas sehingga dapat dijadikan
acuan dalam menyusun strategi perbaikan status gizi anak-anak SD Negeri 2
Gelgel yang nantinya juga diharapkan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembanganya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang terangkum adalah
bagaimanakah gambaran status gizi, asupan nutrisi, frekuensi makan, kebiasaan
konsumsi camilan, pola makan, status ekonomi, dan frekuensi sakit siswa SD 2
Gelgel, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran status gizi siswa SDN 2 Gelgel, Kecamatan
Klungkung, Kabupaten Klungkung.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi status gizi dengan perhitungan
Waterlow, asupan nutrisi, frekuensi makan, kebiasaan konsumsi
camilan, pola makan, status ekonomi, dan frekuensi sakit.
2. Untuk mengetahui distribusi status gizi berdasarkan asupan nutrisi.
3. Untuk mengetahui distribusi status gizi berdasarkan frekuensi makan.
4. Untuk mengetahui distribusi status gizi berdasarkan kebiasaan
konsumsi camilan.
5. Untuk mengetahui distribusi status gizi berdasarkan pola makan.
6



6. Untuk mengetahui distribusi status gizi berdasarkan status ekonomi
orang tua.
7. Untuk mengetahui distribusi status gizi berdasarkan frekuensi sakit.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Untuk Puskesmas Klungkung I
1. Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang status gizi siswa
SDN 2 Gelgel, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi
pihak pelaksana program gizi Puskesmas dalam menyusun program
maupun mengajukan rancangan dana program ke Dinas Kesehatan
guna memperbaiki status gizi anak SD yang berada dalam wilayah
kerja Puskesmas Klungkung I.
1.4.2 Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan
pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan di bidang kesehatan
dengan fokus utama yaitu perbaikan status gizi pada anak, khususnya
anak SD. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi data dasar bagi
penelitian selanjutnya.
1.4.3 Untuk Masyarakat Setempat
Informasi dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan serta kepedulian masyarakat Kecamatan Klungkung
mengenai keberadaan anak SD yang kurang gizi, dengan demikian
masyarakat dapat turut serta menyukseskan program perbaikan gizi.





7



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Status Gizi
Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan kebutuhan
dan masukan nutrisi atau zat gizi.
9
Bila kebutuhan lebih besar dibanding
masukan disebut status gizi kurang, bila kebutuhan seimbang dengan masukan
disebut status gizi baik, dan bila kebutuhan lebih kecil dibanding masukan
disebut status gizi lebih.
9,10
Gangguan atau penyakit yang disebabkan oleh
adanya ketidakseimbangan antara masukan zat gizi dan kebutuhan tubuh disebut
penyakit gangguan gizi atau nutritional disorders. Namun keadaan gizi kurang
(undernutrition/malnutrition) atau gizi lebih (overnutrition), keduanya tidak
selalu disebabkan oleh oleh masukan makanan yang tidak cukup atau berlebihan.
Keadaan demikian dapat juga terjadi karena kelainan dalam tubuh sendiri seperti
gangguan pencernaaan, absorpsi, utilisasi, ekskresi, dan sebagainya.
9

Penyakit Kurang Energi Protein (KEP) merupakan penyakit akibat
kekurangan gizi yang banyak dijumpai di Indonesia maupun banyak negara
berkembang lainnya. Selain banyak dijumpai pada balita dan ibu hamil, penyakit
ini juga dijumpai pada anak sekolah.
9
Namun sekarang istilah KEP sudah tidak
dipakai lagi namun digantikan dengan istilah gizi kurang (z-score BB/U 2 SD)
dan gizi buruk (z-score BB/U 3 SD). Hal ini karena gizi kurang tidak semata-
mata disebabkan karena kekurangan zat gizi makro melainkan juga oleh zat gizi
mikro.
10

Kurang gizi yang terjadi pada anak sekolah akan memberikan dampak buruk
karena mempengaruhi pertumbuhan serta menurunkan aktivitas anak serta
berakibat pada penurunan prestasi anak. Gangguan ini akan menjadi serius bila
tidak ditangani secara intensif.
9

8



2.2 Faktor Penyebab Gizi Kurang dan Gizi Buruk
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya kurang gizi, diantaranya:
Penyebab langsung
Terdapat dua faktor langsung yang mempengaruhi status gizi individu, yaitu
faktor makanan dan penyakit infeksi dan keduanya saling mendorong
(berpengaruh).
5,9,10

o Faktor penyebab langsung pertama adalah konsumsi makanan yang tidak
memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat makanan
beragam, bergizi seimbang, dan aman. Pada tingkat makro, konsumsi
makanan individu dan keluarga dipengaruhi oleh ketersediaan pangan
yang ditunjukkan oleh tingkat produksi dan distribusi pangan.
Ketersediaan pangan beragam sepanjang waktu dalam jumlah yang cukup
dan harga terjangkau oleh semua rumah tangga sangat menentukan
ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan tingkat konsumsi makanan
keluarga.
o Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang berkaitan
dengan tingginya kejadian penyakit menular dan buruknya kesehatan
lingkungan. Untuk itu, imunisasi wajib yang lengkap sangat diperlukan
agar pada masa balita yang penting untuk pertumbuhan anak.
9

Penyebab tidak langsung
Penyebab tidak langsung gizi kurang/buruk yaitu:
9

o Faktor ekonomi. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi
kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup
baik jumlah maupun mutu gizinya.
o Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat
diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap
anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan
sosial.
o Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan
kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan
9



sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga
yang membutuhkan.
Ketiga faktor tersebut erat kaitannya dengan tingkat pendidikan,
pengetahuan dan keterampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan,
pengetahuan dan keterampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga,
makin baik pola pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang
memanfaatkan pelayanan kesehatan.
7,8

2.3 Hubungan Frekuensi Makan terhadap Status Gizi
Data dari DEPKES tahun 2011 menyimpulkan keberadaan ibu yang
bekerja di ladang di Kabupaten Jaya Wijaya, Provinsi Papua, menyebabkan tidak
dapat pulang pada tengah hari untuk mempersiap makanan bagi keluarganya.
Terbatasnya variasi makanan dan jumlah frekuensi makan yang hanya 2 kali
sehari akan memengaruhi kecukupan gizi masyarakat, karena waktu kerja yang
panjang, ibu yang bekerja di ladang tidak mempunyai cukup waktu untuk
beristirahat menyebabkan ibu tidak mempunyai waktu untuk mengikuti kegiatan
di luar rumah.
2
Kecukupan gizi dalam prinsip gizi seimbang tidak terlepas dari
keragaman makanan anak setiap hari harus memenuhi kebutuhan akan makanan
pokok, nasi, lauk-pauk, sayur dan buah. Pada prinsipnya setiap makanan yang
dihidangkan dari makanan pagi, siang dan malam serta makanan selingan
haruslah terdiri dari makanan tersebut diatas. Dari hal tersebut bahwa untuk
mendapatkan asupan nutrisi yang optimal, selain memperhatikan komposisi, kita
juga harus memperhatikan frekuensi makan dalam sehari dimana sebaiknya
dilakukan pagi, siang, dan malam.
6,10

2.4 Hubungan Frekuensi Sakit terhadap Status Gizi
Anak anak adalah kelompok usia yang rentan terserang penyakit, terkait
dengan interaksi dengan sarana dan prasarana di rumah tangga dan sekelilingnya.
Jenis sakit yang dialami, frekuensi sakit, lama sakit, penanganan anak sakit dan
10



status imunisasi adalah faktor yang memengaruhi tingkat kesehatan anak dan
status gizi anak.
8
Apabila status gizi tidak optimal, akan menyebabkan si anak
lebih sering sakit, karena kondisi tubuh yang lebih sering sakit keadaan akan
berdampak pada nafsu makan anak itu sendiri. Dari hal tersebut dapat dikatakan
frekuensi sakit dan status gizi adalah saling berhubungan.
8,9
2.5 Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi Camilan (Snack) terhadap Status Gizi
Camilan adalah sejenis makanan yang bukan merupakan menu utama, atau
dengan kata lain dikonsumsi di luar waktu makan utama (makan pagi, makan
siang, atau makan malam).
11
Sebuah studi di Bangkok yang meneliti tentang
kebiasaan mengkonsumsi camilan pada anak berstatus gizi baik dengan anak
berstatus gizi kurang menemukan bahwa frekuensi mengkonsumsi camilan
komersial lebih tinggi pada kelompok anak berstatus gizi kurang, dimana
camilan yang lebih dipilih anak-anak tersebut adalah camilan renyah. Energi dan
nutrien yang didapat dari camilan-camilan tersebut dan asupan (intake) secara
keseluruhan didapatkan lebih rendah pada kelompok anak bergizi kurang, dengan
angka yang lebih rendah dibandingkan angka kecukupan gizi (AKG). Sebagai
tambahan dalam studi tersebut, asupan natrium dari mengkonsumsi camilan
tersebut melebihi level yang dianjurkan.
8,11
2.6 Hubungan Pola Makan terhadap Status Gizi
Konsumsi makanan beragam merupakan salah satu syarat pemenuhan gizi baik.
Sebagaimana disebutkan pula dalam Rencana Aksi Nasional Bappenas, faktor
penyebab langsung gizi kurang dan gizi buruk adalah konsumsi makanan yang
tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat makanan
beragam, bergizi seimbang, dan aman.
10

Asupan nutrisi yang cukup juga merupakan salah satu faktor penting dalam
tumbuh kembang anak. Kebutuhan kalori anak setiap hari sangat ditentukan oleh
aktivitas fisik sehari-hari dan umur. Berikut ini adalah jumlah kilokalori (kkal)
yang diperlukan untuk dapat memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) dalam satu
hari menurut umurnya :
2,10

11



1. Umur 4 6 tahun : 1450 Kkal
2. Umur 7 9 tahun : 1800 Kkal
3. Umur 10 12 tahun :
- laki laki : 2300 Kkal
- perempuan : 2000 Kkal
4. Umur 13 14 tahun :
- laki laki : 2700 Kkal
- perempuan : 2200 Kkal
Pedoman Gizi Seimbang berupa 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang
menyebutkan bahwa pesan pertama adalah untuk memakan aneka ragam
makanan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang diperlukan tubuh
baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut
Triguna makanan yaitu makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun, dan
zat pengatur. Kekurangan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan
dapat dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi mengkonsumsi
makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber
zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.
4,6
2.7 Penghitungan Status Gizi Anak
Malnutrisi dapat didefinisikan sebagai sebuah kondisi nutrisi dimana terdapat
defisiensi atau kelebihan energi, protein, dan nutrient lainnya yang
mengakibatkan efek klinis pada jaringan dan bentuk tubuh selain juga pada
fungsi tubuh. Malnutrisi dapat bersifat akut, kronik, atau campuran.
12
Variabel antropometrik digunakan untuk menentukan status nutrisi namun
terdapat banyak sistem klasifikasi yang dipakai untuk mendefinisikan status
nutrisi itu sendiri. Sistem klasifikasi yang sering digunakan adalah sistem
menurut Waterlow, dimana malnutrisi akut dan kronik dibagi menjadi empat
kategori. Pada klasifikasi menurut Waterlow ini, berat badan sebenarnya dibagi
12



dengan berat badan ideal (dilihat pada berat badan menurut tinggi badan yang
tepat pada persentil ke-50) untuk mengukur malnutrisi akut. Sementara
malnutrisi kronik dihitung dengan membagi tinggi badan sebenarnya dengan
tinggi badan ideal menurut persentil ke-50.
2
Penggunaan klasifikasi Waterlow ini
lebih spesifik dibandingkan kriteria BB/U yang biasa digunakan di Puskesmas,
karena penggunaan kriteria BB/U hanya membandingkan berat badan
berdasarkan umurnya. Apabila dibandingkan dengan tinggi badannya atau
perbandingan BB/TB bisa saja anak masuk pada kriteria gizi baik. Sehingga
penggunaa kriteria Waterlow untuk menentukan status gizi anak lebih spesifik,
karena berat badan dibandingkan pula dengan tinggi badan dari anak tersebut.
2,8
Malnutrisi dapat terjadi secara primer atau sekunder. Malnutrisi primer
terjadi bila konsumsi makanan baik dari segi kualitas maupun kuantitas
inadekuat dan tidak seimbang. Malnutrisi sekunder terjadi akibat kebutuhan
nutrient yang meningkat atau output yang berlebihan, umumnya pada penyakit
kronik baik infeksi atau keganasan. Malnutrisi primer maupun sekunder dapat
dievaluasi berdasarkan klasifikasi Waterlow seperti di bawah ini:
2











13



BAB III
KERANGKA BERPIKIR

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dilakukan, disusun sebuah kerangka berpikir
yang mengacu pada model Blum, dimana disebutkan bahwa morbiditas/mortalitas
sebuah penyakit dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: genetik/keturunan, pelayanan
kesehatan, lingkungan (fisik, kimiawi, biologis, sosial), dan perilaku. Pada desain ini,
variabel yang diteliti adalah status gizi, asupan nutrisi, frekuensi makan, kebiasaan
konsumsi camilan, status ekonomi, dan frekuensi sakit.











*variabel yang diteliti
Gambar 3.1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian.
5,9,10

Asupan Nutrisi*
Infeksi Penyakit
Penyebab Langsung
Penyebab Tak
Langsung
Ekonomi*
Pola Asuh
Pelayanan Kesehatan
Status Gizi*
Frekuensi makan*
Konsumsi camilan*
Frekuensi sakit*
14



BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan studi observasional deskriptif cross
sectional.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SDN 2 Gelgel, Kecamatan Klungkung, Kabupaten
Klungkung, pada Bulan September 2013.
4.3 Subjek Penelitian
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SD Negeri 2 Gelgel,
Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung.
4.3.2 Sampel Penelitian
Sebagai sampel adalah siswa SDN 2 Gelgel kelas 1 sampai 6 yang telah
terpilih secara acak sistematik, dimana sampel berdomisili di wilayah
kecamatan Klungkung.
Kriteria Inklusi:
1. Siswa yang bersedia menjadi responden dan mendapat persetujuan
dari orang tua.
Kriteria drop out :
1. Siswa yang tidak ada di tempat atau sedang sakit pada waktu
pengumpulan data pada kunjungan pertama dan tetap tidak ada di
tempat atau sedang sakit pada kunjungan berikutnya.
2. Siswa yang mempunyai gangguan pendengaran, penglihatan,
maupun kemampuan berkomunikasi.

15



4.4 Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel
4.4.1 Besar Sampel
Jumlah sampel yang diperlukan didapat berdasarkan perhitungan studi
cross-sectional:


Dengan nilai Z

=1,96; p=0.33; q= 1-p=0,67 ; d= 10%


Nilai p diperoleh berdasarkan survey awal proporsi siswa SD 2 Gelgel
dengan status gizi kurang menurut kriteria waterlow.


Karena populasi yang ada kurang dari 10.000, dilakukan koreksi jumlah
sampel menggunakan formula:


Dengan n
k
jumlah sampel yang dibutuhkan dan N adalah jumlah seluruh
populasi penelitian.
4.4.2 Cara Pengambilan Sampel
Setelah didapatkan jumlah sampel, kemudian sampel ditentukan dengan
cara acak sistematik. Selanjutnya mencari besar interval sampel adalah :
Besar interval untuk sampel :




Besar interval = 102 = 2,2 sampel
46
Setelah didapatkan besar interval sampel, dari daftar absen semua siswa
dipilih nomor absen secara acak dengan melemparkan kertas. Dimana
kertas terjatuh, dari sanalah dimulai sampelnya sesuai dengan besar
16



intervalnya. Pemilihannya menggunakan sistem circular atau memutar
dan akhirnya didapatkan jumlah 46 orang.
4.5 Responden Penelitian
Yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah orang tua siswa kelas I
sampai VI SD Negeri 2 Gelgel, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung
yang terpilih sebagai sampel. Selanjutnya orang tua mengisi angket untuk
memperoleh informasi tentang frekuensi sakit, status ekonomi, dan pola makan
dari anaknya.
4.6 Variabel Penelitian
Variabel dari penelitian ini terdiri dari: status gizi, tinggi badan, berat badan,
usia, jenis kelamin, asupan nutrisi, frekuensi makan 3 kali sehari, kebiasaan
konsumsi camilan, pola makan, status ekonomi keluarga, dan frekuensi sakit.
4.7 Definisi Operasional Variabel
1. Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan
kebutuhan dan masukan nutrisi atau zat gizi. Status gizi dihitung dengan
dengan cara mencari persentase nilai antara berat badan aktual terhadap
berat badan ideal berdasarkan kurva Center of Diseases Control and
Prevention (CDC). Hasil yang diperoleh kemudian diklasifikasikan ke dalam
status gizi menurut Waterlow sebagai berikut: gizi baik (90-109,9%), gizi
kurang (<90%), dan gizi lebih (110%).
2. Tinggi badan adalah ukuran jarak tubuh dari ujung kepala hingga tumit
dalam posisi berdiri tegak. Tinggi badan diukur dengan menggunakan
meteran pengukur (length scale), dengan satuan sentimeter (cm).
3. Berat badan adalah ukuran berat tubuh menggunakan alat penimbang berat
badan (weight scale) yang berjenis pegas, dengan satuan dalam kilogram
(kg).
4. Usia adalah perhitungan umur seseorang, didapatkan dengan mengurangi
tahun perhitungan usia dengan tahun lahirnya, dengan satuan dalam tahun.
(tahun kelahiran sesuai dengan data sekolah).
17



5. Jenis kelamin, dibagi menjadi perempuan dan laki-laki (sesuai dengan data
sekolah).
6. Asupan nutrisi adalah jumlah energi yang diperoleh anak dari segala
makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam satu hari yang disajikan
dalam satuan kilokalori (kkal). Data ini didapat dengan menggunakan
kuesioner yang mengacu 24 hours dietary recall. Data yang didapat pada
kuisioner akan dikonversi dalam satuan berat (gram) sesuai dengan padanan
makanan pada buku pedoman pelaksanaan program gizi masyarakat, dinas
kesehatan provinsi bali tahun 2008. Sedangkan jumlah energi yang terdapat
pada makanan dan minuman tersebut dikonversikan sesuai dengan Daftar
Komposisi Bahan Makanan (DKBM) Dinas Kesehatan, kementrian
Kesehatan RI. Asupan nutrisi dikatakan cukup bila memenuhi kriteria 70%
AKG atau lebih.
3

7. Frekuensi makan adalah rata rata kebiasaan anak makan (menu utama)
dalam satu hari selama seminggu terakhir tidak termasuk mengkonsumsi
camilan.
8. Kebiasaan konsumsi camilan perilaku makan makanan ringan yang bukan
merupakan menu utama (sarapan, makan siang atau makan malam).
Makanan ringan yang dimaksud adalah makanan yang dimakan dengan
tujuan menghilangkan rasa lapar sementara waktu, memberi sedikit asupan
energi ke tubuh, atau sesuatu yang dimakan hanya untuk dinikmati rasanya.
Data ini didapat dengan menggunakan kuesioner yang mengacu pada 24
hours dietary recall. Camilan dikatakan sehat apabila dalam komposisinya
tidak mengandung pengawet sintetis, pewarna sintetis, dan perasa sintesis.
9. Pola makan adalah kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung 3
zat utama yang diperlukan tubuh untuk metabolism normal dalam 1 minggu
terakhir, yaitu zat sumber energi (karbohidrat dan lemak), zat pembangun
(protein), dan zat pengatur (vitamin dan mineral).
10. Status Ekonomi adalah status yang diukur dari jumlah pendapatan keluarga
dalam 1 bulan disesuaikan dengan UMR sebesar Rp1.200.0000,00 dikatakan
18



cukup bila UMR lebih dari Rp 1.200.000,00 dan dikatakan kurang apabila
kurang daro Rp 1.200.000,00.
11. Frekuensi Sakit adalah jumlah sakit yang diderita anak selama enam bulan
terakhir.
4.8 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah alat penimbang berat
badan serta meteran pengukur, kuesioner 24 hours dietary recall, angket yang
dibagikan kepada orang tua anak, kurva pertumbuhan CDC anak laki dan
perempuan usia 2-20 tahun, tabel konversi padanan makanan pada buku
pedoman pelaksanaan program gizi masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Bali
tahun 2008, dan DKBM Dinas Kesehatan, kementrian Kesehatan RI.
4.9 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data berat badan dan tinggi badan dilakukan dengan cara
melakukan pengukuran langsung pada sampel. Data usia, jenis kelamin
didapatkan dari basis data siswa milik bagian administrasi dan arsip wali kelas
SDN 2 Gelgel.
Asupan nutrisi, frekuensi makan, dan kebiasaan konsumsi camilan
didapatkan dari kuesioner 24 hours dietary recall, sedangkan data pola makan,
status ekonomi, dan frekuensi sakit didapat dari kuesioner yang diisi oleh orang
tua anak. Data-data ini diperoleh dengan mendatangi SDN 2 Gelgel. Tidak
terdapat drop out, karena semua anak yang menjadi sampel datang pada hari
pengukuran. Dimana pengukuran dilakukan bertahap dimulai dari hari Kamis,
Tanggal 12 September 2013, dimulai dari siswa kelas I dan kelas II hari
berikutnya dilanjutkan dengan siswa kelas III dan IV. Pengukuran ini dilakukan
2 kelas dalam 1 hari, karena menyesuaikan dengan jadwal pelajaran siswa-siswi
SDN 2 Gelgel, karena peneliti tidak ingin mengganggu jadwal belajar-mengajar
mereka. Pemberian angket untuk orang tua siswa diberikan setelah dilakukan
pengukuran pada setiap anak. Dan diminta untuk membawa pada keesokan
harinya.
19



4.10 Analisis Data
1. Data yang didapat dari 24 hours dietary recall digunakan untuk menganalisis
jumlah asupan nutrisi yang didapatkan dalam satu hari dan menentukan jenis-
jenis makanan yang dikonsumsi.
2. Data entry dilakukan dengan menggunakan software SPSS Windows versi
17.0.
3. Recoding variabel umur menjadi kelompok umur di bawah 10 tahun dam
kelompok umur lebih dari atau sama dengan 10 tahun, dilakukan setelah data
entry selesai dikerjakan.
4. Recoding variabel asupan nutrisi menjadi 70% AKG (cukup) dan < 70%
AKG (kurang)
3
sesuai dengan anjuran AKG sesuai kelompok umur
berdasarkan Departemen Kesehatan RI, dilakukan setelah data entry selesai
dikerjakan.
5. Recoding variabel pola makan menjadi baik (skor lebih dari 3) dan kurang
(skor kurang dari atau sama dengan 3), dilakukan setelah data entry selesai
dikerjakan.
6. Recoding variabel frekuensi sakit menjadi tidak pernah, 1 2 kali, dan lebih
dari 2 kali, dilakukan setelah data entry selesai dikerjakan.
7. Analisis
Analisis data dilakukan secara deskriptif menggunakan software SPSS
Windows versi 17.0. Adapun analisis yang dilakukan berupa :
1. Analisis univariate terhadap variabel jenis kelamin dan umur untuk
karakteristik responden.
2. Analisis univariate terhadap variabel status gizi, asupan nutrisi,
frekuensi makan, kebiasaan konsumsi camilan, pola makan, status
ekonomi, dan frekuensi sakit untuk distribusi frekuensi variabel.
20



3. Tabulasi silang antara variabel status gizi dengan jenis kelamin,
umur, asupan nutrisi, frekuensi makan, kebiasaan konsumsi camilan,
pola makan, status ekonomi, dan frekuensi sakit.

Anda mungkin juga menyukai